Jarak Sosial Masyarakat Elite dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun)
Skripsi Penelitian
JARAK SOSIAL MASYARAKAT PINGGIRAN/KUMUH DAN MASYARAKAT ELITE
(Studi Dekriptif Jl. Badur Linkungan 10, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun)
D I S U S U N Oleh :
SITI KHADIJAH DAMANIK 110901058
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
(3)
ABSTRAK
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau jarak psikologis. Jarak sosial menyebabkan adanya perbedaan perlakuan dalam berinteraksi dengan anggota masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan agama, suku, kelas sosial dan ras.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat. Adapun informan dalam penelitian ini masyarakat Badur atas dan Badur bawah yang sudah 20 tahun tinggal di Badur, memiliki lahan pemukiman sendiri dan tidak memiliki lahan pemukiman sendiri.Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur Lingkungan 10, Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun.
Dari hasil analisi diperoleh bahwa jarak sosial terjadi dalam masyarakat disebabkan banyak factor diantaranya, sikap tertutup terhadap ruang-ruang sosial yang ada dimasyarakat menyebabkan terjadi pemisahan interaksi dalam masyarakat sehingga jarang dapat bertemu untuk berinteraksi menciptakan pola interaksi bersifat disharmonisasi. Disharmonisasi ditandai dengan tidak saling mengenal anggota masyarakat yang berada dalam satu kawasan lingkungan. Salah satu factor yang menyebabkan semakin melebarnya jarak sosial dimasyarakat perbedaan kekayaan sehingga menciptakan aturan dalam berinteraksi.
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan dan dapat juga menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jarak Sosial Masyarakat Elite Dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun). Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua saya Bapak Budi Amin Damanik dan Ibu Nurida atas kasih sayang, doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada saya dalam menyelesaikan perkuliahan hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini dan juga kepada adik saya adinda Indah Budi Ati Damanik yang salalu memberikan dukungan motivasi.
Penulisan skripsi disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,dan materi penulis. Namun berkat pertolongan dan kehendak Allah SWT yang selalu memberikan kekuatan, ketabahan dan keyakinan kepada penulis dan juga seluruh teman dan sahabat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan pada saat penulis mengalami kesulitan, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran dan motivasi serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
(5)
1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, sebagai anggota penguji (Reader) yang banyak memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis. 2. Ibu lina Sudarwati Msi sebagai ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dra. Muba Simanjuntak sebagai Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Linda Elida, M.Si sebagai dosen pembimbing penulis, yang memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi. Sekaligus sebagai dosen wali penulis yang selalu memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis semenjak awal perkuliahan serta sampai pada penyelesaian skripsi. Dimana dengan begitu banyak kesibukan beliau masih bersedia meluangkan waktu kepada penulis.
5. Kepada seluruh staf pengajar dan administrasi FISIP USU khusus Departemen Sosiologi, buat kak Feny dan kak Beti saya ucapkan terima kasih atas bantuannya.
6. Secara khusus dan teristimewa kepada orang tua saya Ayahanda Bapak Budi Amin Damanik dan Ibunda Nurida yang seluruh cinta dan kasih selalu ada untuk penulis.
7. Kepada adinda saya tercinta Indah Budi Ati Damanik yang selalu memberikan motivasi, semangat, kasih sayang dan doa yang tidak terbatas bagi penulis.
8. Kepada sahabat terbaik penulis abang Joega Asnawi yang selalu memberikan dorongan dan semangat serta bantuan moril, kepada penulis dalam menyelesaikan penulis.
9. Kepada teman-teman saya, Ririn, Sandi, Ayu, Novi dan Ulfa terima kasih atas doa dan dukungan, persahabatan dan menjadi kenangan terindah yang tidak mungkin dilupakan penulis
10.Kepada teman-teman seperjuangan Stambuk 2011 : Samuel, Melda, Wahyudi, Anita, Putri, Arizaldi, Dona, May, Safrillah, Hisbul, Ismi, Yaser, May, Ernita, Novi, Dwi, Aisyah, Herliza, Wawan, Emilia, Dewi,
(6)
Rency, Grety, Balqis, John, Sarah, Angela, Andriani, Nidia, Erawati, Carlina , Ello, Katy, Maiusnah, dan teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, saran dan doanya.
11.Kepada teman taman bermain TK Ganbare Putri, Dea, Awa dan Bang Sahrul terima kasih atas doa, motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
12.Kepada Ibu kepala lingkungan 10 Kelurahan Hamdan Ibu Emi terima kasih atas bantuan dan waktunya dan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh informan yang telah meluangkan waktu memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian sehingga penulis dapat menyusun laporan penelitian berbentuk skripsin ini.
Akhirnya penulis menyadari tidak akan mampu membalas segala kebaikan yang telah diberikan, karena tanpa peran kalian semua penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi. Semoga segala kebaikan dan ketulusan ini, diberikan rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Medan, 2015
(7)
DAFAR ISI
Halaman
ABSTRAK
……….i
KATA PENGANTAR ………ii
DAFTAR IS ………..iii
DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN ……….. ………..1
1.1Latar Belakang .………...8
1.2.Perumusan Masalah ………8
1.3.Tujuan Penelitian ………9
1.4.Manfaat Penelitian ………9
1.5.Definisi Konsep ………10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Interaksi Simbolik ……….13
2.2.Konsep Jarak Sosial ………14
2.3. Interaksi Sosial …...…...………15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ……… 20
3.2. Lokasi Penelitian ………20
3.3. Unit Analisis dan Informan ………..21
3.3.1. Unit Analisis. ………21
3.3.2. Informan ………..21
3.4. Teknik Pengumpulan Data …...……….23
3.4.1. Data Primer ………...………..23
3.4.2. Data Sekunder …..……….24
3.5. Interprestasi Data …….………..24
(8)
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPESTASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….26
4.1 2. Letak dan Batas Wilayah ………27
4.1 .3 Keadaan Demografi ...…...………28
4.1.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin …………28
4.1.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ………..29
4.1.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ………30
4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku ……….31
4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian .………32
4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .….33 4.1.4. Sarana Umum Kelurahan Hamdan ……….34
4.1.4.1. Sarana Kesehatan ………34
4.1.4.2. Sarana Peribadatan ………35
4.2. Profil Informan………36
4.3. Hasil Interprestasi Data ………67
4.3.1 Kondisi Sosial Masyarakat Badur Bawah dan Badur Atas …….67
4.3.1.1. Kondisi Sosial Masyarakat Pemukiman Pinggiran .……71
4.3.1.2. Kondisi Sosial Masyarakat Pemukiman Atas ………….73
4.3.1.3. Kondisi Sosial yang Kurang Nyaman dan Aman ………74
4.3.2 Pola Interaksi Masyarakat Badur Atas dan Badur Bawah ……..76
4.3.2.1 Proses Interaksi Bersifat Disharmonis .………77
4.3.3 Ruang Sosial Sudah Tersedia Masyarakat Tidak Membuka Diri ………...80
4.3.4 Kondisi Jarak Sosial Masyarakat elite dan Masyarakat Pinggiran.……….85
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………90
5.2 Saran ………92
DAFTAR PUSTAKA………..93
LAMPIRAN ………95
DAFTAR TABEL Tabel 4.1.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ………28
(9)
Table 4.1.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ..………..29
Table 4.1.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ....………..31
Tabel 4.1.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Enis ..………32
Tabel 4.1.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian .………..33
(10)
ABSTRAK
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau jarak psikologis. Jarak sosial menyebabkan adanya perbedaan perlakuan dalam berinteraksi dengan anggota masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan agama, suku, kelas sosial dan ras.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat. Adapun informan dalam penelitian ini masyarakat Badur atas dan Badur bawah yang sudah 20 tahun tinggal di Badur, memiliki lahan pemukiman sendiri dan tidak memiliki lahan pemukiman sendiri.Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur Lingkungan 10, Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun.
Dari hasil analisi diperoleh bahwa jarak sosial terjadi dalam masyarakat disebabkan banyak factor diantaranya, sikap tertutup terhadap ruang-ruang sosial yang ada dimasyarakat menyebabkan terjadi pemisahan interaksi dalam masyarakat sehingga jarang dapat bertemu untuk berinteraksi menciptakan pola interaksi bersifat disharmonisasi. Disharmonisasi ditandai dengan tidak saling mengenal anggota masyarakat yang berada dalam satu kawasan lingkungan. Salah satu factor yang menyebabkan semakin melebarnya jarak sosial dimasyarakat perbedaan kekayaan sehingga menciptakan aturan dalam berinteraksi.
(11)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau jarak psikologis. Jarak sosial menunjukkan penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan terjadi diantara mereka. Secara definisi jarak sosial adalah sejauh mana orang bersedia untuk menerima dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Salah satu bentuk jarak sosial dapat dilihat dalam dimensi Rasisme yang dikenal dengan sistem apartheid. Sistem
apartheid memisahkan masyarakat berdasarkan warna kulit, sehingga ada anggapan kulit putih lebih unggul dari pada kulit hitam (white supremy). System apartheid menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap individu dari golongan rasisme tersebut yang mengakibatkan ada diskriminasi. (Sunarto :2004).
