Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus. terreus, dan Trichoderma harzianum Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Avicennia marina.

(1)

PEMANFAATAN FUNGI

Aspergillus flavus

,

Aspergillus. tereus

,

DAN

Trichoderma harzianum

UNTUK

MENINGKATKANPERTUMBUHAN BIBIT

Avicennia marina

SKRIPSI

OLEH:

LESTARI MARBUN 111201065/BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus.

terreus, dan Trichoderma harzianum Untuk Meningkatkan

Pertumbuhan Bibit Avicennia marina. Nama : Lestari Marbun

NIM : 111201065 Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi., M.Si. Dr. Miswar Budi Mulya S.Si., M.Si Ketua Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan


(3)

ABSTRAK

LESTARI MARBUN. Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, A. tereus,

danTrichoderma harzianumuntuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit A. marina.

Di bawah bimbingan akademik oleh YUNASFI dan MISWAR BUDI MULYA. Pembibitan Mangrove A. marina bermanfaat dalam menyediakan bibit

A. marina berkualitas yang siap untuk ditanam. Vegetasi mangrove A. marina

dapat bertahan dalam kondisi tempat tumbuh yang terakumulasi logam.Setiap parameter memiliki korelasi yang kuat dalam mempengaruhi pertumbuhan bibit

A. marina.Penelitian ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai fungi yang mempunyai kemampuan besar dalam meningkatkan pertumbuhan bibitA.marina.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2014 sampai Mei 2015 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan aplikasi 3 jenis fungi dan lima ulangan. Jenis-jenis fungi yang diaplikasikan yaitu A. flavus,

A.tereus, dan T.harzianum.Pemberian fungiT.harzianummemberikanhasil

pertumbuhan yang paling baikterhadap semua parameter pertumbuhan semai A. marina, dengan diameter rata-rata 0,21 cm, bobot kering total 1,3 g, dan luas daun total 28,08 cm. A. terreus memberikan pertumbuhan paling baik terhadap bibit A. marina untuk parameter tinggi 20,22 cm dan diameter 0,392 cm.


(4)

ABSTRACT

LESTARI MARBUN. The utilization of Aspergillus flavus, A.tereus and

Trichoderma harzianumFungito increase growth rate of seedling A. marina. Under academic supervision of YUNASFI and MISWAR BUDI MULYA.

The benefit of A. marina nursery is to provide A. marina mangrove seed that has good quality. Mangrove vegetation A. marina can survive in site conditions that have accumulated metals with the help of fungi that neutralize the accumulation of metals. Each of result has correlation which strong to A. marina

growth. This research can provide information on the types of fungi who has capability to improve growth of A.marina. this research was conducted from September 2014 until May 2015 using a completely randomized design (CRD) with treatment application types of fungi and five replications. There are three type of fungi namely A. flavus, A.tereus, and T.harzianum. Application of

Trichoderma harzianumgave the best result on seedling growth parameters A. marina, with a diameter of 0,392 cm,an average height of 1,3 g, and a leaf area of 28,08 cm. A. terreus gave the best result on seedling growth parameters A. marina with an average height 20,22 cm and a diameter of 0,392 cm.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus tereus, dan

Trichoderma harzianumuntuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit A. marina”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan berbagai jenis fungi dalam meningkatkan pertumbuhan Bibit A. marina.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada. Dr. Ir. Yunasfi, M. Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si., M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia membimbing, memotivasi, dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk ayah Porman Marbun (alm) dan ibu Restima Manullang, kepada Adik Elisabeth Marbun dan Roland Anugerah Marbun. Penulis juga berterima kasih kepada teman yang membantu selama kuliah dan penelitian Indah K Sihombing, Rachel Nababan, Suryanti Saragih, Monalia Hutauruk, Devita Mala Sari, Ade Khana Saputri, M. Luthfi Darmawan, Darmanto Ambarita, Suryanto B Sinaga, Martin Nababan, dan Ricardo Jioustan, Kehutanan 2011. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil penellitian yang lebih baik.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 3

KerangkaPemikiran ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove... 4

Faktor Lingkungan ... 4

Morfologi A.marina ... 6

Peran Fungi ... 8

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 13

Alat dan Bahan ... 13

Prosedur Penelitian... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

Tinggi Bibit ... 18

Diameter Bibit ... 19

Berat Kering Total... 20

Luas Daun ... 20

Korelasi Parameter Pertumbuhan ... 23

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

Rekomendasi ... 31 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1.

