Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

(1)

Skripsi

EFEKTIVITAS SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN

(SPP) PNPM MANDIRI PERDESAAN DI DESA TIGALINGGA

KECAMATAN TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI

Oleh :

Decy Christien Lumban Tobing

090903056

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

ABSTRAK

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah pedesaan. Salah satu jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi dan penambahan permodalan simpan pinjam terutama bagi kelompok usaha perempuan yang sering disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).

Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga karena desa ini memiliki jumlah kelompok SPP yang cukup banyak dan jumlah alokasi dana SPP yang cukup besar. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana keberhasilan pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga dalam mencapai tujuannya dengan waktu yang telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 13 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah berhasil mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga dinilai telah efektif karena telah berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan waktu yang ditentukan serta memberikan manfaat bagi masyarakat terutama anggotanya dan telah memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

Kata kunci : Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), Efektivitas, Pengentasan Kemiskinan


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas keselamatan dan kasih karunia yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada program studi Adminitrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini dapat berjalan dengan lancar berkat bantuan yang telah diberikan oleh banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan, dan juga bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen pembimbing atas ketulusan dan

kerendahan hati mencurahkan ilmu pengetahuan dan kesabarannya dalam membimbing penulis serta memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Fisip USU

Bapak Drs. Muhammad Husni Thamrin M.Si dan Ibu Dra. Elita Dewi M.SP, atas segala dedikasi dan bimbingannya.

3. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, M.SP sebagai dosen penguji saya. Terima kasih telah meluangkan waktu dan bimbingannya sehingga skripsi saya dinyatakan telah lulus.


(4)

4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisip USU, terima kasih atas segalanya dan atas semua dedikasi yang telah diberikan, serta seluruh karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Kak Dian dan Kak Mega atas segala keikhlasan, kemudahan birokrasi, dan keramahannya.

5. Kedua orang tua saya, Ir. Berton Edward Lumban Tobing, M.Si dan Roria

Panggabean, BA, atas segala pengertiannya, kasih sayang yang begitu melimpah, doa yang tak henti-hentinya mengiringi, dan dukungan yang tulus yang menjadi motivasi dan kekuatan bagi penulis untuk mengerjakan semua proses perkuliahan hingga sampai tahap ini. I love you dad, I love you mom!

6. Saudara dan saudariku tersayang, Novietta Tobing, Soni Tobing, Eva

Sitompul, Mahalia Silitonga, juga Putra Simorangkir atas doa, semangat, serta dukungannya. Terima kasih atas segala bantuan kalian. I love you, papoys!

7. Sahabat dan wanita-wanita cantik Administrasi Negara 2009, Sri Amelia

Girsang, Febrianti Manihuruk, Nurul Hidayah, Ulfa Purba, Sortauli Purba, dan Nur Fitri Lubis yang sudah berbagi suka duka, membantu, mengajari, dan menemani selama masa-masa perkuliahan. Terima kasih atas segala kebaikanmu.

8. Pria-pria tampan Administrasi Negara 2009, Syahprizal Tambunan, Benny

Sianturi, Bontor Tambunan, Mianhot Pandiangan, Rio Tambunan, Suheri Siregar, Jaka Panggabean, Widodo Sihotang, Doly Parman, Waldy Aritonang, Nikolas Sitompul, dan Tri Rahmat Putra yang telah


(5)

memberikan semangat dan banyak membantu selama masa-masa perkuliahan.

9. Guru-guru Sekolah Minggu GMI Jemaat Kanaan Medan Selatan, Miss

Minstyn, Miss Tika, Miss Carla, Miss Tiwi, Sir Wesly, Sir David, Mam Kitty, dan Mam Pandia yang selalu menyemangati penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan semangat yang telah diberikan.

10.Ibu Elly Novita Dewi Ginting selaku Fasilitator Kecamatan, Bapak

Mariono selaku Penanggung jawab Operasional Kecamatan, Kakak Yessi Pinem selaku Bendahara Unit Pengelola Kegiatan, Ibu Ernita Barus selaku Anggota Tim Verifikasi, serta Bapak Riduan Meliala selaku Kepala Desa Tigalingga dan seluruh ibu-ibu anggota kelompok SPP Desa Tigalingga yang telah meluangkan waktu untuk saya. Terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya.

11.Kepada Tulang Todo Panggabean dan Nantulang , Tulang Togos

Panggabean dan Nantulang, serta adik Febriyanti, Yoga, Joseph, Kezia dan Rahel yang sudah membantu dan menemani saya selama meneliti di Sidikalang. Terima kasih atas waktu dan segala bantuan yang telah diberikan dalam proses wawancara peneliti.

12.Sahabat-sahabat sepanjang masa, Veronica Sitompul, Grace Simanjuntak,

Margaretha Simanjuntak, Prisquila Sembiring, Anna Tarigan, Henny Sibagariang, Widya Sirait, dan Elfa Siahaan atas semangat-semangat yang sudah diberikan serta doa-doanya.


(6)

13.Seluruh kawan-kawan Administrasi Negara 2009 yang tidak dapat saya disebutkan satu-persatu, para senior, dan juga junior Administrasi Negara.

14.Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas semua kerjasamanya, semoga kita diberi umur panjang sehingga suatu saat kita berjumpa lagi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 11

1.3 Rumusan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas ... 15

2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 15

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ... 18

2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.2.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 22

2.2.3 Strategi Pemberdayaan ... 23

2.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ... 24

2.3.1 Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.3.2 Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.3.3 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan ... 26

2.3.4 Komponen PNPM Mandiri Perdesaan ... 28

2.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan ... 29


(8)

2.4 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) ... 30

2.4.1 Tujuan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 30

2.4.2 Prinsip Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 31

2.4.3 Pendanaan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan ... 31

2.4.4 Syarat Kelompok Penerima Manfaat ... 32

2.4.5 Tahapan Pengajuan Proposal ... 33

2.4.6 Peraturan Pinjaman ... 34

2.4.7 Sanksi dan Denda ... 35

2.5 Defenisi Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Informan Penelitian ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Teknik Analisis Data ... 41

3.6 Penerapan Metode Penelitian di Lapangan ... 43

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Tigalingga ... 45

4.1.1 Letak Geografis ... 45

4.1.2 Luas Wilayah ... 45

4.2 Kondisi Demografi ... 47

4.2.1 Jumlah Penduduk ... 47

4.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 47

4.2.3 Kondisi Sosial Budaya ... 48

4.3 Sarana dan Prasarana ... 49

4.4 Organisasi Pemerintahan Desa ... 49

4.5 Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan ... 50

4.5.1 Pelaku di Pedesaan ... 50

4.5.2 Pelaku di Kecamatan ... 53

4.6 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Desa Tigalingga ... 56

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Penyajian Data ... 64


(9)

5.1.1 Karakteristik Informan ... 64 5.1.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 66 5.1.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 66 5.1.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan

Pendidikan ... 67

5.1.2 Hasil Wawancara Efektivitas Simpan Pinjam

Kelompok Perempuan di Desa Tigalingga ... 68 5.2 Analisis Data ... 86

5.2.1 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Pencapaian Tujuan ... 86 5.2.2 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Ketepatan Waktu ... 91 5.2.3 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Manfaat Yang Diperoleh ... 94 5.2.4 Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan di Desa Tigalingga Berdasarkan

Hasil Yang Dicapai ... 99 BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

6.1 Kesimpulan ... 101 6.2 Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA ... x LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan Kecamatan Tigalingga Tahun

Anggaran 2012-2013 ... 9

Tabel 4.1 Luas Wilayah Dusun di Desa Tigalingga ... 45

Tabel 4.2 Luas Lahan Menurut Peruntukannya di Desa Tigalingga ... 46

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 48

Tabel 4.5 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 57

Tabel 4.6 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 57

Tabel 4.7 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 58

Tabel 4.8 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 58

Tabel 4.9 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 59

Tabel 4.10 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 59

Tabel 4.11 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 60

Tabel 4.12 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 60

Tabel 4.13 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 61

Tabel 4.14 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 61

Tabel 4.15 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 62

Tabel 4.16 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 62

Tabel 4.17 Nama Anggota dan Besar Pinjaman ... 63

Tabel 5.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 5.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 67


(11)

ABSTRAK

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah pedesaan. Salah satu jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi dan penambahan permodalan simpan pinjam terutama bagi kelompok usaha perempuan yang sering disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).

Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga karena desa ini memiliki jumlah kelompok SPP yang cukup banyak dan jumlah alokasi dana SPP yang cukup besar. Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana keberhasilan pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga dalam mencapai tujuannya dengan waktu yang telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dengan lebih mendalam. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 2 orang informan kunci, 13 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah berhasil mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha. Kegiatan SPP di Desa Tigalingga dinilai telah efektif karena telah berjalan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan waktu yang ditentukan serta memberikan manfaat bagi masyarakat terutama anggotanya dan telah memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

Kata kunci : Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP), Efektivitas, Pengentasan Kemiskinan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia (Suharto, 2006).

Di Indonesia, program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini telah memberikan perhatian yang besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Contohnya seperti Inpres desa tertinggal, pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT), Raskin, kompensasi BBM, pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, gerakan terpadu pengentasan kemiskinan, dan program lainnya. Namun, dari berbagai program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya dan belum efektif menanggulangi kemiskinan. Menurut Ritonga, pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk


(13)

pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan dan memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Faktor kedua adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal (http://www.duniaesai.com/direktori/esai/37-ekonomi/114-mengapa-kemiskinan-di-indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.html di akses pada tanggal 12/04/2013).

Oleh sebab itu, upaya pemerintah mengurangi kemiskinan terus menerus dilakukan, dan kini yang sedang dikembangkan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat untuk masyarakat miskin perkotaan dan juga pedesaan yang telah dilaksanakan hampir pada seluruh wilayah Indonesia yaitu Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan (Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, 2011).

Menurut program ini, akar permasalahan kemiskinan terletak pada manusia itu sendiri sehingga upaya penanggulangannya pun harus


(14)

menitikberatkan pada pemberdayaan manusia itu sendiri, yaitu mendorong manusia agar dapat menemukan kembali jati dirinya sebagai pengelola alam semesta. Dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri, presiden mengharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena program itu langsung dari usulan masyarakat, sehingga lebih tepat, lebih baik, dan tidak ada kebocoran. Dengan melibatkan dan memikirkan tentang masalah kemiskinan, diharapkan masyarakat sendiri secara tepat akan membantu mengatasi masalah kemiskinan serta lebih mandiri dan mempunyai kekuatan (power) dalam memberdayakan kehidupan mereka.

PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan (RIS PNPM) yang ditujukan untuk peningkatan akses masyarakat miskin di perdesaan terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan, PNPM Mandiri Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM Mandiri PISEW) yang merupakan bagian dari PNPM inti yang ditujukan untuk mengatasi ketimpangan antar wilayah melalui Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat, PNPM Mandiri Perkotaan yang ditujukan untuk pengembangan pemberdayaan masyarakat di perkotaan, serta PNPM Mandiri Perdesaan yang merupakan program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di daerah pedesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang selama ini berhasil dilaksanakan. Keberhasilan PPK tersebut adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi,dan efektivitas kegiatan dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat.


(15)

Selama pelaksanaan PPK (PPK I, PPK II, PPK III dan PNPM PPK) sejak 1998-2007, program pemberdayaan masyarakat terbesar ini telah menjangkau lebih dari separuh desa termiskin di tanah air. Pada tahun 2007, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan menjangkau 26.724 desa dari 1.837 kecamatan di 32 provinsi. Pada 2010, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan meliputi 4.805 kecamatan di 32 provinsi. Dan pada 2012, berdasarkan ancar-ancar Daftar Lokasi dan Alokasi BLM PNPM Mandiri TA 2012, pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan meliputi 5.146 kecamatan di 32 provinsi (Paket Informasi PNPM Mandiri 2012-2013).

Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat atau kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan, dan pinjaman dari Bank Dunia. PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana langsung dari pusat (APBN) dan daerah (APBD) yang disalurkan ke rekening kolektif desa di kecamatan. Masyarakat desa dapat mempergunakan dana tersebut sebagai hibah


(16)

untuk membangun sarana dan prasarana penunjang produktivitas desa, pinjaman bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.

Program PNPM Mandiri Perdesaan bukan hanya berkisar pada individu yang miskin tapi juga menganggarkan untuk infrastruktur seperti jalan desa dan program fisik lainnya agar akses masyarakat bisa lebih mudah dan dapat terjangkau dengan baik. Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan secara garis besar terbagi dalam lima jenis kegiatan, yaitu kegiatan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) dan kegiatan peningkatan kapasitas Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Salah satu jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas dan ketrampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal dan penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan yang sering disebut Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP).

Proses pembangunan akan berjalan optimal jika berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat dengan memperhatikan kesetaraan gender. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pembangunan milenium (MDGs) di Indonesia yakni mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Permasalahan gender sebenarnya bertumpu pada ketidaksetaraan dan ketidakadian peran dan beban antara laki-laki dengan perempuan, dimana peranan perempuan agak dikesampingkan sehingga mereka tidak dapat menyalurkan potensi yang mereka miliki terutama untuk peningkatan taraf hidup mereka sehingga menghambat proses pembangunan yang berakhir pada kemiskinan. Selama ini yang terjadi


(17)

adalah kondisi sosial yang sangat menonjolkan peran laki-laki. Laki-laki dianggap kaum yang derajatnya lebih tinggi dari pada perempuan, sehingga laki-laki memiliki hak yang lebih besar baik dalam mengatur rumah tangga, memperoleh pendidikan, mengeluarkan pendapat, maupun dalam pengambilan keputusan. Hal ini tentunya menyebabkan perempuan menjadi kaum marjinal yang selalu terpinggir dan tergusur.