Menurut Edward T. Hall dalam (Sunarto 2004 ) jarak social merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dalam satu wilayah geogerafis yang berdekatan berbicara tetapi tidak saling menyentuh. Pemahaman lain menurut Dobb (1985) jarak sosial adalah perasaan tertentu yang memisahkan individu dari kelompok lain dengan suatu tingkat penerimaan tertentu (atribut yang melekat dalam diri mereka).Jarak sosial
(12)
kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu. Apabila dalam hubungan sosial antara individu memiliki banyak kesamaan maka hubungan sosial yang berlansung diantara mereka dekat, sebalik apabila terdapat banyak perbedaan akan menimbulkan adanya jarak sosial dalam hubungan sosial yang terjalin. Jarak sosial dapat dilihat dalam dimensi suku atau etnis, agama dan ras. Perbedaaan dalam sosial budaya menyebabkan keberagaman dalam setiap elemen struktur masyarakat. Stratifikasi memperlihatkan adanya pembedaan dalam masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan, kekuasaan, pekerjaan, pendidikan dan lainnya.
Indonesia dikenal dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya satu dalam perbedaan, seharus dapat dipedomani agar tidak ada perbedaan dalam masyarakat sehingga hubungan sosial yang terjalin dimasyarakat berjalan harmonis. Namun nyatanya masih banyak masyarakat yang membedakan-bedakan berdasarkan persamaan dan perbedaan sehingga menimbulkan adanya pengelompokan dalam hubungan sosial yang dikenal dengan jarak sosial.Jarak sosial dalam masyarakat dalam dapat dihilangkan apabila sesama anggota masyarakat menghilangkan sikap etnosentrisme atau kesukuan sehingga tidak ada perbedaan dalam hubungan sosial yang berlangsung. Di masyarakat sendiri sebenarnya sudah terdapat ruang-ruang sosial yang dapat dijadikan sebagai sarana meminimalkan terjadinya jarak sosial diantara masyarakat, ruang sosial menjadi wadah tempat bertemu masing-masing anggota masyarakat dari berbagai elemen yang ada. Ruang sosial dalam penelitian ini merupakan wadah yang terbentuk secara alamiah dimasyarakat yang berfungsi mempertemukan seluruh elemen anggota masyarakat sehingga tercipta integritas. Ruang sosial dapat berupa tempat
(13)
beribadah seperi mesjid, gereja, kuil wihara dln. Selain itu dapat berupa ruang publik seperti taman, jalan raya, rumah sakit, rumah makan, dln.Namun tidak jarang kehadiran ruang-ruang sosial dijadikan tempat yang membedakan antara golongan masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan ekonomi, suku, agama dan ras dan golongan.
Pasar merupakan salah satu ruang sosial yang ada di masyarakat dimana tempat bertemu berbagai anggota masyarakat dari berbagai elemen sosial untuk melakukan transaksi jual-beli, namun saat ini pasar juga membedakan pengunjung yang dapat masuk kedalamnya berdasarkan kelas sosial. Saat ini perbedaan kelas sosial menjadi jurang pemisah antara masyarakat, dimana mayarakat digolongan menjadi tiga yaitu; masyarakat ekonomi rendah, masyarakat ekonomi menengah dan masyarakat ekonomi atas.
Kota medan dengan luas wilayah 265. 10 Km2 dengan jumlah penduduk 237,56 juta jiwa (BPS, 2013) dengan jumlah tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1.49 % per tahun. Tinggi angka pertumbuhan penduduk berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota khsusus dalam kegiatan sosial-ekonomi. Masyarakat akan berebut dalam bidang pekerjaan agar mendapatkan penghasilan yang besar sehingga harus mengalah pihak lawannya dengan meningkat pendidikan yang tinggi, dalam pencapaian dimenangkan oleh masyarakat kelas atas, sedangkan masyarakat kelas bawah dengan segala ketebatasnnya bekerja menjadi buruh atau pekerja kasar. Adanya perbedaan pekerjaan akan menyebabkan perbedaan penghasilan yang menciptakan masyarakat elite yang dapat memenuhi kebutuhan pokok serta kebutuhan akan barang mewah. Masyarakat elite memiliki kemampuan membeli lahan sehingga terjadi perebutan
(14)
lahan terjadi penyempitan lahan untuk pemukiman maupun diperuntukan pengembangan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang tidak mampu membeli lahan akan menempati kawasan yang tidak terpakai menciptakan berdirinya kawasan lingkungan kumuh.
Pemukiman kumuh adalah suatu lingkungan pemukiman yang mengalami penurunan kualitas kehidupan fisik, budaya dan social sehingga tidak layak menjadi tempat tinggal. Pemukiman kumuh tidak jarang berdiri bersebelahan dengan pemukiman elite maupun gedung-gedung mewah. Salah satu berada di Kelurahan Hamdan kecamatan Medan Maimun terdapat kawasan kumuh yang dikenal dengan kampung Badur berada berdampingan dengan pemukiman masyarakat elite. Kebutuhan akan pemukiman semakin meningkat memunculnya fenomena gated community (kumunitas berpagar). Model Gated community memiliki ciri mempunyai tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses masuk dimana manusia tinggal dan melaksanakan kehidupannya.
Fenomena gated community di kota –kota menunjukkan pembatasan ruang yang sengaja dibuat untuk melambangkan pemisahan interaksi dengan masyarakat lain. Masyarakat yang tinggal dalam gated community cenderung menjalin hubungan sosial dengan masyarakat yang memiliki model hunian yang sama, walaupun hubungan yang terjalin antara masyarakat sekitar hanya berupa pertemuan selintas tanpa adanya ikatan emosional dalam berinteraksi. Perbedaan pemukiman juga berpengaruh dalam interaksi yang terjalin antara kedua kelompok yang berbeda. Adapun dampak langsung terhambatnya interaksi sosial karena membatasi diri dengan lingkungan sekitar. Peningkatkan kumunitas berpagar disebabkan karena adanya kesadaran yang terkonstruksi dalam
(15)
masyarakat bahwa jika mereka mengaku orang kaya maka harus membeli rumah dan tinggal di kawasan elite dan sebaliknya jika mereka mengindentifikasi tidak kaya maka mereka memilih kawasan menengah lainnya atau pun kawasan kumuh (slum settlement). Kesadaran yang sudah dimiliki menciptakan adanya segregasi yang membentuk adanya pengelompokkan dalam masyarakat.(jurnalsospol.fisipol .ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/74/65).
Segregasi sosial merupakan adanya perbedaan kehidupan yang seolah-olah harus benar dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi menciptakan adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan dalam struktur sosial di masyarakat.Segregasi dapat digolongan menjadi dua bentuk yaitu segregasi yang terkonstruksi dan segregasi yang alami. Segregasi yang terkonstuksi yakni adanya kesadaran dalam masyarakat sehingga menciptakan segregasi. Masyarakat yang mengidentifikasi bahwa mereka kaya akan memilih bentuk hunian yang mencerminkan status sosial mereka, sedangkan segregasi yang terbentuk secara alami yakni pemisahan yang terjadi karena adanya keterpaksaan dalam masyarakat sehingga mereka memilih hidup mengelompok dalam satu kawasan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi mereka.
Berdasarkan hasil observasi langsung dilapangan menunjukkan kampung secara jelas adanya segregasi sosial antar kehidupan masyarakat kaya dan miskin. Segregasi yang terbentuk secara alami masyarakat memiliki kesadaran yang terkonstruksi mereka hidup mengelompok bersama anggotanya berdasarkan kesamaan. Masyarakat kaya atau elite dapat dilihat dalam penelitian dari bentuk dasar rumah terbut dari batu, berdinding tembok, berpagar dilengkapi kamera
(16)
pengintai (cctv) dan hampir setiap rumah memiliki garansi mobil serta setiap rumah memiliki bak sampah. Sedangkan masyarakat miskin tinggal dilahan yang tidak terpakai, berbahan dasar kayu dan papan, berada di pinggir sungai, masing-masing rumah memiliki bertangga, ukuran rumah yang sempit (satu ruangan menampung segala aktivitas), padat penduduk, sulit air bersih.
Sejarah lahirnya kampung Badur berdasarkan penuturan salah seorang masyarakat yang tinggal di badur, ibu Poniah mengatakan kami sudah bertahun-tahun tinggal di badur. Berawal dari ayah saya orang pertama yang membuka lahan disini, dulunya ini lahan kosong yang tidak terpakai kemudian kami dirikan rumah sampai saat ini sudah berdiri banyak rumah disini. Masyarakat badur dibedakan menjadi dua golongan yang dikenal dengan masyarakat badur bawah mereka yang menenpati rumah di tepi atau pinggir sungai dan mayarakat atas mereka yang mendirikan rumah di atas tanah.
Dari segi pendidikan masyarakat Badur bawah didominasi tamatan SMP dan SMA kebanyakan bekerja dibidang jasa dan perdangan. Hal ini juga didorong oleh letak wilayah kampung Badur berada di pusat kota dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran, perumahan elite, restoran, rumah sakit dan pusat perbelanjaan sehingga masyarakat mudah mencari pekerjaan. Kebanyakan mereka bekerja di sektor informal seperti ; pengemudi becak, pedagang kaki lima, buruh cuci, buruh bangun dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan masyarakat badur atas yang banyak bekeja di perusahaan sendiri, pemilik toko, pegawai swasta, PNS, guru dan sebagainya.
(17)
Mayoritas etnis yang menempati kawasan bawah kebanyakan terdiri dari suku minang, jawa, batak dan campuran. Sedangkan etnis masyarakat atas terdiri dari Padang, Jawa, Tionghoa, India dan campuran lainnya. Perbedaan suku atau enis menciptakan adanya keberagaman kebudayaan di kampung Badur, masing-masing anggota masyarakat harus memahami akan perbedaan nilai dan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang ada di Badur agar terbentuk kesatuan dalam keberaganm dikampung Badur.
