Jarak Sosial Masyarakat Elite dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun)

(1)

Lampiran

Kegiatan kemasyarakatan yang ada di Badur

Gambar 1 : Kegiatan perwiritan ibu-ibu Badur


(2)

Gambar 3: Musolah Badur sebagai ruang sosial yang ada di Badur


(3)

Gambar 5 : kehidupan masyarakat badur bawah yang sangat padat dan ramai

Gambar 6 : masyarakat Badur memamfaat sungai untuk menyuci


(4)

Gambar 8 : pemukiman masyarakat Badur atas


(5)

Informan masyarakat pemukiman pinggiran

Bapak Abdul Karim


(6)

Ibu maya

1. Informan masyarakat menengah


(7)

Ibu Yudia


(8)

Ibu Sera salah satu informan masyarakat elite


(9)

JL. H. MISBAH JL. ADE IRMA SURAYANI

JL. BADUR

JL. MULTATULI

PETA KELURAHAN HAMDAN

KECAMATAN MEDAN MAIMUN

JL. IMAM BONJOL

JL. PALANG MERAH

JL PACAR JL T. PASIRAN


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Preneda Media Group

Narwoko J.Dwi. dan Suyanto Bagong. 2004. Pengantar Sosiologi Jakarta: Kencana Prenada media

Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarat: Kencana Prenada media

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Andriani, Lusiana Lubis.2012. Konsep Kumunikasi Antar Budaya. Medan: Usu Press Sjarizal, 2012. Ekologi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Rajawali Press Sumber lain :

Widhyhartono, S Derajad. 2009.Kumunitas berpagar antara inovasi dan ketegangan sosial: Universitas Gajah Mada. Vol. 13,No 204-230

from jurnalsospol.fisipol.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/74/65 (diakses 25 November 2014)

(http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&nota b=2

http:/blogspot.com/2013/2014/pemukiman– kumuh-dan-pemukiman-kumunitas.html (diakses 10 januari 2015

Diakses 10 November 2014, pukul 20.12 Wib

http://sumut.bps.go.id/?qw-buktam diakses 10 november 2014, pukul 20.00 Wib http://medankota.bps.go.id diakses 10 November 2014, pukul 20.00Wib

http://savindievoice.wordpress.com/2013/06/11/mengukur-jarak-sosial-dengan-skala-bogardus/ diakses 20 november, pukul 20.20 Wib


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualittaif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena atau kejadian tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan fenomena-fenoma yang terkait dengan masalah penelitian. Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong,2006) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Penelitian deskriptif kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi objek penelitian dan menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi atau ataupun fenomena tertentu (Bungin,2007:68).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini lokasi akan dilaksanakan di jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kec Medan Maimun. Lokasi ini berdasarkan


(12)

pertimbangan merupakan suatu kawasan yang mencerminkan polarisasi masyarakat kota. Polarisasi kehidupan masyarakat kota dapat dilihat dari keberagaman bentuk hunian dan kehidupan sosial masyarakat yang terlihat dari bentuk infastruktur bangunan, sosial-ekonomi masyarakatnya. Kelurahan Hamdan memperlihatkan permasalahan pemukiman kumuh yang berada bersampingan dengan pemukiman elite, hal ini menyebabkan saya tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi ini.

3.2 Unit Analisis dan Informan

Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini adalah:

3.3.1.Unit Analisis

Karakteristik dari penelitian kualitatif adalah menggunakan apa yang dimaksud dengan unit analisis. Unit analisis masalah kualitatif terdiri dari tingkat mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling makro, yaitu sistem dunia (Burham Bungin, 2007).

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang aktual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin ;2007). Adapun yang menjadi informan dalam peneltian ini adalah :


(13)

 Masyarakat yang tinggal di lingkungan 10 sebanyak 413 KK dan memiliki kriteria yaitu :

1. Sudah lebih 20 tahun tinggal di badur

2. Masyarakat yang mengenal dan pernah bertemu dengan masyarakat pemukiman kumuh, menengah dan elie

3. Masyarakat tidak mengenal masyarakat pemukiman kumuh, menengah dan masyarakat elite

1. Kepala Lingkungan 10 (kepling)

2. Masyarakat pemukiman bawah (slum area) 5 orang

Kriteria pemukiman slum area dalam penelitian ini diliha dari kondisi hunian yakni :

1. Berdiri di atas lahan yang bukan milik dan hak nya 2. Berbahan dasar kayu/ papan dan setengah batu 3. Kondisi hunian yang padat penduduk

4. Memiliki ukuran 3x4 kecil (satu ruangang menampung semua aktivitas)

5. Setiap rumah memilki bertangga

6. Status kepemilikan tanah yang tidak jelas

7. Memiliki rumah sendiri tetapi tidak memiliki hak tanah 3. Masyarakat pemukiman menengah 5 orang

Kriteria masyarakat pemukiman menengah dalam penelitian ini yakni :

1. Memiliki rumah dan tanah sendiri


(14)

3. Berbahan dasar batu bata

4. Masyarakat pemukiman elite 4 orang

Masyarakat pemukiman elite dalam penelitian ini dilihat dari kondisi hunian:

1. Rumah dan tanah milik sendiri

2. Kondisi hunian berpagar tinggi dilengkapi ccv 3. Memiliki garansi mobil

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa tehnik penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah data yang langsung ditemukan dilapnangan pada saat peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:

1. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007). Pengamatan digunakan untuk mengamati


(15)

gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat/komuniti yang ingin diteliti. Dalam hal ini peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung ruang-ruang sosial seperti; jalan, tempat beribadah, pusat perbelanjaan yang dapat mempertemukan masyarakat kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dengan informan telibat dalam kehidupan sosial. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap anggota masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Badur lingkungan 10, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun.

3.4.2 Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek melalui dukumenntasi. Dukumentasi merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan internet yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan rumusan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil wawancara, observari, maupun dari dokumentasi. Data tersebut semua


(16)

umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Kemudian dari pengelompokan data tersebut, data-data tersebut diabstraksikan dan dikaitkan antara yang satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan kejadian dan fakta yang terintegrasi.

Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelolah, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini dalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan (Faisal,1989 ).

3.6 Keterbatasan Penelitian

Selama dalam penelitian ini, penulis mempunyai banyak kendala-kendala dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan kesibukan informan sehari-hari.

Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung penelitian.Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan


(17)

penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin dicapai didapatkan.


(18)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun. Kelurahan Hamdan terdiri dari 10 lingkungan memiliki jumlah penduduk 86.18 dengan 2.158 KK. Sejarah pemukiman masyarakat Badur berdasarkan penuturan salah seorang informan yang sudah lama tinggal di Badur berawal dari lahan kosong yang tidak terpakai mereka membuka lahan menjadi pemukiman sehingga tidak berselang lama banyak masyarakat lain yang mengikuti membuka lahan menjadi menjadi pemukiman sampai saat ini dikenal dengan kampung Badur. Masyarakat Badur sebenarnya sudah mendapat peringatan dari pemerintah Kota Medan agar pindah ke rumah susun yang sudah disediakan yakni rusun Awa dan rusun Awi, namun mereka menolak. Masyarakat Badur lebih memilih tinggal menetap disebabkan berada di pusat kota sehingga memudahkan akses kemana saja, dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, dan perumahan elite menjadi lebih mudah mencari pekerjaan terutama untuk ibu-ibu sehingga mereka bisa menjadi buruh cuci, pembantu, pedagang keliling dlln.

Kelurahan Hamdan yang berada di pusat kota dikelilingi gedung perkantoran, pemukiman elite, rumah sakit, sekolah, restoran, dan tempat hiburan sehingga tipologi di kelurahan Hamdan mayoritas penduduk bekerja di sektor jasa dan perdagangan. Mayoritas penduduk Badur Lingkungan 10 terdiri dari suku minang, jawa, padang, tionghoa dan campuran. Jumlah kepala keluarga Badur


(19)

yang tercatat 413 kepala keluarga, namun yang tercatat sudah pindah sekarang kira –kira 265 kepala keluarga.

Masyarakat Badur berdasarkan lokasi pendirian pemukiman digolongan menjadi dua yakni badur atas dan badur bawah. Masyarakat badur atas dan badur bawah berada dalam satu lingkungan yang berdekatan namun saling mengelompok.Pengelompokan pemukiman dapat diobservasi langsung masyarakat elite lokasi pemukiman diatas tanah sedangkan masyarakat miskin dibawah dengan pendirian pemukiman diatas sungai. Kondisi hunian juga sangat berbeda, pemukiman masyarakat badur atas berbahan dasar batu, berdinding tembok, serta berpagar sedangkan pemukiman masyarakat bawah berbahan dasar kayu, papan dan setengah batu, serta memiliki tangga.

4.1.2 Letak dan batas wilayah

Kelurahan Hamdan merupakan bagian dari kecamatan Medan Maimun yang berdiri pada tahun 1968 memiliki luas wilayah 52,50 ha. Dengan beriklim tropis dataran rendah rawan banjir. Kelurahan Hamdan memiliki 10 lingkungan yang menjadi tempat penelitian berada di jalan Badur lingkungan X. Jarak dari kantor lurah Hamdan ke kantor Camat Medan Maimun pemerintah 100 M. Jarak dari kantor Lurah Hamdan ke kantor pusat pemerintahan kota adalah sekitar 1 km.

Kelurahan Hamdan memiliki batas wilayah :

 Sebelah Utara berbatas dengan : Kelurahan Petisah Tengah  Sebelah Selatan berbatas dengan : Kelurahan Jati


(20)

 Sebelah Timur berbatas dengan : Kelurahan Sukaraja dan Aur

 Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Madras Hulu dan Kel. Jati

4.1.3 Keadaan Demografi

Jumlah penduduk kelurahan Hamdan 8.168 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 3.928 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.928 yang tersebar di 10 lingkungan yang terdiri dari 2158 (kk) dengan jarak 1 km dari pusat kota. (sumber data kelurahan Hamdan, juni 2014)

4.1.3.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Perbandingan jenis kelamin jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan di kelurahan Hamdan di dominasi oleh jenis kelamin perempuan dengan jumlah 4.240 jumlah persentasi 52% dan 3.928 jumlah penduduk laki-laki dengan persentasi 48 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4.1.3.1Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis kelamin Frekuensi Persentasi %

1. Laki-laki 3.928 48%

2. Perempuan 4.240 52%

Jumlah 8.168 100 %

(Sumber data kelurahan Hamdan juni 2014) 4.1.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Usia adalah salah satu indicator yang menyatakan seseorang dewasa, menikah dan layak bekerja. Umumnya seseorang telah layak bekerja dan dewasa


(21)

adalah pada saat seseorang telah berusia 17 tahun. Usia tersebut disebu usia produktif. Berikut ini data usia penduduk dikelurahan Hamdan.

