sebagai double positive thymocytes. Timosit ini juga mulai mengekspresikan CD3 dan TCR. Sel positif ganda ini merupakan sel terbanyak dalam korteks timus. Sel ini
bersifat inaktif. Pada perkembangannya, sel positif ganda ini secara sempurna mengekspresikan CD4 atau CD8 dan sel ini matur menjadi CD4
+
atau CD8
+
. Sel T CD4 yang matur, sel T helper Th, menyediakan fungsi pertolongan dan membantu
sel B dalam proses imunitas humoral, sementara sel CD8, cytotoxic T cells, bertanggung jawab untuk mengenal benda asing dan membunuh sel tersebut
Fireman, 2006. 2.3 Penyakit Kulit dan AIDS
2.3.1 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit sangat kompleks, elastis dan senstitif. Fungsi utama
kulit adalah sebagai proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh termasuk termoregulasi, pembentukan pigmen, pembentukan Vitamin D dan
keratinisasi Wasitaatmadja SM, 2007.
2.3.2. Kelainan Kulit pada Pasien AIDS
Kelainan kulit adalah gejala umum pada perjalanan penyakit HIV sebagai akibat dari penurunan sistem imun atau berhubungan dengan pengobatan
antiretrovirus. Penurunan fungsi sel langerhans yang terinfeksi HIV menjadi penyebab kelainan pada kulit. Penyebab kelainan ini bisa karena infeksi, noninfeksi
maupun proses keganasan Johnson, 2008. Kelainan kulit ini sangat luas, bervariasi, dan unik Colven, 2008. Semakin berkurang kadar CD4+ pada tubuh, maka
keparahan kelainan kulit akan semakin meningkat, bertambah jumlahnya, dan sulit ditangani Dlova, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Secara global, lebih dari 95 penderita HIV belum mempunyai akses intervensi pengobatan sehingga banyak manifestasi kulit yang berkaitan dengan
penyakit HIV menjadi kronis dan progresif Murtiastutik, 2008.
2.3.3 Variasi Kelainan Kulit pada Pasien AIDS
Spektrum perubahan kulit pada penyakit AIDS sangat luas. Kelainan kulit mengindikasikan bahwa AIDS bersifat progresif karena CD4
+
yang menurun secara mendadak. Berikut adalah informasi variasi kelainan kulit pada pasien AIDS.
1 Infeksi oppurtunistik Other Infections Accociated with HIV Infeksi oportunistik menjadi lebih sering terjadi pada penyakit HIV stadium lanjut
yang tidak diobati. Infeksi oportunistik meliputi:
a.
Virus Herpes Simplex Virus HSV muncul dengan gambaran krusta pada bibir,
muka dan bagian tubuh lainnya. Krusta semakin besar, dalam, dan menimbulkan rasa nyeri. Pada pasien HIVAIDS infeksi HSV berlangsung lama dan prognosis buruk
serta sembuh dalam waktu yang lama. Australian College of Dermatologists, 2001. Gejala awal herpes biasanya diawali dengan panas dan pedih, blister yang berisi
sedikit cairan yang ruptur dan membentuk kerak di bagian atas sebelum penyembuhan.
Ruam herpes zoster shingles terjadi karena reaktivasi dari virus cacar air, yang dapat terjadi secara alamiah dalam tubuh sejak kecil. Ciri khas penyakitnya
dimulai dengan nyeri radikular diikuti dengan eritema sepanjang dermatom. Moluskum kontangium adalah infeksi virus benigna. Namun pada pasien
immunokompromis, luka menyebar dan menjadi tidak responsif terhadap pengobatan Acebes,2001. Banyak studi secara konsisten menunjukkan adanya peningkatan
kejadian HPV pada pasien HIV. Gambaran klinis adalah veruka atau kutil, yaitu neoplasma jinak pada epidermis. Pada daerah punggung tangan dan wajah plane
Universitas Sumatera Utara
wart kutil ini kecil, merata pada bagian atas, dan kemerahan sedangkan di telapak kaki kutil bergerombol mozaik.