Hasil observasi langsung dilapangan yang menjadi salah satu ruang sosial yang dapat mempertemukan masyarakat bawah dan masyaraka atas hanyalah jalan yang sering dilewati masyarakat atas pada saat mereka hendak pergi keluar. Jalan menjadi sarana bertemu masyarakat Badur atas dan Badur, namun interaksi yang terjadi hanya tegur sapa saja tanpa ada interaksi yang intens. Akibat jarangnya masyarakat atas dan masyarakat bawah bertemu menyebabkan kurang kedekatan diantara mereka, serta sikap tertutup yang ditunjukkan masyarakat atas terhadap masyarakat bawah juga menyebabkan terjadinya perbedaan perlakuan dalam interaksi antara masyarakat atas dan masyarakat bawah.Hal ini dapat terjadi karena kedua kelompok masyarakat memiliki memiliki latar belakang yang berbeda sehingga terjadi ketidaksesuaian dalam bersikap, bertutur kata, bahasa yang digunakan, nilai yang di pedomani, cara berpakaian, berpenampilan dan lain sebagainya. Jarak social yang melatarbelakngi ketidakevektifan dalam berinteraksi antara kedua kelompok masyarakat ini menyebabkan ketertarikan saya ingin melakukan penelitian mengenai jarak social masyarakat kumuh (slum area) dan masyarakat elite. Berdasarkan hal yang telah dikemukan di atas maka
(18)
peneliti mengangkat judul penelitian mengenai “Jarak Sosial Masyarakat Kumuh Dan Masyarakat Elite “
1.2Perumusan Masalah
Sebuah penelitian harus memiliki batasan –batasan permasalahan yang harus diamati atau diteliti agar penelitian tersebut dapat terfokus dalam satu permasalahan yang dapat diselesaikn dan peneliti tidak lari dari jalur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana jarak sosial dalam masyarakat elite dan masyarakat slum area ? 2. Apa saja factor yang mempengaruhi terjadi jarak sosial antara masyarakat
atas dan masyarakat pinggiran/kumuh ?
1.3 Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah yang akan diteliti pada sebuah penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian yang sejalan dengan perumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi jarak sosial masyarakat kumuh (slum area) dengan masyarakat menengah, masyarakat elite, serta menjelaskan factor yang bekontributif dalam penghambat interaksi social sehingga menimbulkan jarak social dalam kelompok masyarakat tersebut.
(19)
1.4 Manfaat Penelitian
Mamfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapakan ketika sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Adapun yang menjadi maafaat penelitian ini dilakukan adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khusus nya mata kuliah Sosiologi Perkotaan serta hasil penelitian menjadi bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya yang mengkaji persoalan yang terkait dengan penelitian ini.
2. Mamfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi
ketidakharmoninsa hubungan sosial yang terjadi antara kedua masyarakat yang berbeda secara status ekonomi,agama, dan suku agar dapat tercapai keharmonisan dalam hubungan sosial di masyarakat serta dapat dijadikan bahan rujukan dan saran bagi Pemerintah Kota Medan dalam menciptakan harmonisasi sosial masyarakat majemuk sehingga setiap kelompok masyarakat secara sosial budaya dan status sosial ekonomi berbeda dapat hidup berdampingan rukun dan damai.
1.5 Definisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual yang merujuk pada kenyataan yang nyata ke dalam empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna.
(20)
Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi (suyanto,2005:49). Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
a. Masyarakat pemukiman kumuh yaitu kelompok masyarakat yang menempati daerah pemukiman kumuh disebabkan keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan. Pemukiman kumuh dalam penelitian berdiri diatas lahan yang bukan milik dan haknya tanpa izin dari pemiliknya. Pemukiman kumuh dalma penelitian ini terlihat dari bentuk huniannya, berbahan dasar kayu serta bertangga, berdiri di pinggir sungai, padat penduduk, memiliki ukuran 3x4 (satu ruangan menampung segala aktivitas)
b. Masyarakat menengah yaitu kelompok masyarakat yang dapat memenuhi kehidupan ekonomi tanpa keterbatasan. Dalam penelitian ini masyarakat ekonomi menengah dilihat dari kondisi hunianya, berbahan dasar batu, berdinding semen, berpagar, berdiri di atas tanah milik pribadi.
c. Masyarakat pemukiman elite yaitu kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi status sosial ekomoni di masyarakat. Masyarakat elite dalam penelitian ini dilihat dari bentuk huniannya berbahan dasar batu, berdinding batu, bepagar tinggi dilengkapi kamera cctv.
d. Ruang sosial adalah suatu wadah yang terbentuk secara alamiah sebagai sarana untuk mempertemukan masyarakat dalam satu keadaan (setting) yang sama untuk menimbul rasa kebersamaan. Dalam penelitian ini yang
(21)
dijadikan sebagai ruang sosial yaitu; jalan, musola dan kegiatan kemasyarakat yang ada di badur.
e. Interaksi sosial adalah hubungan timbale balik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam penelitian ingin dilihat pola interaksi yang terjadi antara masyarakat pemukiman pinggiran (slum area) dan pemukiman elite. f. Segregasi sosial adalah adanya pembeda yang seakan benar-benar harus dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi menciptakan adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan dalam struktur sosial di masyarakat. Segregasi dalam penelitian ini adanya bentuk pemukiman yang mengelompok antara masyarakat elite dan masyarakat kumuh.
g. Disharmonisasi adalah pola hubungan interaksi antara individu dengan individu yang tidak berjalan harmonis.
h. Jarak sosial adalah adalah perbedaan perlakuan sikap dan tindakan dalam suatu hubungan sosial karena adanya norma-norma yang mengatur dalam hubungan sosial tersebut. Jarak sosial melandasi adanya perbedaan hubungan antara kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu.
(22)
BAB II
TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori interaksionisme simbolik dengan pandangan tenteng sosiologi interpetatif yang sedikit banyaknya terispirasi dari tokoh kennamaan Marx Weber dengan tindakan socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan makna subjektif yang diberikan individu. Dan tindakan ini memperhatikan unsur tindakan orang lain. Yang setelah meninggalnya Mead dikembangkan oleh teman sejawatnya Herbert Blumert yang kemudian lebih dikenal dengan interaksionisme simbolik adalah suatu pendekatan yang di bangun atas dasar formasi social dari symbol – symbol, makna - makna yang dipahami bersama, dan penggunaan dalam komunikasi, baik di dalam diri self maupun di dalam orientasi self terhadap orang lain, dalam berbagai interaksi di antara agen – agen atau pelaku- pelaku sosial.
Interaksionisme simbolis yang diketengahkan Blumer (Poloma 2010 :258) bertumpu pada tiga premis :
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial” seseorang dengan orang lain. 3. Makna-makna tersebut di sempurnakan di saat proses interaksi sosial
(23)
Teoritisi Interaksionisme simbolik memusatkan perhatian terutama pada dampak dari makna dan symbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial manusia dan pada interaksi sosial manusia. Dalam melakukan tindakan seorang actor mencoba menafsirkan pengaruhnya terhadapa actor lain yang terlibat. Dalam proses interaksi sosial manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang yang lain yang terlibat. Dengan kata lain dalam interaksi sosial para aktor terlibat dalam proses saling memengaruhi. Manusia mempunyai kemampuan dalam menggunakan arti dan makna symbol maka manusia mempunyai kemampuan dalam membuat pilihan tindakan di mana mereka terlibat. Dalam teoritisi interaksi simbolik aktor setidak mempunyai kebebasan dalam membuat pilihan yang unik dan bebas. W.I Thomas dan Dorothy Thomas membantu menekan kemampuan kreatif manusia dalam konsep mereka tentang “definisi situasi “. Menurut W.I Thomas bila manusia telah mendefenisikan situasi sebagai sesuatu yang nyata maka akibatnyapun nyata”. Thomas mengatakan “individu mendefinisikan situasi secara spontan yang memungkinkan mereka mengubah dan memodifikasi arti dan symbol”.
2.2 Jarak sosial
Konsep jarak sosial menurut Edward T. Hall dalam (Suanarto: 2004) merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dapat berbicara secara wajar tetapi tidak saling menyentuh. Menurut Utoyo dalam (ayu kartika:2010) jarak social merupakan hubungan yang dapat di terima Individu dengan anggota kelompok lain. Jarak sosial di pengararuhi oleh beberapa factor diantaranya
(24)
kelompok primer. Kelompok primer dalam jarak sosial dalam jarak sosial disebut juga dengan face to face group merupakan suatu hubungan kelompok sosial yang paling sederhana dimana anggotanya saling mengenal serta adanya kerja sama yang erat. Dalam kamus sosiologi jarak sosial (sosial distance) mengacu pada perasaan yang terpisah atau bejarak di antara kelompok-kelompok sosial. istilah ini untuk mengidinkasi tingkat keterpisahan atas kedekatan antar anggota kelompok etnis yang berlainan. Menurut Emory S. Borgadus (1882-1972) jarak sosial digunakan untuk mengukur jauh atau dekatnya kedekatan emosi antara individu dengan individu lain. Jarak sosial dapat dilihat dari indikator perilaku menjauhi kelompok lain, perilaku berteman dan bergaul dengan teman sendiri dan bemukim hanya dengan anggota kelompok sendiri. Jarak sosial melandasi adanya perbedaan hubungan antara kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu.
