Kajian Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Swadaya Nusantara Dan Usaha Mikro Perempuan Binaannya Dengan Model Association For Social Advancement.

KAJIAN PERKEMBANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM
BINA SWADAYA NUSANTARA DAN USAHA MIKRO
PEREMPUAN BINAANNYA DENGAN MODEL
ASSOCIATION FOR SOCIAL ADVANCEMENT

EDWIN ENIFRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Kajian Perkembangan
Koperasi Simpan Pinjam Bina Swadaya Nusantara dan Usaha Mikro Perempuan
binaannya dengan Model Association for Social Advancement adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis

ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Edwin Enifri
NIM P054124025

RINGKASAN
EDWIN ENIFRI. Kajian Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Swadaya
Nusantara dan Usaha Mikro Perempuan Binaannya dengan Model Association for
Social Advancement. Dibimbing oleh FRANSISKA RUNKAT ZAKARIA dan
MA’MUN SARMA.
Pusat Pengembangan Keuangan Mikro (PPKM) Bina Swadaya telah
mengadopsi layanan keuangan mikro model Association for Social Advancement
(ASA) untuk melayani pengembangan usaha mikro perempuan binaannya. Model
ini diadopsi dari sebuah organisasi bernama Association for Social Advacement
(ASA) dari Bangladesh. PPKM Bina Swadaya mengadopsi model ini karena
diyakini sebagai model terbaik dan efesien untuk meningkatkan layanan keuangan
mikro dengan jangkauan daerah yang lebih luas dan penyebaran yang lebih cepat.
Model ASA dinyatakan sebagai model credit led microfinance terbaik di dunia

menurut majalah Forbes.
Penerapan model ASA oleh PPKM Bina Swadaya dimulai pada tahun 2002.
Unit kerja yang melaksanakannya adalah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Bina
Swadaya. Pada tahun 2012, LKM Bina Swadaya berubah nama menjadi Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Bina Swadaya Nusantara.
Keberhasilan menerapkan model ASA tidaklah selalu mudah diterapkan KSP
Bina Swadaya Nusantara. Perkembangan organisasi seperti kantor cabang, sumber
daya manusia serta perempuan pengusaha mikro yang dilayani, turun naik
jumlahnya setiap tahun. Berdasarkan kondisi tersebut, hipotesa yang terbangun
dalam kajian ini adalah meskipun KSP Bina Swadaya Nusantara mengalami
perkembangan yang fluktuatif dalam menerapkan model ASA, namun lembaga ini
tetap berjalan dan tidak berpengaruh nyata dalam pengembangan usaha mikro
perempuan binaannya. Tujuan kajian (1) menganalisis perkembangan kinerja KSP
Bina Swadaya Nusantara dalam menerapkan model ASA, (2) menganalisis
perkembangan usaha mikro perempuan binaannya, (3) menganalisis pengaruh
layanan keuangan mikro model ASA terhadap perkembangan usaha mikro, dan
(4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha mikro.
Metode kajian menggunakan survai eksplanatif bersifat deskriptif
korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik penarikan contoh
yang digunakan adalah teknik penarikan contoh bertujuan (purposive sampling) dan

pengambilan sampel secara aksidental (accidental sampling), disesuaikan dengan
jadwal kunjungan credit officer (CO) pada pertemuan kelompok perempuan
pengusaha mikro binaan KSP Bina Swadaya Nusantara. Analisis yang digunakan
untuk menjawab tujuan adalah analisis diskriptif dan analisis inferensial.
Analisis diskriptif digunakan untuk menentukan kinerja organisasi, keuangan
dan tingkat kesehatan KSP Bina Swadaya Nusantara, serta perkembangan usaha
mikro perempuan binaannya untuk periode lima tahun terakhir, yaitu antara tahun
2009 sampai dengan tahun 2013. Pengolahan deskriptif statistik kinerja organisasi,
keuangan dan perkembangan usaha mikro, menggunakan tabel dan frekuensi
distribusi. Analisis tingkat kehatan KSP Bina Swadaya Nusantara menggunakan
metode analisis kesehatan koperasi menurut Peraturan Menteri (PERMEN) Nomor
20/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang penilaian kesehatan KSP dan unit USP
Koperasi, serta metode analisis tingkat kesehatan menurut ASA.

Analisis inferensial digunakan untuk menentukan pengaruh layanan
keuangan model ASA oleh KSP Bina Swadaya Nusantara terhadap perkembangan
usaha mikro perempuan binaannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan usaha mikro tersebut. Metode pengolahan dan analisis data yang
digunakan adalah Partial Least Square (PLS) sebagai alternatif dari Structural
Equation Modeling (SEM) berbasis varian.

Hasil kajian menunjukan bahwa penerapan model ASA oleh KSP Bina
Swadaya telah dapat meningkatkan kinerja organisasi, keuangan dan tingkat
kesehatan lembaga KSP Bina Swadaya Nusantara, serta usaha mikro perempuan
binaannya. Perkembangan kinerja organisasi, keuangan dan tingkat kesehatan KSP
Bina Swadaya Nusantara sempat menurun pada tahun 2009, kemudian terus
membaik mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Kesehatan lembaga
menunjukan perkembangan yang sama, dari kurang sehat menjadi cukup sehat.
Upaya peningkatan tingkat kesehatan menjadi sehat masih terganjal oleh aspek
kemandirian dan pertumbuhan, serta jati diri koperasi, sehingga masih
membutuhkan pembenahan untuk perbaikannya.
Perkembangan usaha mikro perempuan binaan KSP Bina Swadaya
Nusantara, juga memperlihat perkembangan yang baik. Berdasarkan enam aspek
yang dikaji, yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha mikro, pengetahuan
layanan keuangan, credit officer (CO), lingkungan usaha, serta perkembangan
usaha mikro yang dijalani, umumnya pengusaha mikro menilai telah terjadi
perkembangan pada aspek-aspek tersebut dengan skor tergolong kategori tinggi.
Walaupun sebagian besar pendidikan perempuan pengusaha mikro yang dilayani
tergolong rendah, namun dengan usia yang sebagian besar masih produktif, mereka
dapat memanfaatkan layanan yang diberikan oleh KSP Bina Swadaya Nusantara
untuk dapat meningkatkan usaha mereka.

