Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

(1)

PENGETAHUAN PERAWAT DAN BIDAN DALAM

PENATALAKSANAAN NYERI PASIEN PASCA OPERASI SEKSIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Dinni Suweni 071101111

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

Nama Mahasiswa : Dinni Suweni

NIM : 071101111

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 04 Januari 2010

Pembimbing Penguji I

(Ellyta Aizar, S.Kp) (Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep) NIP. 19741013 200012 2 001 NIP. 19710312 200003 2 001

Penguji II

(Siti Saidah Nst, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat)

NIP. 19750327 200112 2 007

Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep.)

Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp, MNS.

NIP. 19671208 199903 2 001


(3)

Judul : Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

Nama Mahasiswa : Dinni Suweni

NIM : 071101111

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Operasi Caesar atau Sectio Caesaria adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam mulut rahim dan dilakukan ketika proses persalinan normal melalui jalan lahir tidak memungkinkan dikarenakan komplikasi medis (Depkes RI, 2007). Nyeri yang dirasakan pasca seksio caesaria berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif terganggu pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2002). Menurut Simpson (2001), keahlian perawat dalam berbagai strategi penanganan rasa nyeri adalah hal yang sangat penting, tapi tidak semua perawat meyakini atau menggunakan pendekatan non farmakologis untuk menghilangkan rasa nyeri ketika merawat wanita yang menjalani persalinan karena kurangnya pengenalan teknik non farmakologis, maka perawat harus mengembangkan keahlian dalam berbagai strategi dalam penanganan rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sampel diambil dengan metode total sampling dan instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner dan data diolah dengan sistem komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Dari penelitian diperoleh hasil

perawat sebagai responden dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 13 responden (52%) dan pengetahuan baik yaitu sebanyak 12 responden (48%).

Tidak ada perawat dengan pengetahuan yang kurang baik. Diharapkan pembaca dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria sehingga pasien mendapatkan pelayanan yang lebih baik.


(4)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini sebagai berikut :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, selaku dosen pembimbing skripsi. 4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku penguji II

5. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku penguji III.

6. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku Dilly Suptiani dan Dewi Lestari, SE 7. Sahabat-sahabatku Evi Mariati, S.kep, Ns, Cholida Fitria AB, S.Kep, Sri

Kurniawati, S.Kep, serta seluruh angkatan 2007 dan 2008 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(5)

8. Staf perpustakaan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 9. Seluruh staf perawat di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalam.

Medan, Januari 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 5

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 6

2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 8

2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 12

2.2. Nyeri ... 12

2.2.1. Defenisi Nyeri ... 12

2.2.2. Klasifikasi Nyeri ... 12

2.2.3. Fisiologi Nyeri ... 13

2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ... 14

2.2.5. Pengkajian Nyeri ... 16

2.2.6. Manajemen Nyeri ... 17

2.3. Seksio Caesaria ... 19

2.3.1. Defenisi Seksio Caesaria ... 19

2.3.2. Indikasi Seksio Caesaria ... 19

2.3.3. Penatalaksanaan Nyeri Pasca Operasi Seksio Caesaria ... 20

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 26

3.2. Defenisi Operasional ... 27

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 28

4.2. Populasi dan Sampel ... 28

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 29

4.5. Instrument Penelitian... 29

4.6. Pengumpulan Data ... 30

4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31


(7)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian ... 33 5.1.1. Karakteristik Responden ... 33 5.1.2. Pengetahuan Perawat dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria ... 34 5.2. Pembahasan ... 36 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan ... 40 6.2. Rekomendasi ... 41 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Operasional Variabel Penelitian... 27 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi berdasarkan

Karakteristik Responden (N = 25)... 34 Tabel 3. Deskripsi Pengetahuan Perawat dalam Penatalaksanaan

Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Perawat (N = 25)... 34 Tabel 4. Deskripsi Pengetahuan Perawat dalam Penatalaksanaan

Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria Berdasarkan

Pengalaman Kerja Perawat (N = 25)... 35 Tabel 5. Deskripsi Pengetahuan Perawat dalam Penatalaksanaan


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 .Skala Pengukuran Nyeri... 17 Skema 2. Kerangka Konseptual Penelitian Pengetahuan

Perawat dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien


(10)

Judul : Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

Nama Mahasiswa : Dinni Suweni

NIM : 071101111

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

Abstrak

Operasi Caesar atau Sectio Caesaria adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam mulut rahim dan dilakukan ketika proses persalinan normal melalui jalan lahir tidak memungkinkan dikarenakan komplikasi medis (Depkes RI, 2007). Nyeri yang dirasakan pasca seksio caesaria berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif terganggu pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2002). Menurut Simpson (2001), keahlian perawat dalam berbagai strategi penanganan rasa nyeri adalah hal yang sangat penting, tapi tidak semua perawat meyakini atau menggunakan pendekatan non farmakologis untuk menghilangkan rasa nyeri ketika merawat wanita yang menjalani persalinan karena kurangnya pengenalan teknik non farmakologis, maka perawat harus mengembangkan keahlian dalam berbagai strategi dalam penanganan rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sampel diambil dengan metode total sampling dan instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner dan data diolah dengan sistem komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Dari penelitian diperoleh hasil

perawat sebagai responden dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 13 responden (52%) dan pengetahuan baik yaitu sebanyak 12 responden (48%).

Tidak ada perawat dengan pengetahuan yang kurang baik. Diharapkan pembaca dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria sehingga pasien mendapatkan pelayanan yang lebih baik.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Operasi Caesar atau Sectio Caesaria adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam mulut rahim. Operasi ini dilakukan ketika proses persalinan normal melalui jalan lahir tidak memungkinkan dikarenakan komplikasi medis (Depkes RI, 2007).

Badan Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah caesar adalah sekitar 10% sampai 15%, dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Pada tahun 2003, di Kanada memiliki angka 21%, Britania Raya 20% dan Amerika Serikat 23%, dengan berbagai pertimbangan seringkali proses bedah caesar dilakukan bukan karena komplikasi medis saja, melainkan permintaan dari beberapa pasien dikarenakan tidak ingin mengalami nyeri waktu persalinan normal (Wikipedia, 2009). Angka kejadian seksio caesaria di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tahun 1999-2000, menyebutkan bahwa 30% dari 404 persalinan perbulan merupakan persalinan seksio caesaria (Kasdu, 2003).

Dari hasil penelitian Bensons dan Pernolls, yang dikutip oleh Safitri (2008), menjelaskan dimana angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi seksio caesaria labih tinggi dibandingkan persalinan normal, dimana angka kematian pada operasi seksio caesaria adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran


(12)

hidup, angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibandingkan persalinan normal.

Nyeri yang dirasakan ibu pasca seksio caesaria berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif terganggu pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2002).

Rasa nyeri berbeda pada setiap individu. Melalui pengalaman nyeri, manusia mengembangkan beraneka mekanisme untuk mengatasi nyeri. Kemungkinan nyeri dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang berakhir dengan kepanikan, maupun keletihan dan kurang tidur dapat memperberat nyeri selama persalinan (Bobak, 2004).

Fenomena yang terjadi di lapangan bahwa perawat perlu melakukan pendekatan penatalaksanakan nyeri sehingga dapat memahami nyeri yang klien rasakan dan dapat memberikan terapi yang sesuai. Scott (1994) yang dikutip oleh Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa pengkajian rasa tidak nyaman klien dan evaluasi terapi untuk menghilangkan rasa nyeri menggunakan skala nyeri yang merupakan metode efektif dalam fungsi keperawatan yaitu untuk penatalaksanaan pasca operatif, mengevaluasi respons klien terhadap pemberian analgesik dan mendokumentasikan beratnya nyeri secara objektif.

Penatalaksanaan nyeri efektif tidak hanya mengurangi ketidaknyamanan fisik tetapi juga meningkatkan mobilisasi lebih awal dan membantu klien kembali bekerja lebih dini, mengurangi kunjungan klinik,


(13)

memperpendek masa hospitalisasi dan mengurangi biaya peralatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).

Menurut Simpson (2001), keahlian perawat dalam berbagai strategi penanganan rasa nyeri adalah hal yang sangat penting, tapi tidak semua perawat meyakini atau menggunakan pendekatan non farmakologis untuk menghilangkan rasa nyeri ketika merawat wanita yang menjalani persalinan karena kurangnya pengenalan teknik non farmakologis, maka perawat harus mengembangkan keahlian dalam berbagai strategi dalam penanganan rasa nyeri.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 05 Juni 2009, penatalaksanaan nyeri yang dilakukan oleh perawat dan bidan di Rumah Sakit Umum Sundari, yaitu dengan pemberian analgetika untuk mengurangi nyeri setelah pasca operasi seksio caesaria dan memberikan perawatan pasca operasi yang efisien yaitu anjuran melakukan mobilisasi segera mungkin, mengatur posisi yang nyaman, mengajarkan teknik relaksasi pernapasan perawatan luka operasi dan melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

Berdasarkan rincian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria.

1.2.Pertanyaan Penelitian.

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.


(14)

1.3.Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan penelitian ini adalah: 1.4.1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tentang penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria.

1.4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumber informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan maupun kebidanan dan bahan pengajaran dalam mata kuliah keperawatan maternitas, khususnya tentang pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria.

1.4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya.


(15)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

Di dalam tinjauan teoritis ini akan dipaparkan tentang konsep-konsep terkait dengan pengetahuan, operasi seksio caesaria, nyeri pasca operasi seksio caesaria dan penatalaksanaan nyeri pasca operasi seksio caesaria.

2.1.Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Setiawati (2008), yang mengutip dari Rogers (1974), pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan individu tersebut akan melakukan perubahan dengan mengadopsi prilaku.

Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan


(16)

yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut dan manusia juga dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya (Budiningsih, 2005).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

2.1.2.1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2.1.2.2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(17)

2.1.2.3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

2.1.2.4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dalam menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

2.1.2.5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

2.1.2.6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).


(18)

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan informasi dan penemuan yang bersifat kreatif untuk mempertahankan pemgetahuan baru, dimana perawat dapat menggunakan kemampuan rasional logis dan pemikiran kritis untuk menganalisis informasi yang diperoleh melalui pembelajaran tradisional, pencarian informasi, belajar dari pengalaman, penelitian ide terhadap disiplin ilmu lain, dan pemecahan masalah untuk menentukan terminologi tindakan keperawatan. Selain itu, perawat dapat menggunakan kemampuan penyelidikan ilmiah untuk mengidentifikasi dan menyelidiki masalah klinis, profesional atau pendidikan (Potter & Perry, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003), menjelaskan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

2.1.3.1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup, menurut batasan ini proses pendidikan tidak hanya sampai pada kedewasaan saja, melainkan tetap berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka hidup akan semakin berkualitas, dimana seseorang akan berfikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya (Notoatmodjo, 2003).


(19)

Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dan berperan dalam pengembangan pelayanan keperawatan profesional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan kehidupan keprofesian, dan pendidikan keperawatan berkelanjutan yang dicapai melalui lulusan dengan kemampuan profesional. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang S1 keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan harus tetap dipacu. Kepedulian terhadap pengelolaan pendidikan tinggi mempunyai alasan karena keberhasilan pengembangan keperawatan di Indonesia di masa mendatang sangat bergantung pada penataan dan pengembangan pendidikan tinggi keperawatan (Nursalam, 2008).

2.1.3.2. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dirasakan yang merupakan kesadaran akan sesuatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Sikap yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap prilaku berikutnya yang direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi yang memungkinkan.


(20)

Pengalaman belajar dan bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3.3. Pekerjaan

Pekerjaan dapat membawa suatu pengalaman, pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman.

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerja adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor, perusahaan dengan menerima upah atau gaji, baik berupa uang atau barang. Sedangkan lapangan kerja atau jabatan adalah suatu pekerjaan yang dilakukan atau di tugaskan pada seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3.4. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan keinginan yang berasal dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan dan dapat dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan. Untuk merubah karakteristrik yang lama seperti nilai, sikap, kepercayaan dan pemahaman, maka perlu dukungan dan dorongan dari orang sekitarnya.

Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang mengambil suatu tindakan. Motivasi dapat berasal dari motif sosial, tugas, atau fisik. Penyelesaian tugas sosial dan motivasi fisik menstimulasi seseorang untuk


(21)

belajar. Motivasi sosial dibutuhkan untuk berhubungan, penampilan sosial, atau harga diri. Individu secara umum mencari orang lain untuk membandingkan pendapat, kemampuan, dan emosi dan penyelesaian tugas memotivasi didasari oleh kebutuhan seperti keberhasilan dan kompetensi maka pengetahuan yang diperlukan untuk mempertahankan diri menghasilkan stimulus yang lebih besar untuk belajar daripada pengetahuan yang hanya meningkatkan kesehatan. Strategi pengajaran menggambarkan hubungan yang penting dengan berbagai motivasi fisik (Potter & Perry, 2005).

2.1.3.5. Informasi

Informasi merupakan faktor yang mungkin mencakup ketrampilan dan sumber daya untuk melakukan prilaku kesehatan. Semakin banyak informasi yang diterima oleh seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang menjadi sumber informasi adalah lingkungan. Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk kepribadian seseorang dimana lingkungan yang banyak menyediakan informasi yang akan menambah pengetahuan seseorang (Potter & Perry, 2005).


(22)

2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat diukur dan disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Nyeri

2.2.1 Defenisi Nyeri

Menurut Brunner & Suddart (2001), nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri terjadi bersama proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006).

2.2.2. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.


(23)

Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal sindrom, nyeri kronis dan nyeri psikosomatis (Hidayat, 2006).

Menurut Brunner & Suddarth (2001), nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri kronis berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.

2.2.3. Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran fisik, emosi dan perilaku, cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni ; resepsi, persepsi dan reaksi. (Potter & Perry, 2005). Respons fisiologis terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau perubahan respon terhadap lingkungan (Brunner & Suddart, 2001).

Nyeri alat dalam, seperti nyeri somatik dalam, mencetuskan kontraksi refleks otot-otot rangka disekitarnya. Kejang refleks ini biasanya terjadi didinding abdomen dan menyebabkan dinding abdomen kaku. Hal ini paling nyata apabila peradangan alat dalam melibatkan peritonium. Tanda-tanda klasik peradangan alat dalam di abdomen adalah nyeri, nyeri tekan, perubahan otonomi misalnya


(24)

hipotensi dan berkeringat, dan kejang dinding abdomen. Nyeri tekan disebabkan oleh peningkatan kepekaan reseptor nyeri di alat dalam, perubahan otonom disebabkan oleh pengaktifan refleks-refleks viseral dan kejang disebabkan oleh kontraksi otot rangka di dinding abdomen (Ganong, 1998).

Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator nyeri yang lebih akurat dibandingkan dengan laporan verbal pasien, respon involunter tersebut adalah peningkatan tekanan darah, pernapasan, nadi, pucat, dan berkeringat merupakan respons rangsangan sistem saraf otonom, dan bukan karena nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2006).

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain- lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan– jaringan tertentu yang terletak lebih dalam (Asmadi, 2008)

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter & Perry (2005), nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: usia, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya gaya koping, dukungan keluarga dan sosial dan respons psikologis.


(25)

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, toleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan pertambahan usia, misalnya semakin bertambah usia seseorang maka semakin bertambah pula pemahaman terhadap nyeri dan usaha mengatasinya (Priharjo, 1993).

Hubungan antara nyeri, ansietas dan keletihan bersifat kompleks, ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri dapat menimbulkan perasaan ansietas, maka rasa cemas yang tidak hilang seringkali menyebabkan psikosisi dan gangguan kepribadian, sedangkan keletihan meningkatkan persepsi dan rasa kelelahan yang menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping (Potter & Perry, 2005).

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang, cara seseorang berespons terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya, bagi beberapa orang nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten (Brunner & Suddarth, 2001)

Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien, klien mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang “negatif” cenderung memiliki suasana hati yang sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa marah dan frustasi, sebaliknya pada klien yang memiliki persepsi nyeri yang “positif” akan menerima nyeri yang dialami. Pemahaman dan pemberian arti bagi nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu, dan juga faktor sosial


(26)

budaya, dan juga pada fase pasca nyeri klien mungkin mengalami trauma psikologis, takut, depresi, serta menggigil (Tamsuri, 2006).

Menurut Niven (2000), menjelaskan bahwa respons psikologis terhadap nyeri akut berbeda dengan reaksi teradap nyeri kronik. Nyeri akut sering melibatkan ketidaknyamanan dalam waktu yang singkat dan dapat kembali lagi. Nyeri kronis sering tidak mempunyai sebab yang jelas, menetap dan melibatkan penyesuaian psikologis yang besar dengan gejala yang dihubungkan dengan nyeri kronik adalah gangguan tidur, marah pada orang lain, penurunan aktifitas, depresi, toleransi nyeri yang menurun, kelelahan, dan keletihan.

2.2.5. Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri yang benar bagi petugas kesehatan untuk menetapkan status nyeri klien, harus lebih bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap perawatan yang diberikan, dan lebih berorientasi pada sifat kemitraan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri. Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respons klien terhadap terapi (Potter & Perry, 2005).

Menurut Tamsuri (2006), pengkajian nyeri meliputi berbagai aspek, yaitu : Intensitas nyeri, karakteristis nyeri, faktor yang meredakan nyeri, efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari, kekhawatiran individu tentang nyeri.


(27)

Skala Intensitas Nyeri

Skala Intensitas Nyeri Deskpritif Sederhana Tidak

Ada Nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang

Nyeri Hebat

Nyeri Sangat Hebat

Nyeri Paling Hebat

Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala Analog Visual

Tidak Ada Nyeri Nyeri Paling Hebat

Skema. 1. Skala Pengukuran Nyeri Smeltzer, S.C Bare B.G (2002).

2.2.6. Manajemen Nyeri

Menurut Tamsuri (2006), menjelaskan bahwa ada beberapa tindakan untuk mengatasi nyeri, yaitu tindakan pengobatan (farmakologis) dan tindakan non farmakologis (tanpa pengobatan).

2.2.6.1. Intervensi Farmakologi

Beberapa agens famakologis digunakan untuk menangani nyeri semua agens memerlukan resep dokter, penatalaksanaan nyeri akut, perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang menjalani pembedahan dan prosedur medis. Ada tiga jenis analgesik, yakni : (1) non-narkotik dan obat antiinflamasi non steroid (NSAID), (2) analgesik narkotik atau opiat, dan (3) obat tambahan atau ke analgesik. NSAID non-narkotik umumnya menghilangkan nyeri ringan


(28)

pengobatan gigi dan prosedur bedah minor, episiotomi dan masalah pada punggung bagian bawah (Potter & Perry, 2005).

2.2.6.2. Intervensi non Farmakologis

Tindakan nonfarmakologis mencakup intervensi perilaku kognitif dan penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku kognitif adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi klien rasa pengendalian yang lebih besar. Agens-agens fisik bertujuan untuk memberikan rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respon fisiologis dan mengurangi rasa takut (Potter & Perry, 2005).

Pedoman AHCPR (1992), dikutip oleh Brunner & Suddart (2001), penatalaksanaan nyeri intervensi non farmakologis untuk klien yang memenuhi kriteria antara lain yaitu : klien merasa bahwa intervensi tersebut menarik, klien yang mengekspresikan kecemasan atau ketakutan, klien yang memperoleh manfaat dari upaya menghindari atau mengurangi terapi obat, klien yang memiliki kemungkinan untuk mengalami dan mengembangkan koping dengan interval nyeri pasca operasi yang lama, klien yang masih merasa nyeri setelah menggunakan terapi non farmakologis.


(29)

2.3. Seksio Caesaria

2.3.1. Defenisi Seksio Caesaria

Menurut Kasdu (2003), seksio caesaria adalah persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan diperut dengan menyayat dinding rahim.

Seksio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus untuk menyelamatkan kehidupan ibu dan janinnya (Burroughs, 2001).

Tujuan seksio caesaria adalah persalinan dengan segera sehingga uterus segera berkontraksi dan menghentikan pendarahan, menghindarkan kemungkinan terjadi robekan pada servik jika janin dilahirkan pervaginam (Saifuddin, 2001).

2.3.2. Indikasi Seksio Caesaria 2.3.2.1. Indikasi medis

Secara terperinci indikasi medis dari seseorang ibu yang harus menjalani seksio caesaria, yaitu : plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi sefaloselvik, ruptura uteri yang mengancam, partus lama (prolonged labour), partus tak maju (obstructed labour), distosia serviks, preeklamsia dan hipertensi, malpresentasi janin, distosia karena tumor, dan gawat janin (Mochtar, 2001).

2.3.2.2. Indikasi sosial

Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis yaitu indikasi sosial. Indikasi sosial dalam persalinan seksio caesaria, timbul karena adanya permintaan


(30)

pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk melakukan persalinan normal. Tindakan seksio caesaria ini biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu ini yang disebut dengan seksio caesaria elektif (Oxorn, 2001).

2.3.3. Penatalaksanaan Nyeri Pasca Operasi Seksio Caesaria

Penatalaksanaan nyeri bukan hanya sekedar berupaya untuk menghilangkan nyeri, tetapi juga menekankan pada upaya untuk meningkatkan kualitas hidup klien dan kemampuan bekerja secara produktif, untuk membuat klien dapat menikmati rekreasi, dan membantu klien berfungsi secara normal di dalam keluarga dan masyarakat (Potter & Perry, 2005).

Mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman yang hebat merupakan intervensi keperawatan yang memerlukan ketrampilan dan pengetahuan keperawatan, dalam konsep yang berhubungan dengan nyeri, pengumpulan data dan terapi yang bermanfaat kepekaan dan empati bagi perawat memerlukan pendekatan yang sistematis pada pasien yang menderita nyeri (Barbara, 1996).

Untuk mengintervensi pasien yang mengalami nyeri, peran perawat dalam penatalaksanaan nyeri yaitu dapat membantu meredakan nyeri dengan memberikan intervensi penghilang nyeri, mengkaji keefektifan intervensi tersebut, memantau terhadap efek yang merugikan dan berperan sebagai advokat pasien apabila intervensi yang dianjurkan tidak efektif dalam meredakan nyeri (Brunner & Suddart, 2001).

