Latar Belakang Masalah Pola komunikasi perawat dan pasien rawat inap dalam pelayanan medis di rumah sakit Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah sakit sebagai wadah sosial yang hidup dalam bentuk organisasi merupakan wadah masyarakat, tempat hidup dan berkembang dengan hubungannya yang bersifat timbal balik. Artinya bahwa rumah sakit dan masyarakat terdapat hubungan yang tak terpisahkan. Keduanya terdapat hubungan saling memberi dan saling menerima. Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi yang biasa terjadi antara dokter dan paramedis dengan pasien. 1 Perawat adalah orang yang dididik menjadi tenaga paramedis untuk menyelenggarakan perawatan orang sakit atau secara khusus untuk mendalami bidang perawatan tertentu. Perawat merupakan salah satu komponen penting dan strategis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Profesi perawat diakui sebagai bagian integrasi dari pelayanan kesehatan. Ini artinya dalam pelayanan kesehatan, bahwa peran dan fungsi perawat merupakan satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dan tidak bisa diabaikan oleh tenaga kesehatan yang lainnya. Bahkan bila dilihat dari segi intensitas interaksi dengan pasien, kelompok profesional perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tinggi interaksinya. 1 Erik P. Eckholm, Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit, Jakarta:Gramedia, 1981, h.2 Dalam proses hubungan timbal balik tersebut muncul sebuah komunikasi yang bisa terjadi antara perawat dan pasien. Dalam hubungan ini perawat memberikan pelayanan medis pada pasien dan pasien diharapkan aktif ketika dalam hubungan demi kesembuhan dan kebaikan diri sendiri, yang juga dapat diistilahkan dengan konseling. Unsur yang paling penting dalam hubungan antara dokter dan para medis perawat dengan pasien dalam pelayanan medis adalah komunikasi. Komunikasi itu sendiri merupakan kebutuhan kodrati manusia merupakan persyaratan mutlak bagi perkembangan manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Dengan komunikasi, manusia menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap dan informasi kepada secara timbal balik. Komunikasi merupakan kegiatan kehidupan manusia yang dengan cara ini membentuk kegiatan bersama dengan lainnya dimana-mana yang mempunyai predikat zoon politicon makhluk yang selalu hidup bersama. 2 Pada dasarnya komunikasi yang terbentuk dalam pelayanan medis adalah komunikasi antar pribadi, tetapi kadang dokter dan perawat tidak menyadari bahwa pesan yang mereka sampaikan pada saat memberikan pelayanan medis tidak dapat diterima dengan baik oleh pasien karena aspek psikologis paling jadi pertimbangan, dikarenakan cara berkomunikasi yag mereka gunakan kurang efektif. Menerima pelayanan yang layak dan semestinya sesuai berdasarkan kode etik dan norma-norma yang berlaku merupakan salah satu hak pasien sebagai konsumen dari pengguna pelayanan jasa dari rumah sakit. Yakni pasien berhak 2 Komaruddin, Yooke Tjupamah S, Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Jakarta:Bumi Aksara, 2000, h.301. mendapatkan pelayanan yang disertai dengan keramahtamahan petugas kesehatan salah satunya perawat. Perawat mempunyai peranan yang sangat besar, baik dilihat dari interaksinya dengan pasien dan keluarganya maupun dilihat dari keterlibatan pelayanan secara langsung kepada pasien. Meskipun dokter dan paramedis perawat menganggap dirinya mengetahui aspek medis yang menjadi spesialisasinya, tetapi kebanyak pasien, apalagi yang sangat percaya kepada keahliannya, menganggap dokternya sebagai orang yang tahu tentang semuanya dan dapat menjawab segala pertanyaan dan menyembuhkan segala penyakit. Terlebih di negara-negara yang berkembang, dimana tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit sangat terbatas. Pasien yang sangat berterima kasih kepada dokternya akan menganggap dokter tidak lagi sebatas sebagai hubungan profesional, melainkan menjadi hubungan pribadi yang membaur. Dalam tugasnya dilapangan, seorang dokter dan paramedis seperti perawat tidak hanya menghadapi masalah yang dihadapinya di bangku kuliah, melainkan juga memecahkan segala masalah sosial dan kemanusiaan. Masyarakat membedakan apakah keluhan yang dideritanya merupakan masalah medis atau fisik ataukah karena masalah sosial. Tugas-tugas dokter dan paramedis pun kadang-kadang memaksa mereka memperlakukan pasiennya secara berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien. 3 Sukses dokter dan paramedis dalam menangani keluhan-keluhan pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahiran dalam bidang kedokteranyya melainkan oleh unsur-unsur pribadi dan dokter serta paramedis itu sendiri seperti kecakapan empatik dan kemampuan berkomunikasi secara aktif 3 F. Rahmadi, Perbandingan Sistem Pers, Analisis Deskriptif Sistem Pers di Berbagai Negara, Jakarta: Gramedia, 1990, h. 2 terhadap para pasiennya dan harapan atau pandangan atau masyarakat yang dilayaninya. 4 Dalam pengobatan terhadap pasiennya seorang dokter dibantu paramedis perawat. Perawat yang bertugas sebagai mitra kerja dalam melaksanakan prakteknya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh dokter. Selain dari yang disebutkan diatas, pelayanan yang diberikan oleh paramedis terhadap pasien sebelum berkonsultasi dengan dokter haruslah dapat memberikan sugesti terhadap sang pasien untuk mempercepat proses kesembuhan. Karena pelayanan yang baik sangat mempengaruhi psikologis pasien. Karena sebagian besar rumah sakit di negara kita belum lah memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien. Rumah sakit Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki bentuk pelayanan medis yang berupa pelayanan yang meliputi perawatan dan pengobatan medis. Bentuk pelayanan tersebut dikerjakan secara terpadu agar diperoleh hasil yang baik yaitu menolong dan membina manusia seutuhnya dengan fitrahnya, baik secara fisik maupun psikis. Jadi, yang dilakukan oleh seorang perawat ketika memberikan pelayanan kepada pasiennya disamping melalui diagnosa obat yang disarankan oleh dokter, perawat juga melakukan pendekatan-pendekatan yang mendukung proses kesembuhan penyakit pasien secara pribadi dengan melakukan komunikasi secara pribadi baik secara verbal maupun non verbal. 5 4 Solita Sarwono, Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Dan Aplikasinya, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1997, h.42 5 A. Watik Praktiknya, Islam Etika dan Kesehatan Jakarta: Rajawali Press, 1986, h.257. Berdasarkan latar belakang di atas maka Penulis tertarik ingin membahas masalah ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Perawat Dengan Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Medis di Rumah Sakit Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah