Tumbuhan Bawah dan Potensi Jenis Invasif di Gunung Bunder Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Bogor

TUMBUHAN BAWAH DAN POTENSI JENIS INVASIF DI
GUNUNG BUNDER TAMAN NASIONAL GUNUNG
HALIMUN SALAK (TNGHS)BOGOR

SOLECHA RAHMAWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tumbuhan Bawah dan
Potensi Jenis Invasif di Gunung Bunder Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(TNGHS) Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Solecha Rahmawati
NIM G34100039

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

iv

iii

ABSTRAK
SOLECHA RAHMAWATI. Tumbuhan Bawah dan Potensi Jenis Invasif di

Gunung Bunder Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Bogor.
Dibimbing oleh SULISTIJORINI dan HADISUNARSO.
Desa Gunung Bunder merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung
Halimun Salak wilayah II Bogor yang sebagian wilayahnya digunakan sebagai
tempat wisata dan penyadapan getah pinus. Kedua aktivitas tersebut membentuk
gangguan dan memudahkan penyebaran tumbuhan yang berpotensi menjadi
invasif.Tumbuhan invasif dapat menyebabkan hilangnya jenis lokal dan
kerusakan ekosistem alami terutama tumbuhan bawah.Penelitian bertujuan untuk
menghitung keanekaragaman dan komposisi tumbuhan bawah antar blok
pengamatan sertamenganalisis adanya potensi tumbuhan bawah invasif. Terdapat
tiga blokpengamatanyaitu blok Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75. Pada
masing-masing blok dibuat sepuluh pasang subplot berhadapan di sisi jalur
pendakian, kemudian dilakukan pengambilan data lapang. Data yang diperoleh
dianalisis berdasarkan indeks nilai penting (INP), keragaman (H’), kemerataan
(E), indeks similaritas (IS), dan indeks Morisita. Tumbuhan bawah yang
ditemukan ada 52 jenis dengan keanekaragaman tertinggi pada blok Sinar Miring
yaitu 29 jenis dengan dominansi paku-pakuan (13 jenis).Terdapat empat jenis
jenis yang berpotensi menjadi invasif, yaitu Digitaria ciliaris, Panicum
dichotomiflorum, Clidemia hirta, dan Setaria verticillata.Clidemia hirtaadalah
semak yang ditemukan di seluruh blok pengamatan yang memiliki potensi invasif

tertinggi dengan INP rata-rata 33.2%.
Kata kunci: tumbuhan bawah, potensi invasif, Gunung Bunder

ABSTRACT
SOLECHA RAHMAWATI. Ground Cover Plants and Invasive Species Potential
in Gunung Bunder Mount Halimun Salak National Park Bogor. Supervised by
SULISTIJORINI and HADISUNARSO.
Gunung Bunder village is part of Mount Halimun Salak National Park,
region II Bogor which some parts of the village used as recreation place and pine
tapping area. Both activities cause disturbance and facilitate spreading of potential
invasive plants speciesthat can lead extinction of local species and native
ecosystem destruction especially ground cover plants. This study aimed to
calculate diversity and composition of ground cover plants, and analyze potential
invasive ground plant. The study sites were blok Nomer Satu, Sinar Miring, and
HM 75. Ten pairs subplots were made alongside the track and field data collected.
Data were analyzed by importance value index (IVI), diversity (H’), disperse (E),
similarity (IS), and Morisita index. Ground cover plants found were 52 species
with highest diversity in Sinar Miring. There were 29 species found in Sinar
Miring and 13 of them were ferns. Potential invasive plants found were Digitaria
ciliaris, Panicum dichotomiflorum, Clidemia hirta, and Setaria verticillata. These


iv

v

four ground plant grow in clump and disperse randomly. Shrub Clidemia hirta
was found in all blok with highest invasiveness potential by average IVI 33.2%.
Key words: ground cover plant, invasive potential, Gunung Bunder

vi

vii

TUMBUHAN BAWAH DAN POTENSI JENIS INVASIF DI
GUNUNG BUNDER TAMAN NASIONAL GUNUNG
HALIMUN SALAK (TNGHS) BOGOR

SOLECHA RAHMAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

ix
vi

Judul Skripsi :Tumbuhan Bawah dan Potensi Jenis Invasif di Gunung Bunder
Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Bogor
Nama
:Solecha Rahmawati

NIM
:G34100039

Disetujui oleh

Dr Ir Sulistijorini. MSi
Pembimbing I

Ir Hadisunarso. MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana. MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viix


PRAKATA

Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kelapangan
dan kemudahan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini adalah
kondisi diversitas lokal, dengan judul Tumbuhan Bawah dan Potensi Jenis Invasif
di Gunung Bunder Taman Nasional Gunung HalimunSalak (TNGHS) Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Sulistijorini dan Bapak Ir.
Hadisunarso M.Si selaku pembimbing, serta kepada Dr. Ir. RR. Dyah Perwitasari
M.Sc selaku dosen penguji. Selain itu, terima kasih penulis sampaikan kepada
Abah, Bapak Ujang, dan seluruh staf Taman Nasional Gunung Halimun Salak
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan kebahagiaan dan
terima kasih disampaikan kepada keluarga, orang tersayang, sahabat dan teman
atas semua dukungan, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Solecha Rahmawati

viii

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

METODE


2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Metode Analisis Vegetasi

2

Identifikasi Jenis

2

Analisis Data


3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Umum

4

Komposisi, Keanekaragaman, dan Kemerataan Jenis

6

Dominansi Jenis

8

Kesamaan Komposisi Jenis antar Blok


9

Potensi Jenis Invasif

10

SIMPULAN

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

xii
ix

DAFTAR TABEL
1 Kondisi lingkungan pada blok Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75
2 Keragaman dan kemerataan jenis pada blok Nomer Satu, Sinar Miring,
dan HM 75
3 Persentasi kesamaan komposisi jenis antar ketiga blok pengamatan
berdasarkan indeks similaritas (IS)

4
7
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sketsa bentuk plot vegetasi
Blok pengamatan a. Nomer Satu; b. Sinar Miring; c. HM 75
Denah blok pengamatan terhadap desa sekitar
Komposisi vegetasi tumbuhan bawah blok Sinar Miring, HM 75, dan
Nomer Satu
Kelimpahan (INP) jenis tumbuhan bawah blok Nomer Satu, Sinar
Miring,dan HM 75
Digitaria ciliaris
Panicum dichotomiflorum
Clidemia hirta
Setaria verticillata

2
5
5
6
8
10
11
12
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jenis tumbuhan bawah di blok Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75
2 Hasil analisis vegetasi masing-masing blok
3 Kelimpahan (INP) jenis dari blok Nomer Satu, Sinar Miring, dan
HM 75

15
17
19

1

PENDAHULUAN
Gunung Bunder adalah desa yang terletak di Utara kaki Gunung Salak dan
termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)
wilayah II Bogor. Desa Gunung Bunder memiliki tingkat aktivitas manusia yang
relatif tinggi, karena sebagian wilayahnya digunakan sebagai tempat wisata,
penyadapan getah pinus, dan tempat warga mengambil ranting untuk kayu bakar
sebab letaknya cukup dekat dengan pemukiman warga (±1.5 km). Aktivitas
manusia tersebut membantu persebaran jenis tumbuhan dengan terbawanya biji
tumbuhan dari luar maupun dalam kawasan taman nasional, sehingga dapat
tersebar di kawasan Gunung Bunder. Penyebaran biji yang didukung
terganggunya kondisi hutan dengan dibuatnya jalur-jalur jalan di antara vegetasi
tanaman, dapat memudahkan tumbuhan baru untuk tumbuh dan mendominasi
ekosistem kemudian menjadi invasif. Tumbuhan invasif merupakan tumbuhan
yang tumbuh dengan cepat dan agresif, serta memiliki penyebaran luas sehingga
mampu menggantikan kedudukan jenis lain (DCNR 2014). Jenis tumbuhan
invasif dapat berasal dari tumbuhan asli maupun tumbuhan asing (alien).
Tumbuhan asli adalah tumbuhan yang menduduki suatu ekosistem secara alami
tanpa campur tangan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung,
sedangkan tumbuhan asing (alien) adalah tumbuhan yang menduduki suatu
ekosistem dengan campur tangan manusia (USNA 2006).
Jenis tumbuhan invasif di Indonesia berjumlah 339 jenis dengan dominasi
jenis tumbuhan bawah dari suku Poaceae, Asteraceae dan Cyperaceae
(Tjitrosoedirdjo 2005), sedangkan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
(Cikaniki, Cisarua, dan Salak) tercatat 17 tumbuhan invasif dengan dominasi
Eupatorium inulifolium (Asteraceae) dan Clidemia hirta (Melastomataceae)
(Kudo et al. 2011). Tumbuhan invasif berdampak pada hilangnya jenis lokal dan
perubahan bentuk ekosistem secara permanen karena tidak dapat kembali ke
kondisi awalnya setelah adanya invasi (Tjitrosoedirjo 2010). Habitus sebagian
besar tumbuhan invasif adalah rumput, semak, dan herba yang tergolong dalam
tumbuhan bawah.
Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang tumbuh pada lantai hutan dan
berada pada lapisan terbawah stratifikasi tajuk, serta memiliki fungsi untuk
melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah, dan relung
kehidupan bagi serangga dan hewan (Mataji 2010). Selain fungsi tersebut,
keanekaragaman tumbuhan bawah dapat digunakan sebagai salah satu indikator
tingkat gangguan ekosistem (Standovar et al. 2006). Gunung Bunder baru masuk
wilayah taman nasional sejak tahun 2003 dan sebelum tahun tersebut warga
leluasa masuk wilayah hutan, kondisi ini membuat daerah Gunung Salak terutama
Gunung Bunder memiliki gangguan lebih tinggi daripada kawasan Halimun yang
menjadi taman nasional sejak 1992.
Penelitian ini memiliki bertujuan untuk menghitung keanekaragaman dan
komposisi tumbuhan bawah serta melihat adanya potensi tumbuhan bawah invasif
pada plot pengamatan dengan aktivitas berbeda.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2013 sampai Juni 2014.
Data lapang diambil pada bulan November sampai Desember 2013 di Blok
Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75 desa Gunung Bunder, kawasan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) wilayah II, Bogor. Pengolahan data
lapang dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi,
FMIPA, IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain: Global Positioning System (GPS),
termometer tanah, meteran, tali rafia, patok, kertas koran, oven, dan kamera. Alat
4 in 1 Environment Tester digunakan untuk mengukur suhu udara, kelembaban
udara, intensitas cahaya, dan kecepatan angin. Pengukuran keempat data tersebut
dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu tanah (menggunakan termometer
tanah) setiap 20 menit dari pukul 08.00 sampai 12.40 WIB. GPS digunakan untuk
mengukur ketinggian, jarak, dan penandaan blok penelitian. Penandaan blok
penelitian dilakukan satu kali di awal kawasan blok dan pada setiap subplot yang
dibuat. Bahan yang digunakan yaitu berbagai jenis tanaman segar dari lapang,
foto spesimen segar, dan jenis yang telah dibuat menjadi herbarium. Bahan yang
diambil datanya terbatas pada tumbuhan berhabitus herba, liana, semak, perdu,
dan pohon tertentu (palem).
Metode Analisis Vegetasi
Pada setiap blok dibuat satu plot, masing-masing plot terdiri atas 20
subplot yang tersusun berseling menyerupai duri ikan. Jarak antara subplot
dengan jalur pendakian ialah 3 m. Ukuran subplot yaitu 2x2 m2 dengan jarak antar
subplot 3 m (Gambar1). Semua jenistumbuhan yang ditemukan pada setiap
subplot dicatat nilai penutupan dan jumlahnya serta dibuat herbarium berdasarkan
deVogel (1987). Data penunjang yang dicatat digolongkan menjadi data iklim dan
data geografi. Data iklim meliputi kelembaban udara, suhu udara, suhu tanah,
kecepatan angin dan intensitas cahaya matahari. Data geografi berupa ketinggian
tempat, kemiringan permukaan tanah, kondisi tanah, dan kondisi penutupan
permukaan tanah.
Subplot
Jalur
pendakian
3m
2m

Gambar
1 Sketsa
bentukvegetasi
plot vegetasi
Gambar 1 Sketsa
bentuk
plot analisis
setiap blok
Identifikasi Jenis
Jenisdiidentifikasi berdasarkan herbarium, foto, serta catatan di lapang dan
diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi: Soerjani et al. (1987),
Backer dan Brink (1968), Piggott (1988), Steenis (1959), Steenis et al. (1972),

3

Sabara (2011), Lestari dan Kencana (2008), IBG et al. (1998), Suhono et al.
(2009).
Analisis Data
Kelimpahan dan kedudukan IAS terhadap tanaman lokal dilihat dari tiga
nilai yaitu Frekuensi (F), Kerapatan (K), dan Dominansi (D). Ketiga nilai ini
dihitung nilai relatifnya dan dijumlahkan untuk mendapat Indeks Nilai Penting
(INP).
Frekuensi

=

FrekuensiRelatif

=

Kerapatan �

=

Frekuensi jenis �
× 100%
ΣFrekuensi seluruh jenis

Jumlah individu jenis �
Luas seluruh plot yang digunakan

Kerapatan jenis �
× 100%
ΣKerapatan seluruh jenis

KerapatanRelatif �

=

DominansiRelatif

=

Dominansi

Jumlah plot ditemukan jenis �
× 100%
Σ Seluruh plot yang digunakan

= Jumlah persentasi penutupan jenis �

Indeks Nilai Penting ( ��) =

Dominansi jenis �
× 100%
ΣDominansi seluruh jenis
+� +

Keragaman jenis dihitung dengan Indeks Keragaman Shannon-Wiener (H’)
yang diacu dariKrebs (2014). Keragaman yang tinggi akan ditunjukkan dengan
nilai lebih dari 3 sedangkan nilaikurang dari 1 menunjukkan keragaman rendah.


= −� �� �� ��

�� � �� =

��


Keterangan :
H’ = Indeks Keragaman Shannon
ni = Jumlah INP jenis i
N = Jumlah INP seluruh jenis

Tingkat kemerataan jenis tumbuhan dihitung dengan Indeks Evenness yang
menunjukkan penyebaran individudi dalam jenis. Penyebaran yang tinggi
ditunjukkan dengan nilai mendekati satu.
=

��



Keterangan :
E = Indeks Evenness
H’ = Indeks Keragaman Shannon
S = Jumlah seluruh jenis

4

Kesamaan jenis antar komunitas yang diteliti dapat dihitung dengan
Indeks Kesamaan atau Index of Similarity (IS) yang ditunjukkan dalam persen.
Semakin besar persentase maka semakin banyak kesamaan jenis yang ditemukan
=

2
× 100%
+

Keterangan :
IS = Index of Similarity
w = Jumlah dari salah satu INP jenis berpasangan
yang lebih kecil atau sama dengan jenis
pasangannya
a = Total INP komunitas A
b = Total INP komunitas B
Jenis invasif yang ditemukan dilihat jenis persebarannya menggunakan
Indeks Morisita (I�). Indeks morisita membagi persebaran menjadi tiga tipe
yaitumerata (I�=0), mengelompok (I�= n), dan acak (I�=1). Distribusi sampling
diketahui dengan membandingkan x2hitung dari I� dengan nilai x2tabel (Morisita
1959).
�=�

� �² − � �
� � ²− � �

Keterangan :
n
= Jumlah petak ukur
Σxi² = Jumlah kuadrat total individu jenis pada suatu
komunitas
Σxi = Jumlah total individu jenis pada komunitas
tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Daerah TNGHS yang diamati terletak di Desa Gunung Bunder 2,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor dan termasuk wilayah hutan hujan
pegunungan bawah dengan ketinggian antara 1058 sampai 1204 m dpl. Wilayah
TNGHS memiliki curah hujan tahunan 4000 sampai 6000 mm dan waktu kering
kurang dari 3 bulan di pertengahan tahun (TNGHS 2013). Kisaran suhu udara
pada saat pengamatan antara 21.6°C sampai 28.6°C dengan kelembaban udara
63.3% sampai 97.3% (Tabel 1).
Tabel 1 Kondisi lingkungan pada blok Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75
Parameter Lingkungan
Ketinggian (m dpl)
Suhu udara ( °C)
Suhu tanah ( °C)
Kelembaban udara (RH)
Intensitas cahaya (lux)
Kecepatan angin (m/s)

Blok No. 1
1058-1073
21.6-24.7
20.8-21.1
78-97.3
755-4630
0-0.4

Lokasi Penelitian
Blok Sinar Miring
1176-1204
23.8-28.6
20-21.1
73.1-92
626-1972
0-0.6

Blok HM 75
1181-1193
22.6-28.3
20.8-21.7
63.3-97.1
2270-19970
0-1.5

5

Blok yang digunakan sebagai plot pengamatan tersusun dari zona
pemanfaatan dan zona inti. Zona pemanfaatan yaitu Blok Nomer Satu (Gambar
2a), sedangkan zona inti terdiri atas Blok Sinar Miring (Gambar 2b) dan HM 75
(Gambar 2c). Blok Nomer Satu terletak 1.5 km dari kantor TNGHS wilayah II,
sedangkan blok Sinar Miring terletak 0.9 dari blok Nomer Satu dan blok HM 75
terletak 0.85 km dari blok Sinar Miring (Gambar 3). Kontur lahan zona
pemanfaatan relatif datar dengan kemiringan antara 5 sampai 10°. Zona inti di
Sinar Miring memiliki tebing dan tanah miring atau bergelombang dengan
kemiringan hingga 30°, sedangkan zona inti HM 75 bertanah datar dan agak
menurun menjauhi jalur pendakian.

a

b

c

Gambar 2 Blok pengamatan a. Nomer Satu; b. Sinar Miring; c. HM 75

Gambar 3 Denah blok pengamatan terhadap desa sekitar
Keterangan:
menunjukkan jalan raya
Blok Nomer Satu merupakan vegetasi hutan pinus dengan tumbuhan bawah
didominansi paku dan rumput. Sebagian besar permukaan tanah tertutup serasah
tebal daun pinus dengan tanah bertekstur padat berwarna coklat kekuningan.
Semak dan rumput memiliki rata-rata ketinggian di bawah 30 cm sedangkan
ketinggian rata-rata paku di bawah 80 cm. Hutan pinus merupakan hutan buatan
yang ditanam warga mulai tahun 1992 sampai tahun 1997 pada lahan kosong di
dekat kantor TNGHS wilayah II hingga ke blok Nomer Satu. Penanaman tersebut
dilakukan di sekitar kawasan hutan produksi terbatas dan hutan lindung di bawah

6

pembinaan Perum Perhutani dengan tujuan ekonomi. Hutan produksi dan hutan
lindung kemudian berubah fungsi menjadi hutan konservasi dan berstatus sebagai
taman nasional untuk perluasan TNGHS pada tahun 2003. Sebelum berstatus
taman nasional, hutan bebas dirambah oleh warga. Warga sering mengambil kayu,
herba, serta paku-pakuan di hutan untuk kayu bakar, bahan bangunan dan
konsumsi. Setelah ditetapkan sebagai taman nasional, aktivitas warga menjadi
terbatas karena adanya larangan pengambilan flora dan fauna.
Blok Sinar Miring terletak paling tinggi (1176 sampai 1204 m dpl) dari
ketiga blok pengamatan dengan vegetasi dominan pohon puspa dan baros.
Sebagian besar tumbuhan bawah berupa paku-pakuan dengan tinggi rata-rata 1.6
m. Tanah berwarna coklat, lebih gembur daripada blok Nomer Satu dengan
permukaannya tertutup serasah daun dari pohon dan semak di sekitarnya. Kanopi
cukup rapat sehingga intensitas cahaya matahari paling rendah yaitu 626 sampai
1972 lux. Jauhnya blok dari pemukiman dan kawasan wisata membuat aktivitas
manusia paling rendah dibanding dua blok lainnya.
Blok HM 75 adalah blok yang dilewati arus sungai kecil dan dilewati jalur
pendakian ke arah Kawah Ratu, sehingga kadang digunakan sebagai tempat
istirahat wisatawan yang dapat mengganggu kondisi blok. Letak blok HM 75 di
tepi tebing dan memiliki tanah berwarna kuning kecoklatan dengan garis-garis
putih, yang menunjukkan kondisi asam karena kandungan belerang. Vegetasi di
sekitar jalur pendakian berupa rumput setinggi 10 sampai 20 cm. Semakin jauh
dari jalur pendakian ketinggian rumput semakin meningkat hingga 80 cm dan
pada jarak 20 m mulai terlihat semak dengan ketinggian lebih dari 1.5 m
sedangkan jumlah rumput mulai menurun. Pepohonan terletak setelah lapisan
semak dengan komposisi jenis rasamala, pasang, dan huru. Namun ada satu pohon
tumbuh di dekat aliran sungai. Tidak adanya pohon di sekitar jalur pendakian
meembuat intensitas cahaya di blok ini paling tinggi yaitu 2270 sampai 19970 lux.
Komposisi, Keanekaragaman, dan Kemerataan Jenis
Tumbuhan bawah yang ditemukan dari ketiga blok pengamatan yaitu 52
jenis yang termasuk dalam 36 marga dan 24 suku (Lampiran 1). Jumlah jenis dan
marga dapat menunjukkan tingkat keanekaragaman di suatu daerah.
Keanekaragaman paling tinggi ditunjukkan di Blok Sinar Miring dengan 29 jenis
dan 14 marga, dan keanekaragaman terendah ada di Blok Nomer Satu dengan 14
jenis dan 10 marga (Gambar 4).
30

29
24

25

Jumlah

20
15

14

13

14

Jenis
10

10

Marga

5
0

Sinar Miring

HM 75

Nomer Satu

Blok

Gambar 4 Komposisi vegetasi tumbuhan bawah blok Sinar Miring, HM 75, dan
Nomer Satu

7

Keanekaragaman tinggi di Sinar Miring disebabkan kondisi teduh yang
terbentuk dari stratifikasi tajuk dan naungan beragam pohon. Keragaman pohon
yang lebih tinggi dan stratifikasi tajuk lebih baik dibanding kedua blok lain
membentuk iklim mikro di Sinar Miring lebih beragam, sehingga jenis pakupakuan tumbuh paling banyak (14 jenis). Setiap jenis pakumembutuhkan kondisi
iklim mikro berbeda untuk relung hidupnya (Singh et al. 2013), sehingga semakin
beragam iklim mikro semakin meningkatkan jenis paku yang ditemukan. Kondisi
teduh dengan intensitas cahaya (626 sampai 1972 lux) baik untuk pertumbuhan
herba, sehingga terdapat delapan jenis herba yang ditemukan di Sinar Miring,
sedangkan di blok Nomer Satu tercatat tiga jenis dan di HM 75 ada tiga jenis.
Stratifikasi tajuk juga memberi ruang tumbuh bagi jenis liana seperti Scindapsus
officinalis dan Smilax glauca yang tidak ditemukan di blok Nomer Satu.
Blok Nomer Satu memiliki keanekaragaman tumbuhan bawah paling
rendah. Kondisi ini diduga karenapersaingan hara yang tinggi dengan pohonpohon pinusdan tekstur tanah yang padat. Dominasi pohon pinus di seluruh lahan
mengkonsumsi sebagian besar hara tanah, sehingga persediaan hara tanah
semakin rendah untuk digunakan oleh tumbuhan lain. Konsumsi hara yang tinggi
juga tidak sebanding denganlaju pengembalian hara ke tanah, karena laju
dekomposisi serasah daun pinus yang lambat hingga 3 tahun (Hardiwinoto et al.
1994) . Kondisi tersebut membuat total tumbuhan bawah yang ditemukan hanya
14 jenis dengan sebagian jenisnya berhabitus rumput (4 jenis) dan semak (3 jenis)
yang toleran terhadap kandungan hara terbatas.
Keanekaragaman juga ditunjukkan dengan nilai Indeks Shannon-Wiener
(H’). Nilai 1 sampai 3 menunjukkan keragaman sedang seperti pada blok Nomer
Satu (2.0) dan HM 75 (2.2) sedangkan nilai lebih dari 3 menunjukkan keragaman
tinggi seperti yang ditunjukkan blok Sinar Miring dengan nilai 3.1 (Tabel 2).
Tabel 2 Keragaman dan kemerataan jenispada blokNomer Satu, Sinar Miring, dan
HM 75
No.

Blok

1
2
3

Nomer Satu
SInar Miring
HM 75

Keragaman
(H’)
2.0
3.1
2.2

Nilai
Hill (N2)
7.3
21.5
9.8

Ʃ jenis
14
29
24

Kedekatan
N2 dan H’
51.8
74.1
40.6

Kemerataan
(E)
0.8
0.9
0.7

Indeks Shannon-Wiener dapat diekspresikan dengan penomoran Hill.
Semakin dekat nilai Hill dengan jumlah jenis yang ditemukan, maka semakin
setara nilai kelimpahan (INP) masing-masing jenis dalam komunitas yang
menunjukkan keragaman tinggi. Blok Sinar Miring menunjukkan keragaman
tertinggi dengan persentasi kedekatan N1dan H’ 74.1% yang disebabkan nilai
kelimpahan masing-masing jenis yang hampir setara (Lampiran 2), sehingga tidak
ada jenis dominan. Berbeda dengan kondisi HM 75 dengan jenis dominan
Panicum dichotomiflorum memiliki keragaman terendah. Keragaman rendah
ditunjukkan dengan nilai Hill 9.8 yang berbeda jauh dengan jumlah jenis
sebenarnya yaitu 24.
Persebaran individu jenis termasuk merata berdasarkan indeks Evenness,
karena menunjukkan nilai 0.7 sampai 0.9. Persebaran erat kaitannya dengan
adanya jenis dominan, sehingga blok Sinar Miring yang memiliki nilai
kelimpahan masing-masing jenis hampir merata memiliki persebaran individu
tertinggi yaitu 0.9.

8

Dominansi Jenis
Dominansi dilihat dari Indeks Nilai Penting (INP) yang menyatakan
kelimpahan jenis. Semakin tinggi INP maka jenis tersebut memiliki frekuensi,
kerapatan, dan jumlah individu yang tinggi di blok pengamatan. Jenis dominan
dengan INP >10% di ketiga blok adalah empat jenis rumput, dua jenis pakupakuan, dan satu jenis semak (Gambar 5). Digitaria ciliaris adalah jenis rumput
dengan INP tertinggi dari semua blok dan merupakan jenis tumbuhan bawah
paling tinggi nilai kelimpahannya di blok Nomer Satu dengan INP 91.3%
(Lampiran 1). Rumput D. ciliaris dijumpai di seluruh blok karena mampu tumbuh
pada tanah dengan kandungan hara minimum dan toleran terhadap intensitas
cahaya yang tinggi (Holm et al. 1977). Rumput Panicum dichotomiflorum
adalahjenis dominan di HM 75 (Lampiran 1) dan tidak ditemukan di blok lain
karena membutuhkan lahan terbuka dengan sinar matahari penuh tanpa adanya
naungan untuk pertumbuhannya (USDA-NRCS 2006), dan kondisi tersebut hanya
dapat dipenuhi di blok HM 75.

spesies
lain

Digitaria ciliaris*
54.3%
Panicum dichotomiflorum*
43.7%

Nephrolepis hirsutula
Clidemia hirta*
12.8%
33.2%
Digitaria sanguinalis
Cyathea latebrosa Setaria verticillata*
15.0%
22.0%
17.4%

Gambar 5 Kelimpahan (INP) jenis tumbuhan bawah blok Nomer Satu, Sinar
Miring, dan HM 75. Keterangan: * menunjukkan potensi jenis invasif
Setaria verticillataadalah rumput dengan INP kedua tertinggi pada blok
Nomer Satu dengan nilai 51.1 % sedangkan pada blok HM 75 nilai INP rendah
yaitu 2.1% (Lampiran 1). Rumput Digitaria sanguinalismemiliki INP 30.5 %
pada blok Nomer Satu dan INP 6.6% pada blok HM 75. Tidak ditemukannya
rumput S. verticillata dan D. sanguinalis di plot Sinar Miring kemungkinan
karena kedua jenis rumput tidak tumbuh dalam subplot yang terletak cukup jauh
dari jalur pendakian (3 m) melainkan tumbuh tepat di tepi jalur karena banyak
terlihat rumput yang tumbuh. Penyebab lain karena intensitas cahaya rendah (626
sampai 1972 lux) dalam plot, padahal kedua jenis rumput tersebut sensitif
terhadap naungan karena membutuhkan sinar matahari penuh untuk
pertumbuhannya (Soerjani et al. 1987). Jenis rumput selain P. dichotomiflorum
memiliki INP rendah di blok HM 75, hal ini karena rumput P. dichotomiflorum
mendominansi lahan dengan INP 129.8% (lampiran 1), sehingga jenis rumput
lainnya kalah dalam bersaing dalam perebutan hara dan ruang tumbuh sehingga
memiliki INP yang rendah.
Jenis semak dominan adalah Clidemia hirta yang ditemukan di seluruh
blok dengan INP tertinggi pada blok Nomer Satu yaitu 50.9%. Semak C. hirta
ditemukan tumbuh di seluruh blok karena mampu beradaptasi pada berbagai

9

kondisi, seperti kondisi hara rendah di blok Nomer Satu, intensitas cahaya rendah
dan lembab di Sinar Miring, maupun kondisi panas karena intensitas matahari
tinggi di HM 75. Clidemia hirta tumbuh mengelompok dan sering dijumpai di
tepi-tepi jalur pendakian. Jenis paku dominan ada dua yaitu Cyathea latebrosa
dan Nephrolepis hirsutula. Jenis Cyathea latebrosa ditemukan di seluruh blok
dengan INP tertinggi pada blok Sinar Miring yaitu 42.5 % (Lampiran 1).
Persebaran C. latebrosa yang luas di seluruh blok disebabkan kondisi optimum
pertumbuhannya pada kondisi lembab dan dapat menoleransi intensitas cahaya
tinggi. Jenis Nephrolepis hirsutula ditemukan di blok Nomer Satu serta Sinar
Miring dan memiliki kelimpahan tertinggi di Sinar Miring dengan INP 19.9 %,
namun paku ini tidak ditemukan di HM 75 karena tidak adanya pohon peneduh
pada subplot yang diamati.
Kesamaan Komposisi Jenisantar Blok
Blok Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75 memiliki komposisi jenis yang
berbeda ditunjukkan oleh indeks similaritas (IS) antar blok kurang dari 30.0%
(Tabel 3). Rendahnya kesamaan komposisi tumbuhan bawah disebabkan
perbedaan jenis pohon yang tumbuh dan kondisi lingkungan di ketiga blok. Blok
Nomer Satu ditanami oleh pohon Pinus merkusii yang membuat vegetasi pohon
menjadi homogen sehingga hara tanah rendah karena konsumsi dalam jumlah
besar jenis hara yang sama. Tumbuhan bawah yang tumbuh adalah jenis yang
mampu bersaing dengan kondisi hara rendah, beradaptasi dengan naungan, dan
tahan terhadap gangguan manusia ketika pengambilan getah.
Blok Sinar Miring memiliki letak tertinggi dengan tanah bertingkat-tingkat,
sertaditumbuhi beragam jenispohon dengan dominansi pohon puspa dan baros.
Beragamnya jenis pohon membentuk luasan naungan berbeda-beda yang
mengakibatkan perbedaan intensitas cahaya di permukaan tanah, sehingga
tumbuhan yang dapat tumbuh berbeda pula. Pepohonan juga membentuk
stratifikasi tajuk yang memberikan ruang tumbuh lebih luas untuk tanaman
pemanjat atau merambat. Kondisi Sinar Miring ini berbeda dengan blok Nomer
Satu dengan tajuk rata dan luasan naungan relatif sama. Blok HM 75 ditumbuhi
pandan liar dan pepohonan seperti saninten, rasamala, pasang, serta huru yang
tumbuh di bagian blok yang jauh dari jalur pendakian. Sungai kecil melewati jalur
pendakian dengan di tengah bloknya ditutupi rumput sehingga blok tanpa
nanungan dan memiliki intensitas cahaya tertinggi. Namun, karena bentuk
tanahnya yang bergelombang air hujan akan menggenang ketika musim hujan
sehingga jenis yang bisa tumbuh adalah tumbuhan toleran panas dan kondisi
basah. Kondisi yang berbeda antar blok mempengaruhi kondisi iklim mikro pada
setiap blok sehingga jenis tumbuhan bawah yang cocok tumbuh di masing-masing
blok berbeda.
Tabel3Persentasi kesamaan komposisi jenis antar ketiga blok
pengamatanberdasarkan indeks similaritas (IS)
Komunitas
Nomer Satu
Sinar Miring
HM 75

Nomer Satu

Blok/IS (%)
Sinar Miring
20.3

HM 75
29.1
12.8

10

Potensi Jenis Invasif
Potensi jenis invasif ditunjukkan oleh empat jenisyang memiliki nilai INP
rata-rata tertinggi dari tiga blok pengamatan yaitu Digitaria ciliaris, Panicum
dichotomiflorum, Clidemia hirta, dan Setaria verticillata. Keempat jenis tersebut
tersebar acak sehingga sering dijumpai di blok pengamatan dan tumbuh
membentuk kelompok dibuktikan dengan nilai Indeks Morisita lebih dari satu.
Habitus jenis tumbuhan potensial invasif berupa tiga jenis rumput (D. ciliaris,
P. dichotomiflorum, S. verticillata) dan satu semak (C. hirta). Jenis rumput mudah
tersebar dan berkembang biak dengan cepat karena mampu menghasilkan ratusan
biji ringan setiap musim pembungaannya. Biji yang ringan dapat tersebar hingga
ke tempat jauh dengan bantuan angin dan hewan sehingga memudahkan dalam
proses penyebaran (Soerjani et al. 1987).
1.
Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler
Digitaria ciliaris (Gambar 6) ditemukan di dua blok yaitu blok Nomer Satu
dan Blok HM 75 masing-masing dengan INP 91.3% dan 37.4%. Pada blok Nomer
Satu rumput D. ciliaris merupakan tumbuhan bawah dengan INP tertinggi
sedangkan di HM 75 termasuk kedua tertinggi. Rumput ini biasanya tumbuh pada
daerah dengan kadar hara rendah dan tanah lempung (FAO 2014), sehingga dapat
tumbuh pada blok Nomer Satu dan Sinar Miring. Blok Nomer satu memiliki hara
relatif rendah dan memiliki kondisi permukaan tanah sama dengan blok HM 75,
yaitu berwarna coklat kekuningan yang menunjukkan kandungan lempung.
Kelimpahan tinggi di blok Nomer Satu didukung dengan kemampuan D. ciliaris
membentuk perakaran yang panjang (Suryaningsih 2010), sehingga mampu
mengambil hara lebih baik daripada tumbuhan lain pada tanah rendah hara.Tidak
ditemukannya D. ciliaris pada subplot Sinar Miring kemungkinan karena tidak
adanya paparan sinar matahari yang dibutuhkan biji untuk berkecambah.Kondisi
permukaan tanah yang tertutup lapisan humus juga membuat kandungan hara
relatif tinggi yang kurang sesuai dengan kebutuhan kondisi pertumbuhannya.
Pengamatan sepanjang jalur pendakian hingga blok pengamatan
menunjukkan kondisi sebagian besar tanah cocok untuk pertumbuhan D. ciliaris,
karena tanah berwarna kekuningan mengandung lempung yang berbentuk liat
ketika hujan. Cocoknya kondisi tanah ditambah dengan kemampuan D.ciliaris
berkembangbiak dengan cepat, membuat jenis rumput asing yang berasal
dariAmerika Serikat ini potensial mendominasi lahan dan menjadi invasif.

Gambar 6 Digitaria ciliaris
Panicum dichotomiflorum Michx.
Panicum dichotomiflorum (Gambar 7) adalah jenis rumput yang berasal dari
Amerika Utara. Rumput P. dichotomiflorum hanya ditemukan di blok HM 75,
namun mendominanasi blok dengan INP 129.8%. Tumbuhan lain yang memiliki
2.

11

INP 10% sampai 40% hanya empat jenis termasuk Digitaria ciliaris dan Clidemia
hirta, sedangkan 19 tumbuhan lainnya memiliki INP di bawah 10% (Lampiran 2).
Dominansi P. dichotomiflorum di HM 75 disebabkan kondisi plot yang terbuka
sehingga mendapatkan intensitas cahaya matahari penuh untuk pertumbuhan
optimumnya. Kondisi HM 75 yang dekat dengan tebing dan tidak ada naungan
di bagian tengah blok membuat angin yang bertiup mudah mengenai
P. dichotomiflorum dan membantu penyerbukannya, sehingga diperkirakanbiji
yang terbentuk semakin banyak. Anakan P. dichotomiflorum harus tumbuh pada
tanah basah, dan akan tumbuh cepat dalam kondisi tergenang dengan maksimum
genangan setinggi 9 cm (Kim et al. 1998). Blok HM 75 akan membentuk
genangan air setelah hujan dengan kisaran tinggi 5cm, sehingga meningkatkan
kecepatan tumbuh P. dichotomiflorum dan juga perkembangbiakannya.
Rumput P. dichotomiflorum yang tidak ditemukan pada plot Nomer Satu
dan Sinar Miring kemungkinan karena rendahnya intensitas cahaya dan kondisi
tanah tidak cukup basah untuk pertumbuhannya. Kondisi yang menguntungkan
bagi P. dichotomiflorum di HM 75 memungkinkan rumput ini tumbuh lebih luas
lagi dan menjadi invasif, sehingga perlu dihambat laju pertumbuhannya. Salah
satu cara penghambatan adalah dengan menanam tumbuhan asli TNGHS yang
dapat membuat naungan di HM 75 sehingga mengurangi intensitas cahaya di
permukaan tanah.