KerangkaPemikiran ... 3

2. Morfologi mangrove A. Marina ... 6

3.

Grafik Pertumbuhan Tinggi Bibit A.marina ... 16

4.

Grafik Pertumbuhan diameter Bibit A.marina ... 17

5.

Grafik Bobot Kering Total Bibit A.marina ... 18

6.

Kondisi semai A.marina pada akhir pengamatan setelah Aplikasi Fungi T. Harzianum ... 21

7.

Kondisi semai A.marina pada akhir pengamatan setelah Aplikasi Fungi A. Flavus ... 22

8.

Kondisi semai A.marina pada akhir pengamatan setelah Aplikasi Fungi A. terreus. ... 22


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Dokumentasi penelitian ... 36

2. Kondisi Semai A.marina Pada Akhir Pengamatan Setelah Aplikasi Fungi ... 37

3. Data pengukuran tinggi tanaman ... 38

4. Analisis sidik ragam tinggi bibit ... 38

5. Data pengukuran diameter batang bibit A. marina ... 39

6. Analisis sidik ragam diameter A. marina ... 39

7. Uji lanjut Beda Nyata terkecil (BNT)A. marina ... 39

8. Data Luas permukaan daun bibit A. marina ... 40

9. Analisis sidik ragam Luas permukaan daun bibit A. marina ... 40

10. Bobot kering total bibit A. marina ... 41

11. Analisis sidik ragam bobot kering total ... 41

12. Uji lanjut Beda nyata terkecil (BNT) bobot kering total ... 41

13. Data Kondisi Lingkungan Desa Nelayan Indah- Belawan ... 42

14. Perbandingan Kemampuan Fungi A. flavus, A. terreus, dan T. Harzianum ... 42


(9)

ABSTRAK

LESTARI MARBUN. Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, A. tereus,

danTrichoderma harzianumuntuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit A. marina.

Di bawah bimbingan akademik oleh YUNASFI dan MISWAR BUDI MULYA. Pembibitan Mangrove A. marina bermanfaat dalam menyediakan bibit

A. marina berkualitas yang siap untuk ditanam. Vegetasi mangrove A. marina

dapat bertahan dalam kondisi tempat tumbuh yang terakumulasi logam.Setiap parameter memiliki korelasi yang kuat dalam mempengaruhi pertumbuhan bibit

A. marina.Penelitian ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai fungi yang mempunyai kemampuan besar dalam meningkatkan pertumbuhan bibitA.marina.Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2014 sampai Mei 2015 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan aplikasi 3 jenis fungi dan lima ulangan. Jenis-jenis fungi yang diaplikasikan yaitu A. flavus,

A.tereus, dan T.harzianum.Pemberian fungiT.harzianummemberikanhasil

pertumbuhan yang paling baikterhadap semua parameter pertumbuhan semai A. marina, dengan diameter rata-rata 0,21 cm, bobot kering total 1,3 g, dan luas daun total 28,08 cm. A. terreus memberikan pertumbuhan paling baik terhadap bibit A. marina untuk parameter tinggi 20,22 cm dan diameter 0,392 cm.


(10)

ABSTRACT

LESTARI MARBUN. The utilization of Aspergillus flavus, A.tereus and

Trichoderma harzianumFungito increase growth rate of seedling A. marina. Under academic supervision of YUNASFI and MISWAR BUDI MULYA.

The benefit of A. marina nursery is to provide A. marina mangrove seed that has good quality. Mangrove vegetation A. marina can survive in site conditions that have accumulated metals with the help of fungi that neutralize the accumulation of metals. Each of result has correlation which strong to A. marina

growth. This research can provide information on the types of fungi who has capability to improve growth of A.marina. this research was conducted from September 2014 until May 2015 using a completely randomized design (CRD) with treatment application types of fungi and five replications. There are three type of fungi namely A. flavus, A.tereus, and T.harzianum. Application of

Trichoderma harzianumgave the best result on seedling growth parameters A. marina, with a diameter of 0,392 cm,an average height of 1,3 g, and a leaf area of 28,08 cm. A. terreus gave the best result on seedling growth parameters A. marina with an average height 20,22 cm and a diameter of 0,392 cm.


(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur alluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizopora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphypora,

dan Nypa (Soerianegara, 1987). Hutan mangrove sering disamakan dengan hutan bakau, namun sebenarnya hutan bakau merujuk pada salah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove.