Dari lima faktor yang telah diuji pengaruhnya terhadap perkembangan usaha
mikro perempuan binaan KSP Bina Swadaya Nusantara, diperoleh hasil bahwa
karakteristik individu, karakteristik usaha mikro, pengetahuan layanan keuangan
dan credit officer (CO) berpengaruh langsung dan positif terhadap perkembangan
usaha mikro. Sedangkan lingkungan usaha tidak berpengaruh langsung dan positif
terhadap perkembangan usaha mikro. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa keberadaan KSP Bina Swadaya Nusantara berpengaruh langsung dan positif
terhadap perkembangan usaha mikro perempuan binaannya.
Kata kunci:

Koperasi Simpan Pinjam, usaha mikro perempuan, ASA, Bina
Swadaya Nusantara.

SUMMARY
EDWIN ENIFRI. The Study of the Development of Saving and Loan Cooperative
of Bina Swadaya Nusantara and Its Women Micro Business Beneficiaries with the
Association for Social Advancement Model. Guided and advised by FRANSISKA
RUNKAT ZAKARIA and MA’MUN SARMA.
Center for Micro Finance Development (CFMFD) of Bina Swadaya has
adopted Association for Social Advancement (ASA) model for servicing its women

microcredit beneficiaries. This model is adopted from the Association for Social
Advacement (ASA) from Bangladesh. CFMFD Bina Swadaya adopts the model for
it is believed as the best and most efficient model to improve the microfinance
services that is covering broader range area and expansion faster. ASA model is
placed as the best credit led microfinance model in the world by Forbes magazine.
The application of ASA model by Bina Swadaya CFMFD was initiated in
2002. Working unit which implemented the model was Bina Swadaya Microfinance
Institution. In 2012, Bina Swadaya Microfinance Institution was changed to Saving
and Loans Cooperative Bina Swadaya Nusantara (KSP Bina Swadaya Nusantara).
The application of ASA model is recommended to be implemented by KSP
Bina Swadaya Nusantara. The development of organzation such as branch office
and human resoruces, as well as the number of women micro entrepreneur served
is fluctuated every year. Based on the condition, hypothesis built in this study is
even though KSP Bina Swadaya Nusantara is undergoing a fluctuative development
when applying the ASA model, this institution is continuously running and it is not
significantly affected the development of its facilitated women’s micro enterprise.
The study aimed at: 1) to analyze the performance of Saving and Loan Cooperative
Bina Swadaya Nusantara in implementing ASA model, 2) to analyze the
development of micro business conducting by women beneficiaries of Saving and
Loan Cooperative Bina Swadaya Nusantara, 3) to analyze the impact of ASA model

micro credit service towards the development of microbusiness, and 4) to identify
factors which influence the development of micro business using ASA model run by
Saving and Loan Cooperative Bina Swadaya Nusantara.
The methodology of this study used correlational descriptive explanative
survey with qualitative and quantitative approaches. Sampling technique used is
purposive sampling technique and sampling drawn used accidental sampling, it is
according to credit officer (CO) visit schedule at a meeting of women micro
entrepreneur group facilitated by KSP Bina Swadaya Nusantara. This study used
descriptive and inferential analysis.
Descriptive Analysis is used to determine the performance of financial and
health level of KSP Bina Swadaya Nusantara, as well as the development of its
facilitated women’s micro entreprise for the last five years, during the period of
2009 to 2013. Statistic descriptive processing of the performance of micro
enterprise organization, finance and development is using frequency distribution
table. Meanwhile, the analysis of KSP Bina Swadaya Nusantara health level is
using the method of cooperative health analysis method according to PERMEN
Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 (Minister Regulation) about Saving and Loans
Cooperative and Cooperative’ Saving and Loan Unit. Method of Microfinance
Institution health level analysis is using ASA model.


Inferential analysis is used to determine the effect of ASA model financial
service used by Bina Swadaya Nusantara on the development of its facilitated
women’s micro enterprise and factors that affect the developement of these micro
enterprise. Method of data processing and analysis is using Partial Least Square
(PLS) as an alternative to varian-based Structural Equation Modeling (SEM).
The study results show that the application of ASA model by KSP Bina
Swadaya Nusantara has improved the performance of organization, finance and
health level of KSP Bina Swadaya Nusantara as well as its facilitated women’s
micro enterprise. The development of organization, finance and health level
performance of KSP Bina Swadaya Nusantara declined in 2009, fortunately it had
steadily improved in the period of 2010 to 2013. The health level of the institution
shows the similar development, from less healthy to sufficiently healthy. Efforts to
improve the level of health to be sufficiently healthy is still hampered by the aspects
of resilience and growth, as well as the identity of the cooperative, because it still
requires improvement.
The development of KSP Bina Swadaya Nusantara facilitated women’s micro
enterprise shows an excellent development. Referring to the five aspects that were
examined, namely: individual characteristics, micro bussiness characteristics,
knowledge of financial services, credit officer (CO), the business environment, as
well as the development of micro enterprises in which they live, generally, micro

entrepreneurs see there have been developments on these aspects. They were valued
with high scores. Most of facilitated women micro entrepreneurs have low
education background, however most of them are still in the productive age
therefore they can take the benefit of services provided by KSP Bina Swadaya
Nusantara to improve their business.
Of the five factors, which influence has been tested on the development of
women's micro-enterprises facilitated by KSP Bina Swadaya Nusantara, has
developed a result that individual characteristics, characteristics of the microenterprises, knowledge of financial services and credit officer (CO) have direct and
positive impact on the development of micro-enterprises. While the business
environment does not have direct and positive impact on the development of microenterprises. Based on these results, it can be concluded that the existence of KSP
Bina Swadaya Nusantara has direct and positive impact on the development of its
facilitated women's micro-enterprise.
Key words: Saving and Loan Cooperative, women microbusiness, ASA, Bina
Swadaya Nusantara

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KAJIAN PERKEMBANGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM
BINA SWADAYA NUSANTARA DAN USAHA MIKRO
PEREMPUAN BINAANNYA DENGAN MODEL
ASSOCIATION FOR SOCIAL ADVANCEMENT

EDWIN ENIFRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS. Dipl Ing DEA

Judul Tesis : Kajian Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Bina Swadaya
Nusantara dan Usaha Mikro Perempuan Binaannya dengan Model
Association for Social Advancement
Nama
: EDWIN ENIFRI
NIM
: P054124025

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Fransiska Runkat Zakaria, M Sc
Ketua

Dr Ir Ma’mun Sarma, MS M.Ec
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Industri Kecil Menengah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS. Dipl Ing DEA