Tabel II

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No Tingkat Usia Jiwa Persentase

1. Usia 0 s/d 15 tahun 2025 25%

2. Usia 15 s/d 65 tahun 5700 68%

3. Usia 65 tahun ke atas 443 5,4%

Jumlah 81.68 100%

(Sumber, kantor kelurahan Hamdan juni 2014)

Data tabel II di atas menunjukan bahwa mayorias penduduk Hamdan berusia 17-60 tahun dengan persentasi 68%. Penduduk usia produktif dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari –hari.Pada umumnya penduduk Hamdan banyak yang di bidang jasa dan perdaganng disebabkan letak wilayah Hamdan berada di pusat kota sehingga berada dekat dengan pusat perkantoran, pusat pemerintahan sehingga mudah dalam dalam mencari pekerjaan khusus dibidang jasa dan perdaganga. Kemudian disusul dengan penduduk usia non produktif yaitu usia 0-15 tahun dengan persenasi sebesar 25%. Dan terakhir jumlah penduudk yang paling sedikit usia lansia yaitu 5,4%..


(22)

4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel III

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jiwa Persentase

1. Islam 4649 65%

2. Kristen Protestan 1002 14%

3. Kristen Katolik 601 8.3%

4. Hindu 227 3.1%

5. Budha 694 9.7%

Jumlah 7.173 100%

Sumber kantor kelurahan Hamdan, Juni 2014

Berdasarkan data III tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 7.173 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu pada mayoritas Agama Islam dengan sebesar 4.649 jiwa dengan persentase 65%. Lalu disusul oleh Agama Kriten Protestan yaitu sebesar 1002 jiwa dengan persentase 14%. Kemudian pada Agama Budha yaitu sebesar 694 jiwa dengan persentase 9,7%. Dan selanjutnya oleh Agama Kristen Kaolik yaitu sebesar 601 jiwa dengan persentase 8,3%. Dan yang terakhir merupakan jumlah yang paling terkecil yaitu pada Agama Hindu sebesar 227 jiwa dengan persentase 3,1%.


(23)

4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku Tabel IV

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Atau Suku

No. Etnis /Suku Jiwa Persentase

1. Jawa 1618 26%

2. Batak 953 15%

3. Melayu 568 9%

4. Minang 1196 19%

5. Aceh 237 3,8%

6. Tionghoa 921 15%

7. Lainnya 773 12%

Jumlah 6.266 100%

Sumber dari : Kantor Lurah Hamdan Juni 2014

Berdasarkan dengan data IV tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan etnis atau suku di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 6.266 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu pada Suku Jawa sebesar 1.618 ..jiwa dengan persentase 26 %. Lalu pada Suku Minang yaitu sebanyak 1196 jiwa dengan persentase 19%. Kemudian pada Suku Batak dan tionghoa dengan selisih 32 angka yaitu batak sebanyak 9.53 jiwa dengan persentase 15%. Selanjutnya pada Suku Tionghoa yaitu sebanyak 9.21 jiwa dengan persentase 15%. Dan pada Suku lainnya yaitu 773 jiwa dengan persentase 12%. Setelah itu pada Suku Melayu yaitu sebanyak 5.68 jiwa dengan persentase 9%. Dan yang terakhir pada suku Aceh yaitu sebanyak 237 jiwa dengan persentase 3,8%.


(24)

4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Tabel V

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

No. Mata Pencaharian Jiwa Persentase

1. Pegawai Negeri Sipil 600 8%

2. POLRI dan ABRI 60 0,8%

3. Karyawan Swasta 1382 18%

4. Wiraswasta/Pedagang 2.895 39%

5. Buruh 895 12%

6. Pensiunan 300 3,9%

7. Lainnya 1.386 18%

8. Jumlah 7.518 100%

Sumber kantor lurah Hamdan juni 2014

Berdasarkan dengan data V tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 7.518 jiwa. Dimana dengan jumlah terbanyak pada mata pencaharian sebagai wiraswasta/pedagang yaitu sebesar 2.895 jiwa dengan persentase 39%. Selanjutnya pada mata pencaharian lainnya yaitu sebesar 1.386 dengan persentasi 18%. Pekerjaan lainnya dapat digolongkan jenis pekerjaan nonformal seperti penarik becak, buruh cuci, pemulung, kuli bangunan, pertukangan dan pekerjaan serabutan lainnya. Lalu selanjutnya pada mata pencaharian sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 1.382 jiwa dengan persentase 18%. Kemudian pada mata pencaharian sebagai Buruh yaitu sebesar 895 jiwa dengan persentase 12%. Selanjutnya pada mata pencaharian sebagai PNS


(25)

yaitu sebesar 600 jiwa dengan persentase 8%. Dan selanjutnya pada mata pencaharian sebagai pensiunan sebesar 300 jiwa dengan persentase 3,9%. Dan yang terakhir pada mata pencaharian sebagai POLRI/ABRI yaitu sebesar 60 jiwa dengan persentase 0,8%.

4.1.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel VI

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase

1. SD 1156 17%

2. SMP 1177 17%

3. SMA 2230 32%

4. Akademi/D1-D3 234 3,3%

5. Sarjana 1007 14%

6. Pascasarjana 215 3%

7. Tidak Sekolah 934 13%

Jumlah 6.953 100%

sumber kantor kelurahan Hamdan juni 2014

Berdasarkan dengan data tabel VI di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah sebanyak 6.953 jiwa. Dimana jumlah terbanyak terdapat pada berdasarkan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 2.230 jiwa dengan persentase 32%. Selanjutnya terdapat pada berdasarkan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 1177 jiwa dengan persentase 18%. Dan sama juga pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 1156 jiwa dengan persentase


(26)

18%. Dan selanjutnya pada tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 1007 jiwa dengan persentase 14%. Kemudian selanjutnya tingkat pendidikan tidak tamat sekolah yaitu sebanyak 934 jiwa de4ngan persentase 13%. Lalu selanjutnya terdapat pada tingkat pendidikan berdasarkan akademi/D1-D3 yaitu sebanyak 234 jiwa dengan persentase 3,3%. Dan yang terakhir tingkat pendidikan berdasarkan pada pascasarjana yaitu sebanyak 215 jiwa dengan persentase adalah 3%.

4.1.4 Prasarana Umum Di Kelurahan Hamdan

4.1.4.1 Sarana Kesehatan

Di kelurahan Hamdan terdapat sarana kesehatan yang dapat dimamfaatka oleh masyarakatnya.Sarana kesehatan tersebut memudahkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan guna menunjang aktivitas kebutuhan akan peyalanann kesehatan. Adapun Sarana kesehatan yang ada di kelurahan Hamdan

yaitu: Tabel VII

Sarana Kesehatan

NO SARANA

KESEHATAN

JUMLAH

1 Puskesmas 1

2 Klinik bersalin 5

3 Apotik 3

4 Posyandu 6

5 Toko Obat 1

6 Klinik gigi 2

7 Jumlah 18

Sumber kantor Lurah Hamdan Juni 2014

Berdasarkan data table VII diatas maka dapat kita ketahui jumlah Sarana kesehatan di kelurahan Hamdan ada 18 buah. Dimana prasarana kesehatan yang tertinggi posyandu yaitu sebanyak 6 buah. Selanjunya prasarana kesehatan klinik bersalin ada 5 buah. Dan selanjutnya apotek ada 3 buah. Lalu selanjutnya


(27)

prasarana klinik gigi ada 2 buah. Dan yang terakhir prasarana kesehatan puskesmas dan toko obat masing-masing terdiri dari 1 buah.prasarana kesehatan di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik dalam memberikan pelayan kesehatan kepada masyarak. Melalui penggunaan sarana tersebut diharapkan dapat menunjang aktivias masyarakat, serta menjadikan kelurahan Hamdan semakin berkembang .

4.1.4.2 Sarana Peribadatan

Kelurahan Hamdan memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah masyarakat kelurahan Hamdan yaitu:

Tabel VIII Sarana Peribatan

No. Sarana Peribatan Jumlah

1. Mesjid 4

2. Musola 4

3. Gereja 1

4. Pura 1

5. Wihara 2

6. Klenteng 1

Jumlah 13

Sumber, kantor lurah Hamdan juni 2014

Berdasarkan data table VIII diatas maka dapat diketahui jumlah sarana peribadahan di kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun sebanyak 13 buah. Prasana ibadah seperi mesjid ada 4 buah. Dan selanjutnyan prasarana ibadah seperti mesjid ada 4 buah. Prasarana ibadah wihara ada 2 buah. Dan yang terakhir prasarana ibadah seperti gereja, pura dan kelenteng masing-masing 1 buah. Sarana peribadahan di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik sehingga dapat dipergunakan oleh masyarakat dalam meningkatkan kegiatan peribadahan.


(28)

4.1. Profil Informal

Informan pertama

“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elie”

Nama : Abdul karim

Usia : 59 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku : Melayu

Tamatan : SMA

Jenis pekerjaan : Bilal mesjid Penghasilan : Rp. 1500.000

Bapak Karim adalah seorang tokoh masyarakat di kelurahan Hamdan, beliau sudah 40 tahun tinggal di kelurahan Hamdan. Bapak karim sehari-hari berprofesi sebagai marbot mesjid, bilal mayat dan pembawa acara pengantin melayu. Peneliti memilih bapak karim sebagai tokoh masyarakat disebabkan hampir seluruh masyaraka mengenalnya. Apabila masyarakat Badur mengalami musibah seperti kemalangan atau perkelahian mereka selalu mengadu kepada saya untuk mencari pemecahan masalahnya.

Berdasarkan wawancara dengan bapak karim mengatakan masyarakat yang tinggal dikampung badur ini dikenal dengan dua kategori yaitu masyarakat atas dan masyarakat bawah.Masyarakat atas di dominasi oleh masyarakat menengah dan masyarakat elite. Sedangkan masyarakat badur bawah seperi kami lah maksud bapak karim masyarakat pribumi..Bapak karim juga mengatakan masyarakat atas itu baik dalam bertentangga walaupun kamu tidak saling mengenal, mereka tidak


(29)

menyusahkan atau tidak merepotkan anggota masyarakat yang lain. Apabila bertemu di jalan sebagai sarana masyarakat atas dan bawah bertegur saat sapa. Biasanya betemu di kede pada saat membeli sarapan pagi atau membeli pulsa. Jika bertemu hanya senyum saja, saya tidak mengenal masyarakat tionghoa ini semua namun karena mereka terkadang lewat di depan musola sering membunyikan klakson jadi saya mengenal mobil dan BK nya,, tibaa-tiba tak berapa lama kemudian lewat sebuah mobil CRV bapak karim mengatakan itu dia salah seorang cina yang tinggal di perumahan elite.