Di Indonesia perkiraan luas mangrove mencapai 3,5 juta ha. Jika dibandingkan dengan luas areal hutan mangrove di dunia seluas 13, 7 juta ha, (Giri dkk, 2011) maka Indonesia menempati urutan pertama untuk luas areal mangrove terluas sekitar 18-23 % melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0.97 juta ha). Hal ini berbeda untuk kondisi hutan mangrove sekarang, terjadi penurunan sumberdaya mangrove yang disebabkan adanya pemanfaatan yang tidak berkelanjutan serta pengalihan peruntukan seperti pembuatan tambak. Melihat kondisi lapangan saat ini kemungkinan jumlah areal hutan mangrove yang hilang akan terus bertambah jika tidak dilakukan kegiatan yang mampu memulihkan keadaan hutan mangrove seperti semula.

Diantara berbagai jenis tumbuhan mangrove, pohon api-api (Avicennia marina) merupakan jenis mangrove sejati dan pionir dan sangat baik

dalam menstabilkan tanah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman rehabilitasi.Menurut Jupriyati (2013) A. marinamampu mengakumulasi logam berat di bagian akar dengan menyerap unsur tersebut padasedimen dan air.


(12)

A. marina berperan penting dalam menghasilkan berbagai jenis produk (kayu dan hasil hutan non kayu) yang menunjang ketahanan pangan,dapat digunakan sebagai zat antibiotik, bahan kosmetik serta menjaga keutuhan ekosistem mangrove.

A.marina dilaporkan dapat digunakan untuk mengobati sakit reumatik, cacar,

borok, hepatitis, lepra dan anti tumor (Bandarayanake, 1998)

Di lingkungan perairan, keterlibatan mikroorganisme pengurai seperti fungi dalam ekosistem sudah jelas tidak dapat diabaikan.Fungi terdapat hampir di seluruh ekosistem yang berada di bumi dan berperan dalam mendegradasi atau mendaur ulang unsur-unsur esensial.

Beberapa jenis fungi berdasarkan penelitian sebelumnya disebutkan bahwa

T. harzianum, A. flavus, dan A. terreus memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan semai A. marina (Sihite, 2014).Pemberian fungi yang berbeda dapat memberikan reaksi pertumbuhan yang berbeda juga.

Berdasarkan hal inilah perlu dilakukan penelitian mengenai aplikasi beberapa jenis fungi untuk mengetahui kemampuan jenis fungi yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan pohon pada ekosistem hutan mangrove dan dapat dimanfaatkan sebagai dekomposer alami.Pemanfaatan biodekomposer dapat menggantikan ketergantungan penggunaan bahan kimia yang selama ini digunakan sehingga dapat menjaga kelestarian lingkungan.

Tujuan Penelitian

1. Membandingkan kemampuan jenis fungi A. flavus,A. terreus, dan T. harzianum dalam meningkatkan pertumbuhan A. marina.

2. Menetapkan jenis fungi yang mempunyai kemampuan yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan bibit A.marina


(13)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memberi informasi tentang fungi yang mampu mempercepat pertumbuhan semai A.marinasehingga dapat dimanfaatkan dalam program rehabilitasi.

Hipotesis Penelitian

Fungi T. harzianumlebih berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan semai A.marina selama 3 bulan dibandingkan fungi A. flavus

danA.terreus.

Kerangka Pemikiran

Kerusakan hutan mangrove menyebabkan kerugian yang besar sehingga perlu dilakukan penanaman sebagai upaya pemulihan termasuk di luar kawasan hutan.Aplikasi persemaian A.marina yang dilakukan di sekitar habitat alam memerlukan beberapa teknik seperti pemupukan, pemberian naungan, dan pemberian fungi.Dari teknik yang dapat dilakukan, salah satunya yang penting untuk dipahami adalah pemberian fungi.Beberapa mikroorganisme termasuk fungi berperan dalam mendekomposisi serasah untuk menyediakan bahan organik dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti A. marina.

Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Peran Fungi

Dekomposi serasah

Menyediakan bahan organik

Meningkatkan pertumbuhan bibit A. marina


(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Mangrove

Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove sebagaihutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muarasungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon

Avicennia,Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria,

Xylocarpus,Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.Formasi hutan ini tumbuh dan berkembang pada daerah landai di muara sungai dan pesisir yang dipengaruhi pasang surut air laut, maka lingkungan (tanah dan air) bersifat salin dan tanahnya jenuh air.Vegetasi yang hidup di lingkungan salin, baik lingkungan tersebut kering maupun basah disebut dengan halopita.