Kutil kelamin anogenital wart atau dikenal dengan kondiloma akuminata dapat timbul dalam vagina, uretra, serviks, vulva, penis, dan anus New Zealand
Dermatological Society Incorporated,2011. Oral Hairy Leukoplakia OHL merupakan lesi spesifik pada penyakit HIV
yang disebabkan oleh virus Ebstein-Barr. OHL memberikan gambaran hiperplasia, plak epitelial berwarna keputihan pada bagian lateral lidah, biasanya bilateral tetapi
tidak simetris Acebes, 2001.
b.
Jamur Candida Albicans adalah patogen saprofit fakultatif yang secara umum
berkolonisasi di traktus orofaring individu. Pada pasien HIV seropositif, hal ini mungkin menjadi marker yang mengindikasikan mekanisme pertahanan mukosa yang
turun Acebes, 2001. Infeksi jamur sering terjadi di daerah vagina, aksila, inguinal dan mulut. Oral candidiasis thrush muncul dengan plak putih pada lidah dan
permukaan dalam pipi. Thrush umumnya menyebabkan rasa sakit dari mulut atau tenggorokan dan kadang kala disertai rasa sulit menelan Australian College of
Dermatologists, 2001. Infeksi jamur lain ialah tinea. Tinea dikelompokkan kedalam infeksi oleh
dermatofitosis. Infeksi bisa muncul di berbagai tempat seperti kulit Tinea kapitis, kumis Tinea barbae, badan Tinea korporis, kuku Tinea unguium dan kaki Tinea
pedis. New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011. Histoplasmosis adalah infeksi dari Histoplasma capsulatum yang menyerang
individu yang lemah sistem imunnya seperti pasien AIDS. Kelainan kulit tampak sebagai makula eritematus, plak keratin atau nekrotik, menyerupai moluskum
kontangiosum, pustul, folikulitis, lesi akneiformis, rosacea, psoriasis, atau ulkus Laurent, 2011.
Universitas Sumatera Utara
c.
Infeksi Bakteri Infeksi bakteri yang paling umum terjadi adalah impetigo yang
dikarakteristikkan dengan penyebaran lesi dan pustula Acebes, 2001. Impetigo merupakan infeksi superfisial yang mempunyai dua bentuk klinis, yaitu nonbulosa
dan bulosa. Lesi di tubuh bisa timbul di bagian manapun. Pada impetigo nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil dan bila pecah akan terjadi eksudasi dan krusta. Pada
impetigo bulosa timbul lepuhan – lepuhan besar dan superfisial. Ketika lepuhan tersebut pecah, terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan stratum korneum pada
bagian tepi lesi mengelupas kembali Colven, 2008. Folikulitis adalah infeksi pada bagian superfisial folikel rambut dengan
gambaran pustula kecil dengan dasar kemerahan pada bagian tengah folikel. Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh kutu yang hidup di kulit
manusia. Hal ini dapat menyebar melalui seks dan kontak erat. Penyakit ini ditandai dengan tanda – tanda gatal dan ruam di kulit pada bagian genital dan sela – sela jari
Acebes, 2001. Selulitis sering terjadi pada bagian tungkai, walaupun bisa terdapat pada
bagian tubuh lain. Daerah yang terkena menjadi eritem, terasa panas dan bengkak, serta terdapat lepuhan-lepuhan pada daerah nekrosis NewZealand Dermatological
Society Incorporated, 2011.
2 Neoplasma
a. Sarkoma Kaposi Sarkoma Kaposi sering terjadi pada pria dengan HIV yang berhubungan seks
dengan pria lain yang diduga mungkin karena infeksi Human Herpes Virus. Lesi umumnya melibatkan kaki dan tidak ada nyeri kecuali membesar. Ukuran dan jumlah
lesi Sarkoma mencerminkan tingkat kekebalan tubuh terhadap virus HIV Handoko, 2003.