Bapak karim juga mengatakan jika bertemu bersikap biasa saja seperti senyum kadang dia membunyikan mengklakson mobil saya lambaikan tangan begitulah, seperti kita berperilaku dengan jiran tetangga biasanya. Jika bertemu dengan masyarakat elite hanya begitu saja tidak pernah lebih jauh seperti mengobrol itu tidak pernah lah, cina ini mana suka bahas masalah dengan kita. Adapun bertemu hanya di mesjid pada saat dia ingin memberi sumbangan sembako biasanya diantar ke mesjid, itu pun yang mengantar biasanya ajudannya bukan orang yang bersangkutan lalu pergi itu saja tidak ada yang lain

Bapak Karim juga mengatakan jarang dapat melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat atas. Apabila ada kegiaan yang sering mengikuti masyarakat badur bawah dan masyarakat menengah lainnya. Jika masyarakat yang rumahnya berpagar tinggi sangat tertutup tidak pernah ikut kegiatan bersama kami. kegiataan yang sering kami mengadakan gotong royong dua minggu sekali atau sebulan sekali. Saya dengan masyarakat yang lain bersama-sama membersihkan sampah dari sungai, parit dan mesjid. Masyarakat yang diatas rata-rata pengusaha tidak ada waktu untuk mengikuti kegiatan bersama kami. Terkadang ada sebagian yang


(30)

baik, menyumbang makanan dan minuman untuk kami namun hanya beberapa kali saja. Rumah didepan musola kia baik orangnya, jika akan diadakan pemilihan umum dia selalu di halaman depan rumahnya. Dulu di depan halaman nya dibuat tempat bermain bola voly namun sekarang sudah tidak lagi, masyarakat bawah banyak yang tidak mau bermain voly. Pada saat ada permain bola voly disitulah biasa ngumpul nya antara masyarakat atas dan masyarakkat bawah, namun ya begitu hanya masyarakat atas yang menengah saja yang mau bergabung, Berbeda dengan masyarakat atas yang tinggal di perumah sebelah, kami sama sekali tidak pernah berkumunikasi dengan mereka, jika pernah hanya mengantarkan surat undangan pemilu sajalah, itu pun mereka susah sekali membuka pintunya. Sampai-sampai saja bilang saya tidak minta sumbangan hanya mengantar undangan pemilu saja, akhirnya saya pulang dimaki-maki sama dia. Masyarakat cina berprasangka negative saja dengan kita mereka mengganggap kita minta uang mereka. Sehingga mereka selalu takut jika kita datang kerumahnya Mereka jika di undang atas pesta perkawinan masyarakat bawah masih mau datang. Begitulah penuturan bapak karim mengenai hubungan sosial dengan masyarakat badur atas.

Informan kedua

“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elite dan menengah Nama : Lidi Hana S

Umur : 42 tahun Agama : Islam Suku : Minang


(31)

Pendidikan : SMP Pekerjaaan : buruh cuci

Ibu Hana adalah wakil kepling di badur bawah. Ibu hanya sering membantu anggota masyarakat dalam membuat KTP, KK atau menyampaikan informasi mengenai program bantuan dari pemerintah dari ibu kepala lingkungan. Ibu Hana sudah dari kecil tinggal di badur semenjak menikah dengan suami kira-kira sudah 40 tahun tinggal di badur. Ibu Hana mengatakan saya dipercaya sebagai wakil kepling untuk masyarakat badur bawah agar urusan masyarakat badur lebih gampang jika ada yang mau buat KTP dan KK melalui saya data setelah itu saya berikan kepada ibu kepling. Selama saya tinggal di badur ini saya kenal masyarakat atas dan bawah meskipun tidak tahu mananya. Jika masyarakat badur bawah hampir seluruhnya saya kenal, tetapi jika masyarakat badur atas hanya sebagian saja yang saya kenal disebabkan diatas itu masyarakat sudah campuran ada etnis tionghoanya. Salah satu masyarakat yang tinggal di Saija kebanyakan etnis cina, dan di gang buntu itu masyarakat campuran terdiri dari pendatang anak kost, masyarakat etnis tionghoa dan masyakat pribumi. Jika masyarkat badur bawah hampir setiap hari bertemu saya tidak betah dirumah biasanya ngumpul-ngumpul setelah selesi nyuci, bisa dikatakan masyarakat badur bawah ini semua kompak-kompak tertutama ibu-ibunya.

Ibu Hana juga mengatakan selama tinggal di badur semua aman-aman saja ,tetapi itulah banyak masyarakat luar tertutama pemuda-pemuda yang datang kemari jadi kurang aman. Disini sampai pagi masih rame, banyak anak muda yang suka datang kemari seperti biasalah dek, disini semua ada kadang mereka hanya nongkrong atau membeli makan jadi selalu ramai. Jika rasa nyaman ibu rasa


(32)

nyaman saja saya sudah lama tinggal disini. Ibu rasa kurang nyaman tinggal disini banyak pengaruh kurang baik dari lingkung terhadap masyarakatnya. Anak

–anak disini banyak yang rusak karena pengaruh narkoba, masih kecil saja permainan mereka sudah berjudi guli begitulah dek, ibu juga tidak bilang memang sudah zamannya lah.

Ibu Hana mengatakan masyarakat badur ada dua dek ada badur bawah ya kami lah yang dekat sungai dan badur atas mereka yang rumahnya di atas. Jika masyarakat badur atas ada sebagian yang saya kenal, namun jika pendatang hanya kenal begitu saja. Sebagian masyarakat atas orang kaya ada juga yang saya kenal dek, namun tidak dekat. Saya pernah bekerja pada masyarakat atas tapi sudah lama sekali sekarang tidak lagi majikan saya dahulu juga sudah pindah dek. Jika bertemu dengan mereka biasanya di jalan pada saat saya lewat saija hanya senyum saja tetapi kami tidak pernah sampai berbicara apalagi bercerita.

Ibu juga mengatakan jarang bertemu dengan masyarakat atas khusus etnis tionghoa. Setahu ibu mereka sibuk sekali bekerja keluar rumah pun mereka jarang, hanya satu-satulah yang ibu nampak sering jalan-jalan pagi atau sore-sore. Di badur memang sering mengadakan kegiatan, terutama badur bawah seperti kegiatan gotong royong, tempat kami tinggak sarangnya sampah jika sungai sudah banyak sampah biasanya kami bersama-sama membersihkannya. Selama ibu tinggal di badur belum ada kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat atas khusu etnis tionghoa. Seperti yang kita ketahui etnis tionghoa mereka kurang terbuka dengan kami dek, biasanya orang cina memang begitu, ada juga sebagian masyarakat atas yang elite orang kita tapi sama sajalah tertutup juga mereka sibuk bekerja kadang pulang sudah malam kapan lagi ingin bertemu. Jika mereka pergi


(33)

menaiki mobil sedangkan kami jalan jarang kami bisa tegur sapa, kadang jika ada yang kenal bertemu dijalan mereka membunyikan klakson ibu hanya senyum saja, seperti itu saja kami biasanya bertemu.

Ibu hana juga menganggap masyarakat etnis tionghoa di badur atas baik dan ramahnya sebenarnya jika kita bersikap baik dengan mereka, mereka juga akan begitu dek, selama saya tinggal disini belum pernah terjadi keributan dengan mereka. Kami sesama masyarakat badur meskipun tidak dekat namun tetap bersikap baik dengan tetangga yang diatas. Ibu hanya juga mengatakan meskipun begitu orang cina disini mau membantu, sebentar lagi akan mengadakan acara 17 agustus biasanya kami kerumah mereka memberikan proposal dikasih juga sama mereka biasanya anatara Rp. 100-000-Rp. 300.000 tiap rumah dek. Kegiatan acaranya sering kami adakan di badur bawah yang menghadiri sebagian masyarakat atas yang biasa saja dan menengah lah, jika yang masyarakat kaya jarang mereka ke bawah. Dibadur ini sering banjir apabila terjadi hujan deras rumah kami selalu terendam banjir, biasanya kami mengungsi ke atas di mesjid atau dikantor PTPN V dek, tidak pernah di rumah masyarakat cinanya. Mana mungkin lah dek dirumah mereka mana mau mereka menampung kami.Namun jika diundang ke acara pesta pernikahan masyarakat badur bawah mereka selalu datang berbaur juga dengan kami, tidak menyendirilah mereka. Ibu Hana juga menuturkan kami yang tidak pernah mendapat undangan dari mereka, sebab mereka jarang mengadakan acara dirumah dan kami tidak pernah diundang di acara mereka.


(34)

“Masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal di badur namun tidak bertemu dengan masyarakat elite”

3. Nama : Kariti Umur : 55 tahun Agama : Islam Suku : Padang Pendidikan : SD

Penghasilan : Rp. 1500.000 Pekerjaan : Pedagang

Ibu Kariti adalah satu warga masyarakat sudah lama tinggal di badur bawah sejak dia menikah dengan suaminya, ia mengaku lebih dari 20 tahun tinggal di badur. Ibu kariti berkerja sebagai penjual sambal lauk, kue dan buah-buahan di badur bawah. Ibu kariti berjualan dari pagi hari hingga sore. Ia menjajakan dagangannya didepan rumahnya. Ibu kariti juga mengatakan walaupun sudah lama tinggal namun hanya sebagian mengenal masyarakat atas khusus masyarakat

elite. “saya sudah lama tinggal dibadur namun jarang bertemu dengan mereka (masyarakat elite). Kami berbeda dengan mereka tidak mungkin dapat bertemu. Kita orang susah malu berkunjung kerumah mereka. Jika bertemu saat saya lewat depan rumah mereka ada sebagian yang saya kenal saling memberikan senyum tidak pernah menyapa atau mengobrol dengan mereka. Meskipun kami tidak saling mengenal namun mereka baik, apabila terjadi banjir besar di Badur mereka mau memberi bantuan seperti roti kaleng, makanan uang dlln. Biasanya juga mereka membantu jika kami mengadakan acara seperti acara 17 agustus.