Jarak sosial dalam penelitian ini digunakan untuk mengambarkan hubungan sosial yang terjalin diantara masyarakat yang berbeda, berdasarkan kriteria diantara :
1. Keakraban dalam hubungan sosial diantara masyarakat pemukiman kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite
2. Pola interaksi yang terjalin diantara ketiga golongan masyarakat yang berbeda.
3. Kedekatan yang terjalin antara masyarakat kumuh, menengah, dan elite 2.3 Interaksi Sosial
Interaksi social merupakan bagian dari proses- proses social sebagai pengaruh hubungan timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama di dalam
(25)
kehidupan social. Interaksi social merupakan hubungan antara manusia yang sifat dari hubungan tersebut bersifat dinamis artinya hubungan itu selalu mengalami dinamika. Interaksi social berasal dari kata “antar” dan “aksi” yaitu aksi dan reaksi. Ketika dua orang bertemu, berjabat tangan dan saling berbicara bahkan samapai terjadi perkelahian. dalam peristiwa tersebut salah satu pihak memberikan aksinya kemudian pihak lain memberikan respon (reaksi) terhadap aksi tersebut maka dari sini kegiatan aksi reaksi terjadi, maka peristiwa tersebut di sebut interaksi socia. Interaksi social merupakan kegiatan manusia dan manusia bukan manusia dengan benda mati. Dengan demikian selama ada aksi dan reaksi tidak antar manusia, maka aktivitas tersebut bukan interaksi social .(Kolip dan Elly.M, 2011).
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi social akan berlangsung apabila seorang Individu melakukan, tindakan dan tindakan tersebut menimbulkan reaksi Individu lain. Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat terjadinya interaksi social yaitu terjadi kontak social dan kumunikasi. Terjadi kontak social tidaklah semata-mata tergantung pada tindakan, tetapi tergantung pada adanya anggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dalam kumunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perilaku orang lain.(Bagong,2004 :16).
Dalam interaksi sosial juga memilikin aturan, dan aturan itu dilihat dalam dimensi ruang dan waktu dari Robert T. hall dan Defenisi Situasi dari W.I
(26)
Thomas mengenai ruang Hall membagi ruang dalam interaksi menjadi empat batasa yaitu :
a) Jarak intim berkisar antara 0-18 inci menunjukkan adanya keterlibatan tubuh individu dalam beinteraksi.
b) Jarak pribadi berkisar antara 18 inchi – 4 kaki hubungan interaksi yang saling menyentuh, misalnya bersalaman.
c) Jarak sosial atau jarak psikologis 4 kaki -10 kaki , dimana seseorang mulai merasa cemas saat orang lain memasuki wilayahnya (zona transaksi personal.) orang yang berinteraksi tidak saling menyentuh. d) Jarak public beriksar 10 kaki-tidak terbatas, interaksi yang dilakukan di
depan umum seperti politikus.(Kamanto-Sunarto 2004:41)
Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat. Seseorang mendefiniskan tindakan berdasarkan situasi yang ditafsirkan tanpa memandang penafsiran individu yang lain. Interaksi social tidak cukup hanya dijelaskan sebagai hubungan timbal-balik antar manusia berdasarkan pola-pola tertentu, maka interaksi social memiliki ciri-ciri tertentu tertentu yaitu :
a. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu kriteria ini merupakan persyaratan mutlak sebab tidak mungkin terjadi aksi dan reaksi dari tindakan manusia jika tidak ada teman atau lawan.
(27)
b. Ada kumunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol-simbol tertentu.Yang dimaksud symbol dalam hal ini adalah benda, bunyi, gerak atau tulisan yang memiliki arti. Adapun kumunikasi merupakan hubungan timbale balik seseorang atau sekelompok dengan pihak lain menggunakan symbol- symbol yang berupa suara, tulisan, gerakan sehingga kedua belah pihak saling menafsirkan dilakukan pihak lain.
c. Ada dimensi waktu (yaitu, lampau kini, dan mendatang) yang menetukan sifat aksi sedang berlangsung. Interaksi social akan senantiasa terjadi dalam kuru dan waktu, artinya kapan dan dimana-mana.(Kolip dan Elly.M, 2011).
Interaksi social adalah bentuk social, yaitu pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang sering mengadakan hubumgan baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi social dapat berupa kerja sama (cooeperation), persaingan (competition), pertentangan (conflict) dan akomodasi (akomodation). Adapun penjelasannya sebagai berikut :
kerjasama (coorperation) merupakan bentuk interaksi yang dilakukan oleh Individu dengan Individu maupun individu dengan kelompok yang didorong kesamaan tujuan yang di peroleh dalam kelompok tersebut. Menurut Charles H.Cooley kerja sama timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri sendiri untuk memenuhi kepentingan mereka.
(28)
Persaingan (competition) merupakan proses social dimana orang perorangan atau kelompok manusia yang terlibat dalam proses tersebut saling berebut keuntungan melalui bidang kehidupan tertentu tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Pertentangan (conflict) merupakan interaksi social yang berlangsung antara masing-masing pihak karena adanya perbedaan penafsiran terhadap perilaku Individu sehingga menimbulkan ketidak serasian diantara kepentingan-kepentingan maka unruk mencapai tujuan saling menghancurkan, menyingkirkan, mengalahkan pihak lawan.
Akomodasi (acomodation) merupakan bentuk interaksi social untuk meyelesaikan suatu pertikaian atau konflik. Biasanya komodasi di awali dengan upaya-upaya oleh pihak bertikai untuk saling mengurangi pertentangan diantara kedua belah pihak.
Manusia sebagai mahkluk social tidak dapat hidup sendiri melainkan, ia membutuhkan orang lain untuk berinteraksi guna memenuhi kebutuhan dasar akan hidupnya. Interaksi social tidak terbatas oleh waktu dan tempat terjadinya, melainkan interaksi dapat terjadi kapan dan dimana saja. Interaksi sangat penting dalam aktivitas-aktivitas social merupakan hubungan dinamis yang menyangkut hubungan Individu dengan Individu maupun Individu dengan kelompok sehingga membentuk hubungan social yang di dahului oleh kontak social dengan adanya kumunikasi secara langsung atau tidak langsung.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi interaksi social dalam hubungan maupun interaksi sosial diantaranya :
(29)
1. Kedekatan : hubungan kedekatan akan terkait dengan factor geografis. Di suatau tempat tertentu anggota kelompok menjalin interaksi lebih banyak di banding antar kelompok diluar daerahnya. Hal ini lah yang memunculkan adanya kelompok dalam in group dan kelomok luar out group. Ikatan kelompok dalam bermain dapat tercermin dari perasaan ikatan solidaritas, kesamaan identitas, karakter dan sebagainya. Dalam kelompok ini tersusun atas Individu yang saling beriteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang semakin mungkin memiliki tingkat keseringan berinteraksi seperti berbicara, melihat dan bersosialisasi 2. Kesamaan : selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat factor
kesamaan antar mereka yang menyebabkan timbulnya rasa keanggotaan. Ada kecenderungan manusia untuk memilih berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan seperti kesamaan minat, agama,nilai, usia, tingkat pendidika dan karakter personal lainnya. (Elly M. dan Usman Kolip 2011:102).
(30)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualittaif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena atau kejadian tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan fenomena-fenoma yang terkait dengan masalah penelitian. Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong,2006) yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.
Penelitian deskriptif kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi objek penelitian dan menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi atau ataupun fenomena tertentu (Bungin,2007:68).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini lokasi akan dilaksanakan di jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kec Medan Maimun. Lokasi ini berdasarkan
(31)
pertimbangan merupakan suatu kawasan yang mencerminkan polarisasi masyarakat kota. Polarisasi kehidupan masyarakat kota dapat dilihat dari keberagaman bentuk hunian dan kehidupan sosial masyarakat yang terlihat dari bentuk infastruktur bangunan, sosial-ekonomi masyarakatnya. Kelurahan Hamdan memperlihatkan permasalahan pemukiman kumuh yang berada bersampingan dengan pemukiman elite, hal ini menyebabkan saya tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi ini.
3.2 Unit Analisis dan Informan
Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini adalah:
3.3.1.Unit Analisis
Karakteristik dari penelitian kualitatif adalah menggunakan apa yang dimaksud dengan unit analisis. Unit analisis masalah kualitatif terdiri dari tingkat mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling makro, yaitu sistem dunia (Burham Bungin, 2007).
3.3.2 Informan
Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang aktual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin ;2007). Adapun yang menjadi informan dalam peneltian ini adalah :
(32)
Masyarakat yang tinggal di lingkungan 10 sebanyak 413 KK dan memiliki kriteria yaitu :
1. Sudah lebih 20 tahun tinggal di badur
2. Masyarakat yang mengenal dan pernah bertemu dengan masyarakat pemukiman kumuh, menengah dan elie
3. Masyarakat tidak mengenal masyarakat pemukiman kumuh, menengah dan masyarakat elite
1. Kepala Lingkungan 10 (kepling)
2. Masyarakat pemukiman bawah (slum area) 5 orang
Kriteria pemukiman slum area dalam penelitian ini diliha dari kondisi hunian yakni :
1. Berdiri di atas lahan yang bukan milik dan hak nya 2. Berbahan dasar kayu/ papan dan setengah batu 3. Kondisi hunian yang padat penduduk
4. Memiliki ukuran 3x4 kecil (satu ruangang menampung semua aktivitas)
5. Setiap rumah memilki bertangga
6. Status kepemilikan tanah yang tidak jelas
7. Memiliki rumah sendiri tetapi tidak memiliki hak tanah 3. Masyarakat pemukiman menengah 5 orang
Kriteria masyarakat pemukiman menengah dalam penelitian ini yakni :
1. Memiliki rumah dan tanah sendiri
(33)
3. Berbahan dasar batu bata
4. Masyarakat pemukiman elite 4 orang
Masyarakat pemukiman elite dalam penelitian ini dilihat dari kondisi hunian:
1. Rumah dan tanah milik sendiri
2. Kondisi hunian berpagar tinggi dilengkapi ccv 3. Memiliki garansi mobil
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa tehnik penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses penelitian. Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
3.4.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah data yang langsung ditemukan dilapnangan pada saat peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara: 1. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007). Pengamatan digunakan untuk mengamati
(34)
gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat/komuniti yang ingin diteliti. Dalam hal ini peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung ruang-ruang sosial seperti; jalan, tempat beribadah, pusat perbelanjaan yang dapat mempertemukan masyarakat kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dengan informan telibat dalam kehidupan sosial. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap anggota masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Badur lingkungan 10, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun.
3.4.2 Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek melalui dukumenntasi. Dukumentasi merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan internet yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan rumusan masalah yang diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil wawancara, observari, maupun dari dokumentasi. Data tersebut semua
(35)
umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. Kemudian dari pengelompokan data tersebut, data-data tersebut diabstraksikan dan dikaitkan antara yang satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan kejadian dan fakta yang terintegrasi.
Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelolah, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini dalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan (Faisal,1989 ).
3.6 Keterbatasan Penelitian
Selama dalam penelitian ini, penulis mempunyai banyak kendala-kendala dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan kesibukan informan sehari-hari.
Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung penelitian.Walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan
(36)
penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin dicapai didapatkan.
(37)
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun. Kelurahan Hamdan terdiri dari 10 lingkungan memiliki jumlah penduduk 86.18 dengan 2.158 KK. Sejarah pemukiman masyarakat Badur berdasarkan penuturan salah seorang informan yang sudah lama tinggal di Badur berawal dari lahan kosong yang tidak terpakai mereka membuka lahan menjadi pemukiman sehingga tidak berselang lama banyak masyarakat lain yang mengikuti membuka lahan menjadi menjadi pemukiman sampai saat ini dikenal dengan kampung Badur. Masyarakat Badur sebenarnya sudah mendapat peringatan dari pemerintah Kota Medan agar pindah ke rumah susun yang sudah disediakan yakni rusun Awa dan rusun Awi, namun mereka menolak. Masyarakat Badur lebih memilih tinggal menetap disebabkan berada di pusat kota sehingga memudahkan akses kemana saja, dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, dan perumahan elite menjadi lebih mudah mencari pekerjaan terutama untuk ibu-ibu sehingga mereka bisa menjadi buruh cuci, pembantu, pedagang keliling dlln.
Kelurahan Hamdan yang berada di pusat kota dikelilingi gedung perkantoran, pemukiman elite, rumah sakit, sekolah, restoran, dan tempat hiburan sehingga tipologi di kelurahan Hamdan mayoritas penduduk bekerja di sektor jasa dan perdagangan. Mayoritas penduduk Badur Lingkungan 10 terdiri dari suku minang, jawa, padang, tionghoa dan campuran. Jumlah kepala keluarga Badur
(38)
yang tercatat 413 kepala keluarga, namun yang tercatat sudah pindah sekarang kira –kira 265 kepala keluarga.
Masyarakat Badur berdasarkan lokasi pendirian pemukiman digolongan menjadi dua yakni badur atas dan badur bawah. Masyarakat badur atas dan badur bawah berada dalam satu lingkungan yang berdekatan namun saling mengelompok.Pengelompokan pemukiman dapat diobservasi langsung masyarakat elite lokasi pemukiman diatas tanah sedangkan masyarakat miskin dibawah dengan pendirian pemukiman diatas sungai. Kondisi hunian juga sangat berbeda, pemukiman masyarakat badur atas berbahan dasar batu, berdinding tembok, serta berpagar sedangkan pemukiman masyarakat bawah berbahan dasar kayu, papan dan setengah batu, serta memiliki tangga.
4.1.2 Letak dan batas wilayah
Kelurahan Hamdan merupakan bagian dari kecamatan Medan Maimun yang berdiri pada tahun 1968 memiliki luas wilayah 52,50 ha. Dengan beriklim tropis dataran rendah rawan banjir. Kelurahan Hamdan memiliki 10 lingkungan yang menjadi tempat penelitian berada di jalan Badur lingkungan X. Jarak dari kantor lurah Hamdan ke kantor Camat Medan Maimun pemerintah 100 M. Jarak dari kantor Lurah Hamdan ke kantor pusat pemerintahan kota adalah sekitar 1 km.
Kelurahan Hamdan memiliki batas wilayah :
Sebelah Utara berbatas dengan : Kelurahan Petisah Tengah Sebelah Selatan berbatas dengan : Kelurahan Jati
(39)
Sebelah Timur berbatas dengan : Kelurahan Sukaraja dan Aur Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Madras Hulu dan
Kel. Jati 4.1.3 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk kelurahan Hamdan 8.168 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 3.928 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.928 yang tersebar di 10 lingkungan yang terdiri dari 2158 (kk) dengan jarak 1 km dari pusat kota. (sumber data kelurahan Hamdan, juni 2014)
4.1.3.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbandingan jenis kelamin jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan di kelurahan Hamdan di dominasi oleh jenis kelamin perempuan dengan jumlah 4.240 jumlah persentasi 52% dan 3.928 jumlah penduduk laki-laki dengan persentasi 48 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4.1.3.1Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis kelamin Frekuensi Persentasi %
1. Laki-laki 3.928 48%
2. Perempuan 4.240 52%
Jumlah 8.168 100 %
(Sumber data kelurahan Hamdan juni 2014)
4.1.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Usia adalah salah satu indicator yang menyatakan seseorang dewasa, menikah dan layak bekerja. Umumnya seseorang telah layak bekerja dan dewasa
(40)
adalah pada saat seseorang telah berusia 17 tahun. Usia tersebut disebu usia produktif. Berikut ini data usia penduduk dikelurahan Hamdan.
Tabel II
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No Tingkat Usia Jiwa Persentase
1. Usia 0 s/d 15 tahun 2025 25%
2. Usia 15 s/d 65 tahun 5700 68%
3. Usia 65 tahun ke atas 443 5,4%
Jumlah 81.68 100%
(Sumber, kantor kelurahan Hamdan juni 2014)
Data tabel II di atas menunjukan bahwa mayorias penduduk Hamdan berusia 17-60 tahun dengan persentasi 68%. Penduduk usia produktif dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari –hari.Pada umumnya penduduk Hamdan banyak yang di bidang jasa dan perdaganng disebabkan letak wilayah Hamdan berada di pusat kota sehingga berada dekat dengan pusat perkantoran, pusat pemerintahan sehingga mudah dalam dalam mencari pekerjaan khusus dibidang jasa dan perdaganga. Kemudian disusul dengan penduduk usia non produktif yaitu usia 0-15 tahun dengan persenasi sebesar 25%. Dan terakhir jumlah penduudk yang paling sedikit usia lansia yaitu 5,4%..
(41)
4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel III
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jiwa Persentase
1. Islam 4649 65%
2. Kristen Protestan 1002 14%
3. Kristen Katolik 601 8.3%
4. Hindu 227 3.1%
5. Budha 694 9.7%
Jumlah 7.173 100%
Sumber kantor kelurahan Hamdan, Juni 2014
Berdasarkan data III tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 7.173 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu pada mayoritas Agama Islam dengan sebesar 4.649 jiwa dengan persentase 65%. Lalu disusul oleh Agama Kriten Protestan yaitu sebesar 1002 jiwa dengan persentase 14%. Kemudian pada Agama Budha yaitu sebesar 694 jiwa dengan persentase 9,7%. Dan selanjutnya oleh Agama Kristen Kaolik yaitu sebesar 601 jiwa dengan persentase 8,3%. Dan yang terakhir merupakan jumlah yang paling terkecil yaitu pada Agama Hindu sebesar 227 jiwa dengan persentase 3,1%.
(42)
4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku Tabel IV
Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Atau Suku
No. Etnis /Suku Jiwa Persentase
1. Jawa 1618 26%
2. Batak 953 15%
3. Melayu 568 9%
4. Minang 1196 19%
5. Aceh 237 3,8%
6. Tionghoa 921 15%
7. Lainnya 773 12%
Jumlah 6.266 100%
Sumber dari : Kantor Lurah Hamdan Juni 2014
Berdasarkan dengan data IV tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan etnis atau suku di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 6.266 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu pada Suku Jawa sebesar 1.618 ..jiwa dengan persentase 26 %. Lalu pada Suku Minang yaitu sebanyak 1196 jiwa dengan persentase 19%. Kemudian pada Suku Batak dan tionghoa dengan selisih 32 angka yaitu batak sebanyak 9.53 jiwa dengan persentase 15%. Selanjutnya pada Suku Tionghoa yaitu sebanyak 9.21 jiwa dengan persentase 15%. Dan pada Suku lainnya yaitu 773 jiwa dengan persentase 12%. Setelah itu pada Suku Melayu yaitu sebanyak 5.68 jiwa dengan persentase 9%. Dan yang terakhir pada suku Aceh yaitu sebanyak 237 jiwa dengan persentase 3,8%.
(43)
4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
Tabel V
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
No. Mata Pencaharian Jiwa Persentase
1. Pegawai Negeri Sipil 600 8%
2. POLRI dan ABRI 60 0,8%
3. Karyawan Swasta 1382 18%
4. Wiraswasta/Pedagang 2.895 39%
5. Buruh 895 12%
6. Pensiunan 300 3,9%
7. Lainnya 1.386 18%
8. Jumlah 7.518 100%
Sumber kantor lurah Hamdan juni 2014
Berdasarkan dengan data V tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 7.518 jiwa. Dimana dengan jumlah terbanyak pada mata pencaharian sebagai wiraswasta/pedagang yaitu sebesar 2.895 jiwa dengan persentase 39%. Selanjutnya pada mata pencaharian lainnya yaitu sebesar 1.386 dengan persentasi 18%. Pekerjaan lainnya dapat digolongkan jenis pekerjaan nonformal seperti penarik becak, buruh cuci, pemulung, kuli bangunan, pertukangan dan pekerjaan serabutan lainnya. Lalu selanjutnya pada mata pencaharian sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 1.382 jiwa dengan persentase 18%. Kemudian pada mata pencaharian sebagai Buruh yaitu sebesar 895 jiwa dengan persentase 12%. Selanjutnya pada mata pencaharian sebagai PNS
(44)
yaitu sebesar 600 jiwa dengan persentase 8%. Dan selanjutnya pada mata pencaharian sebagai pensiunan sebesar 300 jiwa dengan persentase 3,9%. Dan yang terakhir pada mata pencaharian sebagai POLRI/ABRI yaitu sebesar 60 jiwa dengan persentase 0,8%.
4.1.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel VI
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase
1. SD 1156 17%
2. SMP 1177 17%
3. SMA 2230 32%
4. Akademi/D1-D3 234 3,3%
5. Sarjana 1007 14%
6. Pascasarjana 215 3%
7. Tidak Sekolah 934 13%
Jumlah 6.953 100%
sumber kantor kelurahan Hamdan juni 2014
Berdasarkan dengan data tabel VI di atas, maka dapat kita ketahui bahwa komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun adalah sebanyak 6.953 jiwa. Dimana jumlah terbanyak terdapat pada berdasarkan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 2.230 jiwa dengan persentase 32%. Selanjutnya terdapat pada berdasarkan tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 1177 jiwa dengan persentase 18%. Dan sama juga pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 1156 jiwa dengan persentase
(45)
18%. Dan selanjutnya pada tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 1007 jiwa dengan persentase 14%. Kemudian selanjutnya tingkat pendidikan tidak tamat sekolah yaitu sebanyak 934 jiwa de4ngan persentase 13%. Lalu selanjutnya terdapat pada tingkat pendidikan berdasarkan akademi/D1-D3 yaitu sebanyak 234 jiwa dengan persentase 3,3%. Dan yang terakhir tingkat pendidikan berdasarkan pada pascasarjana yaitu sebanyak 215 jiwa dengan persentase adalah 3%.
4.1.4 Prasarana Umum Di Kelurahan Hamdan 4.1.4.1 Sarana Kesehatan
Di kelurahan Hamdan terdapat sarana kesehatan yang dapat dimamfaatka oleh masyarakatnya.Sarana kesehatan tersebut memudahkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan guna menunjang aktivitas kebutuhan akan peyalanann kesehatan. Adapun Sarana kesehatan yang ada di kelurahan Hamdan
yaitu: Tabel VII
Sarana Kesehatan
NO SARANA
KESEHATAN
JUMLAH
1 Puskesmas 1
2 Klinik bersalin 5
3 Apotik 3
4 Posyandu 6
5 Toko Obat 1
6 Klinik gigi 2
7 Jumlah 18
Sumber kantor Lurah Hamdan Juni 2014
Berdasarkan data table VII diatas maka dapat kita ketahui jumlah Sarana kesehatan di kelurahan Hamdan ada 18 buah. Dimana prasarana kesehatan yang tertinggi posyandu yaitu sebanyak 6 buah. Selanjunya prasarana kesehatan klinik bersalin ada 5 buah. Dan selanjutnya apotek ada 3 buah. Lalu selanjutnya
(46)
prasarana klinik gigi ada 2 buah. Dan yang terakhir prasarana kesehatan puskesmas dan toko obat masing-masing terdiri dari 1 buah.prasarana kesehatan di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik dalam memberikan pelayan kesehatan kepada masyarak. Melalui penggunaan sarana tersebut diharapkan dapat menunjang aktivias masyarakat, serta menjadikan kelurahan Hamdan semakin berkembang .
4.1.4.2 Sarana Peribadatan
Kelurahan Hamdan memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah masyarakat kelurahan Hamdan yaitu:
Tabel VIII Sarana Peribatan No. Sarana Peribatan Jumlah
1. Mesjid 4
2. Musola 4
3. Gereja 1
4. Pura 1
5. Wihara 2
6. Klenteng 1
Jumlah 13
Sumber, kantor lurah Hamdan juni 2014
Berdasarkan data table VIII diatas maka dapat diketahui jumlah sarana peribadahan di kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun sebanyak 13 buah. Prasana ibadah seperi mesjid ada 4 buah. Dan selanjutnyan prasarana ibadah seperti mesjid ada 4 buah. Prasarana ibadah wihara ada 2 buah. Dan yang terakhir prasarana ibadah seperti gereja, pura dan kelenteng masing-masing 1 buah. Sarana peribadahan di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik sehingga dapat dipergunakan oleh masyarakat dalam meningkatkan kegiatan peribadahan.
(47)
4.1. Profil Informal
Informan pertama
“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elie”
Nama : Abdul karim
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tamatan : SMA
Jenis pekerjaan : Bilal mesjid Penghasilan : Rp. 1500.000
Bapak Karim adalah seorang tokoh masyarakat di kelurahan Hamdan, beliau sudah 40 tahun tinggal di kelurahan Hamdan. Bapak karim sehari-hari berprofesi sebagai marbot mesjid, bilal mayat dan pembawa acara pengantin melayu. Peneliti memilih bapak karim sebagai tokoh masyarakat disebabkan hampir seluruh masyaraka mengenalnya. Apabila masyarakat Badur mengalami musibah seperti kemalangan atau perkelahian mereka selalu mengadu kepada saya untuk mencari pemecahan masalahnya.
Berdasarkan wawancara dengan bapak karim mengatakan masyarakat yang tinggal dikampung badur ini dikenal dengan dua kategori yaitu masyarakat atas dan masyarakat bawah.Masyarakat atas di dominasi oleh masyarakat menengah dan masyarakat elite. Sedangkan masyarakat badur bawah seperi kami lah maksud bapak karim masyarakat pribumi..Bapak karim juga mengatakan masyarakat atas itu baik dalam bertentangga walaupun kamu tidak saling mengenal, mereka tidak
(48)
menyusahkan atau tidak merepotkan anggota masyarakat yang lain. Apabila bertemu di jalan sebagai sarana masyarakat atas dan bawah bertegur saat sapa. Biasanya betemu di kede pada saat membeli sarapan pagi atau membeli pulsa. Jika bertemu hanya senyum saja, saya tidak mengenal masyarakat tionghoa ini semua namun karena mereka terkadang lewat di depan musola sering membunyikan klakson jadi saya mengenal mobil dan BK nya,, tibaa-tiba tak berapa lama kemudian lewat sebuah mobil CRV bapak karim mengatakan itu dia salah seorang cina yang tinggal di perumahan elite.
Bapak karim juga mengatakan jika bertemu bersikap biasa saja seperti senyum kadang dia membunyikan mengklakson mobil saya lambaikan tangan begitulah, seperti kita berperilaku dengan jiran tetangga biasanya. Jika bertemu dengan masyarakat elite hanya begitu saja tidak pernah lebih jauh seperti mengobrol itu tidak pernah lah, cina ini mana suka bahas masalah dengan kita. Adapun bertemu hanya di mesjid pada saat dia ingin memberi sumbangan sembako biasanya diantar ke mesjid, itu pun yang mengantar biasanya ajudannya bukan orang yang bersangkutan lalu pergi itu saja tidak ada yang lain
Bapak Karim juga mengatakan jarang dapat melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat atas. Apabila ada kegiaan yang sering mengikuti masyarakat badur bawah dan masyarakat menengah lainnya. Jika masyarakat yang rumahnya berpagar tinggi sangat tertutup tidak pernah ikut kegiatan bersama kami. kegiataan yang sering kami mengadakan gotong royong dua minggu sekali atau sebulan sekali. Saya dengan masyarakat yang lain bersama-sama membersihkan sampah dari sungai, parit dan mesjid. Masyarakat yang diatas rata-rata pengusaha tidak ada waktu untuk mengikuti kegiatan bersama kami. Terkadang ada sebagian yang
(49)
baik, menyumbang makanan dan minuman untuk kami namun hanya beberapa kali saja. Rumah didepan musola kia baik orangnya, jika akan diadakan pemilihan umum dia selalu di halaman depan rumahnya. Dulu di depan halaman nya dibuat tempat bermain bola voly namun sekarang sudah tidak lagi, masyarakat bawah banyak yang tidak mau bermain voly. Pada saat ada permain bola voly disitulah biasa ngumpul nya antara masyarakat atas dan masyarakkat bawah, namun ya begitu hanya masyarakat atas yang menengah saja yang mau bergabung, Berbeda dengan masyarakat atas yang tinggal di perumah sebelah, kami sama sekali tidak pernah berkumunikasi dengan mereka, jika pernah hanya mengantarkan surat undangan pemilu sajalah, itu pun mereka susah sekali membuka pintunya. Sampai-sampai saja bilang saya tidak minta sumbangan hanya mengantar undangan pemilu saja, akhirnya saya pulang dimaki-maki sama dia. Masyarakat cina berprasangka negative saja dengan kita mereka mengganggap kita minta uang mereka. Sehingga mereka selalu takut jika kita datang kerumahnya Mereka jika di undang atas pesta perkawinan masyarakat bawah masih mau datang. Begitulah penuturan bapak karim mengenai hubungan sosial dengan masyarakat badur atas.
Informan kedua
“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elite dan menengah
Nama : Lidi Hana S Umur : 42 tahun
Agama : Islam
(50)
Pendidikan : SMP Pekerjaaan : buruh cuci
Ibu Hana adalah wakil kepling di badur bawah. Ibu hanya sering membantu anggota masyarakat dalam membuat KTP, KK atau menyampaikan informasi mengenai program bantuan dari pemerintah dari ibu kepala lingkungan. Ibu Hana sudah dari kecil tinggal di badur semenjak menikah dengan suami kira-kira sudah 40 tahun tinggal di badur. Ibu Hana mengatakan saya dipercaya sebagai wakil kepling untuk masyarakat badur bawah agar urusan masyarakat badur lebih gampang jika ada yang mau buat KTP dan KK melalui saya data setelah itu saya berikan kepada ibu kepling. Selama saya tinggal di badur ini saya kenal masyarakat atas dan bawah meskipun tidak tahu mananya. Jika masyarakat badur bawah hampir seluruhnya saya kenal, tetapi jika masyarakat badur atas hanya sebagian saja yang saya kenal disebabkan diatas itu masyarakat sudah campuran ada etnis tionghoanya. Salah satu masyarakat yang tinggal di Saija kebanyakan etnis cina, dan di gang buntu itu masyarakat campuran terdiri dari pendatang anak kost, masyarakat etnis tionghoa dan masyakat pribumi. Jika masyarkat badur bawah hampir setiap hari bertemu saya tidak betah dirumah biasanya ngumpul-ngumpul setelah selesi nyuci, bisa dikatakan masyarakat badur bawah ini semua kompak-kompak tertutama ibu-ibunya.
Ibu Hana juga mengatakan selama tinggal di badur semua aman-aman saja ,tetapi itulah banyak masyarakat luar tertutama pemuda-pemuda yang datang kemari jadi kurang aman. Disini sampai pagi masih rame, banyak anak muda yang suka datang kemari seperti biasalah dek, disini semua ada kadang mereka hanya nongkrong atau membeli makan jadi selalu ramai. Jika rasa nyaman ibu rasa
(51)
nyaman saja saya sudah lama tinggal disini. Ibu rasa kurang nyaman tinggal disini banyak pengaruh kurang baik dari lingkung terhadap masyarakatnya. Anak –anak disini banyak yang rusak karena pengaruh narkoba, masih kecil saja permainan mereka sudah berjudi guli begitulah dek, ibu juga tidak bilang memang sudah zamannya lah.
Ibu Hana mengatakan masyarakat badur ada dua dek ada badur bawah ya kami lah yang dekat sungai dan badur atas mereka yang rumahnya di atas. Jika masyarakat badur atas ada sebagian yang saya kenal, namun jika pendatang hanya kenal begitu saja. Sebagian masyarakat atas orang kaya ada juga yang saya kenal dek, namun tidak dekat. Saya pernah bekerja pada masyarakat atas tapi sudah lama sekali sekarang tidak lagi majikan saya dahulu juga sudah pindah dek. Jika bertemu dengan mereka biasanya di jalan pada saat saya lewat saija hanya senyum saja tetapi kami tidak pernah sampai berbicara apalagi bercerita.
Ibu juga mengatakan jarang bertemu dengan masyarakat atas khusus etnis tionghoa. Setahu ibu mereka sibuk sekali bekerja keluar rumah pun mereka jarang, hanya satu-satulah yang ibu nampak sering jalan-jalan pagi atau sore-sore. Di badur memang sering mengadakan kegiatan, terutama badur bawah seperti kegiatan gotong royong, tempat kami tinggak sarangnya sampah jika sungai sudah banyak sampah biasanya kami bersama-sama membersihkannya. Selama ibu tinggal di badur belum ada kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat atas khusu etnis tionghoa. Seperti yang kita ketahui etnis tionghoa mereka kurang terbuka dengan kami dek, biasanya orang cina memang begitu, ada juga sebagian masyarakat atas yang elite orang kita tapi sama sajalah tertutup juga mereka sibuk bekerja kadang pulang sudah malam kapan lagi ingin bertemu. Jika mereka pergi
(52)
menaiki mobil sedangkan kami jalan jarang kami bisa tegur sapa, kadang jika ada yang kenal bertemu dijalan mereka membunyikan klakson ibu hanya senyum saja, seperti itu saja kami biasanya bertemu.
Ibu hana juga menganggap masyarakat etnis tionghoa di badur atas baik dan ramahnya sebenarnya jika kita bersikap baik dengan mereka, mereka juga akan begitu dek, selama saya tinggal disini belum pernah terjadi keributan dengan mereka. Kami sesama masyarakat badur meskipun tidak dekat namun tetap bersikap baik dengan tetangga yang diatas. Ibu hanya juga mengatakan meskipun begitu orang cina disini mau membantu, sebentar lagi akan mengadakan acara 17 agustus biasanya kami kerumah mereka memberikan proposal dikasih juga sama mereka biasanya anatara Rp. 100-000-Rp. 300.000 tiap rumah dek. Kegiatan acaranya sering kami adakan di badur bawah yang menghadiri sebagian masyarakat atas yang biasa saja dan menengah lah, jika yang masyarakat kaya jarang mereka ke bawah. Dibadur ini sering banjir apabila terjadi hujan deras rumah kami selalu terendam banjir, biasanya kami mengungsi ke atas di mesjid atau dikantor PTPN V dek, tidak pernah di rumah masyarakat cinanya. Mana mungkin lah dek dirumah mereka mana mau mereka menampung kami.Namun jika diundang ke acara pesta pernikahan masyarakat badur bawah mereka selalu datang berbaur juga dengan kami, tidak menyendirilah mereka. Ibu Hana juga menuturkan kami yang tidak pernah mendapat undangan dari mereka, sebab mereka jarang mengadakan acara dirumah dan kami tidak pernah diundang di acara mereka.
(53)
“Masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal di badur namun tidak bertemu dengan masyarakat elite”
3. Nama : Kariti Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Suku : Padang
Pendidikan : SD
Penghasilan : Rp. 1500.000 Pekerjaan : Pedagang
Ibu Kariti adalah satu warga masyarakat sudah lama tinggal di badur bawah sejak dia menikah dengan suaminya, ia mengaku lebih dari 20 tahun tinggal di badur. Ibu kariti berkerja sebagai penjual sambal lauk, kue dan buah-buahan di badur bawah. Ibu kariti berjualan dari pagi hari hingga sore. Ia menjajakan dagangannya didepan rumahnya. Ibu kariti juga mengatakan walaupun sudah lama tinggal namun hanya sebagian mengenal masyarakat atas khusus masyarakat elite. “saya sudah lama tinggal dibadur namun jarang bertemu dengan mereka (masyarakat elite). Kami berbeda dengan mereka tidak mungkin dapat bertemu. Kita orang susah malu berkunjung kerumah mereka. Jika bertemu saat saya lewat depan rumah mereka ada sebagian yang saya kenal saling memberikan senyum tidak pernah menyapa atau mengobrol dengan mereka. Meskipun kami tidak saling mengenal namun mereka baik, apabila terjadi banjir besar di Badur mereka mau memberi bantuan seperti roti kaleng, makanan uang dlln. Biasanya juga mereka membantu jika kami mengadakan acara seperti acara 17 agustus.
(54)
Apabila terjadi kemalangan di masyarakat bawah masyalat atas ada juga yang berdatangan namun kebanyakan hanya yang muslin saja, disebabkan masyarakat atas campuran ada sebagian yang muslim, sedangkan yang cina tidak pernah, kita kan beda dengan mereka mana mau mereka datang. Ibu kariti juga mengatakan meskipun sudah lama bertentangga dengan masyarakat atas namun tidak memiliki teman yang tinggal di badur atas sehingga saya tidak pernah berkunjung kerumah masyarakat atas. Berdasarkan penuturan ibu kariti “masyarakat atas sangat tertutup jika tidak ada kepentingan sangat sulit menjumpai mereka.
Di badur sendiri memiliki perkumpulan seperti gotong royong, perwiritan dan STM. Saya sendiri tidak ikut wirit dek tidak ada yang jaga warung, saya hanya ikut STM saja. Gotong royong disini biasaya hanya masyarakat bawah saja sedangkan masyarakat atas manalah mereka mau, apalagi cina-cina mereka sudah punya pembantu untuk membersihkan rumah mereka ujar ibu kariti. Selama saya tinggal di badur nyamanlah saya sudah lama tinggal disini dek jadi uda terbiasa, disini sampai malam pun rame kalau malam banyak pemuda yang datang ke badur ini. keamanan ibu rasa kurang aman sering juga kehilangan sepeda motor disini dek, namanya banyak yang datang kemari. Jika terjadi keributan pernah juga biasanya anak muda masalah apa saya juga tidak terlalu tahu, namun yang sering terjadi keributan ibu-ibu karena masalah anak nya berantam.
Informan keempat
“Masyarakat sudah 20 tahun tinggal badur namun tidak pernah bertemu masyarakat elite”
(55)
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : Sekolah Dasar Penghasilan : Rp. 2000.000 Pekerjaan : Pedagang Bensin
Maya adalah salah seorang masyarakat yang tinggal di pemukiman bawah, ia bekerja sehari-hari sebagai penjual bensin. Maya mengatakan saya tidak pernah bertemu dengan masyarakat pemukiman elite disebelah, disebabkan mereka sangat tertutup dan jarang dirumah. Namun walaupun tidak pernah bertemu saya merasa senang bertetangga dengan mereka karena mereka sopan dan tidak pernah membuat keributan di Badur. Apabila bertemu hanya masyarakat atas menegah sesekali bertemu di jalan kami biasanya saling memberikan senyum saja. Sebab saya juga jarang keatas sehingga tidak ada yang saya kenal.
Maya juga mengatakan jika masyarakat atas menengah sebagaian mereka mau menjalin interaksi dengan kami, jika kami memberi undangan mereka mau datang. Namun jika masyarakat atas mengundang masyarakat bawah itu jarang terjadi, masyarakat atas jika mengadakan acara di gedung tidak pernah dirumah. Selain itu masyarakat pemukiman atas kebanyakan etnis tionghoa, mereka sangat tertutup sehingga kami jarang berinteraksi. Maya juga mengatakan saya tidak memiliki teman di pemukiman atas, disebabkan saya jarang keatas.
Informan kelima
(56)
Nama :Yuma atau Ummi
Umur :45 tahun
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Pedagang sate
Ibu Yuma adalah anggota perwiritan di kampong Badur, ia mengatakan sering bertemu dengan masyarakat pemukiman atas baik masyarakat elite dan masyarakat menengah. Ibu Yuma mengatakan jika bertemu dengan masyarakat elite biasanya dijalan, hanya senyum sajalah. Walaupun bertemu kami tidak pernah sampai berkenalan siapa namanya. Jika masyarakat menengah sebagian ada yang sering kebawah untuk belanja sayur sering juga kami bertemu, seperti ibu makliang jika ingin belanja sayur ke bawah atau mencari pembantunya yang belum datang sering datang kerumah pembantunya. Ibu Yuma juga mengatakan dulunya kami pernah juga berkunjung dengan masyarakat elite yang di atas pada waktu mereka kemalangan, kami datang memberikan ucapan belasengkawa. Namun saat ini kami tidak pernah lagi berkunkung karena tidak pernah mereka mengalami kemalangan mungkin sudah tidak boleh mengadakan dirumah di bawa kewihara langsung. Jika bertemu masyarakat elite yang saya kenal bertegur sapa saja sebab dia tidak tahu nama saya begitu saya sebaliknya. Tapi kebanyakan masyarakat pemukiman elite sudah banyak yang pindah digantikan dengan yang baru jadi tidak saling kenal.
Dulu kita bebas masuk ke pemukiman mereka namun saat ini sudah ada palang pintunya, diatas sering terjadi kemalingan sehingga dibuat palang pintu. Setiap malam ada yang meronda diatas berasal dari masyarakat bawah juga. Jika pembantu mereka mau jugalah diajak ngobrol misalnya bertemu pada saat beri
(57)
sarapan di kedai nasi yang diatas, namum majikakan nya kami tidak pernah bertemu. Mereka sibuk bekerja jika pulang kerja juga malam, jadi tidak pernah bertemu. Bagaimana mau bertemu mereka mengendari mobil yang tertutup kaca, mana mungkin kami bisa saling mengenal, terkadang saya mau mengantar undangan pemilu meminta tanda tangan nya saja sulit bertemu. Namun ada sebagian masyarakat elite mau memberi sumbangan kepada kami, seperti hari raya idul fitri dan tahun baru kami di beri macam-macamlah sembako seperti: beras, minyak goreng,susu,roti dan kain sarung. Jika kami ingin mengadakan kegiatan seperti 17 Agustus kemarin kami membawa proposal mau juga mereka memberi sumbangan. Jika masyarakat bawah mengadakan acara pesta pernikahan sebagian masyarakat elite yang kami undang dan masyarakat menengah juga kami undang mereka mau datang, namun yang pasti datang masyarakat menengahnya. Tapi kami tidak pernah diundang oleh masyarakat elite pada saat acara mereka. Mereka kebanyakan etnis tionghoa manalah mau mengundang kami, mereka juga tidak pernah mengadakan acara dirumah.
Kami disini sering mengadakan kegiatan seperti posyandu, gotong royong, dln. Seminggu yang lalu kami mengadakan posyandu lansia kami undang semua masyarakat bawah maupun masyarakat atas, tetapi biasaya yang kami undang masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite sudah pasti tidak bisa datang, mereka sibuk. Jika perwiritan ibu-ibu diadakan seminggu sekali setiap hari sabtu pukul 3 sore, yang mengikuti campuran ada masyarakat badur bawah ada juga masyarakat badur atas. Namun kebanyakan masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite kebanyakan etnis tionghoa, yang muslim hanya ada 2 keluarga kalau saya tidak salah hitung. Jika pun ada mereka tidak
(58)
pernah mengikuti perwiritan kami hanya ikut STM saja. Jika masyarakat ata menengah mereka masih mau berbaur dengan kami, baik masyarakat etnis tionghoa seperti ibu pekliang namun jika yang masyarakat elite sangant tertutup disebabkan mereka sangat sibuk bekerja. Begitulah penuturan ibu Yuma.
Informan keenam
“masyaraka yang tinggal 20 tahun di badur tetapi tidak pernah bertemu
Nama : Halimahtu Sakdiah
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Suku : aceh
Berdasarkan penuturan ibu Atu nama panggilan sehari-hari ia mengatakan hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman atas itu pun jika masyarakat menengahnya saja, tetapi jika masyarakat elite tidak pernah tahu saya. Saya juga sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk berkumunikasi dengan mereka. Masyarakat atas campuran tetapi kebanyakan cina mereka sangat tertutup. Saya sudah 25 tahun tinggal disini tetapi kami tidak pernah saling kenal. Kegiatan bersama yang sering diadakan di badur gotong royong, biasanya setiap hari minggu namun tidak tentu juga. Kadang sebulan sekali atau dua minggu sekali. Biasaya yang ikut kegiatan gotong royong masyarakat badur bawah saja, kalo cina-cina dia atas tidak mungkin mereka semua orang penting. Namun ada
(59)
sebagian yang baik juga, tidak pelitlah jika kami mengadakan acara selalu mengantar proposal ke rumah mereka, Alhamdulillah selalu dikasih. Saya tidak tahu berapa saja sumbangan mereka tetapi kadang mereka kasih antara Rp. 100.000-Rp. 500.000. setahu saya masyarakat pemukiman elite kebanyakan pengusaha sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bergabung dalam kegiatan kami. Mereka juga sangat tertutup, biasanya jika ingin bertemu mereka harus membuat proposal itu pun biasanya diwakili saja oleh anak buahnya tidak pernah majikan secara langsung, sehingga kami juga tidak pernah tahu seperti apa wajaahnya.
Informan masyarakat pemukiman menegah Informan ketujuh
“masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal dihamdan pernah bertemu masyarakat bawah (slum area) dan masyarakat elite
Nama : Liang
Usia : 53
Agama : Budha
Suku : Tionghoa
Pendidikan : SD
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Ibu liang salah salah satu etnis tionghoa yang mau berbaur dengan masyarakat setempat. Ibu liang mengatakan, sudah 25 tahun sejak menikah pindah ke badur
(60)
atas. Ibu makliang termasuk masyarat tionghoa menengah. Sehari-hari ia mengurus cucunya disebabkan suaminya sudah meninggal. Dia mengatakan mengenal masyarakat badur bawah dan masyarakat badur atas. Ibu makliang juga mengatakan pernah berkunjung ke badur bawah jika malas ke pasar untuk membeli sayur saya beli di kedai di bawah saja dari pada repot- repot kata ibu liang.
Menurut saya ibu-ibu di badur bawah baik mereka kompak-kompak, saya sering datang belanja kebawah ketika mereka sedang ngumpul-ngumpul di warung buk umi. Tetapi saya tidak pernah gabung dengan mereka jika sudah selesai belanja ya langsung pulang kerumah. Ibu liang juga mengatakan saya biasanya duduk dengan ibu-ibu badur atas jika ke bawah saya jarang gabung dengan mereka. Saya merasa lebih nyaman saja dengan mereka ketimbang di badur bawah. Udara di bawah sangat lembab dan kotor saya tidak tahan lama-lama berada di sana. Masyarakat atas hampir rata-rata saya kenal dek, saya juga hobby jalan biasanya ke warung gorengan ibu jasmine saya bawa cucu duduk di sana. Saya lebih sering duduk di atas di warung ibu jasmine.
Di badur ini setahu saya khusus badur atas masyarakat campuran ada yang etnis cina, jika etnis cina disini semua orang penting pemilik perusahaan setahu saya. Kadang jika berjumpa dengan mereka saya tegur sapa juga, tetapi yang jalan kaki atau sering keluar naik becak saya berteman juga mereka, namun untuk yang menaiki mobil jarang saya berinteraksi, saya juga tidak kenal kaca mobil tertutup warna hitan tidak tahu siapa yang berada dalam mobil tersebut. Disini tidak perumahan cina-cina kebanyakan tinggal di jalan depan ini dek, jalan saija itu buka perumahan mereka patungan mendirikan portal karena disini rawan
(1)
Gambar 8 : pemukiman masyarakat Badur atas
(2)
Informan masyarakat pemukiman pinggiran
Bapak Abdul Karim
(3)
Ibu maya
1. Informan masyarakat menengah
(4)
Ibu Yudia
(5)
Ibu Sera salah satu informan masyarakat elite
(6)
JL. H. MISBAH JL. ADE IRMA SURAYANI
JL. BADUR
JL. MULTATULI
PETA KELURAHAN HAMDAN
KECAMATAN MEDAN MAIMUN
JL. IMAM BONJOL
JL. PALANG MERAH
JL PACAR JL T. PASIRAN