Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan)

(1)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

TESIS

Nama : ASIDO SIHOMBING

NIM : 077011005

Program Studi : Magister Kenotariatan

Judul : ANALISIS YURIDIS TERHADAP GROSSE AKTA

NOTARIS SEBAGAI PENGIKATAN JAMINAN

DIKAITKAN DENGAN KREDIT MACET

(Studi Di Kota Medan)

Komisi : 1. Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN

Pembimbing 2. Notaris Syahril Sofyan,SH, MKn 3. Notaris Syafnil Gani,SH,Mhum Hari/Tanggal : Jum’at/ 14 Agustus 2009

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Seminar Sekolah Pascasarjana USU

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

ANALISIS YURIDIS TERHADAP GROSSE AKTA NOTARIS

SEBAGAI PENGIKATAN JAMINAN DIKAITKAN

DENGAN KREDIT MACET

(STUDI DI KOTA MEDAN)

TESIS

Oleh :

ASIDO SIHOMBING

077011005/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

MAGISTER KENOTARIATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TERHADAP GROSSE AKTA

NOTARIS SEBAGAI PENGIKATAN JAMINAN DIKAITKAN DENGAN KREDIT MACET

(Studi Di Kota Medan) Nama Mahasiswa : Asido Sihombing Nomor Pokok : 077011005

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS, CN) Ketua

(Syahril Sofyan, SH, MKn) (Syafnil Gani, SH, M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi


(4)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Tanggal lulus : 14 Agustus 2009

Tanggal Lulus : Telah Diuji Pada :

Hari/Tanggal :

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN

Anggota : Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn Notaris Syafnil Gani, SH, MHum


(5)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum Syafruddin Hasibuan, SH, MH

ABSTRAK

Grosse akta sebagai salah satu akta notaris yang mempunyai sifat dan karakteristik yang khusus bila dibanding dengan akta otentik lainnya. Agar grosse akta bisa berfungsi sesuai dengan makna yang tercantum dalam undang-undang, maka perlu dicari format hukum yang menjembatani perbedaan penafsiran antara hakim dan notaris melalui penelaahan pada syarat-syarat grosse akta dan masalah eksekusi grosse akta yang dialami selama ini. Menurut Peraturan Jabatan Notaris (PJN) grosse merupakan salinan atau (secara pengecualian) kutipan, dengan memuat di atasnya (judul akta) kata-kata: "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan dibawahnya dicantumkan kata-kata: "Diberikan sebagai grosse pertama" dengan menyebutkan nama dari orang, yang atas permintaannya grosse itu diberikan dan tanggal pemberiannya. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), PJN dinyatakan secara tegas dicabut dan dinyatakan tidak lagi berlaku, sehingga arti dari grosse seperti tercantum dalam pasal 1 angka (11) UUJN adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan hutang dengan kepala akta "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa", dimana salinan tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial.

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain. Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Eksekusi terhadap jaminan kredit berdasarkan grosse Akta Pengakuan Hutang yang dibuat oleh Notaris, tidak dapat dilakukan secara serta merta oleh kreditur. Meskipun grosse Akta Pengakuan Hutang tersebut memakai irah-irah ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” namun untuk melakukan eksekusi terhadap jaminan tetap harus melalui suatu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Perlindungan terhadap kreditur dapat dilakukan dengan penjualan objek jaminan yang dilakukan dengan Akta Pengakuan Hutang. Akta Pengakuan Hutang tersebut ditanda tangani oleh pihak bank (kreditur) dan peminjam (debitur). Dasar hukum melakukan gugatan tersebut ke pengadilan dapat berdasarkan grosse akta pengakuan hutang. Namun dalam hal gugatan tersebut, debitur dapat mengajukan perlawanan terhadap gugatan kreditur agar eksekusi dibatalkan ataupun ditangguhkan.


(6)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Kata Kunci : Grosse Akta Pengakuan Hutang, Notaris, Jaminan, Kredit Macet

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka tesis ini telah dapat diselesaikan dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikat Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi di Kota Medan)”.

Penulisan tesis ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih yang mendalam dan tulus penulis ucapkan kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua komisi pembimbing serta Syahril Sofyan, SH, MKn dan Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, MHum, masing-masing selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta bimbingan penelitian tesis ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum dan Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH selaku dosen yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan pada kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji sebagai panitia penguji tesis.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada:


(7)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

1. Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, Msc, selaku Direktris Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Anwar, SH, CN, MHum selaku ketua dan Sekretaris Program Study Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan staf pengajar serta karyawan Program Study Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulisan tesis ini dari awal hingga selesai.

5. Rekan-rekan tercinta di Sekolah Pascasarjana khususnya Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan semangat, dorongan serta bantuan pikiran untuk menyelesaikan penulisan tesis ini dalam rangka menyelesaikan study.

Secara khusus, penulis menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada istri tercinta Ratna Gultom, untuk kesabaran dan ketulusannya mendampingi penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada kedua orangtuaku yang tersayang Ayahanda Daulat Sihombing dan Ibunda Riaminson Purba, kakak tersayang Rumintang, Elida, Tetty dan abang tersayang Rizal, Mesran


(8)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

serta adikku Tua Dionicius, yang dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang serta memberikan doa restu sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Study Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan. Penulis menyadari tidak ada yang sempurna untuk ketidaksempurnaan itu penulis ucapkan maaf dan untuk perhatian terhadap tesis ini penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2009 Penulis


(9)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penulisan ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Konsepsi ... 27

G. Metode Penelitian ... 30

BAB II : EKSEKUSI OBJEK JAMINAN KREDIT BERDASARKAN GROSSE AKTA NOTARIS... 33

A. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan ... 33

1. Perjanjian Pada Umumnya ... 33

2. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan ... 44


(10)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

C. Tinjauan Umum Tentang Eksekusi ……….……….…...…. 55

1. Pengertian Eksekusi ... 55

2. Jenis Eksekusi ... 59

D. Eksekusi Jaminan Kredit Berdasarkan Grosse Akta Pengakuan Hutang... 63

BAB III : PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITUR DENGAN MEMAKAI GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG ... 68

A. Perlindungan Hukum Grosse Akta Kepada Kreditur ... 68

B. Upaya-upaya Kreditur Dalam Melindungi Kepentingannya ... 71

C. Kuasa Menjual ... 81

BAB IV: KEPASTIAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI GROSSE AKTA PENGAKUAN HUTANG SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT MACET ... 85

A. Sejarah Grosse Akta ... 85

1. Pengertian Grosse Akta ... 87

2. Ciri-Ciri Grosse Akta ... 89

3. Bentuk Dan Syarat-Syarat Grosse Akta ... 91

4. Akta-Akta Yang Dapat Dikeluarkan Grossenya ... 95

4.1 Paradigma Lama Pengaturan Grosse Akta ... 95

4.2 Paradigma Baru Pengaturan Grosse Akta ... 101

B. Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Kredit ... 102

1. Kewenangan Notaris dalam Pembuatan Akta Otentik ... 102

2. Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Otentik Pemberian Kredit ... 108


(11)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

C. Kepastian Hukum Terhadap Eksekusi Grosse Akta Pengakuan

Hutang... 112

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 114

A. Kesimpulan... 114

B. Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA... 116

LAMPIRAN


(12)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor perekonomian merupakan sektor yang cukup menjadi perhatian pada saat sekarang ini. Untuk melaksanakan kegiatan perekonomian baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan hukum, adakalanya diperlukan modal dalam jumlah yang cukup besar. Dalam memenuhi unsur modal yang besar, maka orang atau badan hukum dapat mengajukan permohonan pinjaman kepada bank untuk mendapatkan sejumlah pinjaman modal atau yang disebut dengan kredit. Calon debitur akan memberikan barang jaminan sebagai agunan. Barang yang dijadikan objek jaminan atau agunan tersebut dapat berupa benda bergerak maupun yang tidak bergerak.

Keberadaan benda jaminan selalu menjadi kendala bagi pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Di sisi lain keberadaan jaminan juga merupakan suatu keharusan yang wajib dipenuhi karena sudah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

Barang yang dijadikan objek jaminan dapat berupa benda bergerak maupun yang tidak bergerak. Salah satu benda yang lazim dijadikan jaminan adalah tanah. Pengaturan tentang jaminan berupa tanah, pemerintah telah mengaturnya dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan sebagai ganti dari


(13)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Lembaga Jaminan Hipotik, sedangkan untuk benda bergerak diatur dalam Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang Fidusia.

Pemberian kredit oleh bank kepada debitor dilakukan melalui perjanjian kredit. Perjanjian kredit bank ini terdiri atas kata “Perjanjian” dan “Kredit”. Pasal 1 angka 11 Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa :

”kredit yang diberikan oleh bank adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Demi kepentingan kreditor yang mengadakan perutangan, undang-undang memberikan jaminan yang tertuju terhadap semua kreditor dan mengenai harta benda debitor. Baik mengenai benda bergerak maupun tidak bergerak, baik benda yang sudah ada maupun yang akan ada, semua menjadi jaminan bagi seluruh utang debitor. Jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditor dan menyangkut harta kekayaan debitor dan sebagainya disebut jaminan umum. Artinya benda jaminan itu tidak ditunjuk secara khusus dan tidak diperuntukkan kepada kreditor, sedang hasil penjualan benda jaminan itu dibagi-bagi di antara para kreditor seimbang dengan piutangnya masing-masing kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.1

1

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia-Pokok-Pokok Hukum

Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta : Liberty, 2003), hal 44-45


(14)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Dari perjanjian pinjam-meminjam tersebut munculah hubungan hukum2

Penyelesaian kredit macet ternyata merupakan masalah yang kompleks, sehingga untuk penyelesaiannya pemerintah telah membentuk lembaga-lembaga hukum yang nantinya diharapkan mampu untuk menangani masalah ini. Hal ini dapat dilihat dari adanya peradilan, Arbitrase, maupun PUPN/BUPLN serta berdasarkan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pemerintah juga telah membentuk suatu badan penyehatan yang berfungsi untuk memberikan penyehatan yaitu hubungan perutangan dimana ada kewajiban berprestasi dari debitor dan ada hak mendapatkan prestasi dari kreditor. Hubungan hukum tersebut akan berjalan lancar jika masing-masing pihak memenuhi kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Namun di dalam perjanjian pinjam-meminjam tersebut ada kalanya salah satu pihak tidak memenuhi perjanjian sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama.

Akibat pemberian kredit yang hanya mengandalkan kuantitas dan mengabaikan kualitas, adalah merupakan penyebab timbulnya kredit macet. Kredit macet akan mengganggu kelancaran arus dana dan dapat membahayakan kesehatan perbankan sekaligus akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.

2

Hubungan Hukum adalah setiap hubungan yang terjadi dalam masyarakat yang mempunyai akibat hukum. Hubungan hukum dapat dibagi menjadi 2 yaitu 1.Hubungan hukum bersegi satu yang berarti bahwa hanya satu pihak saja yang berwenang sedangkan pihak lain hanya mempunyai kewajiban misalnya dalam pasal 873 (testamen), 1234 (prestasi) dan 1365 (perbuatan Dursila) KUHPerdata Indonesia. 2. Hubungan Hukum bersegi dua yang berarti bahwa kedua belah pihak masing-masing mempunyai hak dan kewajiban misalnya dalam pasal 1313, 1457, dan 1548 KUHPerdata Indonesia. Syahruddin Husein, Pengantar Ilmu Hukum, (Medan: USU Press, 1998), hal 193-194.


(15)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

kepada perbankan apabila dalam penilaian Bank Indonesia terjadi kesulitan perbankan.

Dituangkannya perjanjian ke dalam bentuk tertulis, maka masing-masing pihak akan mendapat kepastian hukum terhadap perjanjian yang dibuatnya. Apabila di dalam hubungan perutangan tersebut, debitor tidak memenuhi prestasi secara suka rela, kreditor mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan piutangnya bila hutang tersebut sudah dapat ditagih, yaitu terhadap harta kekayaan debitor yang dipakai sebagai jaminan. Hak pemenuhan dari kreditor itu dilakukan dengan cara menjual benda-benda jaminan dari debitor, yang kemudian hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk memenuhi hutang debitor.3

Eksekusi grosse akta, merupakan salah satu bagian dari beberapa eksekusi yang ada dalam Hukum Acara Perdata yang diatur dalam Pasal 224 HIR atau Pasal

Apabila nasabah debitor yang mengalami kredit macet tersebut masih dimungkinkan untuk berprestasi lagi memenuhi kewajibannya, maka bank biasanya melakukan penyelesaian secara baik, misalnya dengan melakukan penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning) dan penataan kembali (restructuring). Namun apabila nasabah debitor sudah tidak bisa diharapkan untuk berprestasi lagi, maka jalur yang akan ditempuh adalah penyelesaian melalui hukum. Beberapa perangkat hukum yang memberikan perlindungan bagi kreditor untuk memperoleh uangnya antara lain melalui grosse akta.

3


(16)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

258 RBg. Pasal 224 Reglemen Indonesia yang diperbaharui merupakan suatu pasal yang dibuat oleh pembentuk undang-undang untuk memberi kemudahan kepada kreditor dalam hal debitor melakukan wanprestasi. Dengan adanya pasal tersebut maka kreditor dapat langsung mengeksekusi barang jaminan debitor tanpa harus ada keputusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Adapun grosse akta yang dapat dieksekusi secara langusung ditentukan secara limitatif oleh pembentuk undang-undang yaitu hanya grosse akta pengakuan hutang dan grosse akta hipotik saja.

Eksekusi grosse akta ini merupakan pengecualian dari prinsip eksekusi yang menyatakan bahwa eksekusi hanya dapat dijalankan terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde). Dalam Pasal 224 HIR/258 RBg memperkenankan eksekusi terhadap bentuk grosse akta yang di dalamnya memuat kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, karena bentuk grosse akta tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde).

Grosse akta sebagai salah satu akta notaris yang mempunyai sifat dan karakteristik yang khusus bila dibanding dengan akta otentik lainnya. Agar grosse akta bisa berfungsi sesuai dengan makna yang tercantum dalam undang-undang, maka perlu dicari format hukum yang menjembatani perbedaan penafsiran antara


(17)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

hakim dan notaris melalui penelaahan pada syarat-syarat grosse akta dan masalah eksekusi grosse akta yang dialami selama ini.

Dalam hukum acara yang berlaku di Indonesia, grosse akta diatur dalam Pasal 224 HIR atau 258 RBg yang pada intinya pasal tersebut mengatur dua bentuk grosse akta yaitu grosse akta pengakuan hutang (notarieele schuldbrieven, debenture, acknowledgement of indebtedness) dan grosse akta hipotik (grosse akta van hypotheek).

Isi dari pasal 224 HIR atau 258 RBg ini tidak secara jelas menerangkan secara rinci mengenai pembuatan grosse akta pengakuan hutang dan grosse akta hipotik (sekarang Hak Tanggungan). Dalam pasal tersebut hanya dijelaskan bahwa kedua grosse akta tersebut bisa mempunyai kekuatan eksekutorial.

Kurangnya penjelasan mengenai isi dari Pasal 224 HIR/258 RBg akan menimbulkan konsekwensi perbedaan penafsiran dalam menerapkan kedua grosse akta tersebut dalam praktik. Hakim, pejabat yang bertanggung jawab terhadap jalannya eksekusi permohonan grosse akta, menggunakan penafsiran sempit sebagaimana telah ditafsirkan oleh Mahkamah Agung.

Namun notaris atau PPAT, sebagai pejabat yang berkepentingan dalam pembuatan grosse akta, lebih suka menggunakan penafsiran yang luas, artinya pembuatan grosse akta disamping tunduk kepada Pasal 224 HIR/258 RBg juga harus mengacu kepada undang-undang sehingga penafsiran grosse akta menjadi lebih luas bila dibanding dengan maksud yang terkandung dalam Pasal 224 HIR/258 RBg. Bila


(18)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

dilihat bahwa pandangan yang luas ini sangatlah realistik dan aktual bila bertitik tolak kepada asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.

Pada tahun 1985 Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui surat Nomor : 213/229/85/II/Um.Tu/Pdt. tertanggal 16 April 1985 telah memberi suatu fatwa grosse akta, yang menyebutkan bahwa dalam suatu grosse akta hanya berisi kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu saja. Mahkamah Agung Republik Indonesia sampai saat ini tetap pada pendiriannya yaitu pengertian grosse akta tidak perlu diperluas demi untuk melindungi kepentingan debitur, jika ada debitur yang tidak mampu melunasi kewajibannya maka penyelesaian hutangnya dapat melalui Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara (BUPLN). Namun bagi bank swasta penyelesaian permasalahan kredit macet diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.

Secara terserak-serak atau sporadis istilah “Grosse” disebutkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Undang-Undang Dasar Hindia Belanda (Het Indische Staatsregeling, disingkat IS)4 sendiri juga ada menyebutkan

istilah Grosse dalam rumusan pasalnya, demikian juga dalam peraturan lain yang ada5

4

Sumber yang ada yaitu Kitab-Kitab Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Republik Indonesia (De Wetboeken Wetten en Verordeningen beneens de Grodwet van 1945 vn de Republiek Indonesie) bewerkt door Mr. E.M.L Engelbrecht, N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve’s-Gravenhage,unchanged reprint 1964, pada halaman 215 menyajikan rumusan asli dari Pasal 159 het Indische Staat regeling (Wet van 2 September 1854,Stb. 1855/2), Syahril Sofyan, Grosse Akta Notaris:

Paradigma Baru Pasca Undang-Undang Nomor 30/2004 Tentang Jabatan Notaris, Makalah

pelengkap dalam menempuh Kuliah dalam mata kuliah Hukum Perbankan Pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 2005, hal 12

5

Syahril Sofyan, ibid, hal 12

dan kemudian diikuti oleh Peraturan Jabatan Notaris dan sekarang oleh Undang-Undang Jabatan Notaris.


(19)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Ciri kasat mata yang diperlihatkan oleh akta notaris yang menurut hukum dikenal dengan sebutan “grosse akta” adalah dicantumkannya irah-irah atau sebutan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” pada kepala akta sebelum penulisan judul akta atau kepala akta.6

Dengan kata lain grosse merupakan salinan yang berfungsi untuk melakukan tindakan eksekusi atas objek hukum tertentu yang dimaksudkan sebagai jaminan atas hutang debitor dalam akta pengakuan hutang. Sesuai dengan ketentuan UUJN, grosse

Menurut Peraturan Jabatan Notaris (PJN) grosse merupakan salinan atau (secara pengecualian) kutipan, dengan memuat di atasnya (judul akta) kata-kata: "Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa” dan dibawahnya dicantumkan kata-kata: "Diberikan sebagai grosse pertama" dengan menyebutkan nama dari orang, yang atas permintaannya grosse itu diberikan dan tanggal pemberiannya. Grosse tersebut diberikan pada setiap orang yang memiliki kepentingan secara langsung. Masih menurut PJN, fungsi grosse tidak selalu dikeluarkan dengan tujuan eksekusi. Namun dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), PJN dinyatakan secara tegas dicabut dan dinyatakan tidak lagi berlaku, sehingga arti dari grosse seperti tercantum dalam pasal 1 angka (11) UUJN adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan hutang dengan kepala akta "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA", dimana salinan tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial.

6


(20)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

hanya dapat dikeluarkan untuk jenis akta pengakuan hutang saja. Sedangkan mengenai kekuatan eksekutorial grosse akta berdasar pasal 224 HIR/258 RBg yang saat ini tidak berlaku.

Secara teori menurut UUJN, berdasarkan grosse tersebut kreditor dapat melakukan eksekusi secara langsung atas objek jaminan, akan tetapi eksekusi oleh kreditor berdasarkan grosse kembali akan ditinjau berkaitan dengan tingkat kedudukan hak kreditornya. Dalam hal ini disebabkan adanya peraturan mengenai prosedur pengikatan atau pembebanan hak atas benda jaminan yang telah diatur dalam Undang nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan Undang-Undang nomor 42 tahun 1999 tentang Fidusia.. Oleh karenanya selama benda jaminan belum sampai pada prosedur pendaftaran maka grosse dapat digunakan sebagai dasar eksekusi benda jaminan akan tetapi kedudukan kreditor belum tentu sebagai kreditor preferen, melainkan dapat pula sebagai kreditor konkuren.

Grosse akta notaris selalu diidentikkan dengan akta otentik, yang diatur dalam Pasal 1868 KUH.Perdata juncto Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang dahulu diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris (Stbl 1860:3). Pasal 1868 KUH.Perdata memberikan batasan mengenai akta otentik, dimana dikatakan akta otentik adalah

“Akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu, ditempat dimana akta itu dibuat.”


(21)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Menurut Pasal ini agar suatu akta mempunyai kekuatan otentisitas, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut yaitu:

a. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang ditunjuk oleh undang- undang. 7

b. Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang dan cara membuat akta menurut ketentuan yang ditetapkan undang-undang.8

c. Ditempat dimana pejabat yang berwenang membuat akta tersebut

Pasal ini tidak menyebutkan siapa pejabat umum itu dan dimana batas wewenangnya serta bagaimana bentuk aktanya. Hal ini dapat diketahui dalam Pasal 1 ayat 1 UU Jabatan Notaris yang mengatakan bahwa Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. Sedangkan dalam Pasal 15 ayat 1 UU Jabatan Notaris mengatakan Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

7

Lihat Pasal 1868 KUHP jo Pasal 1 angka 7 UUJN

8 Adapun akta-akta yang pembuatannya juga ditugaskan kepada pejabat lain atau oleh undang-undang dikecualikan pembuatannya kepadanya antara lain : Akta pengakuan anak di luar kawin (Pasal 281 KUH Perdata), Berita acara tentang kelalaian pejabat penyimpan hipotek (Pasal 1227 KUH Perdata), Berita acara tentang penawaran pembayaran tunai dan konsinyasi (Pasal 1405 dan Pasal 1406 KUHPerdata), Akta protes wesel dan cek (Pasal 143 dan Pasal 218 KUHD), Akta catatan sipil (Pasal 4 KUH Perdata).


(22)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

Jika diperhatikan bunyi Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 15 ayat 1 UU Jabatan Notaris, maka jelas bahwa notaris yang ditunjuk sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan juga mengenai grosse aktanya, sehingga keberadaan akta otentik identik dengan akta Notaris.

Mengenai bentuk akta otentik harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU jabatan Notaris, khusus untuk grosse akta harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan dalam Pasal 55 UU Jabatan Notaris, yang selengkapnya berbunyi: (1) Notaris yang mengeluarkan Grosse akta membuat catatan pada minuta akta

mengenai penerima Grosse Akta dan tanggal pengeluaran dan catatan tersebut ditandatangani oleh Notaris.

(2) Grosse akta pengakuan utang yang dibuat dihadapan notaries adalah Salinan Akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial;

(3) Grosse Akta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada bagian kepala akta memuat frasa “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, Dan pada bagian akhir atau penutup akta memuat frasa “diberikan sebagai grosse pertama”, dengan menyebutkan nama orang yang memintanya dan untuk siapa grosse dikeluarkan serta tanggal pengeluarannya.

(4) Grosse Akta kedua dan selanjutnya hanya dapat diberikan kepada orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 berdasarkan penetapan Pengadilan.

Jika syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi artinya terdapat kekurangan pada bagian atas atau bagian bawah dari grosse akta itu, maka akta itu tidak dapat dieksekusi dengan title eksekutorial.


(23)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Penugasan yang diberikan UU Jabatan Notaris kepada Notaris tidak saja untuk memberikan perantaraan dalam membuat akta-akta otentik atas permintaan pihak-pihak yang bersangkutan atau karena undang-undang menentukan. Untuk perbuatan hukum tertentu mutlak harus dengan akta otentik, tetapi juga sebagai pejabat umum yang merupakan organ Negara, notaris diperlengkapi dengan kekuasaan umum, untuk menjalankan sebagian kekuasaan penguasa (Negara) yaitu antara lain dengan kewenangan memberikan grosse akta yang memakai judul “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MASA ESA” dan mempunyai kekuatan eksekutorial.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diangkat permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah eksekusi terhadap objek jaminan kredit dapat dilakukan kreditur berdasarkan grosse akta pengakuan hutang yang dibuat oleh notaris?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pelaksanaan

eksekusi objek jaminan kredit berdasarkan grosse akta yang dibuat oleh notaris?

3. Bagaimanakah kepastian hukum terhadap grosse akta dalam pelaksanaan

eksekusi sebagai penyelesaian kredit macet?


(24)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui eksekusi terhadap objek jaminan kredit berdasarkan grosse akta pengakuan hutang yang dibuat oleh notaris.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan kredit berdasarkan grosse akta yang dibuat oleh notaris. 3. Untuk mengetahui kepastian hukum terhadap grosse akta dalam pelaksanaan

eksekusi sebagai penyelesaian kredit macet.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian dan penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang grosse akta pengakuan hutang dalam perkembangan ilmu hukum yang erat kaitannya dalam menciptakan perkembangan ekonomi khususnya dibidang kredit perbankan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis :

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi kalangan praktisi yakni Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan kalangan perbankan mengenai sejauh mana peranan suatu grosse akta pengakuan hutang dalam pelaksanaan perjanjian kredit perbankan.


(25)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran kepada kalangan praktisi tentang akibat hukum yang timbul dari grosse akta pengakuan hutang dalam perjanjian kredit perbankan.

E. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang diketahui dan berdasarkan informasi, maupun data yang ada dan penelusuran pendahuluan yang dilakukan pada kepustakaan khususnya Sekolah Pascasarjana, Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara terhadap judul ini belum ada dilakukan penelitian sebelumnya. Namun ada beberapa judul yang membahas mengenai grosse akta pengakuan hutang.

Adapun Judul-judul penelitian terdahulu yang membahas tentang Grosse Akta Notaris antara lain :

1. Hambatan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Grosse Akta Notaris di Pengadilan Negeri Medan, yang diteliti oleh Indrani Lusinta (NIM 017011029) dengan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah suatu grosse akta agar dapat dilaksanakan eksekusinya oleh pengadilan negeri?

b. Bagaimanakah Prosedur eksekusi terhadap grosse akta tersebut?

c. Apa saja kendala dan hambatan yang dihadapi oleh Pengadilan Negeri Medan dalam pelaksanaan lelang eksekusi terhadap grosse akta tersebut serta bagaimana cara mengatasinya.


(26)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa semua hal-hal yang menyangkut dengan grosse akta notaris dan jaminan hutang serta kuasa untuk menjamin sesuatu benda guna pembayaran pelunasan hutang debitur tidak banyak dipermasalahkan dan pada umumnya lancar, jarang terdapat kendala-kendala/hambatan-hambatan dalam pelaksanaan eksekusinya apabila dibuat sesuai dengan bentuk (Form) yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBG.

2. Paradigma Grosse Akta sesudah berlakunya Undang-Undang Jabatan Notaris nomor 30 tahun 2004 yang diteliti oleh Sabarina (NIM 047011058) dengan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah paradigma grosse akta dan kaitannya dengan penegakan hukum di Indonesia?

b. Apakah lembaga grosse akta dapat mendukung upaya penegakan hukum di Indonesia?

c. Bagaimanakah eksekusi grosse akta notaris sesudah berlakunya Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004?

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa penerbitan grosse akta pengakuan hutang oleh notaris masih memakan waktu yang lama, sehingga peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan di Indonesia masih belum bisa direalisasikan. Perlawanan/verzet yang diajukan debitur/pihak ketiga tidak mengurangi eksistensi grosse akta sebagai sarana penegakan


(27)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

hukum dan sejak berlakunya Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004, yang dapat diterbitkan grosse aktanya oleh notaris hanya akta pengakuan hutang saja.

3. Tinjauan Yuridis Akta Pengakuan Hutang Yang Dibuat Oleh Notaris Dan Pelaksanaannya Dalam Praktek, yang diteliti oleh Eddy Susanto (NIM 047011015), dengan permasalahan sebagai berikut :

a. Apakah akta pengakuan hutang dapat dikatagorikan sebagai akta perjanjian hutang piutang yang bersifat riil menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Mengapa ada grosse akta pengakuan hutang yang dibuat oleh notaris tidak dapat langsung dieksekusi pada saat debitur wanprestasi ?

4. Grosse Akta Dan Pelaksanaannya Dalam Praktek, yang diteliti oleh Kalam Liano (NIM 002111049), dengan permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana kekuatan eksekutorial grosse akta yang diterbitkan notaris dapat dijalankan ?

b. Upaya-upaya hukum apakah yang dapat dilakukan untuk menghalangi eksekusi grosse akta ?

c. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan eksekusi grosse akta dan bagaimana cara pemecahannya ?

Pembahasan ataupun penulisan tesis ini judul Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan


(28)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), oleh karena itu proposal penelitian yang diajukan ini adalah asli dan aktual maka dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori.

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.9

Kerangka Teori yang dimaksud adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.10

Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.

11

9

Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press, 1986), hal. 6.

10

M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80.

11

Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 35.

Teori yang menjadi pedoman dalam penulisan tesis ini adalah bahwa grosse akta pengakuan hutang merupakan salah satu perjanjian assesoir yang mempunyai kekekuatan


(29)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

eksekutorial yang erat hubungannya dengan perkembangan kredit perbankan di Indonesia.

Kegiatan kredit perbankan di Indonesia pada saat ini sudah tidak bisa dilepaskan dari ikatan hubungan persetujuan yang dituangkan dalam bentuk grosse akta. Luasnya frekuensi dan intensitas perjanjian pinjaman uang dalam lalu lintas dunia bisnis dan industri pada lima belas tahun terakhir ini telah menyeret Pasal 224 HIR/258 RBg ke kancah arena perputaran hubungan dunia keuangan dan perbankan.

Dalam menganalisa gejala tersebut di atas yang terjadi dalam praktek perbankan dan perundang-undangan khususnya dalam permasalahan kredit maka diperlukan adanya suatu pendekatan sistem.

Suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan landasan, di atas mana dibangun tertib hukum.12

12

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung: Alumni, 1983), hal. 15.

Maksud menggunakan pendekatan sistem adalah mengisyaratkan terdapatnya kompleksitas masalah hukum grosse akta yang dihadapi dengan tujuan untuk menghindarkan pandangan yang menyederhanakan persoalan grosse akta sehingga menghasilkan pendapat yang keliru mengenai hubungan antara pemberian kredit, penyelesaian kredit dengan grosse akta.

Berdasarkan pendekatan sistem ini, dapat diketahui bahwa esensi dari pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah terletak pada :


(30)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

a. Collateral (agunan) yaitu kemampuan si calon debitur memberikan agunan yang berharga secara ekonomis dan legal secara hukum.13

Oleh karena itu dalam pemberian kredit, salah satu upaya preventif

b. Credit Repayment yaitu kemampuan si calon debitur untuk melakukan pengembalian kredit kepada bank tepat pada waktu yang telah diperjanjikan.

14

Grosse akta merupakan salah satu unsur dalam sistem pengamanan kredit bank, yang dilahirkan dengan didahului perjanjian pokok

dalam mengatasi kredit macet adalah melakukan pengikatan kredit secara notaril, karena secara yuridis akan memberikan suatu efek hukum yang positif sebab salah satu fungsi suatu akta notaril adalah guna pembuktian dikemudian hari.

15

13

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 394-395.

14

Usaha preventif berarti segala upaya mencegah terjadinya suatu masalah dikemudian hari. Pengawasan yang dilakukan harus bersifat preventif artinya harus dapat mencegah timbulnya penyimpangan. Suyatno, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hal. 9.

15

Konstruksi ini menunjukkan bahwa grosse akta memiliki karakter assesor, seperti yang dianut dalam Fidusia, yakni Pasal 4 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia yang berbunyi “Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi”

yakni perjanjian pinjam-meminjam uang.

Mengenai definisi dari perjanjian itu sendiri oleh para sarjana juga diartikan secara berbeda-beda pula yaitu menurut :


(31)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

a. Subekti: Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.16

b. R.Wirjono Prodjodikoro: Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji untuk melakukan sesuatu prestasi, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan prestasi tersebut.17

c. Abdulkadir Muhammad: Perjanjian adalah suatu Persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.

18

d. KUHPerdata Indonesia, Perjanjian adalah suatu perbuatan, dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.19

Dari rumusan perjanjian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur perjanjian itu adalah:

1) adanya para pihak.

2) adanya persetujuan antara para pihak.

16

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1987), hal. 122.

17

R.Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, (Jakarta:Sumur Bandung, 1992), hal 9

18

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990), hal 78

19


(32)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

3) adanya tujuan yang akan dicapai.

4) adanya prestasi yang akan dilaksanakan.

Mengenai definsi perjanjian pinjam meminjam, KUHPerdata Indonesia ada mengaturnya yakni sebagai berikut :

Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian dimana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang meminjam akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula 20

1) Kewajiban untuk tidak dapat meminta kembali apa yang dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian.

Adapun hak dan kewajiban dari para pihak dalam perjanjian pinjam meminjam adalah:

a. Pihak yang meminjamkan, mempunyai :

21

2) Hak untuk memperjanjikan bunga atas peminjaman uang atau lain barang yang menghabis karena pemakaian.

22

1) Hak untuk menjadi pemilik sementara atas barang yang dipinjamkan. b. Pihak Peminjam, mempunyai :

23

2) Kewajiban untuk mengembalikan barang pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama pada waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. 24

20

Pasal 1754 KUHPerdata

21

Pasal 1759 KUHPerdata

22

Pasal 1765 KUH Perdata

23

Pasal 1755 KUH Perdata

24


(33)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Perjanjian pinjam meminjam dalam dunia perbankan di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan perjanjian kredit bank.25

Syarat-syarat dalam kontrak tersebut secara nyata telah digunakan dan ditentukan oleh salah satu pihak tanpa negosiasi dengan pihak lain, dan mengikatnya syarat baku tersebut bagi para pihak adalah didasarkan pada tanda-tangan pada dokumen kontrak tersebut secara keseluruhan, sekurang-kurangnya selama syarat-syarat tersebut direproduksi diatas tanda-tangan itu misalnya dibagian belakang dari dokumen kontrak tersebut.

Pada kenyataannya perjanjian kredit bank biasanya berbentuk perjanjian sepihak saja atau berbentuk syarat baku yang berarti bahwa:

26

1. Untuk menjamin pembayaran kembali sebagaimana-mestinya segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayar oleh Peminjam kepada Bank berdasarkan perjanjian kredit, baik untuk hutang pokok, bunga, provisi dan biaya-biaya lainnya, maka dengan perjanjian jaminan yang dimaksud dalam ayat 2 pasal ini atau dengan surat atau akta lainnya yang dipandang perlu oleh bank, kepada bank diberikan jaminan untuk melunasi kewajiban-kewajiban peminjam tersebut, yang mana kesemuanya itu merupakan kesatuan yang tidak terpisah dan merupakan bagian yang terpenting dari perjanjian kredit ini, yang mana dengan tidak adanya pemberian jaminan ini dalam perjanjian jaminan dan/atau akta dan/atau surat lainnya tersebut, maka perjanjian kredit tidak akan diterima dan dilangsungkan diantara kedua belah pihak, karenanya perjanjian jaminan atau pemberian jaminan lainnya tersebut tidak dapat dicabut kembali dan tidak akan berakhir karena alasan apapun juga yaitu selama dan sepanjang semua jumlah uang yang terhutang oleh peminjam kepada bank berdasarkan perjanjian kredit belum dibayar lunas seluruhnya.

Bahwa dalam praktek dilapangan, bank dalam memberikan kredit kepada debitur, bank memerlukan benda jaminan kredit. Contoh klasula perjanjian kredit bank yang menunjukkan bank memerlukan benda jaminan dalam pemberian kredit:

25

Perjanjian kredit bank adalah perjanjian yang isinya telah disusun oleh bank secara sepihak dalam bentuk baku mengenai kredit yang memuat hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur,Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung: Alumni, 2006), hal 33.

26

Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2001), hal 190


(34)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

2. Guna menjamin lebih jauh lagi pembayaran kembali secara tertib dan

sebagaimana mestinya semua hutang-pokok, bunga,provisi dan biaya-biaya serta denda-denda yang wajib dibayar oleh debitur kepada bank berdasarkan akta ini dan surat perjanjian kredit yang telah dan/atau yang akan dibuat diantara debitur dan bank, maka debitur dengan ini memberikan jaminan kepada bank.

3. Guna menjamin lebih jauh segala sesuatu yang wajib dibayar oleh debitur kepada bank berdasarkan akta ini, maka debitur dan penjamin dengan ini mengikatkan diri menyerahkan sebagai jaminan hutang yang dapat dibuktikan dengan suatu akta-akta dan/atau surat-surat- yang dibuat secara terpisah dari akta ini, yaitu berupa:

4. Untuk menjamin lebih jauh pembayaran kembali hutang debitur kepada kreditur baik hutang pokok, bunga, denda provisi dan biaya-biaya lainnya atau pembayaran apapun- juga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur secara tertib dan sebagimana mestinya berdasarkan surat hutang ini termasuk perpanjangan-perpanjangan, penambahan-penambahan dan/ atau perubahan perubahannya yang telah maupun yang akan dibuat antara kreditur dan- debitur, maka debitur yang selanjutnya dalam akta ini disebut juga pemberi jaminan, dengan ini memberi kuasa kepada kreditur sebagai penerima kuasa atau penerima hak tanggungan yang bersangkutan didaftar pada kantor pertanahan setempat akan bertindak sebagai pemegang hak tanggungan, khusus untuk membebankan hak tanggungan peringkat I (pertama).

Pemberian jaminan selalu berupa penyediaan bagian dari harta kekayaan si pemberi untuk pemenuhan kewajibannya. Artinya, pemberi Jaminan telah melepaskan hak kemilikan secara yuridis untuk sementara waktu. 27

Menurut Subekti, memberikan suatu barang sebagai jaminan kredit berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut. Kekuasaan yang dimaksud

27

Konsep harta kekayaan meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum. Dari aspek ekonomi, harta kekayaan menitikberatkan pada nilai kegunaan sedangkan dari aspek hukum, harta kekayaan selain mempunyai nilai ekonomi juga merupakan benda modal dapat dialihkan kepada pihak lain karena ada peraturan hukumnya,Abdulkadir Muhammad, Hukum Harta


(35)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

bukanlah melepaskan kekuasaan benda secara ekonomis melainkan secara yuridis.28

Benda yang dijadikan jaminan adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik berwujud maupun tidak berwujud, yang terdaftar maupun tidak terdaftar, yang bergerak maupun tidak bergerak yang dapat dibebani dengan hak tanggungan, hipotik dan/atau fidusia.29

1. Hak atas hak kebendaan (real right). Sifat hak kebendaan adalah absolut, artinya hak ini dapat dipertahankan pada setiap orang. Pemegang hak benda berhak menuntut setiap orang yang mengganggu haknya. Sifat lain dari hak kebendaan adalah droit de suite, artinya hak kebendaan mengikuti bendanya di dalam tangan siapapun dia berada. Di dalam karakter ini terkandung asas hak yang tua didahulukan dari hak yang muda (droit de preference). Jika beberapa kebendaan diletakkan di atas suatu benda, berarti kekuatan hak itu ditentukan oleh urutan waktunya. Selain itu, sifat hak kebendaan adalah memberikan wewenang yang kuat kepada pemiliknya, hak itu dapat dinikmati, dialihkan, dijaminkan, disewakan.

Mengenai jaminan yang objeknya benda haruslah memperhatikan beberapa asas-asas Hukum Jaminan sebagaimana yang dikatakan oleh Mariam Darus adalah :

2. asas asesor artinya hak jaminan ini bukan merupakan hak yang berdiri sendiri (zelfstandingrecht), tetapi ada dan hapusnya bergantung (accessorium) kepada perjanjian pokok.

3. hak yang didahulukan artinya hak jaminan merupakan hak yang didahulukan pemenuhannya dari piutang lain.

4. objeknya adalah benda yang tidak bergerak, terdaftar atau tidak terdaftar.

5. asas asesi yaitu perlekatan antara benda yang ada di atas tanah dengan tapak tanahnya.

6. asas pemisahan horisontal yaitu dapat dipisahkan benda yang ada di atas tanah dengan tanah yang merupakan tapaknya.

28

Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982), hal. 27.

29


(36)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

7. asas terbuka artinya ada publikasi sebagai pengumuman agar masyarakat mengetahui adanya beban yang diletakkan di atas suatu benda.

8. asas spesifikasi/pertelaan dari benda jaminan. 9. asas mudah dieksekusi.30

Yang namanya perjanjian itu, baik itu perjanjian kredit maupun perjanjian apapun juga, pasti melakukan suatu prestasi. Yang dimaksud dengan prestasi dalam ilmu hukum adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.31

Para pihak dalam perjanjian harus saling menunaikan prestasi masing-masing.

Akta pengakuan hutang merupakan suatu bentuk prestasi yaitu tidak berbuat sesuatu, yang berarti bahwa dalam akta pengakuan hutang, kreditur tidak berbuat sesuatu karena kreditur hanya bersifat diam, kreditur hanya menerima pengakuan dari debitur bahwa benar debitur mengaku telah berhutang kepada kreditur atas sejumlah uang atau benda.

32

30

Mariam Darus Badrulzaman,”Kerangka Hukum Jaminan Indonesia”, Kertas Kerja

Dalam Workshop Hukum Jaminan, diselenggarakan oleh Elips Project bekerjasama dengan

USU, Medan, tanggal 2 Desember 1993. Bandingkan dengan asas-asas umum hukum benda dan ciri-ciri hukum benda yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata,

Hukum Benda, (Yogyakarta: Liberty, 1981), hal. 21.

31

Pasal 1234 KUHPerdata.

32

Dalam perjanjian berlaku asas pacta sun servanda yang berarti setiap perjanjian adalah mengikat dan para pihak harus saling menepati janji yang telah dibuatnya, Sudarsono,

Kamus Hukum, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002), hal 335

Apabila debitur tidak melakukan prestasinya sebagaimana yang telah diperjanjikan, yakni membayar kredit maupun angsuran kredit tepat pada waktunya maka kreditur tidak dapat secara langsung mengatakan debitur telah melakukan wanprestasi.


(37)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Pada umumnya, suatu wanprestasi baru terjadi jika debitur dinyatakan telah lalai untuk memenuhi prestasinya. Apabila dalam pelaksanaan pemenuhan prestasi telah ditentukan tenggang waktunya, maka menurut Pasal 1238 KUHPerdata33

Wanprestasi dapat timbul karena kesengajaan atau kelalaian Debitur itu sendiri dan karena adanya keadaan memaksa, kedua hal ini yang menyebabkan : Indonesia, debitur dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan, dan suatu somasi harus diajukan secara tertulis yang menerangkan apa yang dituntut, atas dasar apa serta pada saat kapan diharapkan pemenuhan presetasi.

Hal ini berguna bagi kreditur apabila ingin menuntut debitur di muka pengadilan maupun untuk memohon fiat eksekusi dari pengadilan untuk melakukan eksekusi benda jaminan maupun melakukan eksekusi grosse akta. Oleh karena itu somasi merupakan suatu alat bukti yang membuktikan bahwa debitur betul-betul telah melakukan wanprestasi.

34

d. Debitur memenuhi prestasi, tetapi melakukan yang dilarang dalam perjanjian.

a. Debitur tidak memenuhi prestasinya sama sekali.

b. Debitur memenuhi prestasinya, tetapi tidak sebagaimana mestinya. c. Debitur memenuhi prestasi, tetap tidak tepat pada waktunya.

33

Pasal 1238 KUHPerdata Indonesia berbunyi Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

34

P.N.H. Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999), hal 340.


(38)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 1267 KUHPerdata Indonesia,35

a. Pemenuhan perjanjian

maka kreditur dapat memilih tuntutan-tuntutan haknya berupa :

b. Pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi. c. Ganti rugi saja

d. Pembatalan perjanjian.

e. Pembatalan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

Upaya kreditur dalam menjalankan haknya sebagaimana yang diberikan dalam Pasal 1267 KUHPerdata Indonesia tersebut diatas, yakni pemenuhan perjanjian disertai dengan ganti rugi, maka kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap grosse akta maupun eksekusi terhadap benda jaminan debitur.

Grosse akta dapat dieksekusi karena memuat titel eksekutorial yaitu terdapatnya kalimat irah-irah yang berbunyi :Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga demikian grosse akta disamakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, yang dengan demikian dapat dieksekusi.36

Mengenai eksekusi ini dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yakni sebagai berikut:37

35

Pasal 1267 KUHPerdata berbunyi Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.

36

Soedikno Merto Kusumo, Eksekusi Objek Hak Tanggungan Permasalahan dan

Hambatannya. Makalah yang disajikan pada penataran Dosen Hukum Perdata, diselenggarakan

oleh Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 16-23 Juli 1996, hal. 6.

37

Henry Lee A. Weng, Peraturan Peradilan di Daerah Luar Jawa dan Madura


(39)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

a. Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah uang. Eksekusi ini diatur di dalam Pasal 196 HIR.

b. Eksekusi putusan yang menghukum orang untuk melakukan suatu perbuatan. Ini diatur dalam Pasal 225 HIR. Orang tidak dapat dipaksakan untuk memenuhi prestasi yang berupa perbuatan. Akan tetapi, pihak yang dimenangkan dapat minta kepada hakim agar kepentingan yang akan diperolehnya dinilai dengan uang.

c. Eksekusi riil, yaitu merupakan pelaksanaan prestasi yang dibebankan kepada debitur oleh putusan hakim secara langsung. Jadi eksekusi riil itu adalah pelaksanaan putusan yang menuju kepada hasil yang sama seperti apabila dilaksanakan secara sukarela oleh pihak yang bersangkutan. Eksekusi riil ini tidak diatur dalam HIR akan tetapi diatur dalam Pasal 1033 Rv yang merupakan pelaksanaan putusan yang berupa pengosongan benda tetap. HIR hanya mengenal eksekusi riil dalam penjualan lelang (Pasal 200 ayat (11) HIR).

d. Eksekusi parate (parate executie), yaitu merupakan pelaksanaan perjanjian tanpa melalui gugatan atau tanpa melalui pengadilan. Parate executie ini terjadi apabila seorang kreditur menjual barang tertentu milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial (Pasal 1155, 1175 (2) BW).

Agar suatu jaminan kredit dapat dieksekusi berdasarkan kekuatan eksekutorial grosse akta maka proses pembuatan grosse akta harus dilakukan secara sempurna, mulai dari tahap pembuatan akta perjanjian kredit yang diikuti dengan pembuatan akta tambahan yang melengkapi perjanjian kredit yakni akta pengikatan jaminan, dan akta pengakuan hutang yang dibuat secara sepihak oleh debitur. Tahapan ini mempunyai arti yang penting karena akan memberikan karakter tersendiri dengan segala akibatnya.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.38

38

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 4.


(40)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.39 Pentingnya definisi operasional

adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.40

Akta autentik yaitu suatu akta yang di dalam bentuk menurut ketentuan undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat mana akta itu dibuat.

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

41

Grosse akta adalah suatu turunan atau salinan dari akta notaris yang diberi titel eksekutorial “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.42

Grosse akta pengakuan hutang adalah pernyataan pengakuan sepihak dari debitur tentang hutangnya kepada pihak kreditur yang dirumuskan notaris dalam grosse akta.43

39

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang

Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir

Indonesia, 1993), hal. 10.

40

Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan

Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, (Medan, PPs-USU, 2002), hal 35

41

Pasal 1867 KUH Perdata.

42

Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam Pembuktian


(41)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.44

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak;45

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga;46

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank;

47

Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;48

43

M. Yahya Harahap, Perlawanan Terhadap Eksekusi Grosse Akta Serta Putusan

Pengadilan Dan Arbitrase Dan Standar Hukum Eksekusi,(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996) ,

hal. 207.

44

Pasal 1 angka 1 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

45

Pasal 1 angka 2 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

46

Pasal 1 angka 11 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

47

Pasal 1 angka 16 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

48

Pasal 1 angka 23 undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.


(42)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan, bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya, yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.49

Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu yang menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diuangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji.50

Pemberi jaminan adalah orang atau badan usaha yang memiliki benda jaminan.51

Penerima jaminan adalah bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang terhadap pemberi jaminan yang pembayarannya dijamin dengan benda jaminan dan harta kekayaan lainnya dari pemberi jaminan.52

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis maksudnya adalah suatu analisis data yang berdasarkan pada

G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian

49

Tan Kamello, ibid, hal.33

50

H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 213

51

Tan Kamelo, Op. Cit., hal. 34

52


(43)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

teori hukum yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain.53

Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif.54

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas

Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data dengan menelaah bahan kepustakaan yang meliputi :

55

b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer

dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

56

53

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal.38

54

Roni Hantijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Semarang,Ghalia Indonesia,1998), hal 11

55

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Kencana, 2006), hal 141

56

Bambang Sunggono, ibid, hal 114

, misalnya buku-buku teks, hasil penelitian para ahli, kamus hukum, jurnal hukum, kamus ekonomi, kamus Bahasa Inggris dan hasil karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.


(44)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

3. Cara Pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan:

Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian dan peraturan perundang-undangan dalam hal ini yang menyangkut tentang jaminan kebendaan.

Wawancara (interview), yaitu melakukan wawancara dengan para informan atau nara sumber dengan menggunakan pedoman wawancara bebas agar data diperoleh langsung dari sumbernya dan lebih mendalam karena jumlah informan sedikit. Para informan atau narasumber yang akan diwawancarai, yaitu:

a. Hakim Pengadilan Negeri Medan 1 (satu) orang

b. Staff Bank yaitu Bank Century, Bank Sumut dan Bank DIPO International c. Notaris Medan 8 (delapan) orang

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas.

Analisa data adalah proses mengatur urutan data/mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.57

57


(45)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN KREDIT BERDASARKAN GROSSE AKTA NOTARIS

A. Perjanjian Kredit Dengan Jaminan 1. Perjanjian Pada Umumnya

Hartkamp, menyatakan bahwa: “perjanjian adalah tindakan hukum yang terbentuk dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan perihal aturan bentuk formal atau perjumpaan pernyataan kehendak yang saling bergantung satu sama lain sebagaimana dinyatakan oleh dua pihak atau lebih, dan dimaksud untuk menimbulkan akibat hukum demi kepentingan salah satu pihak serta atas beban pihak lainnya, atau demi kepentingan dan atas beban kedua belah pihak (semua) pihak bertimbal balik.58

Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu persetujuan yang diakui oleh hukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok dalam dunia usaha, dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang.

59

Menurut Roscou Pound, perjanjian bagian dari harta kekayaan. Sebagian kekayaan terdiri atas janji-janji. Sebagian yang penting dari harta benda seseorang adalah keuntungan yang dijanjikan oleh orang lain bahwa akan disediakan atau

58

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 139.

59

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, (Bandung : Alumni, 2006), hal.93.


(46)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

diserahkannya, terdiri atas tuntutan terhadap keuntungan yang dijanjikan, yang diajukannya terhadap perseorangan tertentu.60

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Dengan demikian, hubungan antara perjanjian dengan perikatan adalah bahwa perjanjian merupakan salah satu sumber dari perikatan atau perikatan timbul karena adanya perjanjian.

Menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu:

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian; 3. Mengenai suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif, karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.61Apabila salah satu dari syarat

subjektif tersebut diatas tidak dapat dipenuhi, maka perjanjian dapat dibatalkan, sedangkan apabila salah satu dari syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.62

Syarat pertama, sepakat atau juga dinamakan perizinan, maksudnya bahwa subjek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju mengenai hal-hal

60

Taryana Soenandar, Prinsip-Prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan

Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2004), hal. 6.

61

Subekti, ibid, hal 17.

62

Johannes Ibrahim & Lindawaty, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern, (Bandung : Refika Aditama, 2004), hal. 44.


(47)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain.

Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Pernyataan kehendak antara dua orang atau lebih dengan pihak lainnya. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu:

a. Bahasa yang sempurna dan tulisan; b. Bahasa yang sempurna secara lisan;

c. Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan. Karena dalam kenyataannya seringkali seseorang menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya;

d. Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya;

e. Diam atau membisu, tetapi dipahami atau diterima pihak lawan.63

Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak, yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tulisan. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, dikala timbul sengketa dikemudian hari. Momentum terjadinya perjanjian, yaitu pada saat terjadinya persesuaian antara pernyataan dan kehendak antara kreditur dan debitur.64

63

Achmad Ikhsan, Hukum Perdata I-B, (Jakarta: Pembimbing Massa, 1967), hal. 24

64

Salim, H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), hal. 31. Namun ada kalanya tidak ada persesuaian antara pernyartaan dan kehendak. Ada tiga teori yang menjawab tentang ketidaksesuaian antara pernyataan dan kehendak, yaitu teori


(48)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Kesepakatan di antara para pihak diatur dalam Pasal 1321 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sampai dengan Pasal 1328 Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Perdata. Menurut ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, pada dasarnya kesepakatan bebas dianggap terjadi pada saat perjanjian dibuat oleh para pihak, kecuali dapat dibuktikan bahwa kesepakatan tersebut terjadi karena adanya kekhilafan, paksaan maupun penipuan.65

Kecakapan bertindak adalah kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-Undang. Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa. Dewasa menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah telah berumur 21 tahun atau telah menikah. Orang yang tidak berwenang untuk melakukan perbuatan hukum, yaitu:66

a. Anak dibawah umur (minderjarigheid);67

b. Orang yang ditaruh dibawah pengampuan;68

kehendak (perjanjian ini terjadi apabila ada persesuaian antara pernyataan dan kehendak. Apabila terjadi ketidakwajaran, kehendaklah yang menyebabkan terjadinya perjanjian), teori pernyataan (kehendak merupakan proses batiniah yang tidak diketahui oleh orang lain, akan tetapi yang menyebabkan terjadinya perjanjian adalah pernyataan. Jika terjadi perbedaan antara kehendak dan pernyataan maka perjanjian tetap terjadi)., dan teori kepercayaan (setiap pernyataan menimbulkan perjanjian, tetapi pernyataan yangmenimbulkan kepercayaan saja yang menimbulkan perjanjian).

66

Salim HS, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hal. 33

67

Lihat Pasal 299 KUHP

68


(49)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

c. Isteri (Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Akan tetapi dalam perkembangannya isteri dapat melakukakan perbuatan hukum, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo SEMA Nomor 3 Tahun 1963.

d. Orang yang pailit69

Di berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Kewajiban debitur yaitu terdiri dari:

a. Memberikan sesuatu; b. Berbuat sesuatu;

c. Tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata).70

Syarat kedua, orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.

71

Sebagai syarat ketiga, disebutkan bahwa suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu, maksudnya suatu perjanjian harus mempunyai objek tertentu dan sekurang-kurangnya dapat ditentukan sesuai dengan Pasal 1332-1337 Kitab

Orang-orang yang tidak cakap membuat perjanjian adalah orang yang belum dewasa dan orang yang dibawah pengampuan (Pasal 1329-1331 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata).

69

Orang yang tidak membayar utang-utangnya kepada kreditur

70

Salim.H.S, ibid, hal. 34.

71


(1)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

H.S, Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2005.

_________, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2006.

H.S, Salim & H. Abdullah, dkk, Perancangan Kontrak & Memorandum Of

Understanding (MoU), Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Husein, Syahruddin, Pengantar Ilmu Hukum, Medan: USU Press, 1998.

Ibrahim, Johannes, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, Bandung: Utomo, 2004.

Ibrahim, Johannes & Lindawaty, Hukum Bisnis Dalam Persepsi Manusia Modern, Bandung : Refika Aditama, 2004.

Ikhsan, Achmad, Hukum Perdata I-B, Jakarta: Pembimbing Massa, 1967.

Kamelo, Tan, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung: Alumni, 2006.

_________, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan

Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, Medan, PPs-USU,

2002.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Kohar, A., Notaris dalamPraktek Hukum, Bandung: Alumni, 1983.

Lubis, M.Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994. Macmillan Contemporary Dictionary, Macmillan Publishing Co., Inc., New York,

Collier Macmillan Publisher, London, 1979.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2006.

Meliala, Djaja S., Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut Undang-Undang Hukum

Perdata, Bandung : Nuansa Aulia, 2008.

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.


(2)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990. _________, Hukum Harta Kekayaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.

_________, Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 2006.

Naja, H.R. Daeng, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

Neufeldt, Victoria dan David B. Guralnik, Webster’s New World College Dictionary, Macmillan USA, 1996.

Notodisoerjo, R.Soegondo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta: Rajawali,1982.

Pitlo, A Pembuktian Dan Daluwarsa, terjemahan M. Isa Arif, Jakarta: Intermasa, 1978.

Prent, A, c.m., Drs. J. Adisubrata, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Latin-Indonesia, Jakarta: Kanisius, 1969.

Prodjodikoro, R.Wirjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Jakarta: Sumur Bandung, 1992.

_________, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Bandung: Sumur, 1962.

Rasjidi, Lili dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar Maju, 2003.

Rusli, Hardijan, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993.

Simanjuntak, N.H., Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1999.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989.

Situmorang, Victor M. dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam Pembuktian


(3)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Sjahdeini, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang

Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut

Bankir Indonesia, 1993.

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Jaminan Di Indonesia-Pokok-Pokok Hukum

Jaminan dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta: Liberty, 2003.

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1987.

_______, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Alumni, 1982.

_______, Aneka Perjanjian Cetakan Sepuluh, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995. Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Soemitro, Roni Hantijo, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Semarang: Ghalia Indonesia,1998.

Soenandar, Taryana, Prinsip-Prinsip Unidroit Sebagai Sumber Hukum Kontrak dan

Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, Jakarta : Sinar Grafika, 2004.

Sukanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press, 1986.

Supramono, Gatot, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta: Djambatan, 1995.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997

Sutantio, Retnowulan dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam

Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1989.

Suyatno, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Suyatno, Thomas, Dasar-dasar Perkreditan, Cetakan Ketiga, Jakarta: Gramedia, 1990

Syahrani, Riduan, Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung : Alumni, 2004.


(4)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gitamedia Press.

Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, G. & C. Merriam Company, Publishers, Springfield, Massachusetts, USA.

Weng, Henry Lee A., Peraturan Peradilan di Daerah Luar Jawa dan Madura

Terjemahan, Medan: Fakultas Hukum USU, 1987.

Yamin, Muhammad, Beberapa Dimensi Filosofi Hukum Agraria, Cetakan Pertama, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003.

Yamin, Muhammad, Abd. Rahim Lubis, Beberapa Masalah Aktuil Hukum Agraria, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2004.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

C. Artikel, Makalah dan Majalah

Bachar, Djazuli, Eksekusi Grosse Akta Sebagai Cara Mencapai Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan, Varia Peradilan, Ikahi, 1993.

Badrulzaman, Mariam Darus,”Kerangka Hukum Jaminan Indonesia”, Kertas Kerja Dalam Workshop Hukum Jaminan, diselenggarakan oleh Elips Project bekerjasama dengan USU, Medan, tanggal 2 Desember 1993.

Harahap, M. Yahya, Kedudukan Grosse Akta Dalam Perkembangnan Hukum di


(5)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

Kusumo, Soedikno Merto, Eksekusi Objek Hak Tanggungan Permasalahan dan

Hambatannya. Makalah yang disajikan pada penataran Dosen Hukum

Perdata, diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Lubis, M. Solly, “Paradigma Democracy”, Harian Waspada, tanggal 21 Juli 2005. Siregar, JN., Grosse Akta Notaris, Surabaya: Media Notariat, INI, 1967.

Sjahdeini, Sutan Remy,1993, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang

Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,

Institut Bankir Indonesia, Jakarta.

Sofyan, Syahril, Grosse Akta Notaris: Paradigma Baru Pasca Undang-Undang Nomor 30/2004 Tentang Jabatan Notaris, Makalah pelengkap dalam menempuh Kuliah dalam mata kuliah Hukum Perbankan Pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, 2005.

Sudiono, H. Abdul Wahab, Grosse Akta Pengakuan Hutang Dalam Teori dan

Praktek, Varia Peradilan, Juli, 1993.

D. INTERNET


(6)

Asido Sihombing : Analisis Yuridis Terhadap Grosse Akta Notaris Sebagai Pengikatan Jaminan Dikaitkan Dengan Kredit Macet (Studi Di Kota Medan), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR REGISTER EKSEKUSI PENGADILAN NEGERI MEDAN

TAHUN 2004 - 2008

Tahun Damai/Dicabut Selesai/Lelang Belum Terlaksana Jumlah

2004 15 7 5 27

2005 9 6 5 20

2006 9 10 7 26

2007 15 8 14 37

2008 9 8 23 40