Komunitas tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan penghasil biji (spermatophyta) dan bunganya sering kali menyolok. Biji mangrove relatif lebih besar dibandingkan biji kebanyakan tumbuhan lain dan seringkali mengalami perkecambahan ketika masih melekat di pohon induk (vivipar). Pada saat jatuh biji mangrove biasanya akan mengapung dalam jangka waktu tertentu kemudian tenggelam. Lamanya periode mengapung bervariasi tergantung jenisnya.Biji beberapa jenis mangrove dapat mengapung lebih dari setahun dan tetap viable

(Oktavianus, 2013).

Faktor Lingkungan

Pertumbuhan A.marina dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan, dan pasang surut. Pada kondisi salinitas 0-7,5 ppt, pertumbuhan tinggi A.marina merupakan pertumbuhan yang paling baik, sedangkan untuk pertambahan jumlah daun yang paling banyak


(15)

didapat pada kondisi salinitas 22,5-30 ppt. Hal ini berarti tanaman A.marina

memiliki toleransi pada tingkat salinitas 30 ppt. Pada umumnya respon

pertumbuhan tinggi yang baik diperoleh pada salinitas yang rendah. Hal ini terjadi karena tumbuhan mangrove bukan merupakan tumbuhan yang membutuhkan garam (salt demand) tetapi tumbuhan yang toleran terhadap garam (Hutahaean dkk, 1999).

Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan air tanah serta berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi.Energi pancar matahari menentukan suhu pembentuk tanah dan dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta humifikasi bahan organik.Nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. Nilai pH perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktifitas fotosintesis, aktifitas biologi, temperatur, kandungan oksigen dan adanya kation serta anion dalam perairan. pH tanah dengan kisaran nilai antara 6-7 merupakan pH yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove (Notohadiprawiro, 2006). Dalam penyerapan unsur hara, pH yang dibutuhkan untuk mendukung ketersediaan unsur P adalah 5,5-7 (Havlin dkk, 1999).

Kesesuaian jenis tanaman dengan lingkungan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penanaman. Pohon dari marga Aviceniaceae memiliki, toleransi terhadap angin sedang, toleransi terhadap lumpur sesuai, toleransi terhadap pasir sesuai, frekuensi penggenangan 20 hari / bulan (Khazali, 1999).


(16)

Morfologi Mangrove Avicennia marina

Klasifikasi Avicennia marina menurutBacker.&Bakhuizen( 1963) adalah:.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Lamiales Famili : Acanthaceae Genus : Avicennia

Spesies : Avicennia marina

Secara morfologi A. marina dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian daun, bunga, dan buah. Gambar morfologi mangrove A. marina dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Morfologi mangrove A. marina (A) Daun, (B) Bunga, (C) Buah (Rusali dkk, 1999).

A. marinamerupakan jenis mangrove yang tumbuh dalam zona exposed

mangrove (zona terluar, paling dekat dengan laut). Secara umum zona ini

didominasi oleh Sonneratia alba, A. alba, dan A. marina sebagai bagian dari komunitas hutan mangrove dan pohon api-api biasanya tumbuh di tepi atau dekat


(17)

laut.Berdasarkan penelitian Amin(2001), tumbuhan A. marinamampu mengakumulasi logam berat Cudan Pb pada bagian akar, baik akar nafasmaupun akar kawat serta dapatmengakumulasi di bagian daun, baik daunmuda maupun daun tua.

Untuk menyemaikan buah mangrove diperlukan media semai yang seusai dengan bentuk benih.A. marina memiliki panjang benih sekitar 1,5cmatau lebih sehingga diperlukan ukuran polybag 8-10 cm dengan diameter 5 cm. Penentuan ukuran polybag ditentukan demi efisiensi dan efektivitas pembuatan persemaian dilapangan. Setelah polybag ditentukan ukurannya, penyiapan media tanah sebagai media semai dilakukan dengan mengumpulkan tanah di sekitar areal persemaian.Tanah yang dikumpulkan adalah tanah bagian atas sampai dengan ketebalan 30 cm. Tanah ini adalah tanah yang banyak mengandung unsur hara.Kondisi masak fisiologis Aviceniaceae dicirikan dengan warna kulit buah kekuningan, dan kadang kulit buah sedikit terbuka.Buah yang sudah matang terlepas dari kelopaknya (Priyono, 2010).

Adanya kebun pembibitan akan menguntungkan terutama bilapenanaman dilaksanakan pada saat tidak musim puncak berbuahatau pada saat dilakukan penyulaman tanaman. Selain itu,penanaman melalui buah yang dibibitkan akan menghasilkanpersentase tumbuh yang tinggi.Lokasi pembibitan dilakukan pada tanah datar, lapang, diusahakan dekat pada lokasi penanaman dan hindari daerah kepiting. Pembangunan bedeng pembibitan tergantung dari jumlah bibit yang akan ditanam. Sebelumnya, kegiatan pembibitan memperhatikan pasang surut, musim ombak, dan kesesuaian jenis tanah dengan lingkungan.Penanaman sebaiknya dilakukan saat surut untuk mengetahui jarak antar tanaman.Untuk


(18)

kegiatan pembibitan yang dilakukan di pinggir laut yang menghadap laut terbuka perlu memperhatikan musim ombak besar agar benih tidak hilang diterjang ombak.(Khazali, 1999).

Kegiatan pemeliharaan yang dapat dilakukan di pembibitan beberapa diantaranya adalah kegiatan pemupukan dan aplikasi fungi untuk menyediakan unsur-unsur hara dan menghambat pertumbuhan patogen yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman.Bahan organik akan menambahenergi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Tanah yang kayabahan organik akan mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikrofloradan mikrofauna tanah lainnya seperti Trichoderma sp (Sutanto, 2002).

Peran Fungi

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman.Dengan produktivitas tanaman yang baik, maka ketahanan terhadap patogen juga meningkat.Ketahanan dapat terimbas oleh mikroba seperti Trichodermaspp.,dan jamur mikoriza.Jamur mikoriza membuat tanaman menjadi tahan terhadap patogen tular tanah seperti Fusarium

dan terhadap cekaman lingkungan melalui mekanisme penyediaan unsur hara bagi tanaman serta melindungi perakaran tanaman dengan hifa jamur mikoriza (Muas, 2003).

Mikrobia tanah mempunyai dua peranan kunci dalam kesuburan tanah.Pertama, sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman.Kedua, melaksanakansintesis terhadap sebagian besar bahan organik yang bersifat stabil, seperti humus yang berfungsi sebagai


(19)

penyimpan hara dan berperanan dalam memperbaiki struktur tanah (Sutanto, 2002).

Beberapa jenis jamur memiliki aktivitas selulolitik lebih tinggi daripada bakteri, terutama di tanah asam. Jamur yang secara spesifik mampu menghasilkan komponen selulase secara lengkap dimiliki oleh kelompok Trichoderma spdan A. tereus. Mikroba selulolitik indigenos seperti jamur antagonis berpotensi besar sebagai agen pengendali hayati patogen jamur .Hal tersebut dimungkinkan karena mikroba selulolitik tersebut mempunyai aktivitas selulolitik (mampu menguraikan selulosa), sementara selulosa merupakan komponen utama dinding sel yang spesifik pada kelompok jamur anggota Oomycota yang mana jamur patogen

Phytophthora infestanstermasuk kedalam jamur tersebut (Sitepu dkk, 2011).

1. Aspergillus flavus

Menurut Sihite (2014) A. flavus memiliki bentuk koloni di media PDA pada umur 7 hari berwarna hijau. koloni mempunyai diameter 7-8 cm pada umur 14 hari spora semakin lebat dan warna spora menjadi lebih gelap. Konidiofor halus dan dapat mencapai panjang 1 mm, umumnya bercabang, hifa bersepta. Bentuk fialidnya agak silindris, bentuk konidia tipis dan diujung konidia terdapat konidiofor yang berbentuk bulat.

Menururt Lisdawati (2012), Jenis mikroba yang mampu melarutkan P antara lain Aspergilus sp., dan Penicillium sp. Mikroba yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam melarutkan P umumnya juga memiliki kemampuan yang tinggi dalam melarutkan K sehingga baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman A.marina. Disamping itu, A. flavus menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti lovastatin.Senyawa ini dikenal sebagai obat


(20)

antihiperkolesterolemia yang bekerja dengan menghambat enzim

hydroxymethylglutaryl coenzyme A (HMG-CoA) dan bersifat antifungi.A.

flavusdapat tumbuh pada suhu 12-480 C dan akan tumbuh optimal pada suhu 370C (Lestari, 2012).

