pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk melakukan persalinan normal. Tindakan seksio caesaria ini biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu
ini yang disebut dengan seksio caesaria elektif Oxorn, 2001.
2.3.3. Penatalaksanaan Nyeri Pasca Operasi Seksio Caesaria
Penatalaksanaan nyeri bukan hanya sekedar berupaya untuk menghilangkan nyeri, tetapi juga menekankan pada upaya untuk meningkatkan
kualitas hidup klien dan kemampuan bekerja secara produktif, untuk membuat klien dapat menikmati rekreasi, dan membantu klien berfungsi secara normal di
dalam keluarga dan masyarakat Potter Perry, 2005. Mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman yang hebat merupakan
intervensi keperawatan yang memerlukan ketrampilan dan pengetahuan keperawatan, dalam konsep yang berhubungan dengan nyeri, pengumpulan data
dan terapi yang bermanfaat kepekaan dan empati bagi perawat memerlukan pendekatan yang sistematis pada pasien yang menderita nyeri Barbara, 1996.
Untuk mengintervensi pasien yang mengalami nyeri, peran perawat dalam penatalaksanaan nyeri yaitu dapat membantu meredakan nyeri dengan
memberikan intervensi penghilang nyeri, mengkaji keefektifan intervensi tersebut, memantau terhadap efek yang merugikan dan berperan sebagai advokat pasien
apabila intervensi yang dianjurkan tidak efektif dalam meredakan nyeri Brunner Suddart, 2001.
Pada pasca operasi keadaan penderita gawat, segara dipindahkan ke unit perawatan darurat untuk perawatan bersama dengan unit anestesi. Setelah
dirawat di dalam rawat khusus atau unit perawatan darurat baru dipindahkan
Universitas Sumatera Utara
ke tempat semula dan perawatan luka dan pengukuran tanda-tanda vital dilanjutkan Mochtar, 2001. Tanda-tanda vital dapat berlangsung setiap 15 menit
selama 1-2 jam atau hingga keadaan stabil selanjutnya diberikan oxytosin intravenous untuk merangsang uterus untuk berkontraksi dan mengurangi
kehilangan darah kemudian diberikan obat analgetik untuk mendorongnya. Tindakan pemberian analgetik untuk rasa nyeri di lokasi sayatan dapat diberikan
setiap 3-4 jam, atau analgetik yang di kontrol pasien atau epidural narkotika dapat diresepkan dokter Burroughs, 2001.
Pemberian cairan perinfus harus cukup beserta elektrolit yang diperlukan sehinggan tidak terjadi hipetermi, dehidrasi dan komplikasi pada
organ-organ tubuh lainnya, jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini dapat dipakai sebagai pedoman pemberian cairan perinfus dihentikan setelah
penderita flatus, lalu mulailah pemberian makanan dan cairan peroral. Pemberian makanan rutin akan berubah bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan
seperti adanya perut gembung dan jalannya peristaltik yang kurang sempurna Mochtar, 2001.
Selama masih dalam perawatan, luka bekas irisan operasi akan terus dipantau oleh perawat karena dikhawatirkan terjadi perdarahan atau infeksi pada
luka tersebut. Setelah penderita sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat
anti sakit dan penenang. Setelah hari pertama atau kedua rasa nyeri akan hilang sendiri. Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan suci hama larutan
betadine dan sebagainya, lalu ditutup dengan kain penutup luka Mochtar, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Kasdu, 2003 juga menjelaskan bahwa pembalut atau penutup luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi selama proses
penyembuhan, pertahankan penutup luka sejak hari pertama pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses rehabilitasi berlangsung. Jika pembalut luka
terjadi perdarahan atau keluar cairan cukup banyak dan terus bertambah maka pembalut dibuka dan dilihat luka dan penyebabnya kemudian diganti dengan
pembalut baru. Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi bergantung pada jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Mobilisasi
berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Sebaliknya terlalu dini melakukan mobilisasi juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi,
mobilisasi secara teratur dan bertahap diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan Mochtar, 2001.
Menurut Kasdu, 2003, setelah dari ruang operasi pasien akan dibawa ke ruang pemulihan, setelah itu dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan
tingkat kesadaran, sirkulasi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang tertampung dikantong urin, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan
bentuk cairan lokia. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ditemukan gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang berlebihan. Kondisi rahim
uterus dan leher rahim serviks juga diperiksa apakah keduanya berfungsi normal pemeriksaan yang lain yaitu pemantauan keadaan emosional secara
umum.
Universitas Sumatera Utara
Asmadi 2008, menjelaskan bahwa ada beberapa metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain sebagai
berikut:
a. Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dengan nyeri, menurut
Tamsuri, 2006, menerangkan beberapa teknik distraksi adalah sebagai berikut:
1. Distraksi visual, misalnya melihat pertandingan, menonton televisi, membaca
koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual. 2.
Distraksi pendengaran, misalnya mendengarkan musik, suara burung atau gemericik air, dan lain-lain.
3. Distraksi pernapasan, bernapas ritmik dan masase, instruksikan klien untuk
melakukan pernapasan ritmik, dan pada saat yang bersamaan lakukan masase pada bagian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri. 4.
Distraksi intelektual, misalnya mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran dan lain-lain.
5. Teknik pernapasan, misalnya bermain, menyanyi menggambar.
b. Relaksasi
Menurut Potter Perry 2005, menjelaskan bahwa relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan saat
indvidu dalam kondisi sehat atau sakit. Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali. Teknik relaksasi
Universitas Sumatera Utara