III . METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi wilayah studi dalam penelitian ini secara fisik terletak dalam sistem DAS Lawo. Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah batasan yang secara
fisik mempunyai pengaruh langsung pada kondisi sungai. Sungai Lawo yang terletak pada Sub DAS Walanae Tengah DAS pada Satuan Wilayah Sungai Walanae –
Cenranae. Secara administratif daerah kajian terletak di Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas DAS adalah 17 104.45 ha 171.04 km
2
. Peta lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Peta lokasi penelitian
Pengambilan data penelitian ini berlangsung pada bulan Mei 2010 hingga bulan Desember 2010.
3.2. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan model atau hal-hal yang inovatif. Sarwono, 2006.
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini diuraikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Tahapan penelitian
3.2.1.Pengembangan Model Pengelolaan Sungai Berbasis pada Konsep Ekohidrolik
Model pengelolaan sungai disusun untuk mendapatkan tinggi genangan optimal dan vegetasi yang tepat pada penataan bantaran sungai sebagai upaya pengendalian
banjir. Model ini dibangun dengan mengintegrasikan lima sub model yaitu sub model hidrologi, sub model hidrolika, sub model tata guna lahan, sub model beban
banjir dan sub model ekohidrolik.
Sub Model Hidrologi
Sub model hidrologi dilakukan untuk memperoleh debit banjir perkiraan untuk berbagai periode ulang. Parameter yang digunakan dalam sub model ini adalah
Pengembangan model pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik
Disain kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik
Penerapan model pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik di S. Lawo
Pengumpulan data lapangan
Studi literatur teori kebijakan
Studi literatur teori pengelolaan sungai
dan konsep ekohidrolik
intensitas hujan, hujan efektif dan debit banjir. Analisis intensitas hujan dilakukan dengan menggunakan persamaan 1 sampai persamaan 17.
Selanjutnya hujan efektif dihitung dengan mangalikan intensitas hujan dengan nilai koefisien yang tertera pada Tabel 2. Analisis debit banjir dihitung dengan
menggunakan persamaan 18 sampai persamaan 27.
Sub Model Hidrolika
Sub model hidrolika merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh karakteristik hidrolika sungai. Karakteristik tersebut adalah kekasaran saluran,
kapasitas maksimum sungai Q dan tinggi muka air banjir h. Parameter tersebut diperoleh dengan uraian sebagai berikut:
Model Matematis Kekasaran Saluran Model matematis ini dibangun untuk memperoleh nilai Ks berdasarkan
hubungan antara 1 √λ dan RK
s
Model Matematis Hubungan Muka Air Banjir dan Debit . Persamaan yang digunakan adalah persamaan 28
29 dan 30.
Model matematis hubungan antara muka air banjir dan debit disusun berdasarkan persamaan 31 dan 32.
Sub Model Tata Guna Lahan
Analisis tata guna lahan bertujuan untuk menentukan wilayah yang memiliki potensi bantaran untuk dilakukan pengelolaan sungai secara ekohidrolik. Potensi
tersebut diukur dengan membagi jenis tataguna lahan pada bantaran sungai. Tataguna lahan pada bantaran sungai dianalisis dengan membagi dalam beberapa
kategori. Pembagian data atas kelompok atau kategori harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut Nazir, 2005:
- Kategori yang dibuat harus sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. - Kategori harus lengkap.
- Kategori harus bebas dan terpisah. - Tiap kategori harus berada dari suatu kaidah klasifikasi.
- Tiap kategori harus dalam satu level.
Sub Model Beban Banjir
Analisis ini dilakukan untuk menilai seberapa besar ancaman banjir pada setiap lokasi yaitu dengan menghitung selisih tinggi tanggul dengan muka air banjir.
Jika selisih bernilai kurang dari nol maka mengidikasikan tidak terjadi banjir.
Sub Model Ekohidrolik
Sub model ekohidrolik terbagi atas dua tahapan yaitu perhitungan lebar bantaran optimal dan perhitungan tinggi genangan dan kecepatan aliran. Sub model
ini disusun dengan menggunakan persamaan 28,29,30,33,34,35 dan 36.
3.2.2. Disain Kebijakan Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsep Ekohidrolik.
Disain kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik disusun untuk mengetahui skenario kebijakan yang dapat mempengaruhi keberhasilan
penerapan konsep ekohidrolik pada bantaran sungai. Model disusun dengan tahapan sebagai berikut:
- Kajian tingkat partisipasi masyarakat dengan menggunakan metode skala penilaian komperatif.
- Kajian kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan menggunakan tabulasi frekwensi.
- Kajian pengaruh faktor sosial ekonomi masyarakat terhadap tingkat partisipasinya dianalisis dengan menggunakan analisis neural network metode
algoritma back propagation. - Kajian arahan kebijakan pengelolaan sungai dianalisis dengan menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process dan Metode Bayes.
3.2.3. Penerapan Model Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsep Ekohidrolik
pada Sungai Lawo Kabupaten Soppeng. 3.2.3.1.Penerapan Model Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsep
Ekohidrolik.
a. Jenis dan Sumber Data Jenis data pada penerapan model pengelolaan sungai berbasis pada konsep
ekohidrolik pada Sungai Lawo Kabupaten Soppeng disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis dan Sumber Data Jenis data
Data Sumber
Primer Potongan melintang sungai
Pengukuran Kecepatan air
Tata guna lahan Pengukuran
Pengamatan Sekunder
Peta Topografi DAS BPKH Makassar
Data curah hujan PSDA Sulsel
Data debit sungai PSDA Sulsel
b. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer yaitu dengan pengukuran di lapangan.
Lokasi pengambilan data ditentukan berdasarkan data lokasi sungai sepanjang 16.4 km yang terbagi atas 7 lokasi yang diuraikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Lokasi pengumpulan data Lokasi
Kecamatan Keterangan
Seppang Lalabata
Daerah hulu Lawo
Lalabata Daerah tengah
Cenrana Lalabata
Daerah tengah Paowe
Ganra Daerah tengah
Talumae Ganra
Daerah tengah Ganra
Ganra Daerah hilir
Bakke Ganra
Daerah hilir Potongan melintang sungai diukur dengan menggunakan theodolith dan
GPS pada interval 200 meter, sedang kecepatan air diukur dengan menggunakan pelampung sebanyak tiga kali pada setiap lokasi. Data tataguna lahan di bantaran
sungai dikumpulkan dengan mengamati dan mencatat penggunaan lahan pada setiap Sta di sisi kiri dan kanan sungai. Letak geografis setiap lokasi disajikan pada Tabel
8. Data sekunder dikumpulkan berdasarkan sumber pustaka dan dokumen dari instansi terkait.
Tabel 8. Karakteristik geografis lokasi penelitian Lokasi
Sta Koordinat
Panjang meter
Titik awal
Titik akhir
Titik awal Titik akhir
Seppang 0 2400
04
o
04 191.096 LS
o
2400
1933.069 LS 119
o
119 0940.357 BT
o
Lawo
5029.083 BT
2400 6400
04
o
04 1933.069 LS
o
4000
1937.785 LS 119
o
119 5029.083 BT
o
Cenrana
5210.873 BT
6400 8000
04
o
04 1937.785 LS
o
1600
1939.97 LS 119
o
119 5210.873 BT
o
Paowe
531.982 BT
8000 10200
04
o
04 1939.97 LS
o
2200
1938.185 LS 119
o
119 531.982 BT
o
Talumae
5356.381 BT
10200 11400
04
o
04 1938.185 LS
o
1200
1922.04 LS 119
o
119 5356.381 BT
o
Ganra
5410.23 BT
11400 15200
04
o
04 1922.04 LS
o
3800
198.204 LS 119
o
119 5410.23 BT
o
Bakke
5616.225 BT
15200 16400
04
o
04 198.204 LS
o
1200
1915.803 LS 119
o
119 5616.225 BT
o
5525.003 BT
c. Metode Analisis Data Analisis dilakukan dengan menggunakan model pengelolaan sungai
berbasis pada konsep ekohidrolik.
3.2.3.2. Disain Kebijakan Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsep
Ekohidrolik.
a. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer dengan bentuk
kuantitatif. Sedang data sekunder yang dikumpulkan berupa data kegiatan pemerintah daerah terkait dengan pengelolaan sungai.
b. Metode Pengumpulan Data Pada kajian partisipasi masyarakat, kondisi sosial ekonomi serta pengaruh kondisi
sosial ekonomi masyarakat terhadap partisipasinya. Data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner pada responden. Responden ditentukan berdasarkan metode
incidental sampling yaitu pengelola lahan atau pemilik lahan di bantaran sungai yang
ditemui pada saat kegiatan penelitian berlangsung. Pada penelitian ini diperoleh sebayak 60 sampel.
Pada kajian arahan kebijakan, responden ditentukan dari kalangan pakar yang dipilih secara sengaja purpossive sampling. Responden yang dipilih memiliki
kepakaran sesuai dengan bidang kajian. Beberapa pertimbangan dalam penentuan pakar yang akan dijadikan responden, menggunkaan kriteria sebagai berikut: 1
mempunyai pengalaman yang kompeten sesuai dengan bidang yang dikaji; 2 memiliki reputasi, kedudukanjabatan dalam kompetensinya dengan bidang yang
dikaji dan 3 memiliki kredibilitas yang tinggi, bersedia dan atau berada pada lokasi yang dikaji. Pada penelitian ini pakar ditentukan sebanyak tujuh orang yaitu :
- Empat orang dari Pemerintah Kabupaten Soppeng yaitu Kepala Dinas PSDA, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum,
dan Kepala Kantor Lingkungan Hidup. - Satu orang dari LSM.
- Dua orang dari perguruan tinggi c. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan model kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik.
IV . KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Soppeng