2. Aspergilus tereus

Bentuk koloni pada media PDA berwarna putih. Koloni mempunyai diameter 7-8 cm pada umur 7 hari, pada umur 14 hari spora semakin lebat dan warna spora menjadi hitam. Konidiofor kasar dan dapat mencapai panjang 1 mm, umumnya bercabang, hifa bersepta. Bentuk fialidnya agak silindris, bentuk konidia tipis dan diujung konidia terdapat konidiofor yang berbentuk bulat (Sihite, 2014).

Antifungi adalah suatu senyawa yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan fungi dan diproduksi dalam bentuk metabolit sekunder. Kumar (2000) melaporkan bahwa metabolit sekunder lovastatin dari A.terreus mampu menghambat pertumbuhan Neurospora crassa yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

Fungi dari jenis A. terreusmerupakan Jenis fungi saprofitik yang terlibat dalam proses dekomposisi untuk menguraikan serasah dedaunan dalam rentang waktu yang singkat karena memiliki aktifitas selulolitik yang sangat kuat (Ilyas, 2007).

Menurut Firman dan Aryantha (2003) berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya terhadap fungi Penicilium sp., dan Aspergillus sp., memiliki potensi sebagai penghasil glukosa oksidase dengan aktivitas yang cukup tinggi, semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan dan tersedia di dalam tanah maka laju pertumbuhan sel-sel baru akan terbentuk sehingga pertumbuhan diameter batang meningkat.


(21)

3. Trichoderma harzianum

koloni memiliki diameter 4-5 cm dalam 7 hari, dan pada umur 14 hari diameter koloni mencapai 9 cm. Pertumbuhan awal T. harzianum berbentuk anyaman miselium dengan permukaan yang mulus, putih berair dan memiliki banyak hifa karena pembentukan hifa-hifa sangat cepat. Selanjutnya koloni T. harzianum akan berubah warna menjadi hijau pekat dan bagian bawahnya tetap tidak berwarna (Sihite, 2014).

T. harzianum mampu tumbuh pada kondisi suhu 28±20 C dan pH 6-7 (Sebran, 2008).

T. harzianum memiliki potensi sebagai antimikroba dan merupakan pengendali hayati dari jamur patogenik penyebab kerusakan pada tumbuhan. Tahun 1972 wheeler dan kawan-kawan melaporkan bahwa pemberian inokulum T. Harzianum dengan perbandingan inokulum dan tanah 1:10 dapat mengendalikan penyakti busuk batang dan busuk akar yang disebabkan oleh Sclerotium roflsii. Untuk meningkatkan populasi aktivitas fungi ini dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik (Musnawar, 2003). Mekanisme pengendalian jamur fitopatogen dilakukan melalui interaksi hifa langsung. Setelah konidia T. Harzianum diintroduksikan ketanah, akan tumbuh kecambah konidianya di sekitar perakaran tanaman. T. harzianumadalah jamur non mikoriza yang dapat menghasilkan enzim kitinase, sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman. Kitinase merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan kitin. Trichoderma

merupakan mikrobia tanah yang mempunyai peranan kunci dalam kesuburan tanah. Pertama sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman (Tindaon, 2008).


(22)

Pemberian T. harzianumberpengaruh terhadap panjang akar primer dan akar lateral. Pada kontrol, pertumbuhan akar primer lebih panjang dari yang lain diakibatkan pada tanah yang tidak mengandung bahan organik menyebabkan menurunkan stabilitas struktur tanah, sehingga pertumbuhan akar primer mengarah untukmemperoleh bahan organik di bagian dalam, berbeda dengan medium yang diberi T. harzianum pertumbuhan akar primer lebih pendek, tetapi merangsang pertumbuhan akar lateral. Tanaman yang diberi T. harzianumpertumbuhan akar lateral lebih banyak (Herlina, 2010).

Pertumbuhan jamur sangat cepat dan mampu menghasilkan hormon tumbuh sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman.Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis (Trianto dan Gunawan, 2003). Keberadaan aktinomisetes selulolitik di tanah memiliki peran penting dalam membantu proses dekomposisi bahan-bahan

organik kompleks seperti lignin, lignoselulosa dan bahan berpati (Sitepu, dkk, 2011).


(23)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2014dan ditargetkan selesai bulan Mei 2015.Penelitian ini dilakukan di kawasan Desa Nelayan Indah, Medan, Sumatera Utara sebagai daerah yang dekat dengan industri.Isolasi fungi dilakukan di Laboratorium Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah propagul A. marina

yang diambil dari kawasan setempat di desa Nelayan Indah.Tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah lumpur yang berasal dari bawah tegakan

A.marina.Fungi A. flavus,A. tereus, dan T. harzianum, Kentang 200 g, gula 20 g, agar 20 g, alkohol 70 %, spritus, dan antibiotik (Calmicitin Chlorampenico) yang digunakan dalam pembuatan media PDA.