Gambar 7 Panicum dichotomiflorum
Clidemia hirta(L.) D. Don
Clidemia hirta (Gambar 8) adalah semak yang ditemukan di seluruh blok
dengan kelimpahan (INP) rata-rata tertinggi ketiga yaitu 33.2%. Pada blok Nomer
Satu memiliki INP tertinggi yaitu 50.9%, sedangkan di Sinar Miring memiliki
INP 19.8% dan HM 75 INP 23.7%. Penyebaran C. hirta yang luas hingga
ditemukan di ketiga blok disebabkan hewan pemakan buah seperti burung,
musang, dan babi hutan yang membawa buah ke tempat lain dan menjatuhkan biji
di tempat baru. Kelimpahan yang tinggi di blok Nomer Satu disebabkan kondisi
blok yang berawal dari lahan kosong. Kondisi ini memberikan kesempatan pada
jenis asing seperti C. hirta untuk tumbuh karena tidak adanya vegetasi alami yang
mampu menghambat pertumbuhan. Kesempatan tumbuh C. hirta didukung oleh
kecepatan perkembangbiakannya ketika telah berhasil menetap pada tempat baru
(Smith 1992). Aktivitas manusia melewati blok Nomer Satu juga mendukung
penyebaran C.hirta di sepanjang jalur pendakian, terlihat pada sepanjang jalur
pendakian dijumpai C. hirta dengan ketinggian melebihi yang dijumpai pada plot
pengamatan.
Semak C. hirta yang berasal dari Amerika Selatan dan diperkirakan dapat
berbunga sepanjang tahun di TNGHS, karena menurut deWalt et al. (2004)C hirta

3.

12

dapat berbunga sepanjang tahun pada daerah dengan curah hujan lebih dari 2500
mm pertahun. Hal ini berakibat pada melimpahnya biji yang dihasilkan
ditunjukkan dengan tingginya jumlah C. hirta ketika pengamatan. Seringnya
semak ini dijumpai di tepi jalur pendakian, yang dilihat dari nilai FR rata-rata
tertinggi 12.6% (Lampiran 3) membuat C. hirta lebih mudah disebarkan oleh
manusia maupun hewan yang lewat. Kondisi tersebut membuat C. hirta memiliki
potensi paling tinggi sebagai jenis invasif mendatang.

Gambar 8 Clidemia hirta
Setaria verticillata (L.) P. Beauv
Setaria verticillata (Gambar 9) adalah rumput yang berasal dari Eropa dan
memiliki kelimpahan rata-rata tertinggi keempat di ketiga blok dengan INP
22.0%. Rumput ini ditemukan di blok Nomer Satu dengan kelimpahan kedua
tertinggi di bloknya yaitu 51.1% sedangkan di HM 75 kelimpahan rendah yaitu
2.1%. Blok Nomer Satu memliki kelimpahan S. verticillata lebih tinggi
dibandingkan dengan HM 75 disebabkan kondisi yang optimum untuk
perkecambahan biji, yaitu permukaan tanah relatif kering dengan kisaran suhu
udara antara 21.6°C sampai 24.7°C. Berdasarkan Dekker (2004) suhu udara 20°C
hingga 25°C dapat mempercepat perkecambahan biji, sehingga kelimpahan S.
verticillata di plot Nomer Satu lebih tinggi dibandingkan plot HM 75 yang
memiliki suhu udara 22.6°C sampai 28.3°C. Setaria verticillata sensitif dengan
naungan yang membuatnya kurang kompetitif dalam persaingan pertumbuhan
(Dekker 2004), sehingga tidak ditemukan pada plot Sinar Miring yang memiliki
banyak pohon, semak dan paku-pakuan yang dapat memberikan naungan untuk S.
verticillata.

4.

Gambar 9 Setaria verticillata

SIMPULAN
Tumbuhan bawah yang ditemukan di TNGHS Gunung Bunder ada 52
jenisdengan keanekaragaman tertinggi pada blok Sinar Miring (H’=3.1). Pada

13

blok Sinar Miring ditemukan 29 jenis dengan 13 jenis merupakan paku-pakuan.
Tingginya keanekaragaman disebabkan rendahnya gangguan,kondisi teduh dan
tinginya keragaman iklim mikro, sehingga mendukung pertumbuhan paku dan
memberi relung hidup lebih banyak untuk pertumbuhan.Tumbuhan bawah potensi
invasif ada empat jenis yaitu Digitaria ciliaris (Poaceae), Panicum
dichotomiflorum (Poaceae), Clidemia hirta (Melastomataceae), dan Setaria
verticillata (Poaceae). Keempat jenis tersebut tumbuh mengelompok dan tersebar
secara acak. Semak Clidemia hirta ditemukan di ketiga blok dan memiliki INP
rata-rata 33.2%. Jenis C. hirta memiliki potensi tertinggi sebagai jenis invasif di
waktu mendatang. Tingginya potensi disebabkan penyebaran yang luas,
pertumbuhan cepat, dan seringnya C. hirta dijumpai di jalur pendakian yang
memudahkan persebarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Backer CA, Brink RCB van den. 1968. Flora of Java. Groningen (NL): WoltersNoordhoff.
DekkerJ.2003. The foxtail (Setaria) species-group. Weed Sciences 51 (5): 641-656
deVogel EF. 1987. Manual of Herbarium Taxonomy, Theory and Practice.
Jakarta (ID): Unesco.
deWalt SJ, Denslow JS, Ickes K. 2004. Natural-enemy release facilitates habitat
expansion of an invasive shrub, Clidemia hirta. Ecology 85: 471-483.
[FAO] Food and Agriculture Organization (FR).2014. Digitaria ciliaris
(Retz.)Koeler[diakses 12 April 2014].Terdapat pada http://www.fao.org/ag
/agp/AGPC/doc/Gbase/data/pf000219.htm.
Hardiwinoto S, Supriyo H, Mangkuwibowo F, Sabarnurdin S. 1994. Pengaruh
sifat kimia terhadap tingkat dekomposisi beberapa jenis daun tanaman
hutan. Jurnal Manusia dan Lingkungan 2 (4): 25-36.
Holm, Plucknett LGDL, Pancho JV, Herberger JP. 1977. The World's Worst
Weeds-Distribution and Biology. Honolulu (US): The East–West Food
Institute.
[IBG] Indonesian Botanic Garden, [YSC] Yayasan Sosial Chevron, [TI] Texaco
Indonesia (ID). 1998. The Flora of Bukit Tiga Puluh National Park,
Kerumutan Sanctuary and Mahoto Protective Reserve, Riau Indonesia.
Kim M, Shim SI, Lee SG, Kang BH. 1998. Studies on the characteristics of
germination and emergence of tall Panicum (Panicum dichotomiflorum).
Kor. J. Weed Sci. 18(2): 146-153
Krebs CJ. 2014. Ecological Methodology Forth Edition. Darmstadt (DE):
Addison Wesley Longman, Inc.
Kudo Y, Suzuki E, Mutaqien Z, Susanti R. 2011. Distribution of invasive plants in
national parks of West Java. Bogor (ID): Taman Nasional Gunung
Halimun Salak.
Lestari G, Kencana IP. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya
Mataji A, Moarefvand P, Babaie KS, Kermanshahi MM. 2010.
Understoryvegetation as environmental factorsindicator in forest
ecosystems. Int J Enviro Sci Tech 7: 629-638.

14

Morisita M. 1959. Measuring of the dispersion of individuals and analysis of the
distributional patterns. Reprinted from the Memoirs of the Faculty of
Science, Kyushu University (JP), Series E (biology) Volume 2(4).
[P-DCNR] Pennsylvania Department of Conservation and Natural Resources.
2014. Invasive plants [diakses 12 Agustus 2014]. Tersedia pada
http://www.dcnr.state.pa.us/forestry/plants/invasiveplants/index.htm.
Piggott AG. 1988. Ferns of Malaysia in Colour. Kuala Lumpur (Malaysia): Art
Printing Works.
Sabara E. 2011. 100 Tumbuhan Dilindungi di Gede Pangrango. Bogor (ID):
Green Radio dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Singh C, Garkoti S, Pande HC. 2013. Ecology of fern wealth (Pterydophyta) of
Dehradun district, Uttarakhand, India. Annals of Plant Sciences 2(9): 327341.
Smith CW. 1992. Distribution, status, phenology, rate of spread, and
management of Clidemia in Hawai’i. Clidemia in Hawwai’i: 241-252
Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G. 1987. Weedsof Rice in
Indonesia. Bogor (ID): BIOTROP.
Standovar T, Odor P, Aszalos R, Galhidy L. 2006. Sensitivity of ground layer
vegetation diversity descriptors inindicating forest naturalness.Community
Ecology 7(2): 199-209.
Steenis CGGJ van.1959. Flora Malesiana Series II Volume 1 Pterydophyta.
Boston (GB): DR W. JUNK PUBLISHERS.
Steenis CGGJ van, Hamzah A, Toha M. 1972.Mountain Flora of Java. Leiden
(NL): e.j Brill.
Suhono B, et al. 2009. Ensiklopedia Flora. Jakarta (ID): PT Kharisma Ilmu.
Suryaningsih, Joni M, Darmadi AAK. 2010. Inventarisasi gulma pada tanaman
jagung (Zea mays L.) di lahan sawah Kelurahan Padang Galak, Denpasar
Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. JURNAL SIMBIOSIS I (1) : 1-8.
Tjitrosoedirjo SS. 2005. Inventory of the invasive alien plant species in
Indonesia.BIOTROPIA 25: 60-73.
[TNGHS] Taman Nasional Gunung Halimun Salak (ID). 2013. Keanekaragaman
hayati dan sejarah kawasan [diakses 03April 2014]. Tersedia pada
http://halimunsalak.org/tentang-kami/.
[USDA-NRCS]
United
States
Department
of
Agriculture-Natural
ResourcesConservation Service. 2006. Plant guide, fall panicgrass
Panicum dichotomiflorum Michx [diakses 20 Juli 2014]. Tersedia pada
http://plants.usda.gov.
[USNA] United States National Arboretum. 2006. Native plants [diakses 12
Agustus 2014]. Tersedia pada
http://www.usna.usda.gov/Gardens/faqs/nativefaq2.html

15

LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Jenistumbuhan bawah diblok Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Jenis
Aglaonema lumina
Alocasia longiloba
Alpinia purpurata
Andrographis sp.
Begonia grandis
Begonia multangulata
Calamus sp.
Clerodendron sp.
Clidemia hirta
Commelina sp.
Cribadium surinamense
Cyathea glabra
Cyathea latebrosa
Cyathea trichodesma
Digitaria ciliaris
Digitaria sanguinalis
Diplazium cordifolium
Diplazium malaccense
Diplazium polypodioides
Diplazium subserratum
Dipteris sp.
Eleusine indica
Gleichenia linnearis
Hedyotis auricularia

Habitus

Family

Herba
Herba
Herba
Herba
Herba
Herba
Palem
Herba
Semak
Herba
Semak
Paku
Paku
Paku
Rumput
Rumput
Paku
Paku
Paku
Paku
Paku
Rumput
Paku
Herba

Araceae
Araceae
Zingiberaceae
Acanthaceae
Begoniaceae
Begoniaceae
Arecaceae
Verbenaceae
Melastomataceae
Commelinaceae
Asteraceae
Cyatheaceae
Cyatheaceae
Cyatheaceae
Poaceae
Poaceae
Woodsiaceae
Woodsiaceae
Woodsiaceae
Woodsiaceae
Polypodiaceae
Poaceae
Gleicheniaceae
Rubiaceae

No. Satu







-

Blok
Sinar Miring

















HM 75










-

15

16
16

No. Jenis
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52

Histioperis incisa
Ipomoea batatas
Lygodium microphyllum
Marumia muscosa
Medinilla speciosa
Miconia sp.
Nephrolepis biserrata
Nephrolepis dicksonioides
Nephrolepis falcata
Nephrolepis hirsutula
Nephrolepis sp.
Pandanus amaryllifolius
Pandanus furcatus
Pandanus sp.
Panicum dichotomiflorum
Panicum maximum
Panicum sp.
Pollia sp.
Polypodium subauriculatum
Saccharum spontaneum
Schefflera arboricola
Scindapsus officinalis
Selaginella plana
Setaria palmifolia
Setaria verticillata
Smilax glauca
Spathiphyllum commutatum
Strobilanthes sp.

Habitus

Family

Paku
Herba
Paku
Semak
Semak
Semak
Paku
Paku
Paku
Paku
Paku
Semak
Semak
Semak
Rumput
Rumput
Rumput
Herba
Paku
Rumput
Palem
Liana
Paku
Rumput
Rumput
Liana
Herba
Herba

Dennstaedtiaceae
Convolvulaceae
Lygodiaceae
Melastomataceae
Melastomataceae
Melastomataceae
Nephrolepidaceae
Nephrolepidaceae
Nephrolepidaceae
Nephrolepidaceae
Nephrolepidaceae
Pandanaceae
Pandanaceae
Pandanaceae
Poaceae
Poaceae
Poaceae
Commelinaceae
Polypodiaceae
Poaceae
Araliaceae
Araceae
Selaginellaceae
Poaceae
Poaceae
Smilacaceae
Araceae
Acanthaceae

No. Satu







-

Blok
Sinar Miring













-

HM 75















17

Lampiran 2
Hasil analisis vegetasi masing-masing blok
Tabel 1 Kelimpahan, keragaman, dan kemerataan jenis di blok Nomer Satu
No

Jenis

FM

FR

DM

DR

KM

KR

INP

Pi

lnPi

PilnPi

1
2

Digitaria ciliaris*
Setaria verticillata*

75,0
80,0

15,6
16,7

5,4
3,1

27,9
16,2

13,1
5,0

47,8
18,2

91,3
51,1

0,3
0,2

-1,2
-1,8

-0,4
-0,3

3
4
5
6

Clidemia hirta*
Digitaria sanguinalis
Diplazium polypodioides
Nephrolepis hirsutula

90,0
45,0
40,0
55,0

18,8
9,4
8,3
11,5

3,2
1,9
2,5
1,3

16,6
9,9
13,0
6,5

4,2
3,1
0,2
0,9

15,5
11,2
0,7
3,2

50,9
30,5
22,1
21,1

0,2
0,1
0,1
0,1

-1,8
-2,3
-2,6
-2,7

-0,3
-0,2
-0,2
-0,2

7
8
9
10

Setaria palmifolia
Cyathea latebrosa
Nephrolepis sp.
Selaginella plana

40,0
20,0
10,0
5,0

8,3
4,2
2,1
1,0

0,7
0,7
0,1
0,2

3,4
3,7
0,7
0,8

0,5
0,1
0,2
0,1

1,6
0,3
0,7
0,4

13,4
8,1
3,5
2,3

0,0
0,0
0,0
0,0

-3,1
-3,6
-4,4
-4,9

-0,1
-0,1
-0,1
0,0

11
12
13
14

Begonia grandis
Alpinia purpurata
Pandanus amaryllifolius
Ipomoea batatas
TOTAL

5,0
5,0
5,0
5,0
480,0

1,0
1,0
1,0
1,0
100,0

0,1
0,1
0,1
0,0
19,4

0,5
0,3
0,3
0,1
100,0

0,0
0,0
0,0
0,0
27,4

0,0
0,1
0,1
0,0
100,0

1,6
1,4
1,4
1,2
300,0

0,0
0,0
0,0
0,0

-5,2
-5,3
-5,3
-5,5

0,0
0,0
0,0
0,0

KR (%)
8,6
6,3
7,0
7,6

INP
42,5
25,2
19,9
19,8

Pi
0,1
0,1
0,1
0,1

H'

E

2,0

0,8

H'
3,1

E
0,9

Tabel 2Kelimpahan, keragaman, dan kemerataan jenis di blokSinar Miring
No
1
2
3
4

Jenis
Cyathea latebrosa
Calamus sp.
Nephrolepis hirsutula
Clidemia hirta*

FM
65,0
50,0
45,0
45,0

FR (%)
12,4
9,5
8,6
8,6

DM
4,2
1,8
0,9
0,7

DR (%)
21,5
9,4
4,4
3,7

KM
0,3
0,2
0,3
0,3

lnPi
-2,0
-2,5
-2,7
-2,7

PilnPi
-0,3
-0,2
-0,2
-0,2

17

18

18

Lampiran 2 lanjutan
No
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Jenis
Selaginella plana
Nephrolepis sp.
Scindapsus officinalis
Saccharum spontaneum
Nephrolepis bisserata
Diplazium maccense
Begonia multangulata
Panicum sp.
Pollia sp.
Diplazium cordifolium
Cyathea trichodesma
Commelina sp.
Nephrolepis falcata
Alocasia longiloba
Smilax glauca
Hedyotis auricularia
Cyathea glabra
Gleichenia linnearis
Alpinia purpurata
Eleusine indica
Marumia muscosa
Diplazium subserratum
Aglaonema lumina
Spathiphyllum commutatum
Nephrolepis dicksonioides
TOTAL

FM
25,0
35,0
30,0
15,0
10,0
25,0
15,0
10,0
15,0
10,0
20,0
10,0
10,0
10,0
15,0
5,0
15,0
5,0
10,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
525,0

FR (%)
4,8
6,7
5,7
2,9
1,9
4,8
2,9
1,9
2,9
1,9
3,8
1,9
1,9
1,9
2,9
1,0
2,9
1,0
1,9
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
100,0

DM
0,9
0,4
1,2
0,6
0,5
1,2
0,6
1,4
0,9
0,5
0,6
0,4
0,5
0,4
0,2
0,2
0,2
0,5
0,2
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
19,6

DR (%)
4,8
2,2
5,9
2,9
2,4
5,9
3,0
7,4
4,6
2,3
3,0
2,2
2,4
2,3
0,9
0,8
1,1
2,5
0,9
0,8
1,0
0,5
0,7
0,4
0,4
100,0

KM
0,3
0,3
0,2
0,3
0,3
0,1
0,2
0,1
0,1
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
3,8

KR (%)
7,9
7,6
4,3
8,6
8,6
1,7
6,0
1,3
2,6
4,6
1,7
3,0
2,3
1,3
1,0
3,0
0,7
1,0
0,7
0,7
0,3
0,7
0,3
0,3
0,3
100,0

INP
17,5
16,5
15,9
14,3
12,9
12,4
11,9
10,6
10,1
8,9
8,5
7,0
6,6
5,5
4,8
4,7
4,6
4,4
3,4
2,4
2,2
2,1
1,9
1,7
1,7
300,0

Pi
0,1
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0

lnPi
-2,8
-2,9
-2,9
-3,0
-3,1
-3,2
-3,2
-3,3
-3,4
-3,5
-3,6
-3,8
-3,8
-4,0
-4,1
-4,2
-4,2
-4,2
-4,5
-4,8
-4,9
-5,0
-5,0
-5,2
-5,2

PilnPi
-0,2
-0,2
-0,2
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0

19

Lampiran 2 lanjutan
Tabel 3 Kelimpahan, keragaman, dan kemerataan jenis di blok HM 75
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Jenis
Panicum dichotomiflorum*
Digitaria ciliaris
Clidemia hirta*
Cribadium surinamense
Pandanus furcatus
Schefflera arboricola
Andrographis sp.
Cyathea latebrosa
Digitaria sanguinalis
Histiopteris incisa
Setaria palmifolia
Lygodium microphyllum
Miconia sp.
Eleusine indica
Panicum maximum
Gleichenia linnearis
Strobilanthes sp.
Medinilla speciosa
Dipteris sp.
Pandanus sp.
Setaria verticillata*
Polypodium subauriculatum
Smilax glauca
Clerodendron sp.
TOTAL

FM
80,0
65,0
50,0
35,0
25,0
15,0
20,0
25,0
15,0
20,0
10,0
20,0
15,0
5,0
10,0
5,0
5,0
5,0
10,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
460,0

FR (%)
17,4
14,1
10,9
7,6
5,4
3,3
4,3
5,4
3,3
4,3
2,2
4,3
3,3
1,1
2,2
1,1
1,1
1,1
2,2
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
100,0

DM
9,7
1,9
1,6
0,6
1,4
1,0
0,3
0,3
0,3
0,2
0,4
0,1
0,2
0,3
0,2
0,4
0,3
0,3
0,0
0,2
0,1
0,2
0,1
0,0
19,9

DR (%)
48,6
9,5
8,2
2,9
6,9
5,0
1,6
1,5
1,5
0,9
2,1
0,5
1,0
1,3
1,2
1,9
1,3
1,5
0,2
1,0
0,4
0,8
0,3
0,2
100,0

KM
10,3
2,2
0,7
0,6
0,1
0,1
0,3
0,1
0,3
0,1
0,2
0,1
0,1
0,3
0,1
0,0
0,1
0,1
0,0
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
16,1

KR (%)
63,8
13,7
4,6
3,5
0,6
0,3
1,9
0,5
1,9
0,7
1,4
0,6
0,8
2,1
0,9
0,2
0,6
0,3
0,2
0,3
0,6
0,1
0,2
0,2
100,0

INP(%)
129,8
37,4
23,7
14,0
12,9
8,6
7,8
7,4
6,6
5,9
5,7
5,5
5,0
4,4
4,3
3,2
3,0
2,9
2,6
2,4
2,1
1,9
1,5
1,5
300,0

Pi
0,4
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0

lnPi
-0,8
-2,1
-2,5
-3,1
-3,1
-3,6
-3,6
-3,7
-3,8
-3,9
-4,0
-4,0
-4,1
-4,2
-4,3
-4,6
-4,6
-4,6
-4,8
-4,8
-5,0
-5,1
-5,3
-5,3

PilnPi
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
-0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0

H'
2,2

E
0,7

19

20

Lampiran 3
Tabel Kelimpahan (INP) jenis dari blok Nomer Satu, Sinar Miring, dan HM 75
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52

Jenis
Digitaria ciliaris*
Panicum dichotomiflorum*
Clidemia hirta*
Setaria verticillata*
Cyathea latebrosa
Digitaria sanguinalis
Nephrolepis hirsutula
Diplazium polypodioides
Calamus sp.
Setaria palmifolia
Nephrolepis sp.
Selaginella plana
Cribadium surinamense
Scindapsus officinalis
Pandanus furcatus
Diplazium malaccense
Panicum sp.
Schefflera arboricola
Pollia sp.
Saccharum spontaneum
Andrographis sp.
Begonia multangulata
Cyathea trichodesma
Nephrolepis biserrata
Eleusine indica
Smilax glauca
Histiopteris incisa
Diplazium cordifolium
Lygodium microphyllum
Nephrolepis falcata
Commelina sp.
Miconia sp.
Alocasia longiloba
Alpinia purpurata
Cyathea glabra
Panicum maximum
Gleichenia linnearis
Strobilanthes sp.
Medinilla speciosa
Hedyotis auricularia
Dipteris sp.
Pandanus sp.
Marumia muscosa
Polypodium subauriculatum
Aglaonema lumina
Diplazium subserratum
Begonia grandis
Spathiphyllum commutatum
Nephrolepis dicksonioides
Pandanus amaryllifolius
Clerodendron sp.
Ipomoea batatas
TOTAL