Analisa Data METODOLOGI PENELITIAN

30 Grafik 4.1 Diameter Rata-Rata Zona Hambat Pada hasil pengamatan, didapatkan berbagai diameter zona hambat yang terbentuk dari masing-masing konsentrasi larutan bawang putih yang digunakan pada penelitian. Rata-rata diameter pada konsentrasi 100 sebesar 23 mm dengan standar deviasi 1. Pada konsentrasi 75 sebesar 19 mm dengan standar deviasi 1. Pada konsentrasi 55 sebesar 17,67 mm dengan standar deviasi 1,15470. Pada uji kontrol positif yang menggunakan antibiotik klindamisin terbentuk zona hambat dengan rata-rata sebesar 35 dengan standar deviasi 1. Sedangkan pada konsentrasi 5, 20, dan kontrol negatif berupa aquades steril tidak terbentuk zona hambat, ini memberikan arti bahwa tidak adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Berdasarkan hasil uji penelitian diatas, dapat dinyatakan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi larutan bawang putih menunjukan bahwa terjadi kenaikan dari diameter zona hambat, hal ini menunjukan bahwa pertambahan konsentrasi larutan bawnag putih berbanding lurus dengan bertambah kuatnya zona hambat pertumbuhan bakteri. 0,0000 5,0000 10,0000 15,0000 20,0000 25,0000 30,0000 35,0000 40,0000 Konsentrasi 5 Konsentrasi 20 Konsentrasi 55 Konsentrasi 75 konsentrasi 100 Kontrol negatif Kontrol positif klindamisin Z on a Ham b at m m Koonsentrasi Larutan Baawang putih 31

4.4 Uji Kebermaknaan Konsentrasi Larutan Bawang Putih

Pada penelitian ini dilakukan uji statistik efektivitas larutan bawang putih Allium sativum terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dengan komperatif variabel numerik. Data yang didapatkan tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya uji One Way Anova karena distribusi data tidak normal, maka menggunakan uji Krusall-Wallis. Kemudian dilakukan uji Post Hoc dengan uji Mann-Whitney. Pada uji Kruskall-Wallis nilai signifikansi dikatakan bermakna jika p 0,05, dan pada penelitian ini uji Kruskall-Wallis menunjukan nilai signifikansi 0,003 yang berarti data penelitian ini bermakna, hal ini menyatakan bawang putih mempunyai efektivitas terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterrium acnes. Tabel 4.1. Hasil Analisis Multikomparasi dengan uji Mann- Whitney Berdasarkan hasil statistik analisis Post Hoc dengan menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar setiap konsentrasi dengan kontrol positif berupa antibiotik klindamisin dengan nilai signifikansi 0,05. Konsentrasi 5 20 55 75 100 Kontrol negatif Klindamisin 5 1,00 0,034 0,037 0,037 1,00 0,037 20 0,034 0,037 0,037 1,00 0,037 55 0,178 0,046 0,034 0,046 75 0,050 0,037 0,050 100 0,037 0,050 Kontrol negatif 0,037 Klindamisin 32

4.5 Pembahasan

Pada penelitian ini, diketahui larutan bawang putih mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Didapatkan respon hambatan sedang pada konsentrasi 55 dengan rata-rata diameter 17, 67 mm dan 75 dengan rata-rata diameter 19 mm, dan pada konsentrasi 100 dengan rata-rata diameter 23 mm didapatkan respon hambatan kuat. Menurut Kirana 2010 yang melakukan penelitian mengenai uji aktivitas tumbukan kasar bawang putih terhadap Staphylococcus aureus dengan metode disc diffusion menunjukan bahwa larutan bawang putih yang memiliki respon kuat yaitu konsentrasi 100 dengan diameter 38,5 mm, konsentrasi 50 dengan diameter 31,8 mm, konsentrasi 25 dengan diameter 36,5 mm, dan konsentrasi 10 dengan diameter 25 mm. 33 Perbedaan diameter zona hambat pada penelitian ini dengan penelitian Kirana 2010 dipengaruhi oleh konsentrasi yang digunakan, bakteri yang diuji dan metode pembuatan larutan bawang putih yang diuji, pada penelitian yang dilakukan oleh Kirana 2010, bawang putih Allium sativum yang digunakan sebagai bahan uji ditumbuk terlebih dahulu kemudian ditambahkan pelarut, sedangkan pada penelitian ini bawang putih ditumbuk kemudian diperas dan selanjutnya ditambahkan pelarut. Zona hambat yang terbentuk disebabkan oleh kandungan dari bawang putih yaitu alisin yang memiliki aktivitas antibakteri dengan mengubah reaksi senyawa tiol pada enzim bakteri dan protein lainnya serta RNA dan DNA polimerase yang penting untuk pertumbuhannya. Perbedaan zona hambat pertumbuhan bakteri terjadi karena Propionibacterium acnes bersifat anaerobik aerotoleran yang berarti bakteri ini dapat hidup walaupun terdapat oksigen disekitarnya, sedangkan Staphylococcus aureus bersifat aerobik atau mikroaerofilik yang berarti bakteri ini masih bisa bertahan dalam kadar oksigen yang rendah, namun tidak dapat bertahan ketika tidak ada oksigen. 16, 10