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala penulis panjatkan,
karena atas segala karunia-Nya, karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
penulis pilih dalam penelitian tesis ini adalah keuangan mikro, dengan judul Kajian
Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bina Swadaya Nusantara dan Usaha
Mikro Perempuan Binaannya dengan Model Association for Social Advancement.
Keberhasilan penyelesaian karya ilmiah ini berkat dorongan, bimbingan dan
nasehat Ibu Prof DR Ir Fransiska Runkat Zakaria, M Sc selaku ketua komisi
pembimbing, dan Dr Ir Ma’mun Sarma, MS M Ec selaku anggota pembimbing.
Terimakasih atas segala upaya dan jasa Ibu dan Bapak. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada saudara Dr Eni Kardi Wiyati, S Sos, sebagai teman dan
sahabat yang telah banyak memberikan saran selama proses penelitian dan penulisan
karya ilmiah berlangsung.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Suryo Dwianto Agung
Nugroho, SE MM, selaku Koordinator Bidang Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat Warga dan Pengembangan Kuangan Mikro Bina Swadaya dan Bapak
Chosmas Chairul Chairawan SE, selaku Manager Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Bina Swadaya Nusantara, yang telah memberikan kesempatan dan bantuannya,
sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini dengan baik. Selanjutnya, ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Manajer Kantor Cabang
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bina Swadaya Nusantara, serta credit officer (CO)
baik sebagai sumber informasi maupun yang membantu penulis mengumpulkan data
terkait dengan usaha perempuan pengusaha mikro yang mereka layani. Terimakasih
selanjutnya penulis sampaikan kepada pimpinan PT. Bina Swadaya Konsultan yang
telah memberikan kesempatan dan bantuan, serta pimpinan dan teman yang telah
memberikan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
Penghargaan juga penulis sampaikan kepada orang tua tercinta (Bapak Fachri
Bahrun Datuk Bagindo Malano dan Ibu Darusna Darwis), istri (Suratin) yang selalu
memberikan dorongan kepada penulis dan juga teman-teman lainnya, yang telah
membantu, baik moril maupun materiil. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam
upaya pengembangan keuangan mikro dan pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Bogor, Juli 2015
Edwin Enifri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xix

DAFTAR GAMBAR

xx

DAFTAR LAMPIRAN

xxi

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Mikro
Lembaga Keuangan Mikro Model ASA
Penerapan Lembaga Keuangan Mikro Model ASA Oleh
Pusat Pengembangan Keuangan Mikro Bina Swadaya
Koperasi Simpan Pinjam
Penelitian Terdahulu Tentang Koperasi Simpan Pinjam,
Usaha Mikro dan Lembaga Keuangan Mikro Model ASA
3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
3 METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi dan Waktu
Populasi dan Contoh
Data dan Instrumentasi
Konseptualisasi dan Definisi Operasional Variabel
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Analisis Data
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Koperasi Simpan Pinjam Bina Swadaya Nusantara
Perkembangan Kinerja Koperasi Simpan Pinjam
Bina Swadaya Nusantara
Profil Usaha Mikro Binaan Koperasi Simpan Pinjam
Bina Swadaya Nusantara
Pengaruh Layanan Keuangan Mikro Model ASA
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Mikro
Binaan Koperasi Simpan Pinjam Bina Swadaya Nusantara

1
1
2
3
3
4
4
5
5
9
10
13
13
16
17
17
17
18
20
22
25
27
36
36
38
52
68
73

5

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

77
77
77
79

LAMPIRAN

84

RIWAYAT HIDUP

127

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

22
23

24

Penelitian terdahulu tentang Koperasi Simpan Pinjam, usaha mikro,
Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Keuangan Mikro model ASA
Tujuan, variabel dan indikator kajian perkembangan KSP Bina Swadaya
Nusantara dan usaha mikro perempuan binaannya dengan model ASA
Asal dan jumlah populasi perempuan pengusaha mikro binaan KSP
Bina Swadaya Nusantara
Asal dan jumlah contoh perempuan pengusaha mikro binaan KSP
Bina Swadaya Nusantara
Asal dan jumlah sumber informasi dari KSP Bina Swadaya Nusantara
Nilai hasil uji validitas instrumen penelitian
Nilai hasil uji reliabelitas kuesioner
Tujuan kajian, sumber data dan informasi, metode dan alat pengumpulan
data, serta metode pengolahan dan analisis data
Evaluasi model berdasarkan nilai outer loading masing-masing indikator
Hasil uji reliabilitas variabel analisis pengaruh layanan keuangan mikro
model ASA
Perkembangan kinerja organisasi LKM Bina Swadaya/KSP Bina Swadaya
Nusantara lima tahun terakhir (periode 2009 - 2013)
Perkembangan kinerja keuangan LKM Bina Swadaya/KSP Bina Swadaya
Nusantara lima tahun terakhir (2009 - 2013)
Perkembangan tingkat kesehatan LKM Bina Swadaya/KSP Bina Swadaya
Nusantara lima tahun terakhir (2009 - 2013) model KSP
Perkembangan tingkat kesehatan LKM Bina Swadaya/KSP Bina Swadaya
Nusantara lima tahun terakhir (2009 - 2013) model ASA
Sebaran karakteristik individu perempuan pelaku usaha mikro binaan
KSP Bina Swadaya Nusantara tahun 2013
Sebaran karakteristik usaha mikro perempuan binaan KSP Bina Swadaya
Nusantara tahun 2013
Sebaran pelaku usaha mikro berdasarkan pengetahuan layanan keuangan
dari KSP Bina Swadaya Nusantara tahun 2013
Sebaran pelaku usaha mikro berdasarkan peran dan sikap credit officer
(CO) KSP Bina Swadaya Nusantara tahun 2013
Sebaran pelaku usaha mikro berdasarkan lingkungan usaha tahun 2013
Sebaran pelaku usaha mikro berdasarkan tingkat perkembangan usaha
tahun 2013
Persentase peningkatan omset dan pendapatan usaha perempuan
pengusaha mikro setelah mendapatkan pinjaman modal usaha dari
KSP Bina Swadaya Nusantara
Hasil uji validitas konstruk, nilai loading dan hasil T-statistik pada analisis
layanan keuangan mikro model ASA terhadap perkembangan usaha mikro
Hasil uji validitas konstruk, analisis pengaruh layanan keuangan mikro
model ASA terhadap perkembangan usaha mikro perempuan binaan
KSP Bina Swadaya Nusantara
Path coefficient (Mean, STDEV dan T-statistic)