Universitas Sumatera Utara
3 Dermatitis
a. Dermatitis Seboroik Dermatitis ini sering terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV. Gambaran
klinisnya berupa skuama eritematus yang umumnya mengenai wajah, pipi, dahi, alis, hidung dan telinga. Selain itu juga ditandai dengan eritema iregular, putih atau kuning
dengan penampilan yang berminyak. Kondisi penyakit ini biasanya kronis Acebes, 2001.
b. Psoriasis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan histopatologi. Lesi kulit
yang pertama kali timbul biasanya pada tempat – tempat yang mudah terkena trauma, antara lain: siku, lutut, sakrum, kepala dan genitalia. Lesi kulit berupa makula
eritematus dengan batas jelas, tertutup skuama tebal dan transparan yang lepas pada bagian tepi dan lekat di bagian tengah. Bisa terjadi kelainan kuku, di mana
permukaan kuku menjadi keruh, kekuningan dan terdapat cekungan pitting, menebal dan terdapat sublingual hyperkeratosis sehingga kuku terangkat dari
dasarnya Murtiastutik, 2008.
c. Papular Pruritus Eruption PPE PPE adalah ruam yang paling banyak dilihat pada infeksi dengan HIV.
Penyakit ini adalah bentuk prurigo. Antara 18 – 46 pasien AIDS mempunyai kondisi ini pada waktu tertentu. Ruam ini sangat gatal dan disertai benjolan merah
yang simetris. Ini juga merupakan tanda HIV yang sudah ke tahap lanjut di mana jumlah limfosit CD4 kurang dari 200µL New Zealand Dermatological Society
Incorporated, 2011. d. Folikulitis Eosinofilik
Universitas Sumatera Utara
Folikulitis Eosinofilik merupakan kelainan kulit pruritus kronis yang terjadi pada pasien dengan penyakit HIV lanjut. Secara klinis tampak papula folikulitis kecil
berwarna merah muda sampai merah, edematous bisa berupa pustula, simetris di atas garis nipple di dada, lengan proksimal, kepala dan leher. Perubahan sekunder
meliputi ekskoriasi, papul ekskoriasi, liken simpleks kronis, prurigo nodularis juga infeksi S.aureus Murtiastutik, 2008.
e. Kelainan pigmen Post inflammatory hyperpigmentation dan hypopigmentation PIH
merupakan kelainan yang sering didapatkan setelah akibat kelainan kulit lain dan terapi antiretrovirus. Pengobatan dengan zidovudine AZT menyebabkan
hiperpigmentasi terutama pada pasien kulit hitam. Perubahan warna kulit menyebabkan keluhan kosmetik terutama bila terjadi pada wajah, leher, dan
ekstremitas atas. Jika kelainan kulit berlangsung lama, perubahan pigmen dapat menetap dan progresif Johnson, 2008.
4 XerosisKulit kering Xerosis sering ditemui sebagai komplikasi dari penyakit defisiensi imun.
Pasien mengeluh kering dan gatal yang menjadi lebih buruk oleh banyak stimulus.
90 pasien dengan AIDS mengalami kelainan kulit. Berikut merupakan lampiran kelainan kulit pada pasien AIDS dan hubungannya dengan jumlah CD4 di sebuah
penelitian di India Utara.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2: Manifestasi kulit pada pasien HIV dan hubungannya dengan kadar CD4.
Disease Number of Patients
CD4 Mean
Oral Candidiasis 78 42.2
237.2 Drug rashes
25 13.6 201.8
Dermatophyte Infection 22 11.7 267.1
Seborrhoeic Dermatitis 13 7.0 165.7
Molluscum Contagiosum
12 6.5 195.3
Recurrent Herpes Zooster
12 6.5 138.3
Scabies 10 5.4
290.8 Warts
6 3.3 127.5
Psoriasis 4 2.2
180.8 Folliculitis
3 1.6 127.3
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS
3.2 Variabel dan definisi operasional variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien HIVAIDS dan pola penyakit kulit dihubungkan dengan kadar CD4. Cara pengukuran yang
digunakan dalam mengambil data bagi pasien AIDS adalah observasional, yaitu pengambilan data sekunder dari rekam medis. Pengukuran variabel penyakit kulit
dilakukan dengan cara mengobservasi dari rekam medis dan memasukkan kedalam tabel yang disediakan. Hasil pengukuran penelitian diukur dengan melihat ada
tidaknya manifestasi kelainan kulit terhadap kadar CD4 pada pasien AIDS di Pusyansus Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. Semua pasien AIDS
yang dirujuk ke Satuan Medis Fungsional Kulit dan kelamin juga dicatat. Definisi operasional diterangkan secara terperinci pada halaman berikutnya.
Pasien HIVAIDS Pola Penyakit Kulit
dihubungkan dengan Kadar CD4
Universitas Sumatera Utara