Peralatan yang digunakan dibagi menjadi 2 bagian yaitu peralatan yang digunakan dilapangan, meliputi: Polybag, Label kertas, cangkul dan parang, kamera digital, dan alat tulis. Alat yang digunakan di laboratorium merupakan alat untuk membuat media PDA dan mengisolasi fungi yang akan diaplikasikan, meliputi: cawan petri, labu Erlenmayer, spatula, lampu Bunsen, Autoklaf, plastik, gelas ukur, pipet tetes, timbangan analitik, aluminium foil, kertas saring, kompor gas, panci, kaliper, rak kultur, Laminar Air Flow, dan gunting.

Prosedur penelitian

Pengambilan Air dan Lumpur

Lumpur diambil dari bawah tegakan A. marina, dengan kedalaman 20 cm. Lumpur tersebut dimasukkan dalam polybag yang sudah diberi label.


(24)

Pengambilan air dari bawah tegakan A. marina juga dilakukan di lokasi yang sama.

Pembuatan PDA

Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA), kentang dikupas dan ditimbang sebanyak 200 g, kemudian dipotong dadu. Kentang direbus dengan akuades 1 Liter selama 15-20 menit, kemudian disaring menggunakan kain kasa. Gula 20 g dan 20 g agar dimasukkan ke dalam filtrat hasil rebusan kentang, selanjutnya dimasak sampai mendidih 1000 C dan diaduk sampai tidak terdapat endapan, kemudian dimasukkan antibiotik. Selanjutnya media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121o dengan tekanan 15 Psi selama 15 menit.

Peremajaan Fungi

Media PDA dipanaskan hingga mencair, cawan Petri yang telah steril disiapkan. Media PDA dimasukkan ke dalam cawan petri sampai seluruh cawan terisi. Fungi yang telah diisolasi sebelumnya diambil sedikit yaitu 1 cm x 1 cm sebagai inang dan dimasukkan kedalam cawan petri. Cawan petri yang berisi fungi kemudian disimpan dan ditunggu sampai fungi tersebut tumbuh dan berkembang. Waktu yang dibutuhkan fungi tersebut untuk tumbuh dan berkembang adalah 3 hari dan pertumbuhan maksimal akan terlihat setelah 1 minggu.

Penyiapan Media Tanam dan Penanaman

Media yang digunakan adalah lumpur dari bawah tegakan A.marina di Desa Nelayan Belawan, yaitu daerah yang sudah terakumulasi logam berat. Wadah tanam yang digunakan adalah polybag yang berukuran 15 cm x 6.5 cm


(25)

Biji A.marina yang akan ditanam direndam sampai kulit buah terlepas, kemudian di tanamke wadah yang sudah diisi lumpur. Setelah biji terlepas dari kulitnya, dapat segera dilakukan penanaman di dalam polybag.

Aplikasi Fungi

Isolat fungi yang digunakan adalah A. flavus, A. tereus, dan T. harzianum

Jenis-jenis fungi tersebut diaplikasikan dalam bentuk suspensi fungi. Fungi yang tumbuh di media PDA diambil 1 cm x 1 cm, selanjutnya fungi ini dimasukkan ke dalam air steril 10 ml pada tabung reaksi. Fungi dalam tabung reaksi dikocok sampai fungi terlepas dari agar.Tiap jenis fungidibuat 5 kali ulangan sesuai dengan perlakuan yang akan dilaksanakan. Suspensi fungi ini selanjutnya dimasukkan ke dalam polybagseperti pada lampiran 1.Proses pembuatan suspensi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Proses pembuatan suspensi fungi yang akan diaplikasikan ke bibit

A.marina Parameter yang diamati

a. Tinggi semai ( cm )

Pengukuran tinggi semai dilakukan sekali dua minggu selama tiga bulan. Alat ukur yang digunakan adalah penggaris dengan ketelitian 1 cm.Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat diberi tanda kira-kira 1 cm dari


(26)

permukaan tanah sebagai titik awal pengukuran, sehingga untuk pengukuran selanjutnya tetap menggunakan titik awal yang tetap.

b. Diameter semai ( cm )

