Fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Meningkatkan Ekonomi Rumah Tangga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar
FUNGSI LEMBAGA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN
(SPP) DALAM MENINGKATKAN EKONOMI
KELUARGA DI NAGARI TANJUANG BONAI,
KECAMATAN LINTAU BUO UTARA, KABUPATEN
TANAH DATAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Diajukan oleh:
GUSNIMAR NIM: 080901018
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar” berawal dari ketertarikan penulis dalam melihat Ibu-ibu di Nagari Tanjuang Bonai ikut yang ikut dalam Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Simpan Pinjam Perempuan (SPP) ini merupakan sub bagian dari Lembaga Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Untuk mendapatkan modal dari UPK setiap kelompok akan melalui tahap pengajuan usulan pinjaman kelompok, evaluasi singkat usulan pinjaman oleh UPK, verifikasi oleh tim verifikasi, dan keputusan pendanaan. Penggunaan dana diserahkan kepada anggota kelompok sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-msing anggota kelompok. Bunga pinjaman yang diserahkan kepada UPK adalah 18 % menurun, sedangkan bunga pinjaman yang dibayarkan anggota kepada kelompok adalah 20 % mendatar. Sisa dari dari bunga tersebut 50 % digunakan kembali menjadi modal kelompok, 15 % untuk dana operasional kelompok, 10 % untuk honorer pengurus, 15 % untuk seluruh anggota kelompok, dan 10% untuk Insentif PengembalianTepat Waktu (IPTW).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksplanasi survei. Format eksplanasi dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasi atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan vaiabel lainnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP), observasi dan wawancara kepada pihak Lembaga Simpan Pinjam Perempuan. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel anggota kelompok SPP sebanyak 77 orang responden.
Data-data yang didapatkan melalui angket ditabulasikan, kemudian dihitung melalui analisis kuantitatif. Pada analisis kuantitatif diketahui bahwa penggunaan dana dari UPK oleh anggota Simpan Pinjam Perempuan (SPP), 48,5 % responden yang menggunakannya untuk modal usaha, 35,5 % responden menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan harian, 10 % responden menggunakannya untuk biaya pendidikan anak, dan 6% responden menggunakannya untuk membeli perabotan rumah tangga.
Dana yang digunakan untuk modal usaha inilah yang akan meningkatkan ekonomi keluarga di Nagari Tanjuang Bonai, karena keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha akan menambah pendapatan keluarga, sedangkan dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian dan membeli perabotan rumah tangga merupakan dana yang tidak berkembang dan nilainya akan terus berkurang, kondisi ekonomi keluarga tidak akan meningkat bahkan pandapatan keluarga akan cenderung menurun karena penghasilan keluarga dikurangi untuk biaya angsuran utang ke Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP).
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil a’lamiin, puji syukur saya aturkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dengan
Karunia-Nya itu jualah penulis bisa meyelesaikan skripsi yang berjudul: “Fungsi
Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Meningkatkan Ekonomi
Rumah Tangga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara
Kabupaten Tanah Datar”. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah yang
disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan halangan dan
rintangan, namun berkat kekuatan dan kelancaran yang diberikan Allah SWT
akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Ucapan terimakasih penulis peruntukkan
buat orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun
materil kepada penulis, yang telah rela berkorban untuk penulis. Terimakasih saya
ucapkan kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai, bapak saya Syukri
(Alm), sesungguhnya skripsi ini saya dedikasikan khusus buat beliau yang tidak
sempat melihat anaknya menjadi sarjana, dan Ibunda tercinta saya Wirdawati
yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan yang terbaik kepada saya.
Terimaksih juga saya haturkan untuk suami saya Ahmad Wildan yang selalu siap
memberikan dukungan dan semangat kepada saya, anak saya Aviel Athariz Calief
yang merupakan penyemangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini, dan
tidak lupa juga ucapan terimakasih saya untuk kedua saudara saya Arisman dan
(4)
kepedihan yang tengah saya rasakan, kepedulian kakanda berdua tidak akan
pernah terlupakan oleh adikmu ini. Tidak lupa juga ucapan terimakasih saya
ucapkan kepada mertua saya Ibunda Nurhaida, Ibunda Jus’ah, uni Gitra Ahyaini
beserta suami, serta Intan Putri Suri dan seluruh anggota keluarga yang telah
membantu dalam kelancaran penulisanskripsi ini. Penulis juga secara khusus
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Sismudjito, M.Si selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, nasehat dan arahan
untuk kemajuan skripsi penulis.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,MSc.(CTM)Sp.A(K)
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik dan para pembantu dekan serta seluruh staf pegawai dan
administrasi.
3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Bapak Ilham T. Saladin selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5. Bapak Dr. Sismudjito, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis,
yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran
(5)
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis
dapat dijadikan bekal nantinya dan dapat penulis terapkan serta amalkan
didalam kehidupan penulis selanjutnya.
7. Bapak Dedy Effendi, selaku ketua UPK Kecamatan Lintau Buo Utara
yang telah banyak memberikan masukan dan pelajaran kepada penulis,
juga untuk Bapak Yulizar selaku Ketua BKAN Kecamatan Lintau Buo
Utara beserta jajarannya, terimakasih karena telah membantu penulis
dalam penelitian lapangan.
8. Teman-teman seperjuangan yang sama-sama sedang menyelesaikan proses
skripsi yaitu seluruh Angkatan 2008: Mitha, Ruth, Rijal, Sri, Rudi, Fikar,
Puput, Andre, Jhon, Frisilia, Dessi, Hendra, Reni, Dian, Poibe, Ratih, Fitri,
Heberlin dan Sahrul tetap semangat dan berjuang menyelesaikan skripsi.
Kita semua pasti bisa melewati ini semua.
9. Rekan-rekan yang sudah alumni: Reza, Isma, Nanda, Rina, Anggre, Silky,
Esty, Burhan, Uci, Eninta, Ririn, Ayu, Vera, Putra, Irma, Frina, Wistin,
Judika, Leni, Salmen, Lia, Belman, Evlin, Nari, Santi, Gio, Aldi, Elfi,
Vani, Sondang, Diki eko, Richat, Okta dan seluruh Alumni angkatan 2008
yang sudah terlebih dahulu, salam manis selalu dan semoga kita semuanya
menjadi orang yang sukses dan berhasil. Amin ya robbal a’lamiin.
10.Teman-teman kos Sofyan 2b: Elvi, Ririn, Aing, kak Lenny, kak Lita, kak
(6)
Medan ini merupakan hal terindah bagi penulis, semoga rasa persaudaraan
ini tetap kita jalin.
11.Teman-teman kos Terompet 4b: Ita, Emel, Afini, Linda, Maria, Elo, Isna,
terimakasih telah memberikan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini serta untuk kesempurnaan tulisan-tulisan penulis
berikutnya di kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi
wawasan bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam hidup penulis.
Medan, 2014
Penulis
Gusnimar
(7)
DAFTAR ISI
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Singkatan
Daftar Bagan
BAB I.
PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang Masalah...1
1.2. Perumusan Masalah...7
1.3. Tujuan Penelitian...7
1.4. Manfaat Penelitian...8
1.5. Hipotesis...8
1.6. Defenisi Konsep...9
(8)
BAB II. KAJIAN PUSTAKA...14
2.1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan...14
2.2. Teori Sistem Sosial...17
2.3. Lembaga Sosial...20
BAB III. METODE PENELITIAN...23
3.1. Jenis Penelitian...23
3.2. Lokasi Penelitian...23
3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel...24
3.4. Teknik Pengumpulan Data...24
3.5. Analisis Data ...28
3.6. Jadwal Kegiatan...29
3.7. Keterbatasan Penelitian...29
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...31
4.1. Deskripsi Wilayah Nagari Tanjuang Bonai...31
4.2. Keadaan Penduduk...31
4.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia...31
(9)
4.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan...34
4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Sarana dan Prasarana...34
4.2.4.1. Sarana Perekonomian...35
4.2.4.2. Sarana Pemerintahan Nagari...36
4.2.4.3. Sarana Sosial dan Budaya...37
4.3. Deskripsi Pengelolaan Dana Bergulir...38
4.3.1. Mekanisme Pengelolaan Dana ...41
4.3.2. Fungsi Kelompok...45
4.3.3. Kelembagaan UPK...45
4.3.4. Ketentuan Dasar...48
4.3.5. Kategori Kelompok...49
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA...53
5.1. Karakteristik Responden...53
5.1.1. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Usia...53
5.1.2. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan terakhir...54
5.1.3. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik pekerjaan....54
5.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Ibu-ibu m Menjadi Anggota SPP...55
(10)
5.1.5.Pekerjaan Suami...56
5.1.6. Pekerjaan Ibu-ibu Anggota Simpan Pinjam Perempuan (SPP)...57
5.1.7. Yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga...58
5.1.8. Pekerjaan yang dilakukan Anak, Jika Ikut Bekerja...58
5.1.9. Jumlah Seluruh Anggota Keluarga yang Menjadi Tanggungan Keluarga...59
5.1.10. Jumlah Orang atau Anak yang Masih dibiayai Pendidikannya...60
5.1.11. Sumber Air Minum Keluarga...61
5.1.12. Bahan Bakar yang Digunakan Memasak...62
5.1.13. Jenis Kepemilikan Rumah ...62
5.2. Fungsi Lembaga Simpan Pinjam dalam Meningkatkan Ekonpomi Keluarga...63
5.2.1. Alasan Ibu-ibu Untuk Bergabung Menjadi Anggota Simpan Pinjam Perempuan (SPP)...63
5.2.2. Dengan Modal Dari Lembaga SPP Usaha Yang Ditekuni Oleh Anggota SP...64
(11)
5.2.4. Pendapat Ibu-ibu dengan Pemberlakuan Bunga Pinjaman
Dari Lembaga SPP...66
5.2.5. Anggota Pernah Menunggak Dalam Membayar ...67
5.2.6. Keikutsertaan Ibu-ibu dalam Pelatihan dari Lembaga
SPP...69
5.2.7. Proses Mendapatkan Pinjaman dari Lembaga
SPP...70
5.2.8. Tempat Meminjam Uang Sebelum Lembaga
SPP...71
5.2.9. Cara Penggunaan Dana SPP...71
5.3. Pengaruh Lembaga SPP terhadap Kondisi Ekonomi
Keluarga...72
5.3.1. Sistem Pengelolaan Keuangan Kelompok SPP...72
5.3.2. Pelatihan dari Lembaga SPP Membatu Dalam Kelancaran
Usaha...73
5.3.3. Penghasilan Keluarga Sebelum Bergabung Menjadi Anggota
SPP...74
5.3.4. Penghasilan Keluarga Setelah Bergabung Menjadi Anggota
SPP ...75
(12)
5.3.6. Tabungan Atau Kekayaan yang Dimiliki...77
5.3.7. Mencukupi Atau Tidaknya Penghasilan Keluarga Selama Ini...77
5.3.8. Membantu atau tidaknya Kehadiran Lembaga SPP Dalam Mengatasi Masalah Keuangan...78
5.3.9. Biaya Kebutuhan Harian Dalam Sebulan...79
5.3.10. Sebelum Ada Lembaga SPP yang Dilakukan Ibu-ibu Ketikan Kesulitan Keuangan ...80
5.4. Hubungan Lembaga SPP dengan Peningkatan Ekonomi Keluarga...81
BAB VI. PENUTUP...85
6.1. Kesimpulan...85
6.2. Saran...87
DAFTAR PUSTAKA
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Nagari Tanjuang Bonai Berdasarkan Usia...32
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Nagari Tanjuang Bonai Berdasarkan Tingkat M Pendidikan...33
Tabel 4.3. Komposisi Penduduk NagariTanjuang Bonai Berdasarkan Pekerjaan...34
Tabel 4.4. Sarana Perekonomian Nagari Tanjuang Bonai...35
Tabel 4.5. Sarana Pemerintahan Nagari Tanjuang Bonai...36
Tabel 4.6. Sarana Sosial dan Budaya...37
Tabel 4.7. Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Nagari Tanjuang Bonai...40
Tabel 5.1. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Usia...53
Tabel 5.2. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Terakhir....54
Tabel 5.3. Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan...55
Tabel 5.4. Lamanya Ibu-ibu Menjadi Anggota Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP)...55
Tabel 5.5. Pekerjaan Suami...56
Tabel 5.6. Pekerjaan Ibu-ibu Anggota SPP...57
Tabel 5.7. yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga...58
(14)
Tabel 5.9. Jumlah Seluruh Anggota Keluarga yang Menjadi Tanggungan
Keluarga...60
Tabel 5.10. Jumlah Orang Atau Anak yang Masih dibiayai Pendidikannya...60
Tabel 5.11. Sumber Air Minum Keluarga...61
Tabel 5.12. Bahan Bakar yang digunakan Memasak...62
Tabel 5.13. Jenis Kepemilikan Rumah...63
Tabel 5.14. Alasan Ibu-ibu Untuk Bergabung Menjadi Anggota Simpan Pinjam Perempuan (SPP)...64
Tabel 5.15. Dengan Modal Dari Lembaga SPP Usaha yang ditekuni oleh Anggota Kelompok...65
Tabel 5.16. Nominal Pinjaman Ibu-ibu dari Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP)...66
Tabel 5.17. Pendapat Ibu-ibu dengan Pemberlakuan Bunga Pinjaman dari Lembaga SPP...67
Tabel 5.18. Ibu-ibu Pernah Mengalami Masalah Tunggakan dalam Membayar...67
Tabel 5.19. Keikutsertaan Ibu-ibu Dalam Pelatihan Dari Lembaga SPP ...69
Tabel 5.20. Proses Mendapatkan Pinjaman Dari Lembaga SPP...70
Tabel 5.21. Tempat Meminjam Uang Sebelum Lembaga SPP...71
(15)
Tabel 5.23. Sistem Pengelolaan Keuangan Di Kelompok SPP...73
Tabel 5.24. Pelatihan Dari Lembaga SPP Membantu Dalam Kelancaran
Usaha...73
Tabel 5.25. Penghasilan Keluarga Sebelum Bergabung Menjadi Anggota
SPP...74
Tabel 5.26. Penghasilan Keluarga Dalam Satu Bulan dengan Modal Dari SPP ...75
Tabel 5.27. Pengeluaran Anak Sekolah Setiap Bulan...76
Tabel 5.28. Tabungan Atau Kekayaan yang Dimiliki ...77
Tabel 5.29. Mencukupi atau Tidaknya Penghasilan Selama Ini...78
Tabel 5.30. Membantu atau Tidaknya Kehadiran Lembaga SPP dalam Mengatasi
Masalah Keuangan...79
Tabel 5.31. Biaya Kebutuhan Harian Dalam Satu Bulan...80
Tabel 5.32. Sebelum ada Lembaga SPP yang dilakukan Ibu-ibu Ketika Kesulitan
(16)
DAFTAR SINGKATAN
SPP = Simpan Pinjam Perempuan
UPK = Unit Pengelola Kegiatan
BP-UPK = Badan Pembantu- Unit Pengelola Kegiatan
ART = Anggaran Rumah Tangga
BKAN = Badan Kerjasama Antar Nagari
BLM = Bantuan Langsung Masyarakat
FK = Fasilitator Kecamatan
KUB = Kelompok Usaha Bersama
KUA = Kebijakan Umum APBN
KSP = Kelompok Simpan Pinjam
LKM = Lembaga Keuangan Mikro
MAN = Musyawarah Antar Nagari
(17)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Operasional Variabel
Bagan 2. Struktur Organisasi PNPM-MP Kec.Lintau Buo Utara Kab. Tanah Datar
(18)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar” berawal dari ketertarikan penulis dalam melihat Ibu-ibu di Nagari Tanjuang Bonai ikut yang ikut dalam Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Simpan Pinjam Perempuan (SPP) ini merupakan sub bagian dari Lembaga Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Untuk mendapatkan modal dari UPK setiap kelompok akan melalui tahap pengajuan usulan pinjaman kelompok, evaluasi singkat usulan pinjaman oleh UPK, verifikasi oleh tim verifikasi, dan keputusan pendanaan. Penggunaan dana diserahkan kepada anggota kelompok sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-msing anggota kelompok. Bunga pinjaman yang diserahkan kepada UPK adalah 18 % menurun, sedangkan bunga pinjaman yang dibayarkan anggota kepada kelompok adalah 20 % mendatar. Sisa dari dari bunga tersebut 50 % digunakan kembali menjadi modal kelompok, 15 % untuk dana operasional kelompok, 10 % untuk honorer pengurus, 15 % untuk seluruh anggota kelompok, dan 10% untuk Insentif PengembalianTepat Waktu (IPTW).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksplanasi survei. Format eksplanasi dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasi atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan vaiabel lainnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP), observasi dan wawancara kepada pihak Lembaga Simpan Pinjam Perempuan. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel anggota kelompok SPP sebanyak 77 orang responden.
Data-data yang didapatkan melalui angket ditabulasikan, kemudian dihitung melalui analisis kuantitatif. Pada analisis kuantitatif diketahui bahwa penggunaan dana dari UPK oleh anggota Simpan Pinjam Perempuan (SPP), 48,5 % responden yang menggunakannya untuk modal usaha, 35,5 % responden menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan harian, 10 % responden menggunakannya untuk biaya pendidikan anak, dan 6% responden menggunakannya untuk membeli perabotan rumah tangga.
Dana yang digunakan untuk modal usaha inilah yang akan meningkatkan ekonomi keluarga di Nagari Tanjuang Bonai, karena keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha akan menambah pendapatan keluarga, sedangkan dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian dan membeli perabotan rumah tangga merupakan dana yang tidak berkembang dan nilainya akan terus berkurang, kondisi ekonomi keluarga tidak akan meningkat bahkan pandapatan keluarga akan cenderung menurun karena penghasilan keluarga dikurangi untuk biaya angsuran utang ke Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP).
(19)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam
kemiskinan, baik di desa maupun di kota masyarakat sama-sama mengalami
hidup dibawah garis kemiskinan, dan kemiskinan ini merupakan isu lama yang
tidak ada habisnya. Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental
maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Pada masyarakat yang bersahaja
susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial
karena mereka menganggap bahwa semuanya telah diatakdirkan sehingga tidak
ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Mereka tidak akan terlalu
memperhatikannya, kecuali apabila mereka betul-betul menderita karenanya. Pada
masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu masalah sosial yang
rumit, kemiskinan menjadi suatu masalah sosial karena sikap yang membenci
kemiskinan tadi. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan, pakaian
atau perumahan, tetapi karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk
memenuhi taraf kehidupan yang ada. (Soerjono Soekanto, 2009: 320).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita dibawah Garis Kemiskinan)
pada bulan Maret 2013 di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 %),
(20)
september 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 %). Selama periode
September 2012-Maret 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
berkurang 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi
10,33 juta orang pada maret 2013), sementara di daerah pedesaan berkurang 0,35
juta orang (dari18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang
pada Maret 2013). Selama periode September 2012-Maret 2013, persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami
penurunan. (BPS Indonesia, 2013).
Tidak jauh berbeda dengan keadaan ekonomi kelurga di berbagai daerah di
Indonesia seperti di Provinsi Sumatera Barat, menurut data resmi dari Badan
Pusat Statistik Sumatera Barat Jumlah penduduk miskin pada September 2013
adalah 380.626 jiwa. Dibanding Maret 2013 (407.470 jiwa) turun sebanyak
26.844 jiwa. Menurut wilayahnya, di perkotaan meningkat sebanyak 5.356 jiwa,
sebaliknya jumlah penduduk miskin pedesaan mengalami penurunan sebanyak
32.844 jiwa. Secara persentase, penduduk miskin turun sebesar 0,58 % dari
periode Maret 2013 ke September 2013 yaitu dari 8.14 % menjadi 7,56 %. (BPS
Sumatera Barat, 2013).
Pada tahun 2007 pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan efektifitas penanggulangan dan penciptaan lapangan kerja. Semua
jenis kegiatan yang akan diangkat tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat
miskin, artinya bahwa sasaran dari kegiatan tersebut benar-benar dalam rangka
menanggulangi kemiskinan atau sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat atau
(21)
kepada masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pengendalian gagasan atau
identifikasi kebutuhan dan pengambilan keputusan perencanaan pembangunan.
(Nengsih, Afrina. 2013, Bantuan PNPM Mandiri Dalam Bidang Simpan Pinjam perempuan di Nagari Sungai Liku Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir
Selatan’.)
Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua
kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat
meliputi :
1) Penyediaan dan perbaikan sarana / prasarana lingkungan pemukiman,
sosial dan ekonomi secara padat karya
2) Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Perhatian
yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan
dana bergulir ini.
3) Kegiatan terkait peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, terutama
yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs
Guna untuk meningkatkan ekonomi keluarga, kegiatan Simpan Pinjam bagi
perempuan merupakan salah satu kegiatan yang diangkat di Nagari Tanjung
Bonai, kecamatan Lintau Buo Utara. Kegiatan ini adalah bagi perempuan, namun
yang diutamakan adalah perempuan yang berasal dari rumah tangga miskin, yang
ditetapkan oleh masyarakat pada setiap Nagari, berhubungan dengan pemanfaatan
dana pinjaman harus digunakan kepada kegiatan usaha yang produktif, dengan
tujuan supaya perempuan yang ikut Simpan Pinjam tersebut bisa berperan aktif
(22)
yang diberikan kepada setiap kelompok kaum perempuan diharapkan dapat
digulirkan kembali kepada kelompok lain sehingga perputaran uang semakin
cepat dan banyak kaum perempuan yang tersentuh program tersebut.
Menurut keterangan dari Ibu Aji Leo Rina selaku anggota dari Lembaga
UPK Kecamatan Lintau Buo Utara mengatakan bahwa ”Kelompok Simpan
Pinjam Perempuan di Nagari Tanjung Bonai pada awalnya terbentuk dari berbagai
kegiatan masyarakat yang selalu membentuk kelompok-kelompok kecil, seperti
kelompok-kelompok pengajian atau dalam bahasa masyarakat setempat adalah
kelompok wirid yasin yang ada di setiap Mesjid, kelompok masyarakat yang
terbentuk karena adanya kegiatan jula-jula atau arisan yang ada disetiap Jorong,
dan ada juga kelompok petani yang bekerja sacara tolong-menolong yang telah
ada puluhan tahun yang lalu.
Dalam kelompok wirid yasin, anggota kelompok melakukan pengajian
satu kali dalam seminggu, kelompok ini terdiri dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu
yang suka mendengarkan pengajian-pengajian agama Islam. Dalam melaksanakan
berbagai acara wirid para anggota kelompok mengumpulkan dana, seperti
sedekah, adanya simpanan pokok dan simpanan wajib, gunanya adalah untuk
biaya Ustadz yang memberikan ceramah dan juga untuk biaya jika ada wirid
gabungan ke Mesjid lainnya. Dalam kelompok wirid ini angggota juga melakukan
kegiatan simpanan atau tabungan, yang dibagikan setiap tahun pada bulan puasa,
jula-jula atau arisan yang di bagikan setiap minggu atau setiap bulan, jula-jula
daging yang dibagikan ketika hari raya Idul Fitri, jula-jula daging Qurban untuk
(23)
Uang yang dikumpulkan melalui tabungan anggota kelompok tersebut
boleh dipinjam oleh anggota yang terdesak dalam masalah keuangan, seperti
untuk biaya pendidikan anak-anak, dan kebutuhan mendadak lainnya, dengan
syarat uang tersebut dibayar sebelum datangnya bulan puasa dengan tanpa adanya
bunga pinjaman. Seiring dengan bertambahnya jumlah anggota dalam suatu
kelompok wirid membuat kelompok tersebut membagi anggota menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok wirid khusus bapak dan khusus Ibu. Seperti yang
terjadi pada kelompok wirid Ubudiyah di Mesjid Almukmin Jorong Ranah kodok.
Dimana anggotanya mencapai ratusan orang sehingga anggotanya dipecah
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok ibu-ibu dan kelompok bapak-bapak.
Masyarakat Nagari Tanjung Bonai yang biasa melakukan kegiatan dengan
berkelompok inilah yang dituju oleh Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan khususnya Simpan Pinjam Perempuan
(SPP). Pemerintah memberikan modal usaha kepada masyarakat melalui Lembaga
Simpan Pinjam Perempuan dengan syarat masyarakat tersebut harus tergabung
dalam suatu kelompok. Modal usaha yang diberikan kepada kelompok Simpan
Pinjam Perempuan (SPP), Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) memberikan
kekuasaan kepada anggota kelompok untuk mengelola dana tersebut, bisa
digunakan untuk usaha bersama secara berkelompok, atau digunakan untuk usaha
secara individual sesuai dengan keputusan dari masing-masing kelompok. Dalam
masalah pembayaran, dari setiap anggota kelompok dikenakan bunga sebanyak
20% mendatar, yang disetorkan kepada Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) adalah
18% menurun, dan sisanya 2% mendaki digunakan untuk dana kelompok, yang
(24)
Dalam rapat anggota kelompok akan dibahas bagaimana pengelolaan
dana, peraturan sanksi yang diberikan kepada anggota yang mengalami tunggakan
dalam pembayaran, adanya simpanan pokok dan simpanan wajib. Besarnya
jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib berbeda antara masing-masing
kelompok sesuai dengan kesepakatan pada rapat anggota kelompok. Suatu
kelompok Simpan Pinjam Perempuan mengatur jadwal pertemuan, dalam
pertemuan mingguan anggota kelompok akan berkumpul bersama ditempat yang
telah disepakati, mereka membahas berbagai masalah yang sedang dihadapi dalam
kelompok, dalam bermasyarakat, membicarakan jula-jula, mengadakan simpanan
beras dan simpanan uang yang dibagikan ketika menjelang hari Raya Idul Fitri.
Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Sumatera Barat Nevi Irwan Prayitno,
menyatakan bahwa jumlah kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di
Sumatera Barat sebanyak 6.132 kelompok. (Padang Ekspres, (16 Oktober 2012)).
25 Persen Dana PNPM untuk perempuan.
) http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=35987). Dan menurut Pelaksana
Kegiatan (UPK) Nagari Tanjung Bonai Ibu Aji Leo Rina, mengatakan bahwa
“jumlah kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Lintau Buo Utara
sebanyak 64 kelompok, di Nagari Tanjuang Bonai sebanyak 32 kelompok, dan
dana yang dimiliki oleh Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Nagari Tanjung Bonai
pada oktober 2013 sudah mencapai 3 Miliar, dan terus berkembang setiap
bulannya”.
Melihat banyaknya jumlah kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di
Nagari Tanjuang Bonai ini, maka peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap
(25)
Keluarga di Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara. Penelitian ini
mencoba untuk melihat bagaimana lembaga SPP ini berfungsi dalam membantu
meningkatkan pendapatan keluarga, dan melihat bagaimana pengaruh lembaga
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) terhadap kondisi ekonomi keluarga di Nagari
Tanjuang Bonai.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang diatas,
maka yang menjadi pokok permasalahan yang diteliti adalah:
1. Apa fungsi program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) bagi ekonomi
keluarga di Nagari Tanjuang Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara?
2. Bagaimana pengaruh Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) terhadap
kondisi ekonomi keluarga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau
Buo Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
terutama pada ekonomi rumah tangga masyarakat di Nagari Tanjung
Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar.
2. Untuk mengetahui pengaruh Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
terhadap kondisi ekonomi rumah tangga di Nagari Tanjuang Bonai
(26)
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
sumbangan pemikiran kepada peneliti lain sebagai bahan pertimbangan dan
perbandingan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian ini
dalam bidang ilmu sosiologi terutama sosiologi ekonomi, dan sosiologi pedesaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat mengasah penulis dalam
membuat karya tulis ilmiah, dan diharapkan penulis bisa belajar membuat karya
tulis berikutnya serta menambah wawasan penulis mengenai masalah yang diteliti.
1.5. Hipotesis
Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif akan
mengidentifikasikan hubungan antar variabel. Hubungan antar variabel bersifat
hipotesis. Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau
merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. ( Bambang dan
Lina, 2005:76).
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
(27)
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik. ( Dr. Sugiyono, 2013:64).
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka hipotesis yang
diberikan peneliti adalah:
Ha : Keberadaan lembaga simpan pinjam perempuan (SPP) mempengaruhi peningkatan ekonomi keluarga di Nagari Tanjuang Bonai.
Ho : Keberadaan lembaga simpan pinjam perempuan (SPP) tidak mempengaruhi peningkatan ekonomi keluarga di Nagari Tanjuang Bonai.
1.6. Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk
memfokuskan penelitian sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian.
Konsep adalah defenisi, abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun suatu
pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 2006:667
dalam skripsi Kharisma 2013:29 ). Disamping berfungsi untuk memfokuskan dan
mempermudah penelitian, konsep ini juga berfungsi sebagai panduan yang
nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjut sebuah kasus yang diteliti dan
menghindari dari jatuhnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah
penelitian. Adapun konsep yang digunakan dalam konteks penelitian ini adalah:
1. Ekonomi adalah sesuatu yang membahas tentang kebutuhan-kebutuhan
manusia dan sarana-prasarana pemenuhannya
2. Keluarga adalah suatu masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan
(28)
3. Lembaga Simpan Pinjam Perempuan adalah suatu kelompok masyarakat
dimana anggotanya terdiri dari kaum perempuan yang didanai oleh dana
bergulir dari PNPM-Mandiri Pedesaan.
4. Modal usaha adalah uang yang dipergunakan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk membuka suatu usaha yanng bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan.
5. Pelatihan adalah suatu bentuk pengetahuan atau keterampilan yang
diberikan oleh lembaga atau individu kepada anggota masyarakat,
sehingga dengan pengetahuan dan keterampilan tersebut bisa
dipergunakan untuk suatu hal bersifat positif dan membangun.
6. Managemen pengelolaan keuangan adalah cara mengelola keuangan yang
baik dan cara membukukannya yang diberikan Lembaga SPP kepada
anggotanya.
7. Kondisi sosial ekonomi keluarga, yang dimaksud dengan kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam penelitian ini diukur berdasarkan pekerjaan.
8. Pendapatan, dalam penelitian ini pendapatan yang dimaksud adalah
penghasilan yang didapat oleh Ibu-ibu anggota SPP dengan modal usaha
yang telah diperolehnya.
1.7. Operasionalisasi Variabel
Variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas,
kuantitas, mutu standar dan sebagainya. Agar variabel dapat diukur maka
(29)
variabel harus dijelaskan parameter atau indikator-indikatornya. (dalam Burhan
Bungin, 2005: 59-60)
A. Variabel Bebas (Independen Variable)
Variabel bebas (X) adalah suatu variabel yang ada atau terjadi mendahului
variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif
merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian.
(Bambang dan Lina, 2005:67).
Menurut Prof. Dr. Sugiyono Variabel Independen sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). (Dr. Sugiyono, 2013:39)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Lembaga Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) dengan indikatornya sebagai berikut:
1. Pemberian modal usaha
2. Manajemen pengelolaan keuangan
3. Pelatihan.
B. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (Y) adalah variabel yang diakibatkan atau yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini sebagai variabel yang
(30)
terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan Ekonomi Keluarga, dengan
indikatornya sebagai berikut:
1. Pekerjaan
2. Tingkat pendapatan
(31)
Bagan 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Terikat (Y)
Peningkatan Ekonomi Keluarga Variabel Bebas (X)
Lembaga Simpan Pinjam Perempuan
Indikatornya
1. Pekerjaan
2. Tingkat pendapatan
3. Kesejahteraan Indikatornya
1. Pemberian modal usaha
2. Manajemen pengelolaan keuangan
(32)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
Bila kita cermati kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi
kemiskinan pada masyarakat telah dilaksanakan pada era pemerintahan Soeharto,
antara lain P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil),
KUBE (Kelompok Usaha Bersama), TPSP-KUD (Tempat Pelayanan Simpan
Pinjam Koperasi Unit Desa), UEDSP (Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam),
PKT (Pengembangan Kawasan Terpadu), IDT (Inpres Desa Tertinggal), P3DT
(Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal), PPK (Program
Pengembangan Kecamatan), P2KP (Program Penanggulanan Kemiskinan
Perkotaan), PDMDKE (Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis
Ekonomi), dan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri
Perdesaan.
Pada masa lalu program pemberdayaan masyarakat, biasanya dibuat di
tingkat pusat (atas) dan dilaksanakan oleh Instansi Propinsi dan Kabupaten
(bersifat top down). Masyarakat yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut tidak
diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi masukan. Hal ini dilakukan
untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan dan menganggap masyarakat tidak
mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan
serta kebutuhan-kebutuhannya. Dalam pandangan ini masyarakat ditempatkan
(33)
diubah pada PNPM Mandiri yaitu dengan cara melibatkan masyarakat yang
bersangkutan.
PNPM merupakan program penanggulangan kemiskinan yang melibatkan
koordinasi Bank Indonesia melalui program keuangan mikro bersama Bank
Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bekerja sama
dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana dan
Kredit Pedesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat( KSM).
Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program
ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah
perdesaan. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat atau
kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk
Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang
dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 miliar per kecamatan, tergantung
jumlah penduduk (Pedoman Umum PNPM Mandiri).
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak
terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana
sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan
dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah
binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen
Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran
(34)
pemberi bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia. Pengelolaan dana bergulir
pada PNPM pada hakekatnya melibatkan 3 (tiga) unsur dalam hal ini yaitu : (1)
Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh dana
bergulir di tingkat kecamatan. (2) Kelompok peminjam sebagai pengelola dan
sekaligus penyalur dana bergulir kepada anggotanya pada tingkat desa. (3) Tim
pengelola kegiatan di desa sebagai fasilisator antara kelompok peminjam dan
UPK di tingkat kecamatan. (4) Unit Pengelola Kegiatan: UPK dan TPK
Perguliran dana diberikan kepada kelompok-kelompok yang ada di desa.
Adapun mekanisme pelaksanaan dana bergulir diawali oleh kelompok
peminjam sebagai pemanfaat dana bergulir, dengan cara pengajuan proposal
pinjaman kepada Penganggung jawab Operasional Kegiatan (PJOK). Proposal
tersebut pemaparkan tentang data anggota kelompok. Besarnya jumlah pinjaman
paling sedikit Rp 1.500.000,00 sampai dengan Rp 2.000.000,00 dengan tingkat
suku bunga sebesar 1,5% perbulan dengan sistem falte rate, yang akan diangsur
selama 12 kali. Sampai dengan pertengahan tahun 2012 dana yang dikelola
sebesar 1,8 milyar rupiah. UPK menjalankan kegiatan simpan pinjam pada
kelompok SPP layaknya lembaga keuangan, dengan menjalankan salah satu peran
yaitu memberikan kredit pada masyarakat. Masyarakat dalam hal ini Kelompok
SPP bila ingin melakukan pinjaman maka prosedur/mekanisme yang ditempuh
sama halnya bila mengajukan pinjaman di lembaga keuangan, yaitu persyaratan
yang harus dipenuhi (tanpa jaminan), tingkat suku bunga pinjaman, dan kewajiban
angsuran dalam waktu satu bulan. Sedangkan sanksi terhadap peminjam yang
wanprestasi dikenakan pada kelompok. (dalam sri widayati, jurnal ilmiah
(35)
2.2. Teori Sistem Sosial
Menurut Talcott Parsons sebagai pemilik teori ini mengatakan bahwa,
masyarakat adalah suatu sistem sosial yang dilihat secara total. Bilamana sistem
sosial dilihat sebagai sebuah sistem parsial, maka masyarakat itu dapat berupa
setiap jumlah dari sekian banyak sistem yang kecil-kecil, misalnya keluarga,
sistem pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan. Menurut Parsons sistem
sosial cenderung bergerak ke arah keseimbangan atau stabilitas. Dengan kata lain
keteraturan merupakan norma sistem. Bilamana terjadi kekacauan norma-norma,
maka sistem akan mengadakan penyesuaian dan mencoba kembali mencapai
keadaan normal. Menurut Parsons terdapat fungsi-fungsi atau
kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup demi
kelestariannya. Dua pokok penting yang masuk dalam kebutuhan fungsional ini
adalah:
1. Berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem
ketika berhubungan dengan lingkungannya (sumbu internal-eksternal).
2. Berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana yang
perlu untuk mencapai tujuan itu (sumbu instrumental-consummatory).
(dalam Margaret. M. Poloma, 2007: 171-172).
Agar sistem bisa hidup dan berlangsung dengan baik, terdapat
syarat-syarat fungsional dan persoalan penting yang harus dihadapi, yakni:
1. Adaptasi ( Adaptation), yaitu melindungi dan mendistribusikan alat-alat
bertahan dari lingkungan, atau menyesuaikan tuntutan-tuntutan dari
(36)
fisik dari anggota-anggotanya jika ingin survive, makanan dan perlindungan merupakan syarat minimum yang harus dipenuhi, yang
selalu mellibatkan produksi dan distribusi.
2. Pencapaian tujuan (Goal Attainment), yakni menentukan, mengatur,
menfasilitasi pencapaian tujuan dan kesepakatan.
3. Integrasi (Integration), adalah hubungan-hubungan sosial yang melindungi
secara kooperatif dan terkoordinasi dalam sistem. Jadi ada koordinasi
internal yang membangun cara berpautan. Masyarakat harus menjamin
ukuran koordinasi dan kontrol diantara elemen-elemen internal dari
berbagai bagian pada sistem sosial, layaknya peran dan status sosial yang
telah merumuskan mana yang boleh atau tidak.
4. Latensi (Latency), dimana terdapat pemeliharaan pola-pola yang
didalamnya terdapat motivasi perilaku yang diinginkan. Sistem harus
mempertahankan dirinya sedapat mungkin dalam keadaan seimbang.
(dalam Rachmad K. Dwisusilo, 2008: 121).
Parsons mengembangkan suatu kerangka konseptual yang mencermikan
hubungan sistematis antara sistem-sistem sosial. Hal yang paling penting dari
konseptualisasi sistem adalah konsep pelembagaan atau institusionalisasi, yang
mengacu pada pola-pola interaksi yang relatif stabil antara pelaku-pelaku dalam
kedudukan masing-masing. Pola-pola demikian diatur secara normatif
dipengaruhi oleh pola-pola kebudayaan. Pengaruh nilai-nilai tersebut mungkin
(37)
1. Nilai yang mengatur perilaku peranan dapat mencerminkan nilai-nilai
umum dan kepercayaan dalam kebudayaan.
2. Nilai-nilai kebudayaan pada pola-pola lainnya mungkin menjiwai sistem
kepribadian, dan mempengaruhi struktur kebutuhan dari sistem, yang
menentukan kehendak pelaku untuk menetapkan peranan-peranan dalam
sistem sosial.
Parsons memandang institusionalisasi baik sebagai proses maupun
struktur. Sebagai suatu proses institusionalisasi dapat digolongkan ke dalam
tipe-tipe tertentu dengan cara berikut:
1. Para pelaku dengan beraneka ragam orientasi memasuki situasi tempat
mereka harus berinteraksi.
2. Cara pelaku berorientasi merupakan pencerminan dari struktur
kebutuhannya dan bagaimana struktur kebutuhan itu telah diubah oleh
penjiwaan pola-pola kebudayaan.
3. Melalui proses interaksi tertentu, muncullah kaidah-kaidah pada saat para
pelaku saling menyesuaikan orintasi masing-masing.
4. Kaidah-kaidah itu timbul sebagai suatu cara saling menyesuaikan diri, dan
juga membatasi pola-pola kebudayaan umum.
5. Selanjutnya kaidah-kaidah itu mengatur interaksi yang terjadi kemudian,
(38)
Melalui cara-cara itu pola-pola institusionalisasi tercipta dipelihara dan
diubah. Apabila interaksi telah melmbaga, maka dapat dikatakan terdapat suatu
sistem sosial . suatu sistem sosial tidak harus merupakan masyarakat yang
menyeluruh, namun setiap pola interaksi yang diorganisasi baik secara mikro
mupun makro, merupakan suatu sistem sosial. Apabila pusat perhatian diarahkan
pada masyarakat secara total atau bagian-bagiannya yang mencakup himpunan
pola-pola peranan yang terlembaga.
Ada berbagai mekanisme pengendalian sosial khusus, yaitu:
1. Pelembagaan atau institusionalisasi yang mecerminkan peranan-peranan
yang diharapkan, dan menetralisasikan harapan-harapan yang saling
bertentangan.
2. Sanksi-sanksi antar pribadi yang dihormati para pelaku.
3. Aktifitas-aktifitas ritual melalui mana para aktor menyalurkan pelbagai
paranan dan sekaligus memeperkuat pola-pola kebudayaan yang dominan.
4. Struktur nilai-nilai penyalur ketegangan yang memisahkan potensi untuk
menyimpang dengan pola-pola intitusional normal.
5. Struktu-struktur reintegrasi yang fungsinya mengembalikan
kecenderungan-kecenderungan untuk menyimpang kearah yang normal.
6. Pelembagaan kekuatan dan paksaan ke dalam sektor-sektor tertentu sistem
(39)
2.3. Lembaga Sosial
Istilah lembaga berasal dari kata institution yang menunjuk pada pengertian tentang sesuatu yang telah mapan (established). Dalam pengertian sosiologis, lembaga dapat dilukiskan sebagai suatu organ yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Menurut R. M. Mac. Iver lembaga merupakan bentuk-bentuk atau kondisi prosedur yang mapan, yang menjadi karakteristik bagi aktifitas kelompok. Kelompok yang melaksanakan patokan tersebut, disebut asosiasi. Lembaga mencakup berbagai aspek yaitu, kebiasaan, tata kelakuan, norma atau kaidah hukum.( dalam Abdulsyani, 2007:76).
Menurut Soejono Soekanto (1982, dalam Abdulsyani, 2007:77), bahwa tumbuhnya lembaga sosial oleh karena manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan, maka dirumuskan norma-norma dalam masyarakat. Mula-mula norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja, namun lama-kelamaan norma itu dibuat secara sadar. Dalam sosiologi ada empat tingkatan dalam proses pelembagaan, pertama: cara (usage) yang menunjuk pada suatu perbuatan. Kedua: cara (folkways), yaitu perbuatan yang selalu berulang-ulang dalam setiap usaha mencapai tujuan tertentu. Ketiga: apabila kebiasaan itu kemudian diterima sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak, maka didalamnya sudah terdapat unsur pengawas, dan jika terjadi penyimpangan, pelakunyaakan dikenakan sanksi. Keempat: tata kelakuan yang semakin kuat yang mencerminkan kekuatan pola kelakuan masyarakat yang mengikat para anggotanya, tata kelakukan semacam ini disebut adat-istiadat (custom).
Menurut H.M. Johnson (1960, dalam Abdulsyani, 2007:78), bahwa suatu norma terlembaga (institutionalized) dalam suatu sistem sosial tertentu, apabila dipenuhi paling sedikit tiga syarat yakni:
1. Bagian terbesar dari warga suatu sistem sosial menerima norma tersebut. 2. Norma tersebut telah menjiwai bagian terbesar warga-warga sistem sosial
tersebut.
3. Norma tersebut bersanksi.
Lembaga kemasyarakatan merupakan kumpulan norma-norma sosial yang dianggap dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai pola kemsyarakatan yang berlaku. Dalam hal ini perilaku seseorang secara nyata ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, sedikitnya tidak berlaku atau dianggap suatu perbuatan yang sekunder. Keberlakuan suatu lembaga kemasyarakatan biasanya ditentukan oleh faktor kepentingan umum, seperti kepentingan kesejahteraan bersama, gotong-royong dan berbagai keputusan sosial lainnya.
Proses pelembagaan yang bertaraf paling tinggi dalam kehidupan masyarakat adalah sampai suatu norma atau patokan berperilaku atau adat-istiadat telah mendarah daging (internalized). Hal ini berarti anggota masyarakat dengan sendirinya melakukan sesuatu yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
(40)
masyarakat. Misalnya norma kesusilaan secara nurani anggota masyarakat selalu menghindari perbuatan yang melanggar kesopanan dan hukum.
Menurut Soejono Soekanto, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang terutama menyangkut kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan.
2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control), yaitu artinya suatu sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya. Menurut Gillin and Gillin, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa ciri umum, yaitu:
1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pada pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujudmelalui aktifitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri semua lembaga kemasyarakatan.
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu atau beberapa tujuan tertentu. 4. Lembaga kemasyarakatn mempunyai alat-alat perlengkapan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri yang khas dari lembaga kemasyarakatan
6. Suatu lembaga kemasyarakatan, mempunyai suatu tradisi yang tertulis ataupun yang tidak tertulis. (dalam Soerjono Soekanto, 1969: 91).
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksplanasi survei.
Format eksplanasi dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel
terhadap populasi atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu
variabel dengan variabel lainnya. Penelitian eksplanasi memiliki kredibilitas
untuk mengukur, menguji hubungan sebab akibat dari dua atau beberapa variabel
dengan menggunakan analisis statistik inferensial. Dalam ekplanasi survei
diwajibkan membangun hipotesis penelitian dan mengujinya. (Burhan Bungin,
2005:46).
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian survei adalah untuk dapat
mengambil sampel dari keseluruhan populasi yang diteliti dengan cara
menyebarkan kuesioner dengan tujuan untuk mencari hubungan, perbedaan dan
pengaruh dari satu variabel ke variabel lainnya.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo
Utara, Kabupaten Tanah Datar. Alasan peneliti memillih lokasi ini karena terdapat
jumlah kelompok Simpan Pinjam Perempuan yang banyak dijumpai, Kecamatan
Lintau Buo Utara terdapat 64 kelompok Simpan Pinjam Perempuan, dan
(42)
jumlah kelompok Simpan Pinjam Perempuan di daerah ini peneliti menjadi
tertarik untuk melihat sejauh mana fungsi dari Program Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) tersebut dalam meningkatkan ekonomi keluarga.
3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti ( Bailey,
1994:83 dalam Bambang dan Lina, 2005:119). Dalam penelitian ini yang menjadi
populasinya adalah seluruh anggota Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
yang ada di Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara, dengan
karakteristik: 1) Telah merasakan manfaat menjadi anggota kelompok Simpan
Pinjam Perempuan, 2) Memanfaatkan dana perguliran Simpan Pinjam Perempuan
minimal dalam 5 kali perguliran, 3) dan masih aktif dalam keanggotaan kelompok
Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Anggota yang sesuai dengan karakteristik
tersebut berjumlah 327 orang.
3.3.2 Teknik Penarikan Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, sampel harus
dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri (
Bailey, 1994:83 dalam Bambang dan Lina 2005:119). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah populasi yang terdapat pada kelompok Simpan Pinjam
Perempuan Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara. Indikator
populasi ini adalah masyarakat yang telah merasakan manfaat menjadi angota
kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP), memanfaatkan dana Simpan Pinjam
(43)
keanggotaan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik acak berlapis (Stratified Random Sampling). Teknik penarikan sampel acak berlapis apabila dalam melaksanakan suatu penelitian
populasi yang dimiliki tidak memiliki sifat homogen, tetapi heterogen, yaitu
karakteristik populasi akan diteliti bervariasi (dalam Bambang dan Lina
2005:129). Melalui Teknik acak berlapis proporsional adalah cara pengambilan
sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampel yang sesuai dengan
ukuran unit sampel. ( M. Arif Nasution, 2008:104).
Di Nagari Tanjuang Bonai terdapat 32 kelompok Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) dengan jumlah 748 orang, 16 kelompok diantaranya merupakan
kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang telah didanai oleh Unit
Pelaksana Kegiatan (UPK) Lintau Buo Utara minimal 5 kali perguliran, dengan
jumlah angggota adalah 342 orang, ini merupakan kelompok yang sesuai dengan
kriteria untuk dijadikan sebagai populasi.
Untuk mengetahui jumlah sampel dari populasi yang ada, peneliti
menggunakan rumus menurut Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat
kepercayaan 90% (Bungin, 2009:105), yaitu:
Ket:
n : Jumlah sampel yang dicari
(44)
d : Nilai presisi
dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 327 orang dan batasan kesalahan
yang diinginkan ialah 10%, maka diperoleh hasil:
=
=
=
=
= 77,37
= 77 (dibulatkan menjadi 77 responden)
Jadi sampel yang diperoleh adalah 76,68 atau 77 sampel penelitian. Jadi
sampel yang diambil dari populasi anggota Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di
(45)
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun data penelitian yang akan digunakan pada teknik pengumpulan
data dibagi menjadi dua bagian, yakni data primer dan data sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian melalui observasi, wawancara, dan kuesioner.
3.4.1.1 Observasi
Yaitu pengamatan secara langsung kepada objek yang diteliti guna untuk
melihat kondisi anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP).
3.4.1.2 Kuesioner
Yaitu menyebarkan kuesioner dengan menggunakan pertanyaan setengah
terbuka kepada anggota kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP), pertanyaan
setengah terbuka yaitu dengan penggabungan pertanyaan tertutup dan terbuka,
sehingga responden mudah dalam menjawab pertanyaan yang ada, responden bisa
memilih jawaban yang telah disediakan, jika jawabannya tidak sesuai dengan
pilihan yang ada maka responden bisa membuat sendiri sesuai dengan apa yang ia
ketahui.
3.4.1.3 Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data), kepada
(46)
perekam (tape recorder). teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak terbiasa membaca dan menulis, termasuk anak-anak,
wawancara juga dapat dilakukan melalui telepon.
4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan seperti
mengambil informasi data anggota kelompok dari kantor Unit Pelaksana Kegiatan
(UPK), Peraturan dan penggunaan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP), buku
referensi, jurnal, dokumentasi, internet, dan media massa yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
3.5. Analisis Data
Tujuan dari analisis data ini adalah untuk menyederhanakan, sehingga
mudah ditafsirkan. Dalam penelitian ini menggunakan metoda statistik inferensial,
adalah semata-mata teknik atau alat yang dipakai dalam membuktikan kebenaran
teori probabilita yang umumnya dipakai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.
Dengan teknik korelasi tunggal product moment melalui bantuan SPSS dapat
(47)
3.6. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Pra Observasi √
2 ACC Judul √
3 Penyusunan Proposal √ √ √ √
4 Seminar Proposal √
5 Revisi Proposal √ √
6 Penelitian Lapangan √ √ √
7 Pengumpulan dan
Intepretasi Data
√ √ √
8 Bimbingan Skripsi √ √
9 Penulisan Laporan √ √ √
10 Sidang Meja Hijau √ √
3.7. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan bagi peneliti adalah
dengan menggunakan metode penelitian kuntitatif, terutama dalam penentuan
hipotesis dan variabel, peneliti belum terlalu mengetahui hal tersebut, sehingga
peneliti harus lebih banyak belajar kembali. Selain itu dalam proses penyusunan
skripsi ini, peneliti sangat dibatasi oleh waktu, sehingga peneliti harus cepat
dalam hal apapun, keadaan yang dibatasi oleh waktu ini menjadi momok
(48)
Disisi lain lokasi penelitian berjarak ribuan kilo dari lingkungan kampus,
jarak yang jauh ini sebetulnya peneliti harus membutuhkan waktu yang lama dan
(49)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Deskripsi Wilayah Nagari Tanjuang Bonai
Penelitian ini dilakukan di Nagari Tanjuang Bonai, Kecamatan Lintau Buo
Utara Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Dari seluruh nagari yang ada di
Kecamatan Lintau Buo Utara, Tanjuang Bonai merupakan salah satu nagari yang
memiliki wilayah terluas dibandingkan dengan nagari lainnya. Luas wilayahnya
mencapai 86,3 km, yang terdiri dari 28 Jorong, ketinggian dari permukaan laut
1.500 M dpl, jarak dari Ibukota Kecamatan adalah 1 km, jarak dari kabupaten
adalah 30 km, dan jarak dari provinsi adalah 130 km. Tanjuang Bonai memiliki
tanah kering sebanyak 5.428 ha, dan hutan seluas 3.751 ha.
4.2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk nagari Tanjuang Bonai berdasarkan Data Base Nagari
Tanjuang Bonai tahun 2012 adalah: jumlah kepala keluarga sebanyak 3.416 KK,
dengan total penduduk seluruhnya adalah 11.627 jiwa, yang terdiri dari laki-laki
berjumlah 5.635 jiwa, dan perempuan 5.992 jiwa. Jumlah KK pra sejahtera 574
KK, serta rumah tidak layak huni sebanyak 114 buah.
4.2.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Penduduk Nagari Tanjuang Bonai berjumlah 11.627 jiwa, dimana jumlah
paling banyak ditempati oleh usia produktif yaitu dari 15 sampai dengan 56 tahun
sebanyak 7.401 jiwa, terbanyak kedua adalah usia 7 sampai dengan 15 tahun
(50)
tahun sebanyak 1.239 jiwa, terbanyak keempat adalah lanjut usia yaitu usia 56
tahun keatas sebanyak 649 jiwa, terbanyak kelima adalah bayi yaitu usia 0 sampai
dengan 12 bulan sebanyak 322 jiwa, dan penduduk yang paling sedikit adalah usia
5 sampai dengan 7 tahun. Adapun komposisi penduduk Nagari Tanjuang Bonai
berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Nagari Tanjuang Bonai Berdasarkan Usia
Usia Penduduk Jumlah
0 – 12 bulan 322 jiwa
1 - 5 tahun 1.239 jiwa
5 - 7 tahun 237 jiwa
7 – 15 tahun 1.782 jiwa
15 – 56 tahun 7.401 jiwa
56 tahun keatas 649 jiwa
Jumlah 11.627 jiwa
Sumber: Data Base Nagari Tanjuang Bonai Tahun 2012
4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Penduduk Nagari Tanjuang Bonai paling banyak adalah Tamatan Sekolah
Dasar yaitu sebanyak 2.259 orang, kedua adalah Tamat SLTA sebayak 1561
orang, ketiga adalah Tamat SLTP sebanyak 1.543 orang, keempat adalah tidak
tamat Sekolah Dasar sebanyak 942 orang, kelima adalah buta huruf sebanyak 241
orang, keenam adalah S-1 sebanyak 98 orang, ketujuh adalah D-1 sebanyak 28
(51)
12 orang, dan S-2 1 orang serta S-3 1 orang. Adapun komposisi penduduk Nagari
Tanjuang Bonai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Nagari Tanjuang Bonai Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah penduduk Persentase
1 Buta huruf 241 orang 3,59
2 Tidak tamat Sekolah Dasar 942 orang 14,04
3 Tamat Sekolah Dasar 2.259 orang 33,69
4 Tamat SLTP 1.543 orang 23,01
5 Tamat SLTA 1.561 orang 23,28
6 Tamat D-1 28 orang 0,41
7 Tamat D-2 19 orang 0,28
8 Tamat D-3 12 orang 0,17
9 S-1 98 orang 1,46
10 S-2 1 orang 0,01
11 S-3 1 orang 0,01
Total 6.705 orang 100 %
(52)
4.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan jumlah Persentase
1 Buruh tani 766 orang
2 Petani 2.890 orang
3 Pedagang 35 orang
4 Tukang kayu / tukang batu 176 orang
5 Tukang jahit / tenun / border 62 orang
6 Swasta 12 orang
7 Pegawai swasta 184 orang
8 Wiraswasta 5 orang
9 Pegawai Negeri Sipil 202 orang
10 TNI dan POLRI 9 orang
11 Perbengkelan 11 orang
Jumlah 4.352 orang
4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Sarana dan Prasarana
Sebagai suatu wilayah pemerintahan Nagari Tanjuang Bonai tentu
memerlukan sarana dan prasarana yang cukup untuk mendukung segala aktifitas
pemerintahan maupun masyarakat dalam wilayah tersebut. Adapun sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Nagari Tanjuang Bonai dapat dilihat penjabarannya
(53)
4.2.4.1 Sarana Perekonomian
Penduduk Nagari Tanjuang Bonai memiliki sarana perekonomian yang
beragam, namun, karena mayoritas perekonomian bertumpu pada pertanian maka
segala sarana perekonomian yang mendukung bertani terlihat lebih menonjol,
seperti banyaknya jumlah ternak sapi atau kerbau yaitu 1.913 ekor yang
digunakan untuk membajak sawah, kedua persawahan seluas 1753 ha, ketiga
kolam ikan sebanyak 992 buah, keempat perkebunan 125 ha dan sarana
perekonomian lainnya, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Sarana Perekonomian Nagari Tanjuang Bonai
No Sarana Perekonomian Jumlah
1 Toko bahan bangunan 3 buah
2 Toko / kedai kelontongan 8 buah
3 Toko onderdil kendaraan bermotor 4 buah
4 Toko alat tulis / fotokopi 2 buah
5 Warung internet 3 buah
6 Bengkel mobil 5 buah
7 Bengkel sepeda motor 4 buah
8 Heler 21 buah
9 Usaha batu bata 9 buah
10 Usaha perabot rumah tangga 6 buah
11 Kedai nasi 6 buah
12 Kedai minuman 10 buah
13 Penjahit / border / tenun 39 buah
(54)
15 Kolam ikan 992 buah
16 Persawahan 1.753 ha
17 Perkebunan 125 ha
18 Koperasi 2 buah
19 Pasar nagari 1 buah
20 Pertambangan 1 buah
21 Irigasi 16 buah
22 SPP 32 kelompok
23 Kelompok tani peternak 10 buah
Sumber: Data Base Nagari Tanjuang Bonai Tahun 2012
4.2.4.2 Sarana Pemerintahan Nagari
Nagari Tanjuang Bonai memiliki kantor Wali Nagari dan Kerapatan Adat
Nagari (KAN) sebanyak 1 buah, dan kantor kepala jorong sebanyak 26 buah, jadi
jumlah kantor pemerintahan di nagari Tanjuang Bonai berjumlah 27 buah kantor.
Seperti yanng terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Sarana Pemerintahan Nagari Tanjuang Bonai
No Sarana Pemerintahan Nagari Jumlah
1 Kantor Wali Nagari dan KAN 1 buah
2 Kantor kepala jorong 26 buah
Total 27 buah
(55)
4.2.4.3 Sarana Sosial dan Budaya
Nagari Tanjuang Bonai mempunyai berbagai sarana sosial dan budaya,
seperti yang terlihat dari tabel berikut:
Tabel 4.6
Sarana Sosial dan Budaya Nagari Tanjuang Bonai No Sarana Sosial dan Budaya Jumlah
1 Masjid 14 buah
2 Surau 31 buah
3 PAUD 12 buah
4 TK 6 buah
5 SD 6 buah
6 SLTP 2 buah
7 SLTA 2 buah
8 Panti Asuhan 1 buah
9 Poskesri 1 buah
10 Pustu 1 buah
11 Lapangan bola kaki 4 buah
12 Lapangan bola volley 15 buah
13 Sanggar kesenian 1 buah
14 Tari randai 2 grup
15 Talempong 2 grup
16 Selawat dulang 1 grup
17 Majelis Taklim 23 buah
18 Mubaligh / khatib 37 orang
(56)
4.3 Deskripsi Pengelolaan Dana Bergulir
Nagari Tanjuang Bonai sebagai bagian dari wilayah Indonesia ikut
mengaplikasikan Program pembangunan dari pemerintah pusat, seperti Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan yang dimulai pada tahun
2007, dimana keluaran programnya adalah :
1. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumah Tangga Miskin (RTM),
kelompok perempuan dan kelompok masyarakat adat mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan / pengawasan sampai dengan pelestarian.
2. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa.
3. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
pembangunan partisipatif yang berwawasan lingkungan.
4. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan bagi
masyarakat
5. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan
sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM
6. Terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa dalam pengelolaan
pembangunan
7. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerjasama para pemangku
kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan pedesaan.
Dana bergulir adalah seluruh dana program dan bersifat pinjaman dari
(57)
masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-kelompok masyarakat. Sasaran
jenis kelompok dalam kegiatan dana bergulir adalah:
1. Kelompok Simpan Pinjam (KSP): adalah kelompok yang mempunyai
kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman dengan prioritas kelompok
yang mempunyai anggota RTM.
2. Kelompok Usaha Bersama (KUB): adalah kelompok yang mempunyai
kegiatan usaha yang dikelola secara bersama oleh anggota
kelompok, dengan prioritas kelompok yang mempunyai anggota RTM.
Dalam memberikan dukungan terhadap PNPM Mandiri Perdesaan yang
mempunyai tujuan percepatan penanggulangan kemiskinan maka kegiatan
pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu kegiatan yang memberikan
kemudahan bagi Rumah Tangga Miskin (RTM) untuk mendapatkan permodalan
dalam bentuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Simpan Pinjam
Perempuan (SPP) merupakan suatu sub kegiatan dari Lembaga Unit Pelaksana
Kegiatan (UPK).
Di Nagari Tanjuang Bonai terdapat 32 kelompok Simpan Pinjam
(58)
Tabel 4.7
Kelompok Simpan Pinjam Perempuan Nagari Tanjuang Bonai
No Nama Jorong Nama Kelompok SPP Jumlah Anggota Perguliran
1 Tanjuang Tangah Sakura 1 11 5
2 Tanjuang Tangah Sakura 2 14 4
3 Tanjuang Bonai Central Citra 37 5
4 Kayu Marantiang Persaudaraan 23 6
5 Batu Papuru Cempaka Putih 31 6
6 Guguak Sikabu Cobra 21 5
7 Guguak Sikabu Hidayah 13 4
8 Tanah Badabui Tunas Muda 12 5
9 Bumbun Air Hikmah Subuh 20 6
10 Bukik Annisa 20 5
11 Ranah Kodok Ubudiyah 118 7
12 Gunuang Ledang Hikayah 25 3
13 Padang Laweh Sederhana 12 5
14 Padang Laweh Ngarai Indah 15 5
15 Situgar Majelis Taklim 69 6
16 Situgar Pedagang Kecil 22 7
17 Lakuak gadang Miftahul Jannah 12 3
18 Koto Mukhlisin Koto 1 19 7
19 Koto Mukhlisin Koto 2 15 3
20 Piubuh Suka Damai 23 4
21 Piubuh Al-ikhlas 20 3
22 Tanjuang Modang Annisa 19 5
23 Tanjuang Modang Tetonia Organik 12 4
(59)
25 Tanjuang Modang Alhidayah 1 13 6
26 Koto Niu Saiyo 30 4
27 Koto Niu Muwafikunnisa 20 3
28 Tabek Akiang Aisyah 26 4
29 Korong Nan IV Rosela 10 2
30 Duek PKK Duek 20 4
31 Tanjuang Kaciak Mawar 13 3
32 Sembayan Kelompok Aneka Usaha 20 1
Total 748 orang
Sumber: Data lapangan, Juni 2014.
4.3.1 Mekanisme Pengelolaan Dana
Mekanisme pengelolaan merupakan tahapan-tahapan yang harus
diterapkan dalam pengelolaan dana bergulir mulai dari perencanaan sampai
dengan pertanggungjawaban. Akses dana bergulir mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan akses dana BLM hal ini didasari oleh beberapa kondisi
diantaranya: sifat kepemilikan dana oleh masyarakat, model kompetisi antar
kelompok peminjam bukan antar kegiatan, kelembagaan yang terlibat dengan
mekanisme hubungan langsung antara kelompok peminjam dan UPK, dan
kebutuhan pola perguliran yang sesuai. Perbedaan karakteristik tersebut tidak
diperbolehkan bertentangan dengan tujuan, prinsip, ketentuan dasar program,
(60)
1. Kelembagaan pengelola
Kelembagaan pengelola dana bergulir yang harus ada paling tidak sebagai berikut:
1. Badan Kerjasama Antar Nagari (BKAN)
BKAN merupakan lembaga tertinggi dalam pengambilan keputusan
pengelolaan dana bergulir di tingkat kecamatan melalui MAN.
2. Unit Pengelola Kegiatan (UPK)
Lembaga yang dibentuk oleh BKAN atau MAN untuk mengelola
kegiatan dan bergulir.
3. Tim Verifikasi (TV)
TV adalah lembaga yang bertugas untuk melakukan verifikasi proposal
usulan kelompok yang akan didanai. Tim ini dibentuk dan ditentukan
melalui MAN dan BKAN.
4. Badan Pengawas UPK (BP-UPK)
BP-UPK adalah lembaga yang dibentuk BKAN atau MAN untuk
melakukan monitoring, supervisi dan pengawasan kepada UPK.
5. Tim Penyelamat Aset dan Penyehatan Pinjaman
Tim Penyehatan Pinjaman dibentuk untuk mendorong pelestarian dan
pengembangan dana bergulir melalui penyehatan pinjaman
(61)
melakukan penyehatan pinjaman melalui pola-pola penyelesaian yang
sesuai dengan kondisi pinjaman bermasalah dan permasalahan
kelompok. Tim ini dibentuk oleh BKAN atau MAN.
Alur Tahapan Kerja Tim Penyelamat Aset dan Penyehatan Pinjaman
Camat mendapatkan laporan tertulis dan data dari prasarana bermasalah
dan kredit macet dari UPK, kemudian camat dan UPK serta PJOK melakukan
rapat koordinasi dengan tim serta Wali Nagari tempat kredit macet terjadi,
kemudian menentukan jadwal kunjungan lapangan atau penagihan kredit macet.
Jika tidak berhasil tertagih maka dilakukan pengumpulan data dan berkas, dan
selanjutnya dibawa ke ranah hukum, seperti pengadilan atau kepolisian. Namun
jika berhasil tertagih, maka dana dan kelompok diserahkan ke UPK untuk dibina
kembali.
2. Ketentuan Pendanaan
Ketentuan pengelolaan mengacu pada AD/ART, aturan perguliran dan
SOP UPK yang telah di sepakati. Ketentuan pendanaan dalam pengelolaan dana
bergulir minimal harus memuat hal-hal berikut:
1. Dana perguliran UEP dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan UEP
dan SPP. Sedangkan dana perguliran SPP hanya digunakan untuk
pendanaan kegiatan SPP.
(62)
3. Kelompok yang didanai meliputi: kelompok Simpan Pinjam dan
Kelompok Usaha Bersama, Kelompok Aneka Usaha dengan pemanfaat
RTM.
4. Kelompok peminjam dana bergulir harus mempunyai kategori
kelompok berkembang atau siap.
5. Kegiatan verifikasi dilakukan sesuai dengan jenis kelompok.
6. Adanya perjanjian pinjaman antara UPK dan kelompok.
7. Jadwal angsuran disesuaikan dengan fungsi kelompok (kelompok
penyalur atau kelompok pengelola) dan siklus usahanya.
8. Pembebanan jasa pinjaman sesuai dengan bunga pasar pinjaman
diwilayah masing-masing.
9. Kelompok dapat diberikan IPTW sebagai stimulan.
3. Tahapan Pengelolaan
Tahapan pengelolaan mengacu pada mekanisme pendanaan dana bergulir
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pengajuan usulan pinjaman kelompok
Kelompok membuat usulan dan pengajuan usulan kepada UPK sesuai
(63)
2) Evaluasi singkat usulan pinjaman oleh UPK
UPK melakukan evaluasi singkat tentang latar belakang kelompok,
kondisi kelompok saat ini, riwayat pinjaman kelompok kepada UPK,
rencana usaha dan rencana penggunaan dana pinjaman. Evaluasi singkat
ini disampaikan bersama dengan usulan kelompok kepada tim verifikasi
3) Verifikasi oleh Tim Verifikasi
Tim Verifikasi melakukan verifikasi usulan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh BKAN atau MAN.
4) Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan dilakukan oleh tim yang telah ditetapkan oleh
BKAN dan MAN dan sesuai dengan pendanaan yang telah ditetapkan oleh
BKAN dan MAN.
4.3.2 Fungsi Kelompok
Sasaran fungsi kelompok dalam melayani pemanfaat dana bergulir
dibedakan menjadi:
1. Kelompok Chanelling (penyalur) adalah kelompok yang hanya menyalurkan pinjaman dari UPK kepada pemanfaat tanpa mengubah
persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan oleh UPK.
2. Kelompok Executing (pengelola) adalah kelompok yang mengelola pinjaman dari UPK secara mandiri sesuai dengan ketentuan yang
(64)
ditetapkan oleh kelompok, selanjutnya memberikan pelayanan kepada
pemanfaat sesuai dengan kesepakatan antara kelompok dan pemanfaat.
4.3.3 Kelembagaan UPK
1) UPK merupakan pengelola dana bergulir yang berasal dari program (PPK,
PNPM-PPK dan PNPM Mandiri Pedesaan) dengan mekanisme sesuai
dengan BKAN atau MAN yang mengacu pada tujuan dan prinsip program.
2) Pengurus UPK adalah masyarakat yang telah dipilih dan terlibat secara
langsung bertanggungjawab dalam pelaksanaan operasional sehari-hari.
3) Dalam pengelolaan dana bergulir UPK, didukung oleh lembaga
pendukung paling tidak oleh Tim Verifikasi dan Badan Pengawas-UPK
dengan ketentuan kelembagaan operasional diatur dalam AD-ART BKAN.
Pendanaan operasional bersifat pendanaan dukungan tugas bukan bersifat
insentif yang bersifat tetap setiap bulan. (Penjelasan X Pengelolaan Dana
Bergulir: 8).
Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Nagari Tanjuang Bonai
sebelum mendapatkan dana dari UPK harus membuat suatu kelompok, dimana
dalam kelompok tersebut mempunyai simpanan pokok dan simpanan wajib yang
telah disepakati oleh semua anggota. Setelah kelompok berjalan selama satu
tahun, baru kelompok tersebut bisa mengajukan permohonan kepada UPK untuk
diberikan dana pinjaman, karena dana yang diperoleh dari simpanan pokok dan
simpanan wajib tidak cukup untuk dipinjamkan kepada anggota. Setelah
kelompok mengajukan proposal untuk diberikan dana bantuan oleh UPK, maka
(65)
Tim Verifikasi melihat kondisi kelompok, seperti kualitas pengurus, kualitas
pemersatu, kualitas Administrasi, tingkat kepercayaan pengurus kepada anggota,
dan tingkat kepercayaan anggota kepada pengurus. Kemudian Tim verifikasi akan
menyampaikan hasil rekomendasi verifikasi di Forum Musyawarah Antar Nagari
(FMAN), Forum Musyawarah Antar Nagari adalah kumpulan dari 6 (enam)
perwakilan Nagari yang ada dikecamatan Lintau Buo Utara. Musyawarah Antar
Nagari prioritas dan langsung melaksanakan penetapan dan pendanaan diwaktu
yang bersamaan, hasil musyawarah penetapan dan pendanaan tersebut menjadi
dasar oleh UPK untuk mengalokasikan pinjaman kepada setiap kelompok. Jika
suatu kelompok SPP didanai maka UPK akan memberikan binaan terhadap
kelompok tersebut.
Dana UPK kecamatan Lintau Buo Utara untuk Simpan Pinjam Perempuan
(SPP) tahun 2014 ini adalah 3 Milyar rupiah yang di gulirkan kembali ke
kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang masih ingin didanai oleh UPK ,
dan saat ini UPK tidak menambah jumlah dana untuk SPP lagi karena dana 3
Milyar tersebut dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap kelompok yang
mengajukan permohonan, namun dana yang akan diterima UPK kembali
digunakan untuk peningkatan kapasitas kelompok perempuan
Ketentuan Pengelolaan Dana Perguliran Unit Pelaksana Kegiatan (UPK)
Kecamatan Lintau Buo Utara
1. Bunga pinjaman yang dibayarkan oleh kelompok kepada UPK adalah 18
(66)
2. Besarnya bunga pinjaman yang di bayarkan anggota kepada kelompok
ditentukan oleh kesepakatan masing-masing kelompok sesuai dengan
kesepakatan semua anggota kelompok. Biasanya kelompok meminta 20 %
atau 18 % mendatar kepada anggota.
3. 50 % dari jasa pinjaman kembali menjadi modal kelompok.
4. 15 % dari jasa pinjaman digunakan untuk dana operasional kelompok.
5. 10 % dari jasa pinjaman digunakan untuk honorer pengurus atau intensif
yang diberikan satu kali dalam satu tahun pada saat tutup buku.
6. 15 % dari jasa pinjaman dibagi sama rata untuk seluruh anggota
kelompok.
7. 10 % dari jasa pinjaman untuk Insentif Pengembalian Tepat Waktu
(IPTW).
4.3.4 Ketentuan Dasar
Pengelolaan kegiatan dana bergulir dilakukan mengarah pada pelestarian dan
pengembangan dana bergulir dengan ketentuan dasar sebagai berikut:
1. Pelestarian kegiatan dana bergulir
Pelestarian penyediaan dana permodalan bagi usaha mikro adalah upaya
yang mengarah pada pengembangan dana bergulir untuk permodalan
usaha mikro pada wilayah program. Penyediaan dana permodalan tersebut
merupakan kebutuhan prioritas masing-masing wilayah pada saat
(67)
dengan prioritas kebutuhan masyarakat. Penyediaan dana bergulir tersebut
merupakan hak masyarakat yang berdomisili pada wilayah program
sehingga dalam upaya pelestarian dana bergulir tidak diperkenankan
memindahkan hak pelayanan kepada masyarakat ke luar lokasi wilayah.
Bentuk kegiatan dana bergulir adalah tetap menyediakan dana permodalan
bagi pelaku usaha mikro di masyarakat bukan menggunakan dana untuk
menjalankan suatu usaha pada sektor riil sehingga dalam upaya pelestarian
dana bergulir tidak diperkenankan untuk mendanai kegiatan sektor riil
yang dijalankan oleh UPK.
2. Kemudahan akses pendanaan usaha bagi Rumah Tangga Miskin
Kemudahan akses pendanaan bagi usaha mikro yang dilakukan oleh RTM
yang tidak mempunyai akses langsung pada lembaga keuangan formal
maupun informal.
3. Pelestarian prinsip pengelolaan
Prinsip-prinsip pengelolaan dana bergulir harus tetap mengacu pada
prinsip PNPM-Mandiri Perdesaan.
4. Pelestarian Kelembagaan
Pengelolaan dana bergulir usaha mikro harus tetap menggunakan
ketentuan kelembagaan yang ada sesuai dengan ketentuan PNPM-Mandiri
Perdesaan seperti: UPK, kelompok peminjam (bukan peminjam secara
individu), tim verifikasi, dan sebagainya.
(68)
Dalam pengelolaan dana bergulir usaha mikro harus tetap memperhatikan
pengembangan kelompok yang mempunyai anggota Rumah Tangga
Miskin (RTM). Misalnya memberikan kesempatan kepada kelompok
untuk menambah permodalan melalui pembagian keuntungan UPK
dengan Insentif Pengembalian Tepat Waktu (IPTW).
4.3.5 Kategori Kelompok
Kategori kelompok sasaran kegiatan dana bergulir adalah kategori
kelompok pemanfaat berdasarkan:
1. Kategori Faktor Pemersatu (faktor pengikat) kelompok
Kelompok berdasarkan faktor pemersatu kelompok dibedakan menjadi:
1) Kegiatan Ekonomi, adalah kelompok terbentuk dengan alat pemersatu
kegiatan ekonomi, misalnya mengelola usaha secara bersama.
2) Kegiatan Kemasyarakatan, adalah kelompok terbentuk dengan alat
pemersatu kegiatan sosial atau kemasyarakatan, misalnya kegiatan
arisan, pengajian, kebaktian dan lain sebagainya.
3) Geografis atau Wilayah, adalah kelompok yang terbentuk dengan alat
pemersatu yaitu lokasi geografis.
2. Kategori Jenis Kelompok
Pembedaan jenis kelompok berdasarkan kegiatan usaha kelompok yang
(69)
1) Kelompok Aneka Usaha, adalah kelompok pelaku usaha yang
usahanya dikelola secara individu masing-masing dan tergabung
sebagai kelompok pemanfaat BLM dan dana bergulir. Misalnya
kelompok usaha disekitar pasar.
2) Kelompok Usaha Bersama (KUB), adalah kelompok pelaku usaha
yang mengelola usaha dalam satu manajemen atau pengelolaan.
Misalnya kelompok peternak sapi dan kelompok pengrajin.
3) Kelompok Simpan Pinjam (KSP), adalah kelompok yang mempunyai
kegiatan simpanan dan pinjaman. Kelompok ini dibedakan menjadi
(70)
BAGAN II
STRUKTUR ORGANISASI PNPM – MP KEC, LINTAU BUO UTARA KAB. TANAH DATAR
BKAN
Yulizar Imelda Zulvi Anova, SE Ketua Sekretaris Bendahara
CAMAT
Drs. Herison
FASILITATOR KECAMATAN
FK FT M. Anshor, SE M. Masruri, ST
UPK BP-UPK Tim Verifikasi
Dedi Effendi Ketua
Yuliany Faoriza, SP Sekretaris Abdillah Mulyadi Staf Administrasi Yusnaini Bendahara Yudatul Putri
M. Dt. Pdk. Sinaro
Andrizal, B. Sc
Arief Chandra, SE
PJOK Rosnely
Wali Nagari Tanjung Bonai
Wali Nagari B. Bulek
Wali Nagari Tepi Selo
Wali Nagari Lubuak Jantan
Pendamping Lokal Mendra Yanim Kader PJAK Diasmalinar, S.Sos Koor Jorong Masyarakat
(1)
9. Apakah pelatihan dari Lembaga SPP membantu dalam kelancaran usaha Ibu?
a. Sangat membantu b. Membantu
c. Tidak membantu d. Sangat tidak membantu
e. Dll, (sebutkan)...
10.Bagaimana proses mendapatkan pinjaman dari SPP? a. Sangat sulit
b. Sulit
c. Mudah
d. Sangat Mudah
e. Dll, (sebutkan)... Peningkatan Ekonomi Keluarga
1. Apa pekerjaan suami Ibu? a. Petani
b. Pedagang c. Tukang d. PNS
e. dll, (sebutkan)... 2. Apa pekerjaan Ibu?
a. Ibu rumah tangga b. Petani
c. Pedagang d. PNS
(2)
3. Siapa yang menjadi tulang punggung keluarga? a. Suami
b. Diri sendiri c. Anak d. Menantu
e. Dll, (sebutkan)... 4. Jika anak ikut bekerja, pekerjaan apa yang dilakukan?
a. Membantu pekerjaan sang Ibu b. Membantu pekerjaan sang ayah c. Bekerja dengan orang lain d. Mengerjakan pekerjaan rumah
e. Dll, (sebutkan)...
5. Sebelum menjadi anggota SPP berapa penghasilan keluarga dalam setiap bulan?
a. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 b. Rp 1.100.000 – Rp 2.000.000 c. Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000 d.Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000
e. Dll, (sebutkan)...
6. Apakah penghasilan selama ini mencukupi kebutuhan keluarga? a. Sangat mencukupi
b. Mencukupi c. Tidak mencukupi
d. Sangat tidak mencukupi
(3)
7. Apakah menurut Ibu kehadiran Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) membantu dalam mengatasi masalah keuangan?
a. Sangat membantu b. Membantu
c. Tidak membantu d. Sangat tidak membantu
e. Dll, (sebutkan)...
8. Dengan modal dari SPP berapa pendapatan keluarga dalam sebulan? a. Rp 500.000 – Rp 1.000.000
b. Rp 1.100.000 – Rp 2.000.000 c. Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000 d.Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000
e. Dll, (sebutkan)...
9. Berapa biaya kebutuhan sehari–hari dalam satu bulan? a. Rp 500.000 – Rp 1.000.000
b. Rp 1.100.000 – Rp 2.000.000 c. Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000 d.Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000
e. Dll, (sebutkan)...
10.Berapa jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga?
a. 2 orang b. 3 orang c. 4 orang d. 5 orang
(4)
11.Berapa jumlah orang atau anak yang masih dibiayai pendidikannya? a. 1 orang
b. 2 orang c. 3 orang d. Tidak ada
e. Dll, (sebutkan)...
12.Berapa uang yang dikeluarkan untuk sekolah anak setiap bulan? a. Rp 100.000
b. Rp 100.000 – Rp 150.000 c. Rp 200.000 – Rp 250.000 d. Rp 250.000
e. Dll, (sebutkan)... 13.Tabungan / jenis kekayaan yang dimiliki
a. Kendaraan b. Hewan ternak c. Ladang / sawah d. Tabungan uang
e. Dll, (sebutkan)...
14.Sebelum ada lembaga SPP, ketika kesulitan keuangan, apa yang Ibu lakukan?
a. Meminjam kepada tetangga b. Meminjam kepada Bank
c. Menggadaikan benda berharga kepada tetangga d. Menjual benda berharga
(5)
15.Sebelum ada lembaga SPP, kepada siapa Ibu meminjam uang? a. Tetangga
b. Pihak Bank c. Asuransi d. Koperasi
e. Dll, (sebutkan)... 16.Berasal dari mana sumber air minum keluarga?
a. Sumur b. Sungai c. Air hujan d. PDAM
e. Dll, (sebutkan)...
17.Apa bahan bakar yang digunakan dalam memasak? a. Kayu bakar
b. Minyak tanah c. Gas LPG d. Batubara
e. Dll, (sebutkan)... 18.Jenis kepemilikan rumah
a. Milik orangtua b. Milik sendiri c. Milik orang lain d. kontrak
(6)
19. Cara penggunaan dana SPP? a. Individu
b. Kelompok
c. Gabungan dari beberapa orang
d. Dll, (sebutkan)... Wawancara pihak Lembaga Simpan Pinjam Perempuan 1. Sejak kapan berdirinya Lembaga Simpan Pinjam Perempuan? 2. Apa tujuan dari Lembaga SPP?
3. Apakah pengelola dari SPP ini merupakan pelaku atauanggota dari SPP?
4. Berapa jumlah dana yang dikeluarkan oleh Lembaga SPP setiap tahunnya?
5. Berapa jumlah dana Lembaga SPP sekarang?
6. Apa masalah yang dihadapi oleh Lembaga SPP saat ini? 7. Bagaimana cara perekrutan pengelola dari SPP?
8. Bagaimana alur tahap pencairan dana SPP?
9. Siapa saja orang atau lembaga yang terlibat dalam proses pencairan
dana SPP?
10. Apakah ada potongan dana untuk Lembaga SPP?
11. Siapa saja orang atau lembaga yang ada dalam Lembaga SPP, dan apa fungsi dari mereka tersebut?