10
15
18
120
120
126
127
128
132
133
139
143
147
150
152
155
157
160
162
165

167
170

171
171

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4

5

6

7

8

Kerangka pemikiran kajian perkembangan KSP Bina Swadaya Nusantara
dan usaha mikro perempuan binaanya
13
Hubungan antar variabel penelitian dalam model perkembangan usaha
mikro perempuan binaan KSP Bina Swadaya Nusantara
14
Diagram jalur kerangka konseptual analisis pengaruh layanan keuangan
mikro model ASA dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
129
usaha mikro
Standardized loading factor diagram jalur (path diagram) analisis
pengaruh layanan keuangan mikro model ASA dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan usaha mikro
131
Proses respesifikasi model diagram jalur untuk analisis pengaruh layanan
keuangan mikro model ASA dan faktor-faktor yang mempengaruhi
13434
perkembangan usaha mikro
Outer loading diagram jalur analisis pengaruh layanan keuangan mikro
model ASA dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha
mikro
135
Hasil uji T/diagram jalur analisis pengaruh layanan keuangan model
mikro ASA terhadap perkembangan usaha mikro perempuan binaan
KSP Bina Swadaya Nusantara
169
Faktor-faktor pendorong perkembangan usaha mikro perempuan
173
binaan KSP Bina Swadaya Nusantara

DAFTAR LAMPIRAN
1

Indikator, definisi operasional, parameter dan katagori pengukuran
karakteristik individu
2 Indikator, definisi operasional, parameter dan katagori pengukuran
karakteristik usaha mikro
3 Indikator, definisi operasional, parameter dan katagori pengukuran
pengetahuan layanan keuangan
4 Indikator, definisi operasional, parameter dan katagori pengukuran
credit officer (CO)
5 Indikator, definisi operasional, parameter dan katagori pengukuran
lingkungan usaha
6 Indikator, definisi operasional, parameter dan katagori pengukuran
perkembangan usaha mikro
7 Surat pengantar pengisian daftar pertanyaan
8 Daftar pertanyaan untuk KSP Bina Swadaya Nusantara
9 Format analisis tingkat kesehatan KSP Bina Swadaya Nusantara
menurut PERMEN Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
20/Per/M.KUKM/XI/2008
10 Format perhitungan tingkat kesehatan KSP Bina Swadaya Nusantara
menurut ASA (Association for Social Advancement)
11 Kuesioner untuk perempuan pengusaha mikro

187
188
189
190
191
192
193
195

108
116
119

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha mikro menurut Bank Dunia merupakan usaha yang ditekuni orang
miskin yang aktif secara ekonomis (economically active poor). Posisi mereka
bukanlah termasuk kategori orang paling miskin, melainkan belum termasuk dalam
usaha kecil. Secara ekonomi dan social, usaha mikro berada pada posisi strategis
karena jumlahnya sangat besar dan punya potensi berkembang cepat, tetapi
vulnerable, bila tidak diberdayakan menyebabkan kemiskinan dan menjadi beban
seluruh bangsa (Ismawan 2012). Mengacu pada data Kementerian Negara Koperasi
dan UKM tahun 2012, menjelaskan bahwa jumlah usaha mikro mencapai
55.856.000 unit (98,79%), usaha kecil sebanyak 629.418 unit (1,11%), usaha
menengah sebanyak 48.997 unit (0,09%) dan usaha besar atau korporasi sebanyak
4.968 unit (0,01%).
Persoalan utama yang dihadapi oleh pengusaha mikro adalah kesulitan dalam
mendapatkan modal usaha (40,48%). Selanjutnya adalah ketersediaan bahan baku
(23,75%), pemasaran (16,96%) disusul manajemen (3,07%) dan kompetisi
(15,74%). Ikhwal permodalan usaha mikro sebagian besar berasal dari modal
sendiri (90,00%). Kemudian disusul modal pinjaman (3,00%), serta sisanya dari
modal sendiri dan pinjaman (7,00%). Menilik dari asal pinjaman, 12,00% berasal
dari perbankan, 10,00% dari koperasi, 8,00% dari institusi lain, serta 70,00% dari
pinjaman lain-lain. Pinjaman lain-lain tersebut kemungkinan besar berasal dari
pelepas uang (rentenir) dengan tingkat bunga tinggi (Ismawan, 2012)
Pengembangan keuangan mikro merupakan sebuah strategi untuk
pemberdayaan pengusaha mikro. Menurut Retnadi dan Hadinoto (2007), keuangan
mikro merupakan pendekatan terbaik dalam upaya pemberdayaan dan
pengembangan usaha mikro untuk penanggulangan kemiskinan. Banyak perhatian
dan usaha untuk mengembangkan keuangan mikro, terutama didasarkan pada
motivasi untuk mempercepat usaha penanggulangan kemiskinan.
Praktek penanggulangan kemiskinan melalui keuangan mikro telah dimulai
oleh Yayasan Bina Swadaya (Bina Swadaya) sejak lembaga ini dibentuk pada tahun
1967. Menurut Ismawan (2013) sejarah perjalanan Bina Swadaya selaras dengan
perkembangan politik yang ada dan dapat dikategorikan menjadi tiga era, yaitu era
gerakan sosial pancasila (1954-1974), era lembaga pengembangan sosial ekonomi
(1974-1999) dan era lembaga kewirausahaan sosial (1999-sampai sekarang)
Bina Swadaya adalah lembaga kewirausahaan sosial yang memiliki visi
menjadi lembaga yang diakui kepeloporan dan keunggulannya dalam
meningkatkan keberdayaan masyarakat dan atau melalui kewirausahaan sosial.
Sedangkan misi Bina Swadaya: (1) membangkitkan dan meningkatkan
keberdayaan masyarakat miskin dan terpinggirkan dalam aspek sosial ekonomi,
melalui fasilitasi peningkatan kapasitas, pengembangan kelembagaan masyarakat
dan mendapatkan akses terhadap sumber daya, (2) mempengaruhi kebijakan
pembangunan agar lebih berpihak pada rakyat kecil dan terpinggirkan,
(3) mengembangkan inovasi yang manfaatnya dirasakan terutama sekali oleh
masyarakat miskin dan terpinggirkan, (4) mengembangkan kemitraan dengan
berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kepada masyarakat, dan
(5) menjaga kemandirian dan keberlanjutan lembaga.

2
Bina Swadaya menerapkan tiga strategi dalam meningkatkan keberdayaan
masyarakat miskin yaitu: (1) mendorong pembentukan dan pengembangan
kelembagaan solidaritas yang disebut Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),
(2) mempromosikan usaha produksi dan pemasaran dengan menerbitkan majalah
Trubus, dan (3) mengembangkan dan melayani kebutuhan permodalan melalui
keuangan mikro.
Pengembangan dan pelayanan keuangan mikro dilakukan Bina Swadaya
melalui kegiatan: (1) mendorong anggota yang tergabung dalam KSM untuk
menabung dan dana yang terkumpul disalurkan kembali sebagai kredit bagi
pengembangan usaha produktif anggota, baik yang dikelola oleh anggota individu
maupun bersama, (2) menyelenggarakan program tabungan setia kawan (TSK) dan
kredit setia kawan (KSK), (3) mengembangkan hubungan bank dengan Kelompok
Swadaya Masyarakat (KSM), (4) pelayanan keuangan lembaga perbankan, dan
(5) pelayanan keuangan mikro model ASA (Association for Social Advancement).
Pelayanan keuangan mikro model ASA dikembangkan pertama kali oleh
sebuah organisasi bernama ASA (Association for Social Advancement) dari
Bangladesh. Bina Swadaya mengadopsi model ASA dari lembaga tersebut pada
tahun 2002, karena diyakini sebagai model terbaik dan efesien untuk meningkatkan
layanan keuangan mikro dengan jangkauan daerah yang lebih luas dan penyebaran
yang cepat. Menurut Armendari dan Murduch (2010) setelah berjalan satu dekade,
ASA menyadari bahwa kredit mikro adalah alat yang paling efektif memerangi
kemiskinan di Bangladesh. Pemikiran tersebut mulai direalisasikan pada tahun
1991. Sejak itulah pendekatan keuangan mikro yang inovatif, efektif, dan
berkelanjutan berhasil dikembangkan oleh ASA. Model ASA dinyatakan sebagai
model LKM terbaik paling efisien di dunia menurut majalah Forbes, Amerika
Serikat pada tahun 2007.
Keberhasilan ASA telah membuat banyak negara mengadopsinya. Menurut
Bulan (2007) Bina Swadaya di bawah Pusat Pengembangan Keuangan Mikro
(PPKM) menjadi lembaga pertama di Indonesia yang mengembangkan pelayanan
keuangan mikro model ASA sejak tahun 2002. Pada bulan Desember 2005,
sebanyak 13 kantor cabang lembaga keuangan mikro (LKM) Bina Swadaya telah
mulai dioperasikan di wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung dan Pekalongan.
LKM Bina Swadaya berubah nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bina
Swadaya Nusantara pada tahun 2012. Pada tahun 2006, jumlah perempuan
pengusaha mikro yang dilayani mencapai 6.943 orang, dimana mereka tergabung
dalam 479 kelompok. Jumlah tabungan yang dapat dihimpun dari perempuan
pengusaha mikro sebesar Rp 1.287.068.000 dan jumlah akumulasi pinjaman yang
telah disalurkan sebesar Rp 10.302.283.000.
Perumusan Masalah
Keberhasilan menerapkan model ASA sebagai model layanan keuangan bagi
usaha mikro perempuan binaannya tidak mudah dipertahankan oleh LKM Bina
Swadaya. 13 unit kantor cabang yang sudah terbangun pada tahun 2005, kemudian
berkurang menjadi 10 unit tahun 2008. Beberapa kantor cabang harus dimerjer dan
atau dialihkan ke daerah lain antara tahun di atas. Kondisi tersebut berdampak pada
perkembangan LKM Bina Swadaya/KSP Bina Swadaya Nusantara serta jumlah
usaha mikro perempuan yang dilayani.

3
Berdasarkan permasalahan dan kondisi di atas, selanjutkan dirumuskanlah
hal-hal yang perlu teliti lebih mendalaman dalam kajian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah perkembangan kinerja KSP Bina Swadaya Nusantara dalam
menerapkan LKM model ASA ?.
2. Bagaimanakah perkembangan usaha mikro perempuan binaan KSP Bina
Swadaya Nusantara ?.
3. Bagaimanakah pengaruh layanan keuangan mikro model ASA oleh KSP Bina
Swadaya Nusantara terhadap perkembangan usaha mikro perempuan
binaannya ?.
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha mikro binaan
KSP Bina Swadaya Nusantara ?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Tujuan penelitian adalah:
Menganalisis perkembangan kinerja KSP Bina Swadaya Nusantara dalam
menerapkan model ASA.
Menganalisis perkembangan usaha mikro perempuan binaan KSP Bina Swadaya
Nusantara.
Menganalisis pengaruh layanan keuangan mikro model ASA terhadap
perkembangan usaha mikro.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha mikro.
Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah:
1. Secara teoritis memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam
mereplikasikan LKM model ASA.
2. Dapat memberikan masukan bagi pengembangan model LKM yang dapat
digunakan dalam rangka pengembangan usaha mikro perempuan miskin di
Indonesia.
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi dan acuan dalam
pelaksanaan dan pengembangan layanan KSP Bina Swadaya Nusantara.
4. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi PPKM Bina
Swadaya dan Yayasan Bina Swadaya dalam pengembangan KSP Bina Swadaya
Nusantara selanjutnya.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Mikro
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tanggal 4 Juli 2008 menyebutkan
bahwa usaha mikro didefinisikan sebagai usaha yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 50.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000. Menurut
Ismawan dan Budiantoro (2005) sektor dan spektrum dari usaha mikro sangatlah
luas. Sebagai contoh misalnya masyarakat yang berusaha di bidang pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan (dalam skala terbatas dan subsisten), sebagai
pengrajin kecil, penjahit, produsen makanan kecil. Masyarakat yang bekerja di
bidang jasa, misalnya transportasi (dalam berbagai bentuk), kegiatan sewa
menyewa baik rumah, tanah, maupun alat produksi, juru potret, tukang becak,
tukang sampah dan sebagainya. Masyarakat yang memiliki kegiatan distribusi,
misalnya pedagang di pasar dan agen. Semuanya itu termasuk dalam kategori usaha
mikro.
Posisi usaha mikro tergolong dominan dibandingkan usaha kecil dan
menengah. Menurut Pristiyanto et al. (2013), pada tahun 2012 jumlah usaha mikro
mencapai 54.55 juta atau 98.85% dari pelaku usaha nasional dan mampu menyerap
tenaga kerja 94.95 juta pekerja atau 90.77% total tenaga kerja, serta menyumbang
PDB atas harga berlaku sebesar Rp 2.571.000.000.000 atau 34,73% (BPS, 2012c).
Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi, karena
intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih kecil,
sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi dengan
perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak terlalu terpengaruh oleh
tekanan eksternal, karena dapat mengurang impor dan memiliki kandungan lokal
yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan usaha mikro dapat memberikan
kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan perubahan struktur sebagai prakondisi
pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Di
samping itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi pada usaha mikro dari
pada yang terjadi di perusahaan besar (Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya
UKMK 2006).
Usaha mikro yang mendapatkan pelayanan kredit meningkat pendapatannya
per bulan rata-rata 87,34% (Syukur dalam Ismawan 2012). Dari penelitian terhadap
usaha kecil (53,00% adalah usaha mikro), pembiayaan merupakan faktor
determinan usaha mikro “naik kelas” menjadi usaha kecil (JBIC, REDI, Bappenas,
Development Alternatives).
Potensi pasar mikro di Indonesia masih sangat besar. Dari 43,0 juta UMKM
yang ada di Indonesia, baru sekitar 15,3 juta yang mendapatkan akses permodalan
ke LKM. Menurut data dari Bank Dunia, sekitar 7,40% penduduk Indonesia
berpendapatan satu dolar AS per hari. Jika batas garis kemiskinan yang digunakan
adalah pendapatan dua dolar AS per orang per hari, maka sekitar 53,40% atau
114.800.000 jiwa penduduk Indonesia tergolong miskin. Rakyat miskin yang aktif
secara ekonomi (ecomically active poor) atau self employed atau disebut pula
pengusaha mikro kemudian menjalankan usaha-usaha mikro (Retnadi dan Hadinoto
2007; Ismawan dan Budiantoro 2005). Usaha kecil yang benar-benar kecil dan

5
mikro adalah yang sering dipandang sebagai usaha yang banyak menghadapi
kesulitan, terutama terkait dengan lemahnya kemampuan manajerial, teknologi dan
permodalan yang terbatas, Sumber Daya Manusia (SDM), pemasaran dan mutu
produk, serta faktor eksternal merupakan hambatan yang sulit di atasi, yaitu struktur
pasar yang kurang sehat dan berkembangnya perusahaan-perusahaan asing yang
menghasilkan produk sejenis untuk segmen pasar yang sama (Hubeis 2009).
Lembaga Keuangan Mikro Model ASA
ASA (Association for Social Advancement) merupakan sebuah organisasi
non-pemerintah yang didirikan tahun 1978 oleh aktivis sosial dan politik
Bangladesh. ASA memulai organisasi mereka dengan sebuah aksi sosial,
menggerakkan dan mengelola orang-orang miskin yang tidak berdaya untuk
melawan penindasan, ketidakadilan serta menegaskan hak-hak mereka terhadap
akses ke sumber daya kepada lembaga yang ada. Tujuan dari ASA adalah
memerangi kemiskinan dengan cara memberdayakan masyarakat miskin, terutama
perempuan. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengembangkan usaha
mereka melalui dukungan program keuangan mikro. ASA juga membangun
komitmen dan memberikan kontribusi dalam bidang sosial dan ekonomi, untuk
meningkatkan penghidupan sehari-hari masyarakat rentan miskin (ASA 2014)
Berbagai program telah dikembangkan oleh ASA pada awal lembaga ini
berdiri. Fokus program meningkatkan kesadaran dan pembentukan kelompok
masyarakat miskin yang terintegrasi dengan pengembangan hak-hak mereka,
seperti pendidikan, irigasi, kesehatan dan kredit untuk meningkatan pendapatan.
Setelah berjalan satu dekade, ASA memilih untuk mengembangkan kredit mikro
yang kemudian diyakini sebagai alat paling efektif untuk memerangi kemiskinan di
Bangladesh. Pemikiran tersebut mulai direalisasikan pada tahun 1991. Sejak saat
itu pendekatan keuangan mikro yang inovatif, efektif dengan jangkauan yang lebih
luas dan berkelanjutan terus dikembangkan ASA (ASA 2014)
LKM model ASA dinilai sebagai model layanan keuangan mikro yang paling
efisien di dunia menurut majalah Forbes, Amerika Serikat pada tahun 2007
(Armendaris dan Murduch 2010). ASA juga telah berhasil menyebarkan model
layanan keuangan mikro beserta norma-norma yang harus dipatuhi di beberapa
belahan dunia. ASA tidak hanya membantu masyarakat miskin yang berada di
Bangladesh, tetapi juga masyarakat miskin di negara lainnya. ASA juga telah
menjadi sebuah LKM yang diyakini pada tingkat dunia terbesar dan tercepat
perkembangannya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin.
Dengan pengakuan dari UNDP, the World Bank dan banyak lagi lembaga
internasionalnya, ASA telah melakukan technical assistance ke berbagai negara
seperti Nigeria, Philipina, Yemen dan Afganistan (Muhit dalam Bulan 2007).
Penerapan Lembaga Keuangan Mikro Model ASA Oleh
Pusat Pengembangan Keuangan Mikro Bina Swadaya
Tujuan layanan keuangan LKM model ASA adalah menyediakan modal kecil
atau mikro sebagai bentuk penciptaan self-employment, memberikan pinjaman bagi
masyarakat miskin yang tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal,
pengurangan ekploitasi yang sering dilakukan lintah darat, meningkatkan

6
pendapatan rakyat miskin, membantu orang miskin memiliki usaha produktif,
mengembangkan orang miskin agar menjadi masyarakat yang pemberi dan bukan
peminta-minta, meningkatkan kualitas dan keberlanjutan kehidupan masyarakat
serta berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional (ASA 2014)
Tujuan utama dari program keuangan mikro Bina Swadaya adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin dengan meningkatkan pendapatan
mereka melalui pelayanan tabungan dan kredit mikro yang tidak diberikan oleh
lembaga keuangan formal. Tujuan kedua adalah melestarikan dan melembagakan
kegiatan keuangan mikro dengan membentuk lembaga yang dapat berjalan secara
berkesinambungan dan mandiri. Lembaga keuangan ini hanya membatasi
kegiatannya dengan memberikan pelayanan keuangan kepada masyarakat miskin
yang aktif secara ekonomi (economically acitive poor) dan berbasis pada
kedisiplinan pembayaran angsuran.
Untuk meningkatkan program pelayanan keuangan mikro dengan jangkauan
yang luas, pada tahun 2002 Bina Swadaya mengadopsi model ASA, karena
memiliki karakteristik: (a) jangkauan nasabah cepat pertumbuhannya, karena
dipersyaratkan dalam sehari credit officer (CO) harus melayani 3 kelompok
nasabah dengan jarak yang dekat, (b) pelayanan kredit cepat dilakukan langsung
dalam pertemuan anggota, (c) sistem administrasi dan pembukuan sederhana,
(d) pola kredit mingguan, (e) tanpa agunan (Ismawan 2013).
Pendekatan yang diterapkan dalam pelayanan keuangan mikro model ASA
adalah pendekatan kelompok. Keanggotaan kelompok bercirikan sebagai berikut:
memiliki usaha mikro, memiliki penghasilan setiap bulan sekitar Rp 1.000.000,
memiliki lahan pertanian sekitar 0,25 hektar, memiliki hak sosial, ekonomi dan
politik. Komposisi anggota kelompok adalah 95% perempuan dan 5% laki-laki.
Umur anggota berkisar antara 18-55 tahun dengan fisik yang masih kuat. Status
pernikahan adalah menikah masih bersama suami, bercerai, terpisah, janda atau
duda. Keanggotaan bersifat keluarga, sehingga satu anggota merupakan satu
keluarga. Keluarga tersebut sudah tinggal secara permanen di lokasi tersebut
minimal 3 tahun. Pelajar yang hidupnya berasal dari sedekah atau bantuan orang
lain juga memiliki hak untuk menjadi anggota (Rema dan Hossain 2002).
Kriteria kelompok yang dipraktekan oleh pelayanan keuangan mikro Bina
Swadaya adalah masyarakat yang tergabung dalam kelompok (15-30 orang) yang
memenuhi ketentuan: (1) buruh, (2) petani penggarap dengan lahan 0,24 hektar atau
lebih, (3) pemilik usaha mikro, (4) pendapatan rata-rata keluarga maksimum
Rp 2.000.000 per bulan, dan (5) secara fisik, sosial, ekonomi dan politik menempati
posisi yang lemah di masyarakat. Sedangkan kriteria keanggotannya:
(1) perempuan (95%) dan laki-laki (5%), (2) usia antara 18-55 tahun, fleksibel
apabila secara fisik cukup kuat, (3) menikah, cerai atau janda, (4) satu keanggotaan
untuk satu keluarga, (5) tidak cacat secara fisik maupun mental, (6) secara social
dapat diterima masyarakat, (7) bertempat tinggal secara menetap sekurangkurangnya 3 tahun terakhir, dan (8) warga masyarakat yang masih menyelesaikan
studi tidak boleh jadi anggota (Bulan 2007).
Kelompok mempunyai kelengkapan yang harus dimiliki, seperti buku
kehadiran anggota dan catatan pertemuan (bagian paling penting) serta papan nama
kelompok dan buku anggota (disimpan oleh anggota). Seseorang dapat dikatakan
layak atau tidak layak menjadi anggota kelompok ditetapkan berdasarkan
keputusan bersama semua anggota kelompok. Pemutusan keanggotaan pada

7
seseorang anggota dapat dilakukan jika anggota tersebut keluar secara sukarela,
atau tabungannya ditarik semua, meninggal dunia, gangguan kesehatan atau
kejiwaan, serta kebiasaan tidak hadir dalam pertemuan rutin.
Pertemuan kelompok wajib diselenggarakan setiap minggu. Pertemuan
dilakukan pada hari, tempat dan jam yang sama, sesuai dengan kesepakatan
bersama anggota dan credit officer (CO) pada saat pembentukan kelompok. Pada
saat pertemuan, anggota harus duduk membentuk formasi huruf U atau membentuk
lingkaran. Hasil pertemuan dan kehadiran anggota dicatat dalam buku kelompok
dan ditandatangani ketua serta diketahui oleh credit officer (CO). Pertemuan tidak
boleh dilakukan lebih dari 1 jam dan tidak bertele-tele agar tidak mengurangi minat
anggota untuk hadir dalam pertemuan selanjutnya.
Credit officer (CO) wajib menghadiri pertemuan mingguan dan memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan keuangan secara terbuka dihadapan para anggota dari
kelompok yang bersangkutan. Credit officer (CO) juga menerima dan mencatat
angsuran pinjaman dari peminjam, atau memberikan pinjaman yang telah diajukan
peminjam pada minggu sebelumnya. Selain itu, credit officer (CO) juga mencatat
tabungan dan pengambilan tabungan para anggota. Tidak lupa pula pada saat
pertemuan tersebut semua usulan pinjaman yang diajukan anggota dibahas
bersama-sama. Pembahasan dilakukan secara terbuka untuk menghindari hal-hal
yang tidak wajar, kesalahan informasi ataupun kemungkinan adanya tekanan.
Pertemuan kelompok tidak perlu dilakukan dalam keadaan darurat, seperti
banjir besar, bencana alam, dan kerusuhan di wilayah dampingan sehingga dapat
membahayakan jiwa anggota serta credit officer CO. Jika diperlukan kepala kantor
cabang wajib segera memberitahukan ke kantor pusat, baik melalui telepon ataupun
tertulis untuk mendapatkan ijin menunda pertemuan dan pengambilan setoran. Jika
ada anggota yang tetap mengangsur pinjamannya dapat dilakukan di kantor cabang
(Rema dan Hossain 2002).
Karakteristik kelompok yang baik adalah jumlah anggota maksimal 30 orang
pengusaha mikro, pertemuan rutin dilaksanakan pada waktu dan tempat yang telah
disepakati, tingkat kehadiran anggota 100%, semua anggota membayar angsuran
pinjaman dan menabung secara teratur, setiap anggota mengenal dengan baik
anggota lainnya, memasang papan nama kelompok sehingga kelompok dikenal
masyarakat umum, semua anggota menyimpan dan memelihara buku anggotanya
dengan baik, semua anggota dapat menyebutkan saldo tabungan dan pinjaman,
semua anggota tahu dan dapat menyebutkan kebijakan yang berkaitan dengan
pinjaman, tabungan, dan asuransi, anggota setia kepada kelompok dan Bina
Swadaya, mencatat dan menyimpan hasil keputusan kelompok yang dibuat dalam
pertemuan, mempunyai perhatian pada anggota yang lain dan saling membantu,
kadang-kadang jika diperlukan dapat berinisiatif untuk memecahkan masalahmasalah sosial bersama-sama, pinjaman dimanfaatkan untuk usaha yang
menguntungkan, menjaga hubungan baik dengan kelompok lain dan unit-unit lain
di Bina Swadaya sehingga tidak ada tumpang tindih penggunaan kredit yang
mengatasnamakan orang lain (Rema dan Hossain 2002).
Penentuan Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Model ASA
KSP Bina Swadaya Nusantara adalah lembaga yang menggunakan dua
pendekatan manajemen untuk pencapaian tujuan organisasinya. Pendekatan
pertama adalah model ASA yang memiliki strategi pelayanan keuangan mikro yang

8
lebih cepat dengan jangkauan yang lebih luas. Kinerja dari pendekatan pertama
dapat dilihat dari perkembangan organisasi dan jumlah areal serta nasabah
perempuan pengusaha mikro yang dilayani. Pendekatan kedua adalah sistem
koperasi simpan pinjam sebagai badan hukum yang memayunginya. Berdasarkan
kondisi tersebut, penentuan kinerja LKM Bina Swadaya/KSP Bina Swadaya dapat
dikaji dalam dua bentuk, yaitu berdasarkan (1) LKM model ASA, dan (2) koperasi
simpan pinjam.
Penentuan kinerja Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dipraktekan oleh
ASA tergolong sederhana, karena cukup menggunakan tiga jenis laporan saja
yaitu : (1) laporan penerimaan dan pengeluaran (receipts and payments account),
(2) laporan rincian pendapatan dan biaya (income and expenditures account), dan
(3) neraca (balance sheet). LKM model ASA dapat dianalisis dan ditentukan
kinerjanya menggunakan tiga indikator yaitu: (1) rasio keberlanjutan, (2) rasio
efesiensi operasional, dan (3) rasio kualitas portofolio. Sebuah LKM model ASA
yang berkinerja baik memiliki rasio keberlanjutan, efesiensi dan portofolio yang
tinggi dan berkualitas. Rasio keberlanjutan ditentukan oleh return of performing
assets, financial cost ratio, loan loss provision, operating cost ratio, imputed cost
of capital ratio, donation and grant ratio, operating self-sufficiency ratio dan
financial self-sufficiency ratio. Rasio efesiensi operasional ditentukan oleh cost per
unit of money lent, cost per loan made, number of active barrow per credit officer
dan portofolio per credit officer. Sedangkan ratio kualitas portofolio ditentukan
oleh portofolio in arrears ratio, portofolio at risk ratio, loan loss ratio dan loan
loss reserve ratio (Rema dan Hossain 2002).
Penentuan kinerja berdasarkan koperasi simpan pinjam harus mengacu pada
penilaian perkembangan organisasi Koperasi Simpan Pinjam sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia (PERMEN) Nomor 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pedoman
Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam. Sedangkan penilaian tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam mengacu
pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia (PERMEN) Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tetang Pedoman
Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam. Terdapat
tujuh aspek yang perlu dianalisis dalam menentukan tingkat kesehatan koperasi
simpan pinjam, yaitu (1) permodalan, (2) kualitas aktiva produktif, (3) manajemen,
(4) efesiensi, (5) likuiditas, (6) kemandirian dan pertumbuhan serta (7) jati diri
koperasi (Kemenkop UKM 2014).
Pada Bab I dari PERMEN Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 menjelaskan
bahwa kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Unit Simpan Pinjam (USP)
adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang
sehat, tidak sehat dan sangat tidak sehat. Pada Bab III pasal 5 dijelaskan bahwa
ruang lingkup penilaian kesehatan KSP atau USP koperasi tersebut meliputi
penilaian terhadap 7 (tujuh) aspek yang menjadi indikator perkembangannya, yaitu
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas,
kemandirian, pertumbuhan dan jati diri koperasi. Setiap aspek yang dinilai
diberikan bobot penilaian yang menjadi dasar perhitungan penilaian kesehatan KSP
dan USP Koperasi. Penilaian aspek-aspek tersebut dilakukan menggunakan sistem
nilai yang dinyatakan dengan 0-100. Skor yang diperoleh berdasarkan hasil
perhitungan penilaian terhadap aspek-aspek seperti yang dimaksud di atas,

9
dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi
yang dibagi dalam lima golongan, yaitu sehat (skor 80-100), cukup sehat (60-79),
kurang sehat (40-59), tidak sehat (20-49) dan sangat tidak sehat (0-19). Semakin
tinggi nilai skor indikator-indikator yang dimiliki maka semakin sehat KSP atau
USP tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai skor indikator-indikator
tersebut maka semakin tidak sehat KSP atau USP tersebut (Kemenkop UKM 2014).
Payung Hukum Penerapan LKM Model ASA
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan usaha skala mikro kepada
anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan (OJK 2015)
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok
perbankan, lembaga keuangan adalah semua badan yang melakukan kegiatankegiatannya di bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam
masyarakat. Lembaga keuangan yang melaksanakan aktivitas di atas harus
mengikuti regulasi yang ditetapkan pemerintah, tidak terkecuali LKM Model ASA
yang diterapkan oleh PPKM Bina Swadaya. Mengacu pada ketentuan undangundang di atas, setelah LKM Bina Swadaya berjalan dengan baik, pada tahun 2012
PPKM Bina Swadaya mulai mengurus badan hukum koperasi simpan pinjam untuk
LKM Bina Swadaya. Berdasarkan perubahan badan hukum tersebut, pada tahun itu
juga LKM Bina Swadaya berganti nama menjadi KSP Bina Swadaya Nusantara.
Keputusan tersebut menjadi relevan setelah disyahkannya Undang-Undang No 1
Tahun 2014 pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa bentuk badan hukum yang
syah bagi lembaga keuangan mikro di Indonesia adalah koperasi atau perseroan.
Koperasi Simpan Pinjam
Margono Djojohadikoesomo dalam bukunya yang berjudul “10 Tahun
Koperasi“ 1941, menuliskan bahwa koperasi ialah perkumpulan memajukan
ekonominya. Kata-kata yang tersurat dalam definisi tersebut dapat diterangkan
sebagai berikut: adanya unsur kesukerelaan dalam berkoperasi, bahwa dengan
bekerjasama itu, manusia akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan, bahwa
pendirian dari suatu koperasi mempunyai pertimbangan-pertimbangan ekonomis
(Hendrojogi 2012).
Undang-Undang Koperasi No 12 Tahun 1967, Bab III Pasal 3 mengatakan
bahwa koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata
susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Mengacu pada definisi tersebut, selanjutnya Hendrojogi (2012) menyatakan
definisi tersebut mengandung unsur demokrasi, sosial dan tidak semata-mata
mencari keuntungan. Mengacu pada tiga unsur tersebut, dapat dijelaskan bahwa
koperasi merupakan kumpulan orang, mengutamakan persamaan derajat, tidak
memandang haluan agama dan politik, bers