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong.Untuk mendapatkan pengukuran yang lebih akurat diberi tanda kira-kira 1 cm dari permukaan tanah sebagai titik awal pengukuran, sehingga untuk pengukuran selanjutnya tetap menggunakan titik awal yang tetap.

c. Luas Permukaan Daun

Pada saat pengamatan dihitung semua jumlah daun dari semai.Perhitungan luas daun dilaksanakan pada pengamatan terakhir. Daun dicetak di kertas millimeter, lalu di scan ke computer, selanjutnya dihitung dengan menggunakan software image J.

d. Berat kering tajuk

Dianalisis setelah data terakhir diambil. Daun dan akar dari setiap perlakuan dan kontrol masing masing dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 70

0

C sampai berat konstan. Kemudian daun dan akar tersebut ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan tingkat ketelitian 0,1 mg..

Rancangan Percobaan

Rancangan Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) karena kondisi lingkungan yang homogen (persemaian) dan faktor perlakuannya hanya satu yaitu pengaruh aplikasi fungi. Terdapat empat jenis fungi yang diaplikasikan dengan lima kali ulangan.


(27)

Keterangan:

Yij = Respon pertumbuhan tanaman terhadap perlakuan ke-I ulangan ke-j

µ = Rataan umum τi = Taraf perlakuan

εij = Pengaruh galat perlakuan ke-I ulangan ke-j

i = Kontrol, A. flavus, A. terreus, dan T.harzianum j = 1 , 2 , 3 ,4 , 5


(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dalam kegiatan pengamatan bibit A. marina selama 12 minggu didapat perbedaan tinggi, diameter, luas daun, dan berat kering total antar setiap perlakuan seperti kontrol, A. flavus, A.terreus, dan T.harzianum.Data pengamatan bibit A. marinadapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 . Hasil Pengamatan Bibit A. marina selama12 minggu setelah tanam

Parameter Pengamatan Perlakuan

Kontrol A.flavus A.terreus T. harzianum

tinggi rataan (cm) 15,54 17,22 20,22 18,62 Diameter rataan (cm)* 0,34 0,36 0,39 0,39 Luas Daun rataan(cm2) 15,21 17,26 23,23 28,08 Berat Kering rataan(g)* 0,48 0,85 1,01 1,30

Keterangan : *Berpengaruh nyata berdasarkan analisis sidik ragam pada taraf 5% a. Tinggi Tanaman

Berdasarkan data hasil pengamatan dari pertumbuhan A. marinadalam jangka waktu 2 minggu sekali untuk pengamatan selama 12 minggu, diperoleh data tinggi semai A. marinayang dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan pada tabel 1, semua bibit A. marinayang diberi perlakuan aplikasi jenis-jenis fungi menunjukkan pertumbuhan rataan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Pertumbuhan rataan tinggi bibit yang paling tinggi adalah

A.marinadengan perlakuan A. terreus 20,22 cm dan tinggi rataan tanaman yang paling rendah adalah tanpa perlakuan sebesar 15,54 cm. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman untuk setiap minggu dapat dilihat pada Gambar 3.


(29)

Gambar 3. Grafik Rataan Pertumbuhan Tinggi Bibit A.marina Diameter Batang

Aplikasi fungi memberi pengaruh terhadap pertumbuhan diameter bibit

A.marina.hasil pengukuran diameter dapat dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan pada tabel 1, maka rataan diameter tertinggi terdapat pada bibit A.marinayang diberi perlakuan aplikasi fungi T.harzianumdan A. terreus sebesar 0,39 cm, sedangkan rataan diameter terkecil terdapat pada bibit yang tidak diberi perlakuan sebesar 0,34 cm. Pertumbuhan bibit A.marinamengalami peningkatan setiap minggunya, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

0 5 10 15 20 25

0 2 4 6 8 10 12

T in g g i B ib it ( C m )

Pengukuran Minggu

Ke-Kontrol A. flavus A. terreus T. harzianum 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

0 2 4 6 8 10 12

D ia m ete r B ib it ( C m )

Pengukuran Minggu

Ke-kontrol

A. flavus A. terreus T. harzianum


(30)

Berat Kering Total

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka didapat data berat kering total pada lampiran 8. Berat kering total yang paling tinggi adalah bibit A. marina

dengan perlakuan T. harzianum sebesar 1,30 g dan berat kering total tanaman yang paling rendah dari tanaman tanpa perlakuan sebesar 0,48 g. Dari pengamatan

yang dilakