Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

“naik gunung” バスに乗る Basu ni noru “naik bus” Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa kata-kata yang bergaris bawah di atas tersebut mengandung makna “naik”tetapi tidak bisa digunakan pada keadaan yang sama, ini dapat diketahui dari verba apa yang digunakan di dalam kalimat. Dengan demikian terlihat dari kasus ketiga kalimat seperti di atas di perlukan pemilihan terhadap suatu kata. Maksudnya adalah dari ketiga kata agaru, noboru, dan noru dipilih kata yang tepat sesuai dengan konteksnya. Menurut penulis kata agaru, noboru, dan noru tersebut sangat menarik untuk di bahas dalam skripsi ini. Maka akhirnya penulis membahas tentang verba yang bermakna “naik” dengan judul “Analisis Pemakaian Verba Agaru, Noboru, dan Noru dalam Kalimat Bahasa Jepang ditinjau dari segi semantik ”.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah sinonim verba. Dalam bahasa jepang mengenal kata kerja yang disebut doushi verba. Dalam doushi ada kata agaru, noboru, dan noru, dan ketiga kata tersebut mempunyai makna “naik”. Tetapi masing-masing kata berbeda penggunaannya dalam kalimat. Oleh sebab itu saya sebagai penulis merasa ragu untuk memilih ketiga kata tersebut di dalam kalimat. Hal ini merupakan suatu hal yang menyulitkan bagi penulis karena untuk memilih kata yang tepat dari ketiga kata di atas, penulis harus memikirkan situasi Universitas Sumatera Utara ataupun kontekstualnya. Alasannya karena begitu kata digunakan harus memikirkan kontekstualnya, sehingga ini menjadi masalah. Dalam bentuk pertanyaan masalah dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa pengertian sinonim verba agaru, noboru, dan noru ? 2. Bagaimana pemakaian verba agaru, noboru, dan noru dalam kalimat bahasa Jepang yang sesuai dengan kontekstualnya?.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penilisan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan nya hanya pada kata kerja yang bersinonim seperti agaru, noboru dan noru yang bermakna naik . Pembahasannya di fokouskan pada analisa terhadap perbedaan nuansa makna dari kata agaru, noboru, dan noru dalam suatu kalimat. Agar pembahasan terhadap permasalahan dalam skripsi ini lebih jelas, logis dan akurat, maka penulis sebelum bab pembahasan menjelaskan juga mengenai pengertian verba, jenis verba, fungsi verba, pengertian verba agaru, noboru, dan noru, pengertian semantik, dan kesinoniman.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.Tinjauan Pustaka

Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis pemakaian verba agaru,noboru, dan noru serta perbedaannya. Untuk itu, penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berkait dengan linguistik. Linguistik adalah ilmu yang Universitas Sumatera Utara mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umum nya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Sementara Abdul Chaer, 1994:1, menyatakan : Linguistik adalah ilmu tentang bahasa yang mengkaji bahasa sebagai objek kajianya. Biasanya bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kaliamat- kalimat, dan predikat dalam sebuah kalimat merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Verba adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Verba doushidapat mengalami perubahan dengan sendirinya dapat menjadi predikat Noumura, 1992:158. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat,mengalami perubahan bentuk katsuyodan bisa berdiri sendiri Sutedi, 2003:42. Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan verba agaru,noboru,noru yang memiliki makna yang hampir sama tetapi berbeda cara penggunaan nya dalam kalimat. Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semanatik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah ideom, dan makna kalimat. Sementara di dalam Kamus besar bahasa Indonesia1990:5480 adalah 1 arti : makna 2 maksud pembicara dan penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Universitas Sumatera Utara

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat-pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang di baca oleh penulis. Menurut Ferdinand de Saussure bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia dturunkan dari kata bahasa Yunani kuno sema yang berarti “tanda” atau “ lambang”. Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini adalah sebagai padanan kata “sema” itu adalah tanda linguistik. Tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda yang berwujud bunyi, dan komponen petanda yang berwujud konsep atau makna. Menurut Henri Guntur Tarigan 1985:18 bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semanticos “penting” berarti yang diturunkan pula dari semainein “memperlihatkan, menyatakan” yang berasal pula dari sema “tanda” yang terdapat pada kata semaphore yang berarti “tiang sinyal” yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menalaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Verba agaru, noboru,dan noru memiliki makna yang berbeda, maka untuk menganalisa ketiga kata tersebut penulis menggunakan teori pemakaian dari makna. Universitas Sumatera Utara Banyak teori yang dikembangkan oleh paham filsafat dan linguistik sekitar teori makna dalam studi semantik. Menurut Parera 1990:16 secara umum teori makna dibedakan atas: 1. Teori Refrensial korespondensi 2. Teori kontekstual 3. Teori Mentalisme 4. Teori Formalitas Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik, teori makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori makna kontekstual Dari teori yang dikemukakan oleh para ahli seperti diatas, maka sudah pasti verba agaru, noboru, dan noru memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan dalam konteks yang sama. Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang makna yang ada dalam verba agaru, noboru dan noru. . Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem kata yang berada di dalam satu konteks. Chaer, 2003:290. Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata symbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks Parera, 1991: 18. Menurut Chaer 1994:59, makna itu terbagi atas dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus jisho teki imi atau makna kata goi teki imi yang sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga di katakan sebagai makna asli suatu kata. Sedangkan makna gramatikalnya yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat bunpo teki imi yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya Sutedi, 2003 Universitas Sumatera Utara : 105-106 . Kata agaru, noboru dan noru memili makna atau pengertian yang sedikit berbeda.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian sinonim verba agaru, noboru,dan noru dalam konteks kalimat bahasa jepang. 2. Untuk mengetahui pemakaian verba agaru, noboru, dan noru dalam konteks kalimat bahasa Jepang yang memiliki perbedaan nuansa makna

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik. 2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang verba bahasa Jepang, khususnya pengertian, perbedaan ,dan persamaan penggunaan verba agaru,noboru.dan noru dalam konteks kalimat bahasa Jepang

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Metode Deskriptif yaitu pemaparan dan penjelasan yang dikembangkan sendiri oleh penulis dengan tetap Universitas Sumatera Utara mengacu kepada sumber informasi dan fakta-fakta yang berkaitan dengan pembahasan yang diangkat dalam skripsi ini. Selain itu, penulis menggunakan metode kepustakaan liberary research yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini. Winarno Surachman dalam bukunya Pengantar Metodologi ilmiyah 1988:5 menerangkan metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya adalah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan. Dan pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interprestasi tentang arti data ini. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG,

PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN VERBA AGARU, NOBORU, DAN NORU

2.1 Pengertian Verba

Terdapat beberapa defenisi verba antara lain menerangkan tentang pemakaiannya didalam konteks kalimat dan mengklasifikasikannya. Penulis mencoba menggunakan defenisi verba bahasa jepang. Sebelum menelaah fungsi bahasa Jepang secara umum dan pemakaian verba agru, noboru, dan noru, penulis akan menerangkan pengertian verba yang diambil dari beberapa sumber. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambar proses, perbuatan atau keadaan, yang juga disebut kata kerja Poerwadarmita, 2005:1260. Dalam bahasa Jepang verba disebut dengan doushi. Makna doushi dilihat dari kanjinya : 動く = ugoku, dou = bergerak 詞 = kotoba, shi = kata 動詞 = doushi = kata yang bermakna gerak Doushi adalah kata kerja yag berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk katsuyo dan bisa berdiri sendiri Sutedi, 2003:42. Universitas Sumatera Utara