(35)

Apabila terjadi kemalangan di masyarakat bawah masyalat atas ada juga yang berdatangan namun kebanyakan hanya yang muslin saja, disebabkan masyarakat atas campuran ada sebagian yang muslim, sedangkan yang cina tidak pernah, kita kan beda dengan mereka mana mau mereka datang. Ibu kariti juga mengatakan meskipun sudah lama bertentangga dengan masyarakat atas namun tidak memiliki teman yang tinggal di badur atas sehingga saya tidak pernah berkunjung kerumah masyarakat atas. Berdasarkan penuturan ibu kariti “masyarakat atas sangat tertutup jika tidak ada kepentingan sangat sulit menjumpai mereka.

Di badur sendiri memiliki perkumpulan seperti gotong royong, perwiritan dan STM. Saya sendiri tidak ikut wirit dek tidak ada yang jaga warung, saya hanya ikut STM saja. Gotong royong disini biasaya hanya masyarakat bawah saja sedangkan masyarakat atas manalah mereka mau, apalagi cina-cina mereka sudah punya pembantu untuk membersihkan rumah mereka ujar ibu kariti. Selama saya tinggal di badur nyamanlah saya sudah lama tinggal disini dek jadi uda terbiasa, disini sampai malam pun rame kalau malam banyak pemuda yang datang ke badur ini. keamanan ibu rasa kurang aman sering juga kehilangan sepeda motor disini dek, namanya banyak yang datang kemari. Jika terjadi keributan pernah juga biasanya anak muda masalah apa saya juga tidak terlalu tahu, namun yang sering terjadi keributan ibu-ibu karena masalah anak nya berantam.

Informan keempat

“Masyarakat sudah 20 tahun tinggal badur namun tidak pernah bertemu

masyarakat elite”


(36)

Umur : 20 tahun Agama : Islam Suku : Minang Pendidikan : Sekolah Dasar Penghasilan : Rp. 2000.000 Pekerjaan : Pedagang Bensin

Maya adalah salah seorang masyarakat yang tinggal di pemukiman bawah, ia bekerja sehari-hari sebagai penjual bensin. Maya mengatakan saya tidak pernah bertemu dengan masyarakat pemukiman elite disebelah, disebabkan mereka sangat tertutup dan jarang dirumah. Namun walaupun tidak pernah bertemu saya merasa senang bertetangga dengan mereka karena mereka sopan dan tidak pernah membuat keributan di Badur. Apabila bertemu hanya masyarakat atas menegah sesekali bertemu di jalan kami biasanya saling memberikan senyum saja. Sebab saya juga jarang keatas sehingga tidak ada yang saya kenal.

Maya juga mengatakan jika masyarakat atas menengah sebagaian mereka mau menjalin interaksi dengan kami, jika kami memberi undangan mereka mau datang. Namun jika masyarakat atas mengundang masyarakat bawah itu jarang terjadi, masyarakat atas jika mengadakan acara di gedung tidak pernah dirumah. Selain itu masyarakat pemukiman atas kebanyakan etnis tionghoa, mereka sangat tertutup sehingga kami jarang berinteraksi. Maya juga mengatakan saya tidak memiliki teman di pemukiman atas, disebabkan saya jarang keatas.

Informan kelima


(37)

Nama :Yuma atau Ummi Umur :45 tahun

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Pedagang sate

Ibu Yuma adalah anggota perwiritan di kampong Badur, ia mengatakan sering bertemu dengan masyarakat pemukiman atas baik masyarakat elite dan masyarakat menengah. Ibu Yuma mengatakan jika bertemu dengan masyarakat elite biasanya dijalan, hanya senyum sajalah. Walaupun bertemu kami tidak pernah sampai berkenalan siapa namanya. Jika masyarakat menengah sebagian ada yang sering kebawah untuk belanja sayur sering juga kami bertemu, seperti ibu makliang jika ingin belanja sayur ke bawah atau mencari pembantunya yang belum datang sering datang kerumah pembantunya. Ibu Yuma juga mengatakan dulunya kami pernah juga berkunjung dengan masyarakat elite yang di atas pada waktu mereka kemalangan, kami datang memberikan ucapan belasengkawa. Namun saat ini kami tidak pernah lagi berkunkung karena tidak pernah mereka mengalami kemalangan mungkin sudah tidak boleh mengadakan dirumah di bawa kewihara langsung. Jika bertemu masyarakat elite yang saya kenal bertegur sapa saja sebab dia tidak tahu nama saya begitu saya sebaliknya. Tapi kebanyakan masyarakat pemukiman elite sudah banyak yang pindah digantikan dengan yang baru jadi tidak saling kenal.

Dulu kita bebas masuk ke pemukiman mereka namun saat ini sudah ada palang pintunya, diatas sering terjadi kemalingan sehingga dibuat palang pintu. Setiap malam ada yang meronda diatas berasal dari masyarakat bawah juga. Jika pembantu mereka mau jugalah diajak ngobrol misalnya bertemu pada saat beri


(38)

sarapan di kedai nasi yang diatas, namum majikakan nya kami tidak pernah bertemu. Mereka sibuk bekerja jika pulang kerja juga malam, jadi tidak pernah bertemu. Bagaimana mau bertemu mereka mengendari mobil yang tertutup kaca, mana mungkin kami bisa saling mengenal, terkadang saya mau mengantar undangan pemilu meminta tanda tangan nya saja sulit bertemu. Namun ada sebagian masyarakat elite mau memberi sumbangan kepada kami, seperti hari raya idul fitri dan tahun baru kami di beri macam-macamlah sembako seperti: beras, minyak goreng,susu,roti dan kain sarung. Jika kami ingin mengadakan kegiatan seperti 17 Agustus kemarin kami membawa proposal mau juga mereka memberi sumbangan. Jika masyarakat bawah mengadakan acara pesta pernikahan sebagian masyarakat elite yang kami undang dan masyarakat menengah juga kami undang mereka mau datang, namun yang pasti datang masyarakat menengahnya. Tapi kami tidak pernah diundang oleh masyarakat elite pada saat acara mereka. Mereka kebanyakan etnis tionghoa manalah mau mengundang kami, mereka juga tidak pernah mengadakan acara dirumah.

Kami disini sering mengadakan kegiatan seperti posyandu, gotong royong, dln. Seminggu yang lalu kami mengadakan posyandu lansia kami undang semua masyarakat bawah maupun masyarakat atas, tetapi biasaya yang kami undang masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite sudah pasti tidak bisa datang, mereka sibuk. Jika perwiritan ibu-ibu diadakan seminggu sekali setiap hari sabtu pukul 3 sore, yang mengikuti campuran ada masyarakat badur bawah ada juga masyarakat badur atas. Namun kebanyakan masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite kebanyakan etnis tionghoa, yang muslim hanya ada 2 keluarga kalau saya tidak salah hitung. Jika pun ada mereka tidak


(39)

pernah mengikuti perwiritan kami hanya ikut STM saja. Jika masyarakat ata menengah mereka masih mau berbaur dengan kami, baik masyarakat etnis tionghoa seperti ibu pekliang namun jika yang masyarakat elite sangant tertutup disebabkan mereka sangat sibuk bekerja. Begitulah penuturan ibu Yuma.

Informan keenam

“masyaraka yang tinggal 20 tahun di badur tetapi tidak pernah bertemu

Nama : Halimahtu Sakdiah

Usia : 43 tahun

Pekerjaan : Pembantu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Suku : aceh

Berdasarkan penuturan ibu Atu nama panggilan sehari-hari ia mengatakan hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman atas itu pun jika masyarakat menengahnya saja, tetapi jika masyarakat elite tidak pernah tahu saya. Saya juga sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk berkumunikasi dengan mereka. Masyarakat atas campuran tetapi kebanyakan cina mereka sangat tertutup. Saya sudah 25 tahun tinggal disini tetapi kami tidak pernah saling kenal. Kegiatan bersama yang sering diadakan di badur gotong royong, biasanya setiap hari minggu namun tidak tentu juga. Kadang sebulan sekali atau dua minggu sekali. Biasaya yang ikut kegiatan gotong royong masyarakat badur bawah saja, kalo cina-cina dia atas tidak mungkin mereka semua orang penting. Namun ada


(40)

sebagian yang baik juga, tidak pelitlah jika kami mengadakan acara selalu mengantar proposal ke rumah mereka, Alhamdulillah selalu dikasih. Saya tidak tahu berapa saja sumbangan mereka tetapi kadang mereka kasih antara Rp. 100.000-Rp. 500.000. setahu saya masyarakat pemukiman elite kebanyakan pengusaha sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bergabung dalam kegiatan kami. Mereka juga sangat tertutup, biasanya jika ingin bertemu mereka harus membuat proposal itu pun biasanya diwakili saja oleh anak buahnya tidak pernah majikan secara langsung, sehingga kami juga tidak pernah tahu seperti apa wajaahnya.

Informan masyarakat pemukiman menegah

Informan ketujuh

“masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal dihamdan pernah bertemu masyarakat

bawah (slum area) dan masyarakat elite

Nama : Liang

Usia : 53

Agama : Budha

Suku : Tionghoa

Pendidikan : SD

Pekerjaan :Ibu rumah tangga

Ibu liang salah salah satu etnis tionghoa yang mau berbaur dengan masyarakat setempat. Ibu liang mengatakan, sudah 25 tahun sejak menikah pindah ke badur


(41)

atas. Ibu makliang termasuk masyarat tionghoa menengah. Sehari-hari ia mengurus cucunya disebabkan suaminya sudah meninggal. Dia mengatakan mengenal masyarakat badur bawah dan masyarakat badur atas. Ibu makliang juga mengatakan pernah berkunjung ke badur bawah jika malas ke pasar untuk membeli sayur saya beli di kedai di bawah saja dari pada repot- repot kata ibu liang.

Menurut saya ibu-ibu di badur bawah baik mereka kompak-kompak, saya sering datang belanja kebawah ketika mereka sedang ngumpul-ngumpul di warung buk umi. Tetapi saya tidak pernah gabung dengan mereka jika sudah selesai belanja ya langsung pulang kerumah. Ibu liang juga mengatakan saya biasanya duduk dengan ibu-ibu badur atas jika ke bawah saya jarang gabung dengan mereka. Saya merasa lebih nyaman saja dengan mereka ketimbang di badur bawah. Udara di bawah sangat lembab dan kotor saya tidak tahan lama-lama berada di sana. Masyarakat atas hampir rata-rata saya kenal dek, saya juga hobby jalan biasanya ke warung gorengan ibu jasmine saya bawa cucu duduk di sana. Saya lebih sering duduk di atas di warung ibu jasmine.

Di badur ini setahu saya khusus badur atas masyarakat campuran ada yang etnis cina, jika etnis cina disini semua orang penting pemilik perusahaan setahu saya. Kadang jika berjumpa dengan mereka saya tegur sapa juga, tetapi yang jalan kaki atau sering keluar naik becak saya berteman juga mereka, namun untuk yang menaiki mobil jarang saya berinteraksi, saya juga tidak kenal kaca mobil tertutup warna hitan tidak tahu siapa yang berada dalam mobil tersebut. Disini tidak perumahan cina-cina kebanyakan tinggal di jalan depan ini dek, jalan saija itu buka perumahan mereka patungan mendirikan portal karena disini rawan


(42)

kerampokan minta izin nya mereka saya ibu kepling untuk mendiri portal atau palang pintu. Jika sudah malam ada yang jaga dan biasnaay di tutup dari depan dan belakang sehinga tidak dapat masuk. Interaksi saya dengan masyarakat di pemukiman Saija jarang karena tidak pernah saling kenal mereka semua sibuk bekerja loh. Bekerja tidak ada waktu kadang pergi nya pagi atau siang tidak tentulah mananya juga bos sesuka hati mereka kadang mereka tidak pulang. Rumah-rumah disana jarang ada penghuninya apalagi sudah mendekati hari libur hanya pembantunya dan pekerja yang menempati mereka sering keluar negeri. Satu tidak semua mengenal namun ada satu-satu di Saija yang saya kenal seperti ibu bapak steven biasanya dipanggil ibu ester. Jika bertemu dengan dia biasanya dijalan pada saat jalan pagi. Jika bertemu mengatakan apa kabar, mau kemana tu sajalah. Ibu itulah salah satu masyarakat di Saija yang mau senyum jika bertemu dengan masyarakat badur mau badur bawah maupun badur atas. Ibu Ester pengsiunan seorang guru jadi dia mau berbaur dengan semua kalangan masyarakat walau hanya sekedar memebrikan senyum, jika masyarakat cian yanga ada disini mana ada yang begitu semuan keluar rumah sudah di antar samam supirnya. Mereka sangat tertutup jika ada perlu sangat penting saja baru bisa menjumpai mereka itupun dengan mengantar proposal atau melalui ajudan mereka. Tidak bisa kita langsung bertemu dengan mereka biasanya pagar rumah selalu tertutup. Kegiatan kemasyaratan di badur saya tidak tahu apa saja yang saya lihat perwiritan ibu-ibu. Jika yang lain gotong royong itupun saat ini sudah jarang dilakukan namun saya pernah mengikutinya. Pernah juga saya ikut membersihkan pekarangan dan parit dengan ibu-ibu di badur bawah. Tetapi jika saya tidak sibuk,


(43)

biasanya diadakan hari minggu terkadang hari minggu saya pergi jalan-jalan dengan anak saya sehinga tidak sempat ikut.

Informan Kedelapan

“masyaraka yang sudah 20 tahun di badur mengenal masyarakat bawah namun

sebagian masyarakat elite Nama : Linda Usia : 25 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Padang Tamatan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Ibu Linda salah seorang masyarakat bawah yang menikah dengan masayarakat atas dan kini sudah memiliki satu putra dan putri. Ibu linda mengatakan mengenal masyarakat atas dan bawah dengan baik, namun jika perumah dibelakang rumah nya dia mengaku dia tidak mengenal karena mereka tidak pernah keluar. Jika keluar itu hanya pembantunya saja misal membeli pulsa itu sajalah. Biasanya bertemu di jalan dan kami hanya senyum saja. Jika masyarakat menengahnya kami sering bertemu misal nya pada saat membeli pulsa. Jika pertemuan yang lain tidak mereka mayoritas budha atau hindu. Walaupun di kelurahan Hamdan ada perkumpulan ibu-ibu seperti wirit saya jarang mengikuti dan dirumah saja mengurus anak saya. Kalaupun saya kebawah kerumah mamak saya saja mengobrol dengan mereka untuk menghilangkan suntuk. Pada saat saya mengadakan pesta syukuran pernikahan masyarakat atas


(44)

dan bawah saya undang dan mereka datang. Ibu linda juga mengatakan jika anaknya juga bergaul dengan masyarakat yang tinggal di bawah namun pada saat libur sekolah saja, selebihnya mereka dirumah saja. Saya tidak mau anak saya terganggu belajar jika terlalu banyak bermain. Saya juga tidak mau perilaku anak saya berubah seperti anak di badur bawah sehingga saya sangat membatasi pergaulan anak saya. Begitulah penuturan ibu linda mengenai interaksinya dengan masyarakat yang tinggal dibawah dan atas.

Informan kesembilan

Masyarakat 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat badur bawah (slum area)

Nama :Yudia Umur : 51 tahun Pendidikan : SMA Agama : Islam Suku : Padang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan ibu yudia, dia mengatakan sebagian mengenal masyarakat atas dan masyarakat bawah. Ibu yudia mengatakan sering bertemu masyarakat atas jika sedang duduk di kedai ibu ginting. Ibu yudia merupakan istri dari etnis suku tionghoa sehingga ia dapat berbahasa cina. Saya mengenal masyarakat atas seperti ibu ester biasa di panggilnya, saya bertemu saat di sedang di kedai ibu ginting. Jika bertemu kami saling menyapa, biasanya jika ibu ester ingin mengantar sayur kerumah anaknya


(45)

kami sering berjumpa kebutulan rumah anak ibu ester di sebelah rumah saya. Jika bertemu dengan ibu ester kami selalu mengobrol tentang anak atau apa sajalah tetapi dalam bahasa cinalah, ujar ibu yudia. Ibu yudia sudah 15 tahun tinggal di badur atas, menurut ibu yudia masyarakat badur semua memang tertutup disebabkan rawan kerampokan. Di badur atas sangat sepi yang membuat rame hanya lalu lalang mobil lewat saja, selama saya tinggal di badur atas saya merasa kurang aman kurang aman sudah disebabkan sudah beberapa kali kendaraan hilang, sehingga hampir setiap rumah memiliki berpagar. Kami memilih berpagar agar lebih aman.

Lagi pula setiap tetangga cuek terhadap tetangga jika terjadi apa mereka mana mau buka pintu untuk menolong, apalagi rumah cina-cina sangat tertutup bahkan ada yang dijaga oleh PM setiap malam. Kami walaupun bertentangga jangan bertegur sapa. Mereka semua individu sekali, jika tetangga apa kamu teriak-teriak mana mau dia buka pintu mungkin mereka mau buka pinti pada saat kebakaran saja.Ibu yudia juga mengatakan mengenal masyarakat badur bawah namun hanya sebagianlah, saya kurang akrab dengan masyarakat badur bawah sebab saya jarang ke bawah. Dulu pernah juga sesekali saya ke bawah namun saat ini tidak pernah lagi, semenjak kaki saya sakit. Jika kebawah mau ngapin juga tidak nyaman dan aman di bawah tu, semua ada saja disana. Saya takut juga jika saya ke bawah di waktu penggerebekan pula kan malu jika tertangkap ujar ibu yudia. Ibu yudia juga mengatakan di badur ada perkumpulan seperti STM, perwiritan dan gotong –royong. Namuan setahu saya yang masih aktif hanya perwiritan ibu-ibu. Saya sendiri tidak mengikuti disebabkan repot sesekali mengurus rumah.


(46)

Informan kesepuluh

Masyarakat sudah 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat badur bawah

Nama : Br. Ginting Umur : 49 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pedagang Etnis : Batak karo Agama : Kristen

Ibu ginting salah seorang masyarakat yang sudah 17 tahun tinggal di Badur. Berdasarkan penuturan ibu Ginting tidak mengenal masyarakat badur bawah, disebabkan saya tidak pernah ke bawah. Ibu ginting juga mengaku tidak pernah mengikuti kegiatan dengan masyarakat badur bawah. Jika mereka melakukan kegiatan gotong royong tidak sampai sini,lagian jalan kami sudah ada yang menyapu dan tukang kebersihan sampai sini. Mayoritas di badur bawah islam yang Kristen masih bisa di hitung, sehingga tidak pernah bertemu. Namun ada sebagian yang saya kenal yang tahu nama itu ibu serik yang jual sarapan pagi, ibu parida yang jual nasi goreng itu pun mereka masyarakat badur atas namun dapat dikatakan menengahlah. Jika bertemu di warung merekalah pada saat saya malas masak beli dengan mereka itu saja.Terkadang saya diundang juga dengan masyarakat badur bawah yang mengadakan acara, ya saya sempatkan datang.

Ibu ginting juga mengatakan masyarakat badur atas dan bawah jika diundang mau juga mereka datang., namun hanya sebagian juga jika kenal. Jika tetangga depan saya etnis tionghoa bertemunya jaranglah, terkadang sesekali pada saat mereka mau olah raga pagi, tegur sapa jugalah. Kami juga sudah lama


(47)

bertetangga, tetapi saya tidak pernah diajak kerumahnya, jika mereka hari raya saya di kasih kue bakul, terkadang jika dia baru pulang dari luar negeri saya dikasih tas, sepatu. Jika ingin bertemu dengan mereka susahlah mereka keluar dari rumah tidak tentu kadang pagi, siang namanya juga pengusaha. Rumah mereka pagarnya tinggi, tidak semabarangan bisa masuk. Jika kita bel belum tentu dibukakn pintu, hampir tiap rumah punya cctv jika tidak kenal tidak mau mereka membuka pintu. Begitulah penuturan ibu ginting tetang interaksi dengan masyarakat badur bawah dan badur atas.

Informan kesebelas

Masyarakat 20 tahun tinggal di badur mengenal masyarakat elite dan masyarakat bawah (slum area)

Nama : lilis Umur : 35 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Kios pulsa Agama : Islam Suku : Padang

Ibu lilis merupakan warga badur atas, ia mengatakan sudah 35 tahun tinggal dibadur. Ibu lilis juga mengatakan selama tinggal di badur masyarakat atas dan masyarakat bawah akur-akur saja, jarang ada keributan. Apalagi di badur atas sangat sepi jika menjelang sore hanya mobil saja yang lewat. Ibu lilis mengatakan jika bertemu dengan masyarakat elite biasanya dijalan atau di toko saya, itu saja di tempat lain seperti di mesjid gak ada lah mereka mana ada yang muslim. Jika


(48)

bertemu di jalan itu pun yang sering beli pulsa saja, seperti cina depan rumah saya kenal karena dekat rumah saya. Kebetulan cina depan rumah saya istri orang bawah. Saya selama tinggal di badur tidak pernah menjalin kumunikasi dengan masyarakat elite, orang ini jarang keluar jika keluar hanya belanja. Disini ada juga perkumpulan perwiritan ibu-ibu setiap hari sabtu tetapi hanya masyarakat badur bawah tetapi tidak gabung dengan masyarakat badur elite. Walaupun kami tidak pernah berinteraksi tetapi ada juga masyarakat elite yang mau memberikan sumbangan kepada kami. seperti rumah besar itu ada lah mereka kasih waktu puasa kemarin memberikan bingkisan kepada kami, tetapi yang memberikan anak buah nya. Ibu lilis mengatakan sudah lama tinggal dibadur tidak pernah tahu bagaimana wajah pemilik rumah yang sering memberikan sumbangan kepada masyarakat badur. Ibu lilies juga mengatakan mereka kalau keluar rumah menggendari mobil dengan kaca mobilnya tertutup berwarna hitam tidak pernah ada interaksi. Meskipun begitu ibu Lilis mengatakan kami setiap tahun diberikan sumbangan oleh pemilik rumah besar berupa sembako seperti minyak, gula, roti.susu dan lainnya. Semua masyarakat badur dapat tidak pandang masyarakat bawah yang pinggiran maupun masyarakat menengah semua kebagian.

Berdasarkan observasi peneliti di kios pulsa ibu lilies menjadi tempat bertemu masyarakat atas dan bawah ketika membeli pulsa mereka saling berinteraksi, ketika saya mewawancarai ibu lilies tiba-tiba ibu yudia singgah diwarung bu lilies, mereka berdua saling mengobrol-ngobrol dengan penuh canda. Peneliti melihat ibu Yudia dan lilies sangat akrab. Mereka berteman sudah lama, namun ibu lilies mengatakan walaupun kami berteman tetapi saya tidak pernah berkunjung kerumah ibu Yudia.


(49)

Ibu lilis juga mengatakan hubungan antara masyarakat atas dan bawah berjalan baik, meskipun saya jarang kebawah tetapi jika masyarakat bawah mengadakan acara mereka selalu mengundang saya maupun masyarakat elite, namun hanya sebagian jika mereka mengenalnya jika tidak pernah kenal tidak diundang. Sebalik jika hubungan sosail dengan masyarakat atas kami jarang berinteraksi mereka jarang dirumah dan sangat tertutup paling yang saya kenal hanya pembantunya itupun bertemu di kios pada saat mengisi pulsa biasanya kami mengobrol sebentar saja, tetapi dengan majikannya tidak pernah berinteraksi.

Ibu lilis juga mengatakan terdapat perkumpulan di badur seperti; perwiritan, STM dan gotong royong. Namun yang masih aktif hanya perwiritan ibu yang diadakan setiap hari sabtu saya sendiri tidak ikut karena tidak ada yang jaga kios kami. Kegiatan STM tidak ada namun aktif pada saat ada orang meninggal saja, biasa kami mengutip sumbangan beras dan uang. Jika kegiatan gotong sudah lama jarang dilakukan anatara masyarakat atas dan bawah. Biasanya kegiatan gotong ikut-ikutan jika ada yang mengadakan gotong royong sebagian masyarakat ikut bergotong royong.

Informan masyarakat elite

masyarakat 20 tahun tinggal di badur tidak mengenal masyarakat bawah (slum area)

Nama : Sri Veriati Umur : 45 tahun Pendidikan : SMA


(50)

Etnis : Jawa Agama : Islam

Berdasarkan wawancara dengan ibu Sri, sudah 35 tahun tinggal di badur atas. ibu Sri mengatakan hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman bawah,yang aktif di kegiatan STM. Ibu sri mengatakan jika ada kegiatan atau apapun saya yang selalu ditemui disebabkan saya hanya tinggal berdua dengan anak. Jarang bertemu dengan masyarakat badur bawah disebabkan sibuk menjaga toko.

Meskipun ada masyarakat badur bawah yang saya kenal yang sering membeli gas di toko, namun saya tidak tahu nama nya hanya wajahnya saja. Apabila pergi keluar jarang mampir di badur bawah hampir tidak pernah, jika perlu apa-apa ya saya keluar dengan anak saya. Kami hanya tinggal berdua suami saya sudah tidak ada. Namun jika mereka mengundang saya pada acara pesta saya sempatkan datang, biasanya mereka mengadakan acara hari sabtu atau minggu jadi saya bisa datang. Namun saya belum pernah mengadakan acara sehingga tidak pernah mengundang mereka.

Dibadur sendiri sering juga mengadakan gotong royong tapi mereka saja lah, saya tidak pernah ikut. Terkadang saya sumbang snak seperi roti, kerupuk dan kopi untuk mereka. Saya jarang dapat mengikuti kegiatan bersama dengan ibu-ibu badur, kemarin ada kegiatan yang diadakan di rumah ibu kepling posyandu lansia namun kesibukan bekerja sehingga tidak punya waktu untuk ikut, apabila ikut tidak ada yang menjaga toko.Pada saat akan mengadakan kegiatan seperti 17 agustus kemarin yang diadakan di bawah, mereka mengajukan proposal kepada saya untuk mengutip dana, saya terima proposal dan berikan kasih namun ibu Sri


(51)

tidak ingin menyebutkan berapa nominal yang diberikannya. Namun pada saat perayaan 17 agustus kebetulan pergi keluar dengan anak sehingga tidak ikut merayakan dengan masyarakat badur bawah.

Selain itu kegiatan bersamaaan lainnya setahu saya acara menyambut tahun baru mereka mengadakan hiburan dengan menyewa kibot, jika mengadakan acara masyarakat badur bawah selalu datang proposalnya kepada saya, saya berikan saja namun saya tidak pernah datang mengikutinya. Jika dengan tetangga depan rumah, kami jarang bertemu, biasanya yang belanja sopir atau pembantunya membeli gas atau aqua. Majikan jarang keluar rumah jika bertemu pada saat belanja ditoko hanya senyum setelah itu dia langsung masuk kerumah. Kebanyakan di badur atas masyarakat elite etnis tiongho mereka sangat tertutup dengan etnis pribumi bahkan dengan sesama mereka saja tidak saling tertegur sapa. Pagar rumah mereka liatlah sangat tinggi keluar mengendari mobil, kemudian pulang naik mobil, tidak akan terjadi interaksi.

Ibu sri mengatakan mereka jarang membuka pintu gerbang kemungkinan takut disebabkan rata-rata yang tinggal diatas pengusaha, seperti depan rumah saya pemilik pabrik ban, sebelahnya direktur surat kabar analisa, depannya lagi pengusaha wallet. Mereka tidak akan mau membuka pintu jika tidak mereka kenal. Di badur atas ini sering terjadi kemalingan sehingga rata-rata rumah berpagar bahkan pagar nya menggunakan cctv serta remote kontrol. Apabila kita ingin bertemu dengan mereka sangat sulit, hanya

Informan 2


(52)

Nama : Sera Usia : 27 tahun Pekerjaan : Guru les privat Suku : Jawa

Penghasilan : Rp. 5.000.000 Pendidikan : SI-Sasta Inggris

Berdasarkan wawancara dengan ibu Sera sudah sejak kecil tinggal tinggal di badur atas bersama orang tua hingga menikah. Ia mengatakan saya jarang bertemu dengan masyarakat badur sesekali jika acara dirumah saya diundang oleh ibu saya, kebetulan ibu saya mengikuti perwiritan jadi sering bertemu, namun saya tidak sampai mengenal namanya. Jika bertemu hanya tegur sapa, kadang tersenyum. Saya juga jarang keluar rumah jadi tidak terlalu akrab dengan mereka. Kami juga sering diundang dengan mereka jika ada acara pesta saya datang begitu sebaliknya. Apabila masyarakat badur mengalami kemalangan saya datang itu pun yang saya kenal. Tetapi jika masyarakat badur bawah saya tidak semua kenal karena saya juga tidak pernah kebawah. Anak saya tidak pernah saya kasih keluar, jika bermain dengan keponakan yang lain atau adik saya. Saya bukan melarang anak saya bermain dengan anak-anak badur bawah tetapi lebih baik anak saya dirumah saja lebih aman. Jika badur bawah apa saja ada tidak mau anak saya salah bergaul. Kegiatan bersama yang sering dilakukan itu wirit dan gotong royong, namun saya sibuk tidak sempat mengikuti. Biasanya yang ikut kegiatan gotong royong hanya masyarakat badur bawah saja. Jika wirit dilakukan seminggu sekali setiap hari sabtu. Saya kerja tidak bisa ikut, ibu saya yang ikut. Di badur atas kebanyakan etnis cina dan mereka sangat tertutup. Kami saja dengan tetangga


(53)

depan tidak pernah tegur sapa. Jika keluar rumah selalu menaiki mobil, pagar juga tinggi sangat sulit bertemu mereka. Liatlah pagar rumah mereka sampai ditulis slogan kami tidak melayani segala bentuk sumbangan dan pungutan dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari RT/RW.

Jika kita datang kerumah mereka dikira meminta sumbangan, sehingga kami pun tidak pernah tegur sapa dengan mereka. Pemilik rumahnya sangat tertutup dan jarang menerima tamu dari luar. Pembantu mereka juga jarang keluar rumah. Biasanya keluar membeli pulsa hanya sebentar kemudian masuk lagi. Kebanyakan yang saya tahu cina-cina mengambil pemabantu dari yayasan, yang saya tahu pembantu depan rumah saya berasal dari jawa. Namun jika bertemu kami hany saling tersenyum tidak lama kemudian dia langsung masuk kedalam rumah. Menurut ibu Sera di badur masyarakat bersifat individu sehingga jika tidak merasa penting mereka tidak akan peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Informan 3

“masyarakat 20 tahun di badur tidak mengenal masyarakat bawah (slum area) Nama : NANA

Umur : 46 tahun Agama : Islam Suku : Minang Pendidikan : S1- Perhotelan Pekerjaan : Ibu rumah tangga


(54)

Ibu Nana adalah salah satu anggota masyarakat di Badur atas yang tinggal dibadur dari kecil hingga menikah. Ibu Ana merupakan anak dari bapak H.Anas yang banyak dikenal oleh masyarakat badur. Bapak Anas salah satu anggota masyarakat atas khusus masyarakat elite yang mau bergaul dengan bapak-bapak di badur bawah. Salah satu teman dekat nya bapak karim, berdasarkan penuturan bapak karim bahwa bapak Anas sebelum menderita penyakit jantung, stroke sering main kerumah saya atau kami mengobrol di musola setelah shalat. Bapak anas jika shalat selalu di musolah badur ini, namun semenjak sakit parah beliau tidak pernah keluar rumah dan bapak (karim) jarang bertemu lagi dengan bapak Anas. Ibu nana mengatakan meskipun sudah lama tinggal di badur namun tidak kenal ingan ibu-ibu badur disebabkan ia sehari-hari dirumah saja. Sejak dulu saya keluar rumah selalu ada supir yang mengatarkan sehingga tidak pernah menjalin interaksi dengan masyarakat badur bawah. Namun ada juga yang saya kenal biasaya yang sering mengantar proposal kerumah. Walaupun kami tidak saling kenal namun ibu-ibu badur bawah baik orangnya, mereka mau mengundang kami jika mengadakan pesta. Biasanya yang datang ibu saya kalau saya jarang bisa datang, terkadang saya sibuk harus mengurus rumah. ibu nana mengatakan masyarakat badur hampir rata-rata mengenal ayah saya, mereka biasa panggil bapak Haji Anas. Biasanya masyarakat badur bawah jika akan mengadakan kegiatan seperti mauied, lomba 17 agustus dll selalu nyampe proposalnya kerumah. Namun saya tidak pernah berkenalan jika sudah terima proposal ya bilang nanti saya kasih ma ayah saya setelah itu saya masuk kedalam rumah. Jika bertemu dijalan karena saya sudah pernah bertemu dirumah hanya sekedar senyum saja. Selain itu ketemu dengan mereka jaranglah saya tidak pernah kenal


(55)

dekat dengan mereka. Paling jika ada yang kemalangan saya tahu itu pun dari ibu atau pembantu dirumah. Biasanya dishalatkan di musolah. Jika melayat masih bisa dihitung lah, pernah juga saya datang itupun waktu saya belum menikah jika sekarang sudah sibuk mengurus anak dirumah.

Ibu nana juga mengatakan disini setahu saya ada kegiatan bersama masyarakat bawah dan masyarakat badur atas seperti kegiatan, gotong-royong, wirit, dan posyandu namun tapi saya tidak pernah ikut. Ibu saya mengikuti arisan keluarga saja jika wirit di badur tidak pernah ikut. Jika kegiatan gotong royong kadang sebagai pengganti ketidakhadiran biasanya kami belikan snak untuk cemilan mereka. Kami sudah memiliki pembantu untuk membersihkan halaman sehingga tidak perlu repot-repot gotong bersama, lagian kan wajar di badur bawah melakukan gotong royong karena sampah di bawah sangat banyak. Jika kami sudah memiliki tukang kebun jadi dibersihkan sendiri.

Informan 4

“masyarakat 20 tahun tinggal di badur namun tidak mengenal masyarakat bawah”

Nama :Steven Umur :44 tahun Pekerjaan :Pengusaha Agama :Kristen Suku :Tionghoa Pendidikan : S1-Hukum Penghasilan :≥ Rp. 10.000.000

Bapak steven salah satu pemilik rumah mewah di jalan Badur. Bapak steven mengaku sudah dari kecil tinggal di Badur atas tepatnya di Jl. Saija disini


(56)

sebenarnya bukan perumahan namun kami mendirikan potal untuk keamanan rumah kami. Hampir seluruh rumah di jl Saija hunian mewah serta yang menampati etnis tionghoa. Disini sering terjadi pencurian, dulu sekitar dua tahun yang lalu rumah disebelah rumah saya dirampok, sehingga kami meminta izin ibu kepling untuk mendirikan portal atau palang pintu. Palang pintu akan terutup saat jam 22.00 hingga menjelang pagi hari. Setiap malam ada meronda menjaga malam di pemukiman ini.

Bapak steven mengatakan tidak mengenal masyarakat badur bawah, karena saya sangat sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk bergabung dalam kegiatan masyarakat badur bawah. Walaupun saya tidak pernah bertemu dengan mereka ada sebagian yang kenal dengan saya meskipun tidak tahu namanya.Apabila pagi hari palang pintu telah dibuka sehingga dapat dilalui oleh masyarakat badur yang hendak memotong jalan, ada sebagian yang sering lewat depan rumah, saya tahu anggota badur bawah kami saling tersenyum dia menyapa saja dan saya menjawab sambil tersenyum. Masyarakat badur jika akan melakukan kegiatan seperti 17 agustus, maulid nabi dlln proposal mereka selalu datang kerumah saya. Mungkin mereka tahu nama saya dari ibu kepling, tetapi biasanya saya selalu menandatangi proposal.

Bapak Steven juga mengatakan sangat sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai waktu untuk hal yang tidak penting. Tetapi jika ada hal yang sangat penting biasanya asisten yang mewakili saya ujar bapak Steven. Bapak Steven juga mengutarakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan di badur tetapi jika berpartisipisai dalam hal mateeri saya bisa, beberapa tahun yang lalu dari USU melakukan pemberdayan saya terima proposal nya dan saya bantu tetapi


(57)

tergantung juga mereka berbuat apa dan membutuhkan apa untuk masyarakat badur. Jika dengan tetangga sebelah saya, terkadang jika kami berpapas ingin kekantor jumpa di gerbang pintunya ya hanya bertegur sapa saja, kami sama-sama sibuk tidak mempunyai waktu, hanya sekedar tegur sapa. Istri saya juga sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk mengobrol. Sudah ya dek saya ingin kekantor ungkapan terakhir bapak Steven sembari memasuki mobilnya.

Kepala lingkungan 10

Nama : Emi

Umur : 46 tahun

Pekerjaan : Kepala lingkungan Badur 10

Ibu Emi baru 2 tahun menjadi kepala lingkungan di badur menggantikan suaminya semenjak meninggal tahun 2013. Berdasarkan penuturan ibu Emi warganya semua kompak-kompak baik masyarakat atas maupun masyarakat bawah. Masyarakat badur dibedakan menjadi atas dan bawah agar lebih mudah membedakan, jika badur bawah pemukiman berada diatas sungai sedangkan badur atas berdiri diatas tanah.

Meskipun masyarakat atas dan bawah jarang bertemu namun masih memiliki rasa peduli satu sama lain, apabila ada kemalangan saling membantu, jika diundang masyarakat bawah dan atas mau datang menghadiri undangan, meskipun tidak semua warga tetapi sebagian warga badur mau berpartsipasi dengan masyarakat dan lingkungannya.Di badur memiliki kegiatan bersama seperi gotong-royong namun biasanya yang mengikuti masyakat biasa sajalah. Biasanya


(58)

yang kami bersihkan paret yang ada di bawah maupun di atas. Namun tidak semua yang ikut serta dalam kegiataan yang dominan mengikuti masyarakat badur bawah. ada juga masyarakat elite yang mau memberikan makanan. Kami jarang mengundang masyarakat pemukiman elite ikut kegiatan gotong-royong sebab mereka sangat tertutup. Mana mungkin kami mengundang masyarakat elite mereka orang kaya, warga saya yang lain masih banyak diajak gotong royong. Saya saja sebagai kepala lingkungan jarang dapat bertemu dengan mereka. Saya pikir jika mereka ada perlu mereka akan kerumah saya. Kesibukan mereka bekerja dari pagi hingga malam menjadi susah untuk bertemu dengan mereka. Jika saya ingin meminta uang PBB harus menefon dahulu kapan ada dirumah atau kapan akan dibayar karena capek juga bolak-balik kerumah mereka tidak ada penghuninya. Jika ada keperluan membuat surat-surat baisanya ajudan yang datang kerumah saya. Mereka sangat tertutup buka pintu gerbang saja jarang, bagaimana mana ada interaksi. Hampir keseluruhan masyarakat atas khusus pemukiman elite cina, namun mereka juga tidak begitu dekat terkadang sesama mereka sering ribut biasanya masalah pembangunan rumah apabila melewati batas rumah sedikit saja, saya dipanggil menjadi pemengahnya ujar ibu Emi.

Saya rasa memang begitulah masyarakat elite ini terutama cina, mereka tidak suka dengan hal yang tidak penting karena membuang waktu mereka. Mereka masuk rumah mengendari mobil tidak pernah kedepan jarang terbuka sehingga sulit dapat berinteraksi dengan mereka apalagi untuk hal-hal yang tidak penting. Namun saya rasa semua warga saya semuanya membaur. Apabila diundang masyarakat elite oleh masyarakat bawah mau juga mereka datang, namun hanya sebagian saja jika mereka mengenal. Jika kami akan mengadakan acara seperti 17


(59)

agustus masyarakat elite mau juga memberi sumbangan. Namun untuk ikut kegiatan kami memang jarang mereka dapat mengikutinya. Di badur tidak pernah saya dengar ada konflik antara masyarakat atas dan bawah kami semua disini bertetangga baik-baik saja meskipun kami berbeda secara status sosial.

4.3 Hasil Interprestasi Data

4.3.1 Kondisi Sosial Masyarakat Badur Bawah dan Masyarakat Badur Atas

Manusia dalam kehidupan sosial tidak dapat hidup sendiri melainkan selalu membutuhkan orang dalam pemenuhan kebutuhanya. Hal ini mendorong individu menjalin hubungan sosial dengan individu, kelompok maupun dengan lingkungan sekitarnya.Kehidupan setiap elemen dimasyarakat juga beragam dan berbeda-beda. Kehidupan sosial masyarkat di badur dikenal dengan dua kategori berdasarkan lokasi pemukimannya yakni badur bawah dan badur atas. Kondisi kehidupan masyarakat badur atas dan badur bawah juga berbeda.

Kehidupan masyarakat badur atas berdasarkan observasi dilapangan sangat sepi hampir setiap rumah tertutup dengan pagar yang menjulang tinggi tidak dijumpai adanya interaksi sesama warga atas yang terdengar ramai suara kenderaan yang lalu lalang melintas. Masyarakat badur atas jika digolongkan kelas ekonomi ada dua kelas menengah dan kelas elite.Masyarakat kelas menengah sedikit terbuka menjalin hubungan dengan masyarakat bawah maupun masyarakat atas. Mayoritas penduduk badur atas campuran terdiri etnis tionghoa, padang, jawa, batak, dan minang. Mayoritas pekerjaan masyarakat badur atas pengusaha, pegawai swasta dan pedagang. Tanah yang ditempati penduduk atas merupakan hak miliknya memiliki izin kepemilikan. Masyarakat badur atas memiliki bentuk hunian yang berada di atas tanah milik. Masyarakat badur atas


(60)

ada dua golongan masyarakat menengah dan masyarakat elite dilihat dari kondisi bangunannya apabila masyarakat menengah rumah berpagar namun tidak begitu mewah, sedangkan masyarakat elite berpagar tinggi dilengkapi kamera pengintai (cctv).

Kehidupan masyarakat Badur bawah dengan masyarakat Badur atas juga sangat berbeda, masyarakat Badur bawah umumnya memiliki hubungan yang akrab sesama tetangganya, disebabkan seringnya mereka bertemu menjalin interaksi. Kehidupan masyarakat Badur bawah sangat ramai dengan suara hiruk-pikuk, masyarakat umumnya berjual didepan rumah sehingga selalu ramai. Menjelang sore hari ibu-ibu badur bawah berkumpul untuk merumpi hampir setiap waktu di badur bawah ramai bahkan hingga menjelang pagi hari. Masyarakat Badur bawah hanya sebagian yang mengenal anggota masyarakat Badur atas. Kesibukan masyarakat Badur atas khusus masyarakat elit dalam bekerja menyebabkan hampir tidak pernah mereka dapat bertemu untuk sekedar mengenal wajah tetangganya. Sikap tertutup masyarakat atas terhadap masyarakat bawah sehingga mereka sama sekali tidak mengenal tetangganya. Hal seperti ini

diungkap oleh informan masyarakat atas, bapak Steven mengatakan “Tidak mengenal masyarakat badur bawah, karena saya sangat sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk bergabung dalam kegiatan masyarakat badur bawah. Walaupun saya tidak pernah bertemu dengan mereka ada sebagian yang mengenal saya.”

Keluhan yang terjadi adanya sikap tertutup yang sehingga menyulitkan interaksi antara masyarakat bawah dan masyarakat atas menciptakan rasa ketidakpedulian dengan lingkungan sosial yanga ada. Hal seperti yang


(61)

diungkapkan informan masyarakat bawah Maya mengatakan “Tidak pernah bertemu dengan masyarakat pemukiman elite disebelah, disebabkan mereka sangat tertutup dan jarang dirumah.”

Beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya hubungan sosial antara masyarakat badur bawah dengan badur atas meliputi faktor, pekerjaan banyak masyarakat badur atas yang bekerja sebagai pengusaha, direktur atau pengawai sawasta. Kesibukan masyarakat atas dalam bekerja dari pagi hingga malam hari menyulitkan mereka untuk bertemu. Selain itu kebanyakan masyarakat badur atas memiliki jabatan sebagai direktur perusahaan sehingga untuk bertemu dengan mereka masyarakat badur bawah harus membawa proposal untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Perbedaan agama juga menyebabkan sulitnya mereka bertemu, pada saat acara perayaan keagamaan umum masyarakat bawah mayoritas beragama islam sedangkan masyarakat atas campuran ada tionghoa, budha, Kristen dan haya sebagian islam. Untuk masyarakat pemukiman elite kebanyakan beragama hindu, budha dan Kristen sehingga tidak pernah mereka merayakan hari besar bersama-sama antara masyarakat pemukiman elite dan masyarakat pemukiman slum area.

Kegiatan kemasyarakat juga ada di badur seperti kegiatan perwiritan ibu-ibu, gotong royong, STM dan posyandu. Kegiatan perwiritan dilakukan setiap hari seminggu sekali tepatnya hari sabtu pukul 15.00 wib. Anggota perwiritan gabungan antara masyarakat atas dan bawah, namun kebanyakan anggota ibu-ibu masyarakat atas yang kaum menengah sedangkan untuk masyarakat eliete tidak ada yang mengikutinya. Kegiatan perwiritan selain itu menambah ketakwaan keimanan juga untuk mempererat silaturahmi anggotanya. Kegiatan gotong


(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan

dan dapat juga menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jarak Sosial Masyarakat Elite Dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun). Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua saya Bapak Budi Amin Damanik dan Ibu Nurida atas kasih sayang, doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada saya dalam menyelesaikan perkuliahan hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini dan juga kepada adik saya adinda Indah Budi Ati Damanik yang salalu memberikan dukungan motivasi.

Penulisan skripsi disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,dan materi penulis. Namun berkat pertolongan dan kehendak Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan, ketabahan dan keyakinan kepada penulis dan juga seluruh teman dan sahabat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan pada saat penulis mengalami kesulitan, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran dan motivasi serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :


(2)

1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, sebagai anggota penguji (Reader) yang banyak memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis. 2. Ibu lina Sudarwati Msi sebagai ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dra. Muba Simanjuntak sebagai Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Linda Elida, M.Si sebagai dosen pembimbing penulis, yang memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi. Sekaligus sebagai dosen wali penulis yang selalu memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis semenjak awal perkuliahan serta sampai pada penyelesaian skripsi. Dimana dengan begitu banyak kesibukan beliau masih bersedia meluangkan waktu kepada penulis.

5. Kepada seluruh staf pengajar dan administrasi FISIP USU khusus Departemen Sosiologi, buat kak Feny dan kak Beti saya ucapkan terima kasih atas bantuannya.

6. Secara khusus dan teristimewa kepada orang tua saya Ayahanda Bapak Budi Amin Damanik dan Ibunda Nurida yang seluruh cinta dan kasih selalu ada untuk penulis.

7. Kepada adinda saya tercinta Indah Budi Ati Damanik yang selalu memberikan motivasi, semangat, kasih sayang dan doa yang tidak terbatas bagi penulis.

8. Kepada sahabat terbaik penulis abang Joega Asnawi yang selalu memberikan dorongan dan semangat serta bantuan moril, kepada penulis dalam menyelesaikan penulis.

9. Kepada teman-teman saya, Ririn, Sandi, Ayu, Novi dan Ulfa terima kasih atas doa dan dukungan, persahabatan dan menjadi kenangan terindah yang tidak mungkin dilupakan penulis

10.Kepada teman-teman seperjuangan Stambuk 2011 : Samuel, Melda, Wahyudi, Anita, Putri, Arizaldi, Dona, May, Safrillah, Hisbul, Ismi, Yaser, May, Ernita, Novi, Dwi, Aisyah, Herliza, Wawan, Emilia, Dewi,


(3)

Rency, Grety, Balqis, John, Sarah, Angela, Andriani, Nidia, Erawati, Carlina , Ello, Katy, Maiusnah, dan teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, saran dan doanya.

11.Kepada teman taman bermain TK Ganbare Putri, Dea, Awa dan Bang Sahrul terima kasih atas doa, motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

12.Kepada Ibu kepala lingkungan 10 Kelurahan Hamdan Ibu Emi terima kasih atas bantuan dan waktunya dan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh informan yang telah meluangkan waktu memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian sehingga penulis dapat menyusun laporan penelitian berbentuk skripsin ini.

Akhirnya penulis menyadari tidak akan mampu membalas segala kebaikan yang telah diberikan, karena tanpa peran kalian semua penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi. Semoga segala kebaikan dan ketulusan ini, diberikan rahmat dan hidayah dari Allah SWT.

Medan, 2015


(4)

DAFAR ISI

Halaman

ABSTRAK

……….i

KATA PENGANTAR ………ii

DAFTAR IS ………..iii

DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN ……….. ………..1

1.1Latar Belakang .………...8

1.2.Perumusan Masalah ………8

1.3.Tujuan Penelitian ………9

1.4.Manfaat Penelitian ………9

1.5.Definisi Konsep ………10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Interaksi Simbolik ……….13

2.2.Konsep Jarak Sosial ………14

2.3. Interaksi Sosial …...…...………15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ……… 20

3.2. Lokasi Penelitian ………20

3.3. Unit Analisis dan Informan ………..21

3.3.1. Unit Analisis. ………21

3.3.2. Informan ………..21

3.4. Teknik Pengumpulan Data …...……….23

3.4.1. Data Primer ………...………..23

3.4.2. Data Sekunder …..……….24

3.5. Interprestasi Data …….………..24


(5)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPESTASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….26

4.1 2. Letak dan Batas Wilayah ………27

4.1 .3 Keadaan Demografi ...…...………28

4.1.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin …………28

4.1.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ………..29

4.1.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ………30

4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku ……….31

4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian .………32

4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .….33 4.1.4. Sarana Umum Kelurahan Hamdan ……….34

4.1.4.1. Sarana Kesehatan ………34

4.1.4.2. Sarana Peribadatan ………35

4.2. Profil Informan………36

4.3. Hasil Interprestasi Data ………67

4.3.1 Kondisi Sosial Masyarakat Badur Bawah dan Badur Atas …….67

4.3.1.1. Kondisi Sosial Masyarakat Pemukiman Pinggiran .……71

4.3.1.2. Kondisi Sosial Masyarakat Pemukiman Atas ………….73

4.3.1.3. Kondisi Sosial yang Kurang Nyaman dan Aman ………74

4.3.2 Pola Interaksi Masyarakat Badur Atas dan Badur Bawah ……..76

4.3.2.1 Proses Interaksi Bersifat Disharmonis .………77

4.3.3 Ruang Sosial Sudah Tersedia Masyarakat Tidak Membuka Diri ………...80

4.3.4 Kondisi Jarak Sosial Masyarakat elite dan Masyarakat Pinggiran.……….85

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………90

5.2 Saran ………92

DAFTAR PUSTAKA………..93

LAMPIRAN ………95

DAFTAR TABEL Tabel 4.1.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ………28


(6)

Table 4.1.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ..………..29

Table 4.1.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ....………..31

Tabel 4.1.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Enis ..………32

Tabel 4.1.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian .………..33


Dokumen yang terkait

Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

4 81 144

Solidaritas Pada Masyarakat Marginal di Perkotaan (Studi deskriptif Pada Anggota Lembaga Keuangan Masyarakat Kota (LKMK) Keska Kelurahan Sei Mati, Lingkungan XII Medan Maimun)

8 93 104

Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan 11 Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar A Medan

0 68 88

Pola Interaksi Internal Masyarakat Pemukiman Kumuh (Studi deskriptif: Jl. Juanda Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun)

8 103 119

Reaksi Sosial Terhadap Normalisasi Sungai Deli: (Studi Kasus di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun)

4 38 91

Jarak Sosial Masyarakat Elite dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun)

28 118 112

BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Peristiwa Banjir Medan - Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

0 0 28

Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

0 2 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Solidaritas Sosial - Solidaritas Pada Masyarakat Marginal di Perkotaan (Studi deskriptif Pada Anggota Lembaga Keuangan Masyarakat Kota (LKMK) Keska Kelurahan Sei Mati, Lingkungan XII Medan Maimun)

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Solidaritas Pada Masyarakat Marginal di Perkotaan (Studi deskriptif Pada Anggota Lembaga Keuangan Masyarakat Kota (LKMK) Keska Kelurahan Sei Mati, Lingkungan XII Medan Maimun)

0 1 13