Pada pasca operasi keadaan penderita gawat, segara dipindahkan ke unit perawatan darurat untuk perawatan bersama dengan unit anestesi. Setelah dirawat di dalam rawat khusus atau unit perawatan darurat baru dipindahkan


(31)

ke tempat semula dan perawatan luka dan pengukuran tanda-tanda vital dilanjutkan (Mochtar, 2001). Tanda-tanda vital dapat berlangsung setiap 15 menit selama 1-2 jam atau hingga keadaan stabil selanjutnya diberikan oxytosin intravenous untuk merangsang uterus untuk berkontraksi dan mengurangi kehilangan darah kemudian diberikan obat analgetik untuk mendorongnya. Tindakan pemberian analgetik untuk rasa nyeri di lokasi sayatan dapat diberikan setiap 3-4 jam, atau analgetik yang di kontrol pasien atau epidural narkotika dapat diresepkan dokter (Burroughs, 2001).

Pemberian cairan perinfus harus cukup beserta elektrolit yang diperlukan sehinggan tidak terjadi hipetermi, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya, jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini dapat dipakai sebagai pedoman pemberian cairan perinfus dihentikan setelah penderita flatus, lalu mulailah pemberian makanan dan cairan peroral. Pemberian makanan rutin akan berubah bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya perut gembung dan jalannya peristaltik yang kurang sempurna (Mochtar, 2001).

Selama masih dalam perawatan, luka bekas irisan operasi akan terus dipantau oleh perawat karena dikhawatirkan terjadi perdarahan atau infeksi pada luka tersebut. Setelah penderita sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat anti sakit dan penenang. Setelah hari pertama atau kedua rasa nyeri akan hilang sendiri. Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan suci hama (larutan betadine dan sebagainya), lalu ditutup dengan kain penutup luka (Mochtar, 2001).


(32)

Kasdu, (2003) juga menjelaskan bahwa pembalut atau penutup luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan, pertahankan penutup luka sejak hari pertama pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses rehabilitasi berlangsung. Jika pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan cukup banyak dan terus bertambah maka pembalut dibuka dan dilihat luka dan penyebabnya kemudian diganti dengan pembalut baru.

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi bergantung pada jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Sebaliknya terlalu dini melakukan mobilisasi juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi, mobilisasi secara teratur dan bertahap diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan (Mochtar, 2001).

Menurut Kasdu, (2003), setelah dari ruang operasi pasien akan dibawa ke ruang pemulihan, setelah itu dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, sirkulasi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang tertampung dikantong urin, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan lokia. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ditemukan gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang berlebihan. Kondisi rahim (uterus) dan leher rahim (serviks) juga diperiksa apakah keduanya berfungsi normal pemeriksaan yang lain yaitu pemantauan keadaan emosional secara umum.


(33)

Asmadi (2008), menjelaskan bahwa ada beberapa metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain sebagai berikut:

a. Distraksi

Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dengan nyeri, menurut Tamsuri, (2006), menerangkan beberapa teknik distraksi adalah sebagai berikut: 1. Distraksi visual, misalnya melihat pertandingan, menonton televisi, membaca

koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

2. Distraksi pendengaran, misalnya mendengarkan musik, suara burung atau gemericik air, dan lain-lain.

3. Distraksi pernapasan, bernapas ritmik dan masase, instruksikan klien untuk melakukan pernapasan ritmik, dan pada saat yang bersamaan lakukan masase pada bagian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

4. Distraksi intelektual, misalnya mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran dan lain-lain.

5. Teknik pernapasan, misalnya bermain, menyanyi menggambar. b. Relaksasi

Menurut Potter & Perry (2005), menjelaskan bahwa relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi dapat digunakan saat indvidu dalam kondisi sehat atau sakit. Teknik relaksasi tersebut merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali. Teknik relaksasi


(34)

mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal, klien yang telah mengetahui teknik ini mungkin hanya perlu diinstruksikan menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri.

Menurut Asmadi (2008), menjelaskan bahwa teknik relaksasi ini didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespons pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang di butuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang.

Menurut Bobak (2004), ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri seperti mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal saat bergerak atau batuk, memberi kompres panas pada abdomen, dan teknik relaksasi seperti musik, pernapasan, dan lampu yang remang-remang bisa juga digunakan. Simpson (2001), juga menjelaskan bahwa bantal digunakan untuk menjaga posisi dan menopang tungkai, ketika posisi menyamping bantal ditempatkan di bawah punggung dan diantara lutut, dalam posisi semi fowler bantal dapat diletakkan dibawah lutut atau lengan. Dan juga penggunaan hidroterapi selama persalinan yang ditemukan untuk meningkatkan rileks, menghilangkan rasa nyeri mengurangi tekanan darah dan meningkatkan diuresis. c. Hipnotis/Hipnoterapi

Hipnotis adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri yang dicapai melalui gagasan-gagasan yang disampaikan oleh


(35)

penghipnotisan. Hipnoterapi mendefenisikan sebagai penggunaan hipnotis untuk membuat suatu kepatuhan dan kondisi seperti tidur dalam terapi kondisi-kondisi dengan komponen psikologis yang besar (Mander, 2004).

Hipnotis atau hipnoterapi menjelaskan bahwa kesadaran individu terdiri dari beberapa tingkat kesadaran yang memungkinkannya berfungsi pada tingkat lain dari tingkat tempat nyeri diterima, yang menghasilkan laporan tidak ada nyeri. Secara simultan ‘pengamat tersembunyi’ mempertahankan kesadaran semua aktifitas dan memungkinkan semua pengingatan kembali dan persepsi nyeri ketika efek seperti tidur hipnosis hilang. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh ‘kemampuan untuk menghipnotis’ seseorang yang telah membangkitkan keprihatinan dan banyak penelitian mengenai relevansi hipnoterapi dalam persalinan (Mander, 2004).

Salah satu contoh dalam penghipnotisan yaitu imajinasi terbimbing yang merupakan kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengkonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri (Asmadi, 2008).

Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi untuk mengontrol nyerinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri atau yang terdiri dari pengganti yang lebih dapat diterima dan tidak nyeri.oleh karena keterllibatan aktif ibu yang sangat penting dalam teknik ini, ibu dapat mengembangkan rasa dapat mengendalikan nyerinya yang selanjutnya mempermudah relaksasi (Mander, 2004).


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini disusun untuk mendeskripsikan tentang pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Pengetahuan ini akan digambarkan dalam kriteria baik, cukup, dan kurang.

= = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Skema 2. Kerangka Konseptual Penelitian Pengetahuan Perawat dan bidan dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria.

Pengetahuan Perawat dan Bidan tentang Penatalaksanaan Nyeri Secara Non Farmakologis pada Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria:

- Distraksi - Relaksasi - Hipnoterapi

Kategori Pengetahuan : - baik

- cukup - kurang

Factor- factor yang mempengaruhi:

- Pendidikan - Pengalaman - Pekerjaan - Motivasi - Informasi


(37)

3.2. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala 1 Pengetahuan

perawat dan bidan

Pengetahuan perawat dan bidan tentang penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria secara non farmakologis yaitu hal-hal yang diketahui oleh perawat atau bidan yang bertugas di ruang rawat inap bersalin tentang

cara-cara untuk mengurangi rasa nyeri

pasien pasca operasi seksio caesaria, yang meliputi : teknik distraksi, relaksasi dan hipnoterapi.

Kuisioner

pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan

nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria non farmakologis yaitu tehnik distraksi, relaksasi, dan hipnoterapi, yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban a,b,c, atau d, salah satu dari ke empat pilihan jawaban merupakan jawaban yang benar dan yang lainnya adalah salah.

Baik 14-20 Cukup 7-13 Kurang 0-6

Ordinal


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat dan bidan yang bertugas diruang rawat inap bersalin di Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang berjumlah 25 orang, dengan latar belakang pendidikan AKPER, AKBID, dan SPK.

Sampel pada penelitian ini adalah semua jumlah dijadikan populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006), yang menyatakan bahwa subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Jadi, tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

Rumah Sakit Sundari Medan merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009.


(39)

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin pengumpulan data diperoleh dari direktur rumah sakit. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan objek penelitian. Lembar persetujuan (informed consent) ditandatangani berdasarkan keinginan objek penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang disi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2003).

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang akan dikembangkan berdasarkan kerangka penelitian yang telah disusun. Lembar kuisioner terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama data demografi yang meliputi nama (inisial), usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Bagian kedua adalah kuisioner tingkat pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria, dengan jenis pertanyaan tertutup yang hanya merupakan pilihan jawaban a, b, c, atau d. Salah satu dari keempat pilihan jawaban merupakan jawaban yang benar dan yang


(40)

lainnya adalah jawaban yang salah. Untuk jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Nilai maksimum yang di dapat dari setiap jawaban di kali dengan jumlah soal yaitu 20 × 1 = 20, dan untuk nilai minimum dari setiap jawaban juga dikali dengan jumlah soal yaitu 20 × 0 = 0

Untuk penentuan kategori pada tingkat pengetahuan digunakan rumus (Sudjana,1992) dengan rumus :

Rentang P =

Banyak kelas

Berdasarkan rumus di atas maka tingkat pengetahuan perawat dan bidan diklasifikasikan ke dalam 3 kelas yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup, dan kurang baik, sehingga panjang kelasnya adalah 6 dengan batas interval sebagai berikut : Tingkat pengetahuan baik (14-20), pengetahuan cukup (7-13), pengetahuan kurang baik (0-6).

4.6. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian mendapat izin dari Rumah Sakit Umum Sundari Medan, kemudian menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan penelitian, manfaat dan proses pengisian kuisioner sebelum menanyakan kesediaannya untuk menjadi responden. Setelah diisi, kuisioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang tidak lengkap, maka harus dilengkapi hari itu juga, dan selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.


(41)

4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen pada penelitian ini dilakukan oleh staf perawat di salah satu Rumah Sakit Swasta di Medan. .

Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada suatu objek studi (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengukur konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2003). Untuk variabel pengetahuan uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 responden dengan menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-21) dengan jumlah pertanyaan 20 dengan hasil uji reliabilitas 0,663 dimana lebih besar dari r tabel = 0,632, maka instrumen ini dikatakan reliabel.

4.8. Analisa Data

Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data, melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas responden serta memastikan bahwa semua pertanyaan telah diisi sesuai


(42)

petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah tabulasi dan analisa data, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuisioner kedalam program komputer dengan menggunakan komputerisasi yakni program SPSS, tahap keempat cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Data setelah ditabulasi diberi nilai sesuai dengan jawaban yang diberikan responden. Untuk variabel pengetahuan skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal yang dimana hasilnya akan dibagi menjadi tiga kategori tingkat pengetahuan yaitu : pengetahuan kurang baik (0-6), cukup (7-13), dan baik (14-20). Untuk uji parametrik yang dipakai adalah uji reliabilitas dengan menggunakan KR-21. Selanjutnya data demografi dan variabel pengetahuan akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.


(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2009 terhadap 25 responden di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden dan deskripsi pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria.

5.1.1. Karakteristik Responden

Pada hasil penelitian akan diuraikan tentang gambaran data demografi 25 responden yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan riwayat mengikuti pelatihan manajemen nyeri non farmakologis. Selain data demografi, diuraikan juga pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa seluruh responden berusia 20 – 40 tahun dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 25 responden

(100%). Mayoritas tingkat pendidikannya AKPER yaitu sebanyak 19 responden (76%). Mayoritas responden memiliki pengalaman kerja selama 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 12 responden (48 %). Mayoritas responden tidak pernah mengikuti pelatihan atau seminar tentang manajemen nyeri nonfarmakologis yaitu sebanyak 24 responden (96%).


(44)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi berdasarkan Karakteristik Responden (N = 25)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Usia

a. < 20 tahun b. 20 - 40 tahun c. > 40 tahun Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Tingkat Pendidikan a. SPK b. AKPER c. AKBID Pengalaman Kerja a. < 1 tahun

b. 1 tahun – 5 tahun c. > 5 tahun

Riwayat mengikuti pelatihan/seminar tentang manajemen nyeri non farmakologis a. Ya b. Tidak - 25 - - 25 3 19 3 3 12 10 1 24 - 100 % - - 100 % 12 % 76 % 12 % 12 % 48 % 40 % 4 % 96 %

5.1.2. Pengetahuan Perawat dan Bidan dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria

Tabel 3. Deskripsi Pengetahuan Perawat dan Bidan dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perawat (N = 25)

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang Baik

SPK 1 2 - 3

AKPER 9 10 - 19


(45)

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 3 responden dengan latar belakang pendidikan SPK diketahui pengetahuan cukup sebanyak 2 responden dan pengetahuan baik 1 responden, untuk latar belakang pendidikan AKPER dari 19 responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 10 responden dan lainnya dengan pengetahuan baik, sedangkan untuk latar belakang pendidikan AKBID dari 3 responden mempunyai pengetahuan cukup 1 responden dan pengetahuan baik 2 responden.

Tabel 4. Deskripsi Pengetahuan Perawat dan Bidan dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria Berdasarkan Pengalaman Kerja Perawat (N = 25)

Pengalaman Kerja

Pengetahuan Jumlah

Baik Cukup Kurang Baik

< 1 thn - 3 - 3

1 – 5 thn 7 5 - 12

>5 thn 5 5 - 10

Tabel 4 di atas menerangkan bahwa dari 3 responden dengan pengalaman kerja < 1 tahun semuanya mempunyai pengetahuan yang cukup, untuk responden dengan pengalaman kerja 1 – 5 tahun mempunyai pengetahuan baik sebanyak 7 responden dan pengetahuan cukup sebanyak 5 responden, sedangkan untuk responden dengan pengalaman kerja > 5 tahun memiliki pengetahuan baik sebanyak 5 responden dan pengetahuan cukup sebanyak 5 responden.

Tabel 5. Deskripsi Pengetahuan Perawat dan Bidan dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria.

Pengetahuan Frekuensi Persentase

a. Baik b. Cukup c. Kurang baik

12 13 -

48 % 52 % -


(46)

Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan perawat dan bidan dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi Seksio Caesaria dengan hasil penelitian yang diperoleh dari responden yang menjawab pernyataan dengan skor 7-13 termasuk dalam tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 13 responden (52%).

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (19 responden/76%) berlatar belakang tingkat pendidikan AKPER. Dari 19 responden dengan latar belakang pendidikan Akper tersebut, hanya 9

responden (47%) yang mempunyai tingkat pengetahuan baik dan 10 responden (52%) mempunyai tingkat pengetahuan cukup, maka pengetahuan perawat di rumah sakit tersebut mempunyai pengetahuan yang cukup ini terjadi karena kurangnya pengetahuan perawat dalam melakukan penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria. Hal ini didukung oleh pernyataan Budiningsih (2005) bahwa pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru, maka diharapkan bagi setiap perawat ataupun bidan dapat menambah pengetahuannya melalui informasi yang ada disekitarnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden berusia antara

20-40 tahun yaitu 25 responden (100%) menurut Notoadmodjo (2003) di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan


(47)

ke arah yang lebih dewasa, baik dan matang pada diri individu jadi, pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan pertambahan usia.

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku, dan surat kabar. Selain itu, lingkungan juga akan membentuk kepribadian seseorang dimana lingkungan banyak menyediakan informasi yang dapat menambah pengetahuan seseorang. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003). Pernyataan ini mendukung hasil penelitan bahwa mayoritas responden mempunyai pengalaman kerja selama 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 12 responden (48%) dengan pengetahuan baik sebanyak 7 responden, pengetahuan cukup sebanyak 5 responden dan tidak ada perawat yang mempunyai pengetahuan tidak baik, untuk pengalaman kerja

< 5 tahun yaitu sebanyak 10 responden (40%) dengan pengetahuan baik 5 responden dan pengetahuan cukup 5 responden, hal ini dapat dinyatakan bahwa

pengalaman kerja < 5 tahun tidak mendukung untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik, maka hal ini dapat di ungkapkan oleh Notoadmodjo (2003) bahwa melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka hidup akan semakin berkualitas, dimana seseorang akan berfikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya.

Pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi (Notoadmodjo, 2003).


(48)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang manajemen nyeri secara non farmakologis yaitu sebanyak 24 responden (96%). Menurut Potter & Perry (2005), bahwa semakin banyak informasi yang diterima oleh seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hal-hal yang diketahui perawat atau bidan yaitu cara-cara untuk mengurangi rasa nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria yang meliputi tehnik non farmakologis yaitu : tehnik distraksi, relaksasi dan hipnoterapi, hal ini didukung oleh semua pernyataan yang diberikan dapat dijawab dengan baik dengan hasil penelitian yang diperoleh dari responden yang menjawab pernyataan dengan skor 7-13 termasuk dalam tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 13 responden (52%) dan skor 14-20 termasuk dalam tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 12 responden (48%).

Pernyataan lain juga dijelaskan bahwa intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri selama persalinan yaitu intervensi farmakologis nyeri non farmakologis perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri non farmakologis dengan menggunakan tehnik relaksasi bernafas. Nyeri persalinan yang disebabkan oleh rasa nyeri, takut dan tegang dapat dikurangi diredakan dengan berbagai metode yaitu menaikkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada suatu persalinan, menaikkan kepercayaan diri dan relaksasi pernafasan. Tehnik relaksasi bernafas merupakan tehnik pereda nyeri yang banyak memberikan masukan terbesar karena tehnik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernafas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis


(49)

(SSO) dalam keadaan homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan (Grahacendikia, 2009).

Menurut hasil penelitian Purnama (2005) menjelaskan bahwa perawatan luka merupakan tindakan untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Namun dalam pelaksanaannya dapat meningkatkan intensitas nyeri. Untuk mengurangi nyeri digunakan manajemen nyeri baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Secara non farmakologis ada berbagai tehnik seperti stimulus dan massage kutaneus, distraksi, terapi es dan panas, hypnotis dan relaksasi. Tehnik distraksi dilakukan dengan pengalihan dengar yaitu dengan mendengarkan musik yang berirama klasik, sedangkan tehnik relaksasi dengan menggunakan nafas abdomen dengan frekuensi lambat dan berirama.

Pengetahuan perawat ataupun bidan dapat lebih baik dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar dapat menambah pengetahuannya dan mendapat informasi tentang penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria. Hal ini dijelaskan oleh Potter & Perry (2005) bahwa Pengetahuan merupakan informasi dan penemuan yang bersifat kreatif untuk mempertahankan pengetahuan baru, dimana perawat dapat menggunakan kemampuan rasional logis dan pemikiran kritis untuk menganalisis informasi yang diperoleh melalui pembelajaran tradisional, pencarian informasi, belajar dari pengalaman, penelitian ide terhadap disiplin ilmu lain, dan pemecahan masalah untuk menentukan terminologi tindakan keperawatan. Selain itu, perawat dapat menggunakan kemampuan penyelidikan ilmiah untuk mengidentifikasi dan menyelidiki masalah klinis, profesional atau pendidikan.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil penelitian tentang pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa dari 25 responden perawat yang bertugas di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Sundari Medan menggambarkan 12 responden (48%) memiliki pengetahuan baik dan 13 responden (52%) memiliki pengetahuan cukup.

Dari hasil yang diperoleh maka peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan nyeri pada pasien seksio caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari telah memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal penatalaksanaan nyeri. Terlihat dari 20 pernyataan yang ada pada kuisioner bisa dijawab dengan baik.

6.2. Rekomendasi

6.2.1. Pihak Rumah Sakit

Dari hasil penelitian yang didapat maka penulis merekomendasikan agar pihak rumah sakit mengadakan suatu pelatihan atau seminar kepada seluruh perawat tentang penatalaksanaan nyeri non farmakologis pada pasien pasca operasi. Dengan hasil penelitian yang didapat yaitu dari 25 responden hanya


(51)

12 responden yang mempunyai pengetahuan cukup maka, direkomendasikan bagi seluruh perawat rumah sakit dengan mempunyai pengalaman lebih dari 5 tahun agar dapat meneruskan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi lagi agar dapat menambah pengetahuannya, karena pengetahuan merupakan informasi dan penemuan yang bersifat kreatif dan perawat dapat menggunakan kemampuan penyelidikan ilmiah untuk mengidentifikasi dan menyelidiki masalah klinis, professional atau pendidikan.

6.2.2. Penelitian Selanjutnya

Hendaknya peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang penatalaksanaan nyeri pada pasien pasca operasi secara umum tidak hanya pada pasien pasca operasi seksio caesaria saja dan jumlah respondennya diperbanyak lagi.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI, Jakarta : Rineka Cipta.

Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta : Salemba Medika.

Azwar, S, (2003). Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Barbara. C. Long. (1996). Perawatan Medikal Bedah : suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.

Bobak, Lowdermilk, Jensen, (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi Keempat, Volume Kedua, Jakarta : EGC.

Brunner & Suddart, (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Kedelapan, Volume Kesatu, Jakarta : EGC.

Budiningsih. A, (2005). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.

Burroughs, A & Leifer, G, (2001). Maternity Nursing : an Introductory Text. (Eight Edition). Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Depkes, RI, (2007). Apa Itu Operasi Caesar, Dibuka Pada Website http//www.litbang.depkes.go.id/actual/kliping/caesar280107.htm.

Dempsey & Dempsey, (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi Keempat, Jakarta : EGC.

Dwi Purnama, (2005). Pengaruh Tehnik Relaksasi Bernafas Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada Pasien Inpartu Kala I, Dibuka Pada Website http://grahacendikia.wordpress.com/2009/03/27.


(53)

Ganong, (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi Ketujuhbelas, Jakarta : EGC.

Grahacendikia, (2009). Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri selama Perawatan Luka Operasi antara Pasien yang Menggunakan Tehnik Distraksi dan

Relaksasi, Dibuka Pada Website

http://grahacendikia.wordpress.com/2009/03/27.

Hidayat Alimul Aziz, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Kasdu, D, (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspa Swara. Mander, R, (2004). Nyeri Persalinan, Jakarta : EGC.

Mochtar, R, (2001). Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC.

Niven, N, (2000). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Profesional Kesehatan Lain, Edisi Kedua, Jakarta : EGC.

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, S, (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka

Cipta.

Oxorn, H, (2003). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica.

Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi Keempat, Volume Kedua, Jakarta : EGC.

Priharjo, R, (1993). Perawatan Nyeri Pemenuhan Aktifitas Istirahat Pasien, Jakarta : EGC.


(54)

Safitri, D, (2008). Mengapa Harus Caesar, Dibuka Pada Website http//manfaatkesehatan.blogspot.com/2008/08/mengapa-harus

caesar.html.

Setiawati, S, (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan, Jakarta : Trans Info Media.

Simpson, Kathleen Rice, (2001). Perinatal Nursing : Association of Women’s Health, Obstetric and Neonatal Nursing (AWHONN). (Second Edition). Philadelphia : Lippincott.

Sudjana, (1992). Metode Statistika, Edisi Kelima, Bandung : Tarsito. Tamsuri, (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta : EGC.

Wikipedia, (2009). Bedah Caesar, Dibuka Pada Website


(55)

L

A

M

P

I

R

A


(56)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

Peneliti : Dinni Suweni

Saya adalah mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Dan saya mohon kesediaan saudara untuk mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi saudara dalam penelitian bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi saudara dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan untuk penelitian ini. Dan saya ucapkan terima kasih atas partisipasi yang telah diberikan dalam penelitian ini.

Tanda tangan :

Hari/ Tanggal :


(57)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama berhubungan dengan data demografi perawat di Rumah Sakit Umum Sundari, bagian kedua berhubungan dengan pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi seksio caesaria.

Tanggal :

No.responden :

Petunjuk pengisian

1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√) pada tempat yang disediakan

2. Menjawab semua pertanyaan yang ada

3. Mengisi setiap pertanyaan dengan satu jawaban

4. Bertanya kepada peneliti bila saudara kurang mengerti

Bagian 1 : Data Demografi

Kode (diisi peneliti) :

Inisial responden :

Usia : tahun

Jenis kelamin : 1. ( ) Laki-laki 2. ( ) Perempuan Tingkat pendidikan : 1. ( ) SPK

2. ( ) AKPER 3. ( ) AKBID Lama bekerja : 1. ( ) < 1 tahun

2. ( ) 1-5 tahun 3. ( ) > 5 tahun

Riwayat mengikuti pelatihan / seminar tentang manajemen nyeri secara non farmakologis : ( ) Ya ( ) Tidak


(58)

Bagian 2 :

Kuisioner Pengetahuan Perawat Dalam Penatalaksanaan Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Seksio Caesaria.

Petunjuk pengisian:

a. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada tempat yang disediakan.

b. Menjawab semua pertanyaan yang ada.

c. Mengisi setiap pertanyaan dengan satu jawaban. d. Bertanya kepada peneliti bila saudara kurang mengerti.

1. Pengkajian awal untuk mengatasi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria ;

a. Mengembangkan koping dengan interval nyeri pasca operasi yang lama. b. Perawatan luka insisi.

c. Pemantauan tanda-tanda vital dan mengukur intensitas nyeri d. Memberikan intervensi penghilang nyeri.

2. Peran perawat dalam tindakan keperawatan pada ibu yang mengalami nyeri post operasi seksio caesaria, yaitu ;

a. Mengubah respon fisiologis.

b. Untuk mengevaluasi respons klien terhadap terapi.

c. Membantu meredakan nyeri dengan memberikan intervensi penghilang nyeri.

d. Memberi klien rasa pengendalian yang lebih besar.

3. Tujuan tindakan keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri ibu post operasi seksio caesaria ;

a. Mengekspresikan kecemasan.

b. Menetapkan skala pengukuran nyeri ibu. c. Memberikan rasa nyaman pada ibu.


(59)

4. Langkah-langkah untuk membuat asuhan keperawatan, dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria, yaitu ;

a. Pemantauan tanda-tanda vital.

b. Menetapkan skala pengukuran intensitas nyeri.

c. Melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan dan intervensi sesuai dengan masalah keperawatan.

d. Menetapkan status nyeri ibu.

5. Evaluasi nyeri pada ibu setelah operasi seksio caesaria dilakukan pada waktu ; a. 24 jam pertama setelah ibu dipindahkan keruangan.

b. 24 jam kedua setelah ibu dipindahkan keruangan. c. 24 jam sebelum operasi dilakukan.

d. 24 jam sebelum ibu dipindahkan keruangan.

6. Yang Anda lakukan pada ibu post operasi seksio caesaria setelah dipindahkan keruangan perawatan, terkait dengan penatalaksanaan nyeri post operasi seksio caesaria ;

a. Memberikan perawatan semaksimal mungkin. b. Pengawasan tanda-tanda vital.

c. Memberikan terapi pengobatan.

d. Memberikan waktu pada ibu untuk beristirahat.

7. Apabila ada seseorang ibu mengalami nyeri yang sangat hebat setelah tindakan seksio caesaria, maka tindakan yang Anda lakukan pertama sekali adalah ;

a. Mengatur posisi yang nyaman. b. Mengukur intensitas nyeri.

c. Memberikan kompres hangat pada abdomen. d. Mendengarkan musik dan menonton televisi.

8. Pengukuran intensitas nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria dapat dilakukan dengan ;

a. Melakukan pengkajian nyeri tentang sifat, lokasi dan waktu dan terjadinya nyeri.


(60)

c. Pemantauan perubahan vital sign.

d. Menggunakan skala pengukuran intensitas nyeri yaitu skala pengukuran deskriptif sederhana, skala pengukuran numerik 0-10 dan skala pengukuran analog visual.

9. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada teknik tanpa pengobatan, yaitu ;

a. Memberikan obat penghilang nyeri.

b. Menggunakan skala pengukuran intensitas nyeri deskriptif sederhana. c. Mengajarkan pada ibu tehnik pernapasan, seperti ; menyanyi dan

menggambar.

d. Pemantauan tanda-tanda vital.

10.Tindakan yang Anda lakukan apabila ada ibu yang mengalami kecemasan dalam mengatasi nyeri post operasi seksio caesaria ;

a. Memberikan lingkungan yang nyaman dan mengajarkan tehnik relaksasi. b. Memberikan terapi obat untuk menghilangkan nyeri.

c. Memberikan penjelasan pada ibu dalam mengatasi nyeri. d. Mengkaji intensitas nyeri.

11.Yang termasuk tindakan untuk mengurangi nyeri dalam terapi tanpa pengobatan tehnik distraksi, adalah ;

a. Melakukan pernapasan ritmik, mendengarkan musik, menonton televisi, melakukan kegemaran, dll.

b. Mengganjal insisi dengan bantal saat bergerak atau batuk.

c. Mengkonsentrasikan diri pada bayangan serta membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri.

d. Memberikan kompres hangat pada abdomen.

12.Yang termasuk tindakan untuk mengurangi nyeri dalam terapi tanpa pengobatan tehnik relaksasi, adalah ;

a. Instruksikan pada ibu untuk melakukan pernapasan ritmik.

b. Mengkonsentrasikan diri pada bayangan serta membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri.


(61)

c. Mendengarkan musik dan menonton televisi dll.

d. Memberikan ibu posisi yang nyaman dan ibu diberikan waktu untuk beristirahat dengan lingkungan yang tenang.

13.Hal yang paling utama dilakukan dan dibutuhkan dalam pelaksanaan tehnik relaksasi untuk mengatasi nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria, adalah ; a. Memberikan lingkungan yang nyaman dan mengajarkan tehnik relaksasi. b. Mengatur posisi yang nyaman.

c. Mengajarkan tehnik pernapasan. d. Memberikan terapi pengobatan.

14.Tehnik hipnoterapi untuk mengatasi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria ;

a. Mengkonsentrasikan diri terhadap bayangan dan membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri.

b. Mengganjal luka insisi dengan bantal saat bergerak atau batuk. c. Mengatur posisi yang nyaman.

d. Memberikan lingkungan yang nyaman dan ibu dapat beristirahat.

15.Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri post operasi seksio caesaria, yaitu ;

a. Ansietas yang dapat meningkatkan persepsi nyeri pada ibu.

b. Respons psikologis yang berkaitan dengan pemahaman ibu terhadap nyeri. c. Perubahan fisiologis yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah

dan pernapasan.

d. Penurunan aktifitas, depresi dan toleransi nyeri yang menurun.

16.Cara mengalihkan perhatian ibu dari nyeri post operasi seksio caesaria dalam teknik tanpa pengobatan untuk mengurangi nyeri, yaitu ;

a. Mengajarkan pada ibu tehnik distraksi, seperti pernapasan, pendengaran, intelektual, dan visual.

b. Mengganjal insisi luka operasi dengan bantal ketika bergerak atau duduk. c. Memberikan obat penghilang nyeri.


(62)

17.Tehnik distraksi pendengaran untuk mengatasi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria, yaitu ;

a. Mengisi teka-teki silang dan bermain kartu.

b. Mendengarkan musik, suara air, dan gemericik air. c. Melihat pemandangan dan gambar.

d. Melihat pertandingan dan membaca koran.

18.Tehnik distraksi untuk mengatasi nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria dengan cara mengisi teka-teki silang, bermain kartu, dan me;lakukan kegemaran, misalnya ; melukis, membaca, dan menulis, termasuk distraksi ; a. Distraksi Pernapasan.

b. Distraksi Intelektual. c. Distraksi Pendengaran. d. Distraksi Visual.

19.Tehnik distraksi untuk mengatasi nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria dengan cara melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar, termasuk distraksi ;

a. Distraksi Pernapasan. b. Distraksi Pendengaran. c. Distraksi Intelektual. d. Distraksi Visual.

20.Tindakan yang Anda lakukan dalam mengatasi nyeri pada ibu post operasi seksio caesaria dengan tehnik distraksi pernapasan, yaitu ;

a. Memberikan kompres panas atau hangat pada abdomen. b. Mengatur posisi yang nyaman.

c. Instruksikan pada ibu untuk melakukan pernapasan ritmik dan masase pada bagian tubuh yangn mengalami nyeri.


(1)

Lampiran 3

Distribusi frekuensi responden yang menjawab benar atau salah

No Pernyataan Benar Salah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Pengkajian awal untuk mengatasi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post SC

Peran perawat dalam tindakan keperawatan pada ibu yang mengalami nyeri post SC

Tujuan tindakan keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri ibu post SC

Langkah-langkah untuk membuat asuhan keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post SC

Evaluasi nyeri pada ibu setelah operasi SC dilakukan pada waktu

Yang anda lakukan pada ibu post SC setelah dipindahkan ke ruangan perawatan, terkait dengan penatalaksanaan nyeri post SC

Apabila ada seorang ibu mengalami nyeri yang sangat hebat setelah tindakan SC, maka tindakan yang anda lakukan pertama sekali

Pengukuran intensitas nyeri pada ibu post SC dapat dilakukan dengan

Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada tehnik tanpa pengobatan

12 (48%)

19 (76%)

22 (88%)

23 (92%)

12 (48%)

5 (20%)

20 (80%)

15 (60%)

18 (72%)

13 (52%)

6 (24%)

3 (12%)

2 (8%)

13 (52%)

20 (80%)

5 (20%)

10 (40%)


(2)

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Yang termasuk tindakan untuk mengurangi nyeri dalam terapi tanpa pengobatan tehnik distraksi

Yang termasuk tindakan untuk mengurangi nyeri dalam terapi tanpa pengobatan tehnik relaksasi Hal yang paling utama dilakukan dan dibutuhkan dalam pelaksanaan tehnik relaksasi untuk mengatasi nyeri pada ibu post SC

Tehnik hipnoterapi untuk mengatasi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post SC

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri post SC

Cara mengalihkan perhatian ibu dari nyeri post SC dalam tehnik tanpa pengobatan untuk mengurangi nyeri

Tehnik distraksi pendengaran untuk mengatasi nyeri dalam penatalaksanaan nyeri pada ibu post SC yaitu

Tehnik distraksi untuk mengatasi nyeri pada ibu post SC dengan cara mengisi teka-teki silang, bermain kartu dan melakukan kegemaran misalnya melukis, membaca, dan menulis termasuk distraksi

Tehnik distraksi untuk mengatasi nyeri pada ibu post SC dengan cara melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi

Tindakan yang anda lakukan dalam mengatasi nyeri pada ibu post SC dengan tehnik distraksi pernapasan

11 (44%)

19 (76%)

9 (36%)

18 (72%)

11 (44%)

21 (84%)

22 (88%)

19 (76%)

25%

23 (92%)

14 (56%)

6 (24%)

16 (64%)

7 (28%)

14 (56%)

4 (16%)

3 (12%)

6 (24%)

-


(3)

Uji reliabilitas instrumen

NO NAMA q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 q16 q17 q18 q19 q20 X X2

1 A 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 13 169

2 B 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 13 169

3 C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 15 225

4 D 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 225

5 E 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 14 196

6 F 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 13 169

7 G 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 13 169

8 H 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 11 121

9 I 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 14 196

10 J 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15 225

4 8 9 9 7 2 10 4 7 7 3 9 3 7 3 8 9 9 10 8 132 1864

KET :

r 11 = reliabilitas instrumen k = banyak soal

M = Skor rata-rata Vt = varians total


(4)

M = = = 10 132 n x 13,2 Vt =

( )

n n x x

2 2 =

( )

10 10 132 1864 2 − = 10 4 , 1742 1864− = 12,16

r11 =

(

)

     −      

KVt

M K m k k . 1 1 =

(

)

      −      

− 20.12,16 2 , 13 20 2 , 132 1 1 20 20 =

( )

      −       2 , 243 8 , 6 2 , 13 1 19 20

= ( 1,053) ( 1- 0,37) = (1,053) (0,63) = 0,663


(5)

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Hasil

1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 13

2 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 13

3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 15

4 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15

5 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 14

6 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 13

7 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 13

8 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 12

9 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 14

10 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15

11 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 11

12 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15

13 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14

14 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16

15 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 12

16 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 16

17 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 15

18 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 14

19 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 13

20 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 11

21 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 10

22 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 14


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama : Dinni Suweni

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 14 April 1983 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bunga Asoka Gg.Amal (Gg. Andalas) Medan- Sunggal 20133

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 060861 Medan (1989-1995)

2. SLTP Swasta YWKA Medan (1995-1998)

3. SMU Swasta Dharmawangsa Medan (1998-2001) 4. D III Keperawatan Helvetia Deli Serdang (2001-2004)