Ganti rugi dalam bentuk uang atas kerugian yang ditimbulkan Ganti kerugian dalam bentuk natura atau dikembalikan dalam keadaan semula Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat melawan hukum Melarang dilakukannya perbuatan tertentu.

119 3. Kekurangan pengertian onvoldoende inzicht. 144 Para pihak yang merasa dirugikan karena akta yang dibuatnya mempunyai hak untuk mengajukan gugatan pengadilan. Tetapi apabila Notaris telah melaksanakan tugasnya sebagai pejabat umum dimana dalam melaksanakan tugasnya tidak dapat dipertanggung jawabkan apabila notaris telah mengetahuinya berdasarkan ilmu pengetahuan dan adanya sikap kehati-hatian, sebaliknya apabila notaris melakukan perbuatan melawan hukum, lalai dan terdapatnya kesalahan dalam pembuatan akta maka akta tersebut akan batal demi hukum ataupun dapat dimintakan pembatalannya. Ganti kerugian yang dituntut kepada notaris dapat berupa :

1. Ganti rugi dalam bentuk uang atas kerugian yang ditimbulkan

2. Ganti kerugian dalam bentuk natura atau dikembalikan dalam keadaan semula

3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat melawan hukum

4. Melarang dilakukannya perbuatan tertentu.

Apabila tanggung jawab notaris terhadap akta dikaitkan dengan objek penelitian yaitu menyangkut penggunaan kata dan bahasa hukum dalam akta tampak bahwa Notaris yang membuat akta yang di dalamnya berisi rangkaian kata dan bahasa tentang perbuatan hukum dalam suatu akta, maka notaris yang menyebabkan kesalahan dalam penggunaan kata dan bahasa yang merugikan 144 Nico, Tanggung jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Centre For Documentation And Studies Of Business Law CDSBL, Yogyakarta, 2003, hal. 98. Universitas Sumatera Utara 120 kliennya atau para pihak tidak menguasaitidak mengerti rambu-rambu hukum yang seharusnya ada dalam akta yang dibuatnya. Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan sebagian dari kekuasan negara di bidang hukum perdata terutama untuk membuat alat bukti otentik akta notaris. Dalam pembuatan akta notaris baik dalam bentuk partij akta maupun relaas akta, notaris bertanggungjawab supaya setiap akta yang dibuatnya mempunyai sifat otentik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUH Perdata. Kewajiban notaris untuk dapat mengetahui peraturan hukum yang berlaku di Negara Indonesia juga serta untuk mengetahui hukum apa yang berlaku terhadap para pihak yang datang kepada notaris untuk membuat akta serta kata dan bahasa hukum apa yang sesuai dengan perbuatan hukum yang akan dilakukan oleh para pihak. Hal tersebut sangat penting agar supaya akta yang dibuat oleh notaris tersebut memiliki otentisitasnya sebagai akta otentik karena sebagai alat bukti yang sempurna. Namun dapat saja notaris melakukan suatu kesalahan dalam pembuatan akta. Kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat terjadi, yaitu : a. Kesalahan ketik pada salinan notaris, dalam hal ini kesalahan tersebut dapat diperbaiki dengan membuat salinan baru yang sama dengan yang asli dan hanya salinan yang sama dengan yang asli baru mempunyai kekuatan sama seperti akta asli; b. Kesalahan bentuk akta notaris, dalam hal ini dimana seharusnya dibuat berita acara rapat tapi oleh notaris dibuat sebagai pernyataan keputusan rapat; Universitas Sumatera Utara 121 c. Kesalahan isi akta notaris, dalam hal ini mengenai keterangan dari para pihak yang menghadap notaris, di mana saat pembuatan akta dianggap benar tetapi ternyata kemudian tidak benar. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada akta-akta yang dibuat oleh notaris apabila terjadi tuntutan akan dikoreksi oleh hakim pada saat akta notaris tersebut diajukan ke pengadilan sebagai alat bukti. Kewenangan dari hakim untuk menyatakan suatu akta notaris tersebut batal demi hukum, dapat dibatalkan atau akta notaris tersebut dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum. B. Kesalahan Penggunaan Kata Dan Bahasa Dalam Suatu Akta Notaris Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam sebuah akta notaris juga ditemukan berbagai kesalahan dalam penggunaan kata dan bahasa. Sebagai contoh kesalahan penggunaan kata dan bahasa ini penulis melakukan analisis terhadap surat perjanjian yang dibuat notaris. Surat perjanjian merupakan pernyataan tertulis yang dilakukan oleh para penghadap atau dua pihak yang telah sepakat untuk suatu urusan. Jenis surat perjanjian ada bermacam-macam, misalnya perjanjian jual beli, perjanjian sewa beli, perjanjian sewa-menyewa, perjanjian kerja, dan perjanjian pinjaman uang. Surat perjanjian dibuat sebagai bukti autentik adanya ikatan kedua belah pihak dan untuk menghindari persengketaan di kemudian hari. Anatomi surat perjanjian terdiri dari a judul, b pembukaan, c komparisi, d premisdasar pertimbangan, e isi perjanjian, f penutup, dan g tanda tangan dan lampiran. 145 145 Widjaja, I.G. Rai. Merancang Suatu Kontrak Contract Drafting Teori dan Paktik. Megapoin. Bekasi, 2004, hal 17. Universitas Sumatera Utara 122 Untuk mengungkap pemakaian bahasa akta dalam ketiga surat perjanjian, ditemukan beberapa pemakaian bahasa yang tidak benar, yang meliputi pemakaian ejaan dan tanda baca, pemakaian bentuk jamak diikuti pengulangan kata, pemakaian kata yang bersinonim, pengaruh unsur bahasa Inggris, pemakaian kata yang bersinonim, pemakaian bahwa di depan Subjek, pemakaian bentuk kata yang tidak sejajar, pemakaian kalimat yang panjang, dan pemakaian Dalam Hal dan Maka. 146 Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam penyusunan akta notaris dalam praktek adalah : 147 a. Adanya kesalahan bentuk akta notaris; Kesalahan bentuk dari akta notaris itu biasa terjadi, misalnya: yang seharusnya berbentuk berita acara rapat, oleh notaris dibuat akta pernyataan keputusan rapat. Contohnya : PT. X mengundang notaris untuk membuat berita acara rapat, notaris tersebut hadir mengikuti jalannya rapat luar biasa pemegang saham. Setelah rapat selesai, notaris hanya membuat pernyataan keputusan rapat dan bukan membuat berita acara rapat umum luar biasa para pemegang saham. b. Adanya kesalahan atas isi akta notaris. Kesalahan yang terjadi pada isi akta dapat terjadi apabila para pihak memberikan keterangan yang pada saat pembuatan akta dianggap benar, tetapi setelah itu kemudian ternyata tidak benar. Misalnya : 146 Ibid . 147 Sri Hapsari Wijayanti, Op.Cit., hal 4. Universitas Sumatera Utara 123 1 yang bersangkutan mengaku telah dewasa, ternyata kemudian belum dewasa; 2 yang bersangkutan mengaku Warga Negara Indonesia, kemudian ternyata Warga Negara Asing; 3 Yang bersangkutan memberikan bukti-bukti pemilikan atas objek perjanjian, yang dikemudian hari ternyata terbukti tidak benar palsu. Berdasarkan hasil analisis penulis terhadap beberapa perjanjian yang ditemui diketahui bahwa kesalahan dalam pemakaian kata dan bahasa dapat terdiri dari :

1. Pemakaian Ejaan dan Tanda baca