Menurut Yunus, perempuan miskin terbukti lebih cepat menyesuaikan diri dan jauh lebih baik dalam proses membangun kemandirian ketimbang laki-laki. Perempuan miskin memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk membebaskan diri dan keluarganya dari kemiskinan. Ketika mendapat penghasilan, prioritas pertama perempuan adalah menyiapkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak dan rumah tangganya. Sebaliknya, laki-laki cenderung memprioritaskan segala sesuatu untuk dirinya. Jadi salah satu cara untuk mencapai pembangunan yang baik dalam pengentasan kemiskinan adalah dengan memberdayakan perempuan dan adanya kesetaraan peranan dan beban antara laki-laki dengan perempuan dalam segala aspek kehidupan. Menurut Yunus, salah satunya adalah dengan pemberian kredit mikro bagi perempuan miskin. (http://ayahaan.wordpress.com/2009/05/23/surat-untuk-wakil-rakyat/)

SPP merupakan pinjaman modal usaha tanpa agunan dalam bentuk perguliran dengan kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman melalui pembentukan kelompok perempuan. SPP memberikan fasilitas kredit yang mudah untuk perkembangan UMKM dengan memfokuskan pada pemberdayaan perempuan. SPP memperoleh alokasi dana maksimal 25% dari total dana BLM kecamatan yang merupakan dana kedua terbesar setelah kegiatan infrastruktur.


(18)

Tidak ada batasan alokasi maksimal per desa, namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok. Selain itu dana atau modal usaha yang diperuntukan dan dapat di akses oleh kelompok SPP adalah dana bergulir yaitu dana pinjaman yang telah dikelola dari dana BLM sebelumnya.

SPP sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan akses bantuan pinjaman dana dengan jasa pengembalian (bunga) dan proses pencairan yang mudah. Caranya cukup dengan membentuk kelompok yang terdiri dari kaum perempuan yang memiliki rencana untuk pengembangan usaha serta menunjukan identitas yang bersangkutan berupa KTP atau surat keterangan domisili dan mengisi formulir yang sudah disiapkan dalam bentuk proposal pinjaman. Setelah dilakukan verifikasi oleh tim yang ditentukan dan ditetapkan melalui forum Musyawah Antar Kecamatan (MAD), maka dana tersebut sudah bisa dicairkan. Satu kelompok minimal terdiri dari sepuluh orang anggota yang mana nantinya pinjaman tersebut akan dibagikan kepada masing-masing anggota. Pengembalian pinjaman tersebut dilakukan setiap bulan selama satu tahun ditambah dengan bunga pinjaman menurun. Keharusan individu berkelompok dengan individu yang lainnya dalam melakukan kegiatan SPP menyebabkan terciptanya mekanisme kontrol antara anggota satu dengan anggota lainnya dalam sebuah kelompok.

Kabupaten Dairi termasuk dalam daerah yang memperoleh dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan. Sejak dimulai dari tahun 2007, PNPM-MP telah mendanai sembilan kecamatan di Kabupaten Dairi yaitu Kecamatan Sumbul, Tigalingga, Siempat Nempu, Silima Pungga-Pungga, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Gunung Sitember, dan Pegagan Hilir. Tahun 2012, masing-masing memperoleh Rp 3 miliar per kecamatan, kecuali Kecamatan Tanah Pinem


(19)

hanya Rp 900 juta, dengan total Rp 24,9 miliar (Daftar Lokasi dan Alokasi Dana PNPM TA 2012).

Menurut Kepala Bidang Pembinaan Kehidupan Masyarakat yang juga Penanggung Jawab Operasional Kabupaten PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Dairi, Patiur Gurning, secara umum pelaksanaan program PNPM di Kabupaten Dairi berjalan baik dan peran serta masyarakat cukup tinggi. Kehadiran program PNPM di Kabupaten Dairi telah membawa perubahan kepada masyarakat dan sangat membantu ekonomi warga, menuju kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Begitu juga dengan perkembangan SPP di Kabupaten Dairi saat ini yang dinilai sudah cukup baik. Hal itu terbukti dengan meningkatnya jumlah dana setiap tahun yang digulirkan kepada anggota kelompok. Secara umum SPP tersebut digunakan untuk kebutuhan pertanian dan pengembangan industri rumah tangga (home industry). Gurning menjelaskan, bahwa berdasarkan hasil pantauan selama ini, SPP telah membawa perubahan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Terutama seperti yang sudah dikembangkan kelompok perempuan di Desa Sumbul Tengah Kecamatan Tigalingga yaitu kerajinan tangan (menenun) Ulos Karo. Usaha ini sudah berkembang sehingga telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga anggota kelompok SPP itu sendiri. (Harian Medan Bisnis, 26 April 2012 http://www.medanbisnisdaily.com diakses pada 12/04/2013).

Kecamatan Tigalingga merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi dengan realisasi dan perkembangan kegiatan sejak adanya PNPM Mandiri Perdesaan yang berjalan dengan baik atas dukungan masyarakat desa yang ada di Kecamatan Tigalingga serta dukungan Aparat Pemerintahan. Hal


(20)

ini terlihat dari antusiasnya masyarakat dalam berpartisipasi dalam segala tahapan, baik tahapan perencanaan maupun pada tahapan pelaksanaan. Untuk Kecamatan Tigalingga, tingkat perkembangan SPP dari tahun ke tahun semakin berkembang. Sejak tahun 2007 Kecamatan Tigalingga memiliki 11 kelompok SPP. Pada tahun 2011, terdapat 57 kelompok SPP di Kecamatan Tigalingga. Pada tahun 2012, kelompok SPP meningkat lagi menjadi 96 kelompok. Dan pada tahun 2013, tercatat sebanyak 105 kelompok SPP dengan penambahan kelompok baru dan juga kelompok lama yang sudah dua kali bahkan lima kali periode peminjaman dari kegiatan SPP. (Laporan Pertanggungjawaban Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, 2012).

Tabel 1.1 Perkembangan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan Kecamatan Tigalingga Tahun Anggaran 2012-2013

No Nama Desa

2012 2013

Jumlah Kelompok Alokasi Pinjaman (Rp) Jumlah Kelompok Alokasi Pinjaman (Rp)

1 Bertungen Julu 6 260.000.000 5 240.000.000

2 Juma Gerat 4 148.000.000 3 138.000.000

3 Lau Bagot 9 419.000.000 6 339.000.000

4 Lau Mil 2 100.000.000 6 180.000.000

5 Lau Molgap 8 280.000.000 9 405.000.000

6 Lau Pakpak 14 510.000.000 11 477.000.000

7 Lau Sireme 8 405.000.000 9 401.000.000

8 Palding 5 288.000.000 5 304.500.000

9 Palding Jaya Sumbul 8 410.000.000 8 356.000.000

10 Sarintonu 9 278.000.000 14 568.000.000

11 Sukandebi 5 162.000.000 8 267.000.000

12 Sumbul Tengah 2 151.000.000 2 171.000.000

13 Tiga Lingga 12 713.000.000 13 876.000.000

14 Ujung Teran 4 140.000.000 6 326.000.000

Jumlah 96 4.264.000.000 105 5.048.500.000 Sumber : Laporan Unit Pengelola Kegiatan Kecamatan Tigalingga Tahun


(21)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan desa dengan jumlah kelompok SPP yang tergolong tinggi dan mengalami peningkatan. Selain itu, Desa Tigalingga juga menerima alokasi pinjaman yang terbesar dibandingkan dengan desa lainnya dan mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013. Dapat dilihat bahwa Desa Tigalingga merupakan desa dengan kegiatan SPP yang terus meningkat dan berkembang secara signifikan jika dibandingkan dengan desa lainnya. Peningkatan jumlah kelompok SPP menunjukkan adanya partisipasi masyarakat Desa Tigalingga dalam PNPM Mandiri Perdesaan khususnya kegiatan SPP. Partisipasi ini menunjukkan adanya kemauan masyarakat terutama perempuan di Desa Tigalingga untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya melalui kegiatan simpan pinjam. Selain itu, besarnya alokasi pinjaman yang diberikan kepada anggota kelompok SPP yang ada di Desa Tigalingga menunjukkan bahwa kegiatan simpan pinjam sangat diminati oleh masyarakat Desa Tigalingga terutama perempuan.

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Kegiatan SPP memiliki tujuan mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha, memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui pendanaan modal usaha, dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan. Pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam kelompok Perempuan PNPM Mandiri dinilai efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat tercapai dengan waktu yang telah ditentukan dan memberikan manfaat dan hasil yang baik bagi masyarakat khususnya pada kehidupan anggota kelompok SPP itu sendiri. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa pentingnya


(22)

mengetahui efektifitas Simpan Pinjam Perempuan PNPM Mandiri Pedesaaan di Desa Tigalingga. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian

yang berjudul “Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP)

PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

1.2 Fokus Masalah

Penelitian memiliki fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti melakukan fokus masalah yang akan diteliti karena begitu banyak teori dalam ilmu sosial dengan persepsi yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan fokus masalah agar menjadi acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan dari kegiatan Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) yang telah dilakukan di Desa Tigalingga. Kegiatan SPP dinilai efektif atau tidak dilihat dari pencapaian tujuan, ketepatan waktu, manfaat dari program yang dilaksanakan, dan dari hasil yang telah dicapai. Peneliti akan mencoba melihat sejauh mana SPP memberikan kesempatan kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya dan mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan di Desa Tigalingga.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah


(23)

“Bagaimana Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi?”

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas Simpan Pinjam kelompok Perempuan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal

pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan

kerangka berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah.

3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa pada

khususnya sebagai bahan referensi yang tertarik dalam bidang kajian ini.

4. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ataupun saran bagi

masyarakat dan pemerintah desa yang sedang mendapat bantuan PNPM Mandiri, terutama kegiatan Simpan Pinjam kelompok Perempuan.


(24)

1.6 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan judul penelitian dan definisi konsep yang diperlukan peneliti Bab III : Metode Penelitian

Bab ini memuat alasan menggunakan metode kualitatif, lokasi penelitian, teknik pengambilan subjek penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data yang dingunakan, pengujian keabsahan data, jadwal waktu dan tahap pelaksanaan penelitian, dan implementasi metode penelitian

Bab IV : Temuan Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian yang ditemukan di lapangan

Bab V : Analisis Temuan Penelitian

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi serta hasil dianalisanya


(25)

Bab VI : Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli. Menurut Handayaningrat (1983) efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Sigit (2003), bahwa efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan organisasi dapat tercapai.

Pendapat ini sesuai dengan pendapat Mahsun (2006), yang mengatakan bahwa efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

Sementara itu, menurut Richard M. Steers (1980), efektivitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya. Pernyataan Steers menegaskan bahwa efektivitas adalah tujuan akhir dari suatu organisasi. Organisasi-organisasi yang rasional, akan mengarahkan segala tindakannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan ditetapkan oleh organisasi. Bila suatu tujuan dan sasaran dapat


(27)

tercapai tepat pada waktunya, maka program tersebut dikatakan efektif. Namun sebaliknya, bila tujuan dan sasaran tidak dapat tercapai tepat pada waktunya, maka program tersebut dikatakan tidak efektif.

Bila dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Hani Handoko (1993) mengatakan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas. Ukuran ini tidak mempertimbangkan berapa biaya, tenaga dan waktu yang digunakan dalam memberikan pelayanan, tetapi lebih menitikberatkan pada tercapainya tujuan organisasi pelayanan publik.

Bila ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk berbagai kegiatan (Siagian, 1992). Dari pendapat Siagian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian kegiatan tersebut tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dan suatu kegiatan dikatakan tidak efektif apabila penyelesaian atau penacapaian tujuan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selanjutnya bila ditinjau dari aspek manfaat, maka Steers (Zainun, 1991) mendefenisikan efektivitas sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu keuntungan manfaat dalam organisasi dengan segala cara. Ia menekankan bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh organisasi, maka organisasi itu semakin efektif.


(28)

Dengan demikian suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut memberikan manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

Bila ditinjau dari hasil yang dicapai, Sarwito (1987) mengatakan bahwa efektivitas sebagai sesuatu yang berhasil guna yaitu pelayanan baik atau mutu dan kegunaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Secara rinci dapat dikatakan bahwa aktivitas seseorang atau organisasi dikatakan efektif apabila aktivitas atau perbuatan tersebut menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki atau direncanakan.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat empat unsur dalam efektivitas, yaitu :

1. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila

penyelesaian atau pencapaian tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Manfaat, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut memberikan manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

4. Hasil, yaitu adanya hasil dari program yang telah terlaksana sesuai dengan harapan masyarakat.


(29)

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. Adapun pendekatan terhadap efektivitas adalah (Putra, 2001) :

1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.


(30)

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancer dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

4. Pendekatan Integratif (Integrative Approach)

Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan diatas yang muncul sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing pendekatan.

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan dan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai (Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, 2012).


(31)

Margono Slamet (2000) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa hingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya tanpa adanya kesan bahwa perkembangan itu adalah hasil kekuatan eksternal, masyarakat harus dijadikan subjek bukan objek.

Menurut Suharto (2006), pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan dalam: (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Mereka adalah kelompok yang pada umumnya kurang memiliki keberdayaan. Oleh karena itu, untuk melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi:

1. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender,

maupun etnis.

2. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja,

penyandang cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.

3. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah


(32)

4. Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan.

Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) pihak yang diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi (Kartasamita, 1996).

Kartasasmita juga menyebutkan bahwa terdapat tiga sisi dalam upaya memberdayakan masyarakat, yaitu:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang penting dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar.


(33)

3. Melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

2.2.2 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, menurut Kartasamita (1996) pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:

1. Upaya harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.

2. Program harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh

masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.

3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri


(34)

dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Oleh karena itu pendekatan kelompok ini adalah paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.

2.2.3 Strategi Pemberdayaan

Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, Suharto (2006) mengatakan terdapat lima strategi pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu:

1. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.

2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok

lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat


(35)

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

2.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat di perdesaan. Dalam pelaksanaannya, program ini memprioritaskan kegiatan bidang infrastruktur desa, pengelolaan dana bergulir bagi kelompok perempuan, kegiatan pendidikan, dan kesehatan bagi masyarakat di wilayah perdesaan. Program ini dikembangkan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998 yang selama ini dinilai berhasil (Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, 2012).


(36)

Program pendukung PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari:

1. PNPM Generasi

2. PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan

3. PNPM Mandiri RESPEK (Papua)

4. PNPM Mandiri BKPG (Aceh)

5. PNPM Integrasi/P2SPP

6. PNPM Mandiri Respek Pertanian

7. PNPM Mandiri Pasca Bencana

8. PNPM Mandiri Pasca Krisis

2.3.1 Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan

2. Pelembagaan system pembangunan partisipatif

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah local

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan

ekonomi masyarakat.

2.3.2 Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Di dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012) dijelaskan bahwa PNPM Mandiri memiliki dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan umum dan


(37)

tujuan khusus. Berdasarkan pedoman tersebut, dapat ditarik bahwa tujuan umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di Perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Sedangkan tujuan khususnya meliputi:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumberdaya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

pengelolaan pembangunan partisipatif.

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang

diprioritaskan oleh masyarakat.

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa.

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan pedesaan. 2.3.3 Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012), PNPM Mandiri mempunyai prinsip yang selalu menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri. Prinsip PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari Prinsip-Prinsip PPK ditambah dengan beberapa prinsip lain yang merupakan


(38)

penekanan terhadap prinsip-prinsip yang telah ada dan dilakukan sebelumnya dalam PPK atau PNPM PPK. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

1. Bertumpu pada Pembangunan Manusia. Setiap kegiatan diarahkan untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

2. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk

berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral

dan kewilayahan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat, sesuai dengan kapasitasnya.

4. Berorientasi pada Masyarakat Miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan,

harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

5. Partisipasi/Pelibatan Masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.

6. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan

secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang


(39)

sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legasl maupun administratif.

9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan

kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

2.3.4 Komponen PNPM Mandiri Perdesaan

Di dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012) disebutkan bahwa dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan terdapat komponen-komponen kegiatan yang merupakan unsur utama yang harus ada di dalam setiap program PNPM Mandiri Perdesaan. Komponen-komponen tersebut adalah :

1. Pengembangan Masyarakat. Serangkaian kegiatan untuk membangun

kesadaran kritis masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil.


(40)

2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Berbentuk dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang telah direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin.

3. Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal Serangkaian kegiatan

untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal atau pemangku kepentingan lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menjalani kehidupannya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya.

4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program. Komponen bantuan

pengelolaan dan pengembangan program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.

2.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri (2012), pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat meliputi:

1. Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan permukiman,

sosial, dan ekonomi secara padat karya;

2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro


(41)

yang lebih besar perlu diberikan bagi kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini;

3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs;

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal melalui

penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik.

2.4 Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 2.4.1 Tujuan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Di dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan (2011) dijelaskan bahwa kegiatan SPP memiliki dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun kedua tujuan tersebut adalah:

1. Tujuan Umum

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja.

2. Tujuan Khusus

a. Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha.

b. Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah

tangga melalui pendanaan modal usaha.


(42)

2.4.2 Prinsip Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Prinsip Simpan Pinjam kelompok Perempuan merupakan acuan dalam setiap pola tindakan dan kebijakan bagi pelaksanaan kegiatan SPP. Adapun yang menjadi prinsip SPP adalah (Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan, 2011) :

1. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat

mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.

2. Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok

yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam pengelolaan simpan dan pengelolaan pinjam.

3. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang

professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.

4. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi

pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

5. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus

dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. 2.4.3 Pendanaan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan

Di dalam pelaksanaan kegiatan SPP, terdapat dua sumber pendanaan yang diterima oleh SPP. Pendanaan tersebut antara lain (Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri, 2012) :

1. Bantuan Langsung Mandiri (BLM). SPP memperoleh alokasi dana


(43)

2. Dana bergulir. Merupakan dana yang berasal dari dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan yang telah dikembalikan ke UPK sebagai pengelola dan digulirkan kembali ke masyarakat. Dana perguliran SPP hanya dapat digunakan untuk pendanaan kegiatan SPP.

2.4.4 Syarat Kelompok Penerima Manfaat

Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh kelompok perempuan yang ingin menerima manfaat dana pinjaman dari SPP. Di dalam Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri (2012) dijelaskan bahwa syarat-syarat kelompok tersebut adalah:

1. Kelompok beranggotakan seluruhnya perempuan.

2. Kelompok sudah berumur 1 tahun dan memiliki pengalaman mengelola

simpan pinjam minimal 1 tahun dan berpotensi untuk berkembang.

3. Kelompok telah memiliki kepengurusan yang jelas (Ketua, Sekretaris,

Bendahara dan Anggota)

4. Kelompok telah melaksanakan pertemuan rutin minimal sekali dalam satu

bulan.

5. Kelompok telah memiliki aturan kelompok secara tertulis (Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga)

6. Kelompok beranggotakan minimal 7 orang penerima manfaat dan

maksimal 20 orang

7. Kelompok tidak memiliki anggota yang tumpang tindih dengan anggota


(44)

8. Kelompok tidak beranggotakan hanya keluarga dekat seperti nenek, ibu, putri, menantu, dll.

2.4.5 Tahapan Pengajuan Proposal

Untuk mengajukan proposal pinjaman, kelompok perempuan harus melalui tahapan-tahapan yang telah diterapkan dalam mekanisme pelaksanaan SPP dengan ketentuan sebagai berikut (Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri, 2012) :

1. Kelompok calon penerima manfaat mengajukan proposal pinjaman ke

UPK yang diketahui dan disetujui oleh Kepala Desa, dengan melampirkan: a. Surat permohonan kredit.

b. Daftar pengurus dan anggota kelompok

c. Rekapitulasi data peminjam dan besar pinjaman yang diajukan

d. Rencana angsuran kelompok

e. Aturan-aturan kelompok atau AD/ART

f. Surat pernyataan kesediaan anggota kelompok tanggung renteng

g. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas lain yang masih

berlaku.

h. Foto copy Rekening tabungan kelompok jika ada.

2. Setelah proposal tersedia sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka usulan kelompok diverifikasi oleh Tim Verifikasi sesuai tahapan verifikasi (Mengacu pada SOP Tim Verifikasi)

3. Setelah proses Verifikasi selesai maka BKAD menggelar MAD Perguliran

yang dihadiri oleh unsur pemerintah desa, unsur lembaga desa, BKAD, BP-UPK, TV dan unsur kelompok pengusul.


(45)

4. Kelompok yang lolos verifikasi berhak mengikuti MAD untuk dibuat perangkingan dikaitkan dengan daftar tunggu kelompok

5. Kelompok yang tidak lolos verifikasi, mendapatkan pembinaan dan

penguatan untuk kemudian mengambil kesempatan ikut MAD berikutnya

6. Dalam MAD itu, kelompok lama yang baik (tidak menunggak),

mendapatkan prioritas dibandingkan kelompok baru, dan juga dirangkingkan diantara mereka

7. BKAD mengajukan ke Camat untuk menerbitkan Surat Penetapan Camat

2.4.6 Peraturan Pinjaman

Pada dasarnya besar pinjaman kelompok disesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha yang dilakukan oleh kelompok atau anggota serta kemampuan untuk mengembalikan pinjaman. Akan tetapi agar tidak lari dari sifat dan prinsip pengelolaan perguliran dana SPP ditentukan aturan sebagai berikut (Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri, 2012) :

1. Besar pinjaman kelompok baru ditetapkan maksimal Rp. 30.000.000,-

2. Besar pinjaman kedua dapat dilakukan sesudah pinjaman pertama telah

lunas, besar pinjaman kedua disesuaikan dengan kebutuhan kelompok.

3. Besaran pinjaman anggota juga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

anggota untuk melunasi pinjaman, akan tetapi agar tidak lari dari sifat dan prinsip pengelolaan perguliran dana maka ditetapkan pinjaman anggota kelompok maksimal Rp 10.000.000,-

4. Jangka waktu pinjaman maksimal 12 bulan


(46)

Angsuran pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok penerima manfaat dengan salah satu pola berikut :

1. Angsuran Pokok dan Bunga setiap bulan

2. Angsuran Pokok per dua bulan dan Bunga per bulan

3. Angsuran Pokok per tiga bulan dan Bunga per bulan

4. Angsuran Pokok per empat bulan dan Bunga per bulan

5. Angsuran Pokok per enam bulan dan Bunga per bulan

Pengembalian atau penyetoran pinjaman (Pokok + Bunga) ke UPK dilakukan secara kolektif. Pengembalian pinjaman dibayarkan pemanfaat kepada pengurus kelompok (atau yang ditunjuk) untuk disetorkan kepada UPK melalui bendahara UPK. Jangka waktu pengembalian pinjaman adalah maksimal 12 bulan atau kurang sejak tanggal penerimaan dana.

2.4.7 Sanksi dan Denda

Di dalam Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok Perempuan PNPM Mandiri (2012) dijelaskan beberapa sanksi dan denda bagi kelompok maupun anggota kelompok yang tidak mematuhi peraturan yang telah diatur di dalam SPP. Adapun sanksi dan denda tersebut adalah:

1. Bagi kelompok anggota yang pengembaliannya kurang dari 100 % maka

kelompok atau anggota tersebut tidak berhak untuk mendapatkan perguliran berikutnya.

2. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengembalian pinjaman sebagaimana

pasal 12 diatas, maka akan dikenakan denda sebesarnya 0,5 % perbulan dari pokok pinjaman.


(47)

3. Bagi kelompok atau anggota yang menungak lebih dari 6 kali angsuran maka kelompok atau anggota tersebut harus memberikan jaminan fisik yang nilainya sesuai dengan nilai tunggakan pinjaman, yang disertai dengan surat pernyataan penyerahan jaminan.

2.5 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995). Konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diopservasi, dan juga memungkinkan peneliti untuk mengomunikasikan hasil-hasil penelitian (Suyanto, 2008). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut :

1. Efektivitas adalah keberhasilan suatu program untuk dapat melaksanakan

seluruh kegiatan atau aktivitasnya dalam rangka mencapai sasaran atau tujuan awal yang telah ditentukan sebelumnya.

2. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/

meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.

3. PNPM Mandiri Perdesaan adalah kebijakan atau program yang

dikeluarkan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang dikhususkan kepada masyarakat perdesaan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif.


(48)

4. Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian modal usaha berupa simpan pinjam untuk kelompok perempuan dengan tujuan untuk mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha dan memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangganya melalui pendanaan modal usaha.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi (2002) metode deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta yang telah diselidiki sebagai mana adanya dengan interpretasi rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tigalingga, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Desa Tigalingga merupakan salah satu desa yang mendapat dana dari PNPM Mandiri Pedesaan dengan alokasi dana pinjaman SPP terbesar dan jumlah kelompok SPP yang terbanyak jika dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Tigalingga. Kajian penulis berhubungan dengan Efektivitas Simpan Pinjam kelompok Perempuan, karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa Tigalingga karena dianggap sebagai lokasi yang relevan dengan kajian penulis tersebut.


(50)

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif istilah populasi dan sampel tidak digunakan. Populasi dalam penelitian kualitatif adalah social situation yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas yang bersinergis. Dan sampel bukan responden akan tetapi narasumber atau partisipan yang dapat membantu peneliti menjawab permasalahan penelitian. Karenanya ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menentukan informan kunci dengan

menggunakan teknik purpose sampling yaitu, penentuan informan tidak

didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Maka yang menjadi informan dalam penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu :

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Fasilitator Kecamatan (FK) dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK).

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Verifikasi (TV), Kepala Desa Tigalingga, dan perempuan yang menjadi anggota kelompok Simpan Pinjam kelompok Perempuan.

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi


(51)

Informan tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bukan anggota kelompok SPP.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau keterangan maupun informasi yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan :

a. Wawancara (Interview)

Wawancara dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka. Namun, teknik wawancara dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet (Suyanto, 2005). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview) yang merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan panduan wawancara.

b. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan dalam kamus berarti melihat dengan penuh perhatian. Dalam hal pengamatan, apa yang diamati, siapa yang mengamati, kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada waktu pengamatan perlu diketahui oleh peneliti sebelum melakukan tahap-tahap penelitian


(52)

(Suyanto, 2005). Fokus perhatian paling esensial dari penelitian kualitatif adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak. Bahkan, harus melakukan perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik penampakan itu.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara

tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencacatan dokumen yang diperlukan untuk mendukung data-data primer. Pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan:

a. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan efektivitas Simpan Pinjam kelompok Perempuan seperti penjelasan Petunjuk Teknis Operasional PNPM MP, berita acara, daftar hadir dan lain-lain.

b. Studi Kepustakaan ( Library research )

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah, laporan penelitian, dan sumber-sumber bacaan lainnya dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para informan secara interaktif dan terus-menerus hingga titik


(53)

jenuh. Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Pedesaan di desa Tigalingga.

Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2007) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction/Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display/Penyajian data

Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif dan penyajian data dalam bentuk tabel. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang telah diperoleh selama penelitian.

3. Conclusion/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan


(54)

kosisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Penerapan Metode Penelitian di Lapangan

Proses pencarian subjek penelitian pada awalnya dimulai secara formal melalui surat izin yang dikeluarkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU kepada Kantor Kecamatan Tigalingga agar diberikan izin melakukan wawancara di Desa Tigalingga. Kemudian penulis menyerahkah surat izin penelitian dari Camat kepada Kepala Desa Tigalingga. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Desa, peneliti diarahkan kepada para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Tigalingga di Kantor UPK Tigalingga.

Ketika ingin melaksanakan wawancara kepada informan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan ini dilaksanakan yaitu untuk menyusun karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Para informan menunjukkan respon yang baik dan bersedia untuk diwawancarai. Dalam melakukan wawancara terhadap pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga, peneliti tidak menemui kesulitan karena semua pelaku selalu berada di Kantor UPK sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan lancar.

Setelah melalukan wawancara dengan para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga, peneliti melanjutkan wawancara dengan anggota kelompok SPP. Peneliti mengalami sedikit kendala dalam menjumpai anggota kelompok karena rumah para anggota yang berjauhan dan kesibukan masing-masing anggota yang membuat peneliti kesulitan untuk melaksanakan wawancara.


(55)

Setelah selesai melakukan wawancara dengan semua informan, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk membantu peneliti dalam menyusun penelitian.


(56)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Tigalingga 4.1.1 Letak Geografis

Desa Tigalingga berada di pusat Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yang berjarak 28 km dari pusat Kabupaten Dairi, yaitu Sidikalang. Letak Desa Tigalingga cukup strategis karena terletak di jalan lintas antara Kuta Cane menuju Tapak Tuan, Tapak Tuan menuju Tiga Binanga (Kabupaten Tanah Karo) dan menuju Medan. Desa Tigalingga berada pada ketinggaian antara 500 s/d 700 m di atas permukaan laut.

Secara administratif Desa Tigalingga berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Desa Lau Sireme

Sebelah Selatan : Desa Lau Bagot

Sebelah Timur : Desa Lau Bagot

Sebelah Barat : Desa Lau Bagot

4.1.2 Luas Wilayah

Luas keseluruhan wilayah desa Tigalingga adalah 200 Ha. Desa Tigalingga terdiri dari 4 dusun dengan perincian luas wilayah seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Dusun di Desa Tigalingga

No Nama Dusun Luas (Ha) Persentase (%)

1 Dusun 1 65 32,5

2 Dusun 2 25 12,5


(57)

4 Dusun 4 90 45

JUMLAH 200 100

Sumber: RPJMDes Desa Tigalingga 2013

Kondisi lahan yang ada di desa Tigalingga berbukit-bukit dan beriklim tropis. Jenis tanah di desa Tigalingga adalah tanah subur yang kaya akan humus, karena pada umumnya tanah di desa Tigalingga dulunya merupakan bekas tanaman kopi robusta. Hal ini membuat sebagian besar wilayah yang ada di desa tersebut digunakan untuk areal pertanian, sehingga masyarakat yang ada di desa tersebut mayoritas petani. Selain itu lahan lainnya dimanfaatkan penduduk sebagai tempat pemukiman dan bangunan penting lainnya seperti dijelaskan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Luas Lahan Menurut Peruntukannya di Desa Tigalingga

No Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Perladangan 67 33,5

2 Perumahan/Pemukiman 86 43

3 Kolam/Perikanan 0,2 1

4 Perkantoran/Sarana Sosial

a. Kantor/Balai Desa 0,2 1

b. 4 Unit Gereja 4 2

c. 1 Unit SD 1 0,5

d. Lapangan Olahraga 2 1

e. Pasar Desa 4 2

f. Jalan Umum/Jalan Dusun 26 13

g. Rawa-rawa 9,6 4,8

JUMLAH 200 100


(58)

4.2 Kondisi Demografi 4.2.1 Jumlah Penduduk

Penduduk desa Tigalingga sebanyak 1.296 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 328 KK. Jumlah penduduk desa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Nama Dusun Jumlah Penduduk

Lk Pr Total

1 Dusun 1 114 121 235

2 Dusun 2 145 139 284

3 Dusun 3 167 128 295

4 Dusun 4 245 237 482

JUMLAH 671 625 1296

Sumber: RPJMDes Desa Tigalingga 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk dusun terbanyak adalah Dusun 4 yaitu 482 jiwa, yang berjenis kelamin laki-laki adalah 245 jiwa dan berjenis kelamin perempuan adalah 237 jiwa. Sedangkan dusun yang paling sedikit penduduknya adalah Dusun 1 yaitu 235 jiwa, yang berjenis kelamin laki-laki adalah 114 jiwa, dan berjenis kelamin perempuan adalah 121 jiwa. Jika dilihat dari jumlah keseluruhan, maka jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan, dimana laki-laki berjumlah 625 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 671 jiwa.

4.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Tigalingga merupakan pusat perekonomian dari Kecamatan Tigalingga dan juga merupakan desa petani dengan tanaman tua. Maka hasil


(59)

ekonomi warga dan mata pencaharian sebagian besar warga adalah petani. Dari jumlah 328 KK yang ada di desa Tigalingga, lebih kurang 248 KK (90%) bekerja sebagai petani. Selebihnya 80 KK (10%) bekerja sebagai PNS, TNI/POLRI, Pedagang, Karyawan Perkebunan, dan sebagainya.

4.2.3 Kondisi Sosial Budaya

Klasifikasi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat dalam tabel 4.3. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No. Nama Dusun Jumlah Penduduk

Islam Kristen Total

1 Dusun 1 23 212 235

2 Dusun 2 65 219 284

3 Dusun 3 37 258 295

4 Dusun 4 18 464 482

JUMLAH 143 1153 1296

Sumber: RPJMDes Desa Tigalingga 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di desa Tigalingga beragama Kristen Protestan yaitu berjumlah 1153 jiwa. Kemudian agama yang minoritas adalah Islam yaitu berjumlah 143 jiwa. Namun demikian masyarakat di desa Tigalingga tetap saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan sehingga tetap harmonis.

Kehidupan masyarakat Desa Tigalingga sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir – dewasa/berumah tangga – mati), seperti acara pesta pernikahan, kelahiran, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian hampir selalu dilakukan oleh warga desa Tigalingga secara adat istiadat. Selain itu, tradisi guro-guro aron (pesta tahunan) juga sering diadakan di desa


(60)

Tigalingga. Kesenian yang paling disukai oleh warga desa Tigalingga adalah kesenian daerah seperti tari siwaluh dan gendang karo.

4.3 Sarana dan Prasarana

Jalan di desa Tigalingga pada umumnya jalan beraspal dilintasi oleh jalan Provinsi dan telah terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan secara umum cukup baik, namun apabila musim hujan tiba, di beberapa tempat mengalami kerusakan jalan akibat kurang lancarnya sistem drainase di lokasi pemukiman penduduk.

Jaringan listrik dari PLN sudah tersedia sehingga semua rumah tangga sudah menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Kebutuhan air bersih untuk mandi, cuci, dan kakus, sebagian besar masyarakat Desa Tigalingga menggunakan Bak Penampungan Air Hujan. Ada juga beberapa masyarakat yang menggunakan pompa air yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk menyedot air. Sebagian masyarakat juga sudah menikmati air PAM namun jumlah kuantitas air yang dibutuhkan masyarakat masih kurang memadai.

4.4 Organisasi Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa terdiri dari pemerintahan desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa yang saling bekerja sama untuk menyukseskan pembangunan desa. Pemerintah desa di Desa Tigalingga terdiri dari :


(61)

2. Sekretaris Desa : Zakaria Kacaribu

3. Kaur Pembangunan : Dameken Tarigan

4. Kaur Pemerintahan : Jemput Tarigan

5. Kaur Kesejahteraan Rakyat : Eddy Sembiring

6. Kepala Dusun 1 : Bahagia Tarigan

7. Kepala Dusun 2 : Danny Sipayung

8. Kepala Dusun 3 : Kumala Sembiring

9. Kepala Dusun 4 : Marihot Aritonang

BPD adalah badan perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampungan dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan tehadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Pengurus BPD Desa Tigalingga terdiri dari :

1. Ketua : Nomen Ginting

2. Wakil Ketua : Gideon Pasaribu

3. Sekretaris : Hendra Manik

4. Bendahara : Zakaria Kacaribu

4.5 Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan 4.5.1 Pelaku di Pedesaan

Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa. Pelaku di desa meliputi:

1. Kepala Desa.

Peran Kepala Desa/Lurah adalah sebagai pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di


(1)

mengembangkan usahanya sehingga berhasil meningkatkan perekonomian rumah tangganya.

3. Berdasarkan sudut pandang ketepatan waktu, maka pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga sudah berjalan sesuai waktunya karena tidak terjadi penunggakan penggembalian pinjaman oleh kelompok SPP di Desa Tigalingga. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam waktu satu tahun, kegiatan SPP sudah efektif untuk membantu perempuan di Desa Tigalingga dalam meningkatkan kegiatan ekonominya dan para anggota sudah dapat memanfaatkan waktu satu tahun masa peminjaman secara maksimal untuk mengembangkan usahanya.

4. Berdasarkan sudut pandang manfaat yang diperoleh, kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah membawa banyak manfaat bagi masyarakat terutama anggota kelompoknya. Diantaranya adalah peningkatan ekonomi, penambahan wawasan, kemandirian, peningkatan kehidupan sosial, dan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kegiatan SPP telah efektif dilaksanakan di Desa Tigalingga karena telah membawa banyak manfaat bagi masyarakat.

5. Berdasarkan sudut pandang hasil yang dicapai, SPP di Desa Tigalingga telah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Tigalingga yaitu pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kegiatan SPP telah efektif dilaksanakan di Desa Tigalingga karena telah mengurangi jumlah rumah tangga miskin di Desa Tigalingga.


(2)

6. Secara keseluruhan kegiatan SPP di Desa Tigalingga telah efektif karena telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga telah berhasil mencapai apa yang menjadi tujuannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan telah memberikan manfaat serta hasil bagi masyarakat terutama anggota kelompok SPP.

7. Pelaksanaan kegiatan SPP di Desa Tigalingga yang berjalan dengan baik tidak lepas dari campur tangan para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan karena sudah mengetahui dan memahami dengan pasti apa yang menjadi bidang pekerjaannya sehingga mampu menjalankannya sesuai dengan peraturan dan prosedur pelaksanaan. Selain itu kerja sama dan loyalitas di antara pelaku juga mendukung keberhasilan program-program PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Tigalingga.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang direkomendasikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Melihat kesuksesan pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Tigalingga peneliti berharap agar para pelaku dapat mempertahankan kinerjanya sehingga kegiatan SPP tetap berjalan dengan baik dan semakin berkembang dari sebelumnya.

2. Apabila program PNPM Mandiri Perdesaan tidak lagi berjalan di Kabupaten Dairi, peneliti berharap agar kegiatan simpan pinjam seperti SPP bisa terus berjalan dan berkembang karena sangat bermanfaat bagi masyarakat dan telah terbukti dapat memberantas kemiskinan di pedesaan.


(3)

3. Keberhasilan kegiatan SPP di Desa Tigalingga sebaiknya dipublikasikan oleh pelaku PNPM pusat dan pemerintah melalui website resmi maupun sosialisasi-sosialisasi sehingga dapat memacu para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di daerah lain untuk meningkatkan kinerjanya dan memajukan kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan terutama kegiatan SPP.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Buku Daftar Lokasi dan Alokasi Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Edisi Tahun 2012.

Buku Laporan Pertanggungjawaban Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi, Edisi Tahun 2012. Buku Standar Operasional Prosedur Perguliran Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Edisi 2012.

Buku Paket Informasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Edisi Tahun 2012-2013.

Buku Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Edisi 2012.

Buku Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, Edisi 2011.

Buku Petunjuk Teknik Operasional Pengelolaan Dana Bergulir, Edisi 2007.

Cambel, J.P. 1989. Riset Dalam Efektivitas Organisasi. Terjermahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

Handayaningrat, Soewarno. 1983. Pengantar Ilmu Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.


(5)

Handoko, T. Hani. 1993. Manajemen, Edisi II. Yogyakarta : BPFE.

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Jakarta: Bappenas.

Mahsun, Mohamad, Dkk. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.

Nawawi, Hadawi. 2002. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Rineka Cipta.

Putra, Fadillah dan Saiful Arif. 2001. Kapitalisme Birokrasi, Kritik Reieventing Government Osborne-Gaebler. Yogyakarta : LKIS.

Sarwito, Sardono. 1987. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sastropoetro, Santoso. 2005. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin Dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.

Siagian, Sondang P. 1992. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.

Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: FE Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

Slamet, Margono. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan. Dalam Proseding Seminar IPB Bogor: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madan. Pustaka Wira Usaha Muda.


(6)

Steers, Richard M. 1980. Efektivitas Organisasi (Kaidah Tingkah laku). Jakarta: Erlangga

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Zainun, Buchari. 1991. Administrasi dan Manajemen Kepegawaian RI. Jakarta : Haji Mas Agung.

Sumber Lain:

Tobing, Berton Edward L. 2011. Pengaruh Program Investasi Kecamatan (PIK) Terhadap Pendapatan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi. [Tesis]. Pematangsiantar: Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Simalungun. Website Resmi Harian Medan Bisnis http://www.medanbisnisdaily.com diakses

pada tanggal 12/04/2013.

03/02/2013

12/04/2013

tanggal 12/04/2013


Dokumen yang terkait

Fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Meningkatkan Ekonomi Rumah Tangga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar

1 65 117

Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

1 49 107

Analisis Determinan Permintaan Kredit PNPM Mandiri di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat

0 34 138

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

1 44 87

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

5 58 146

Tingkat partisipasi perempuan terhadap simpan pinjam kelompok perempuan (SPP) program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM M) perdesaan

0 15 110

Partisipasi perempuan dalam kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan (SPP) (kasus PNPM Mandiri perdesaan di salah satu desa di kabupaten Banyumas)

0 5 181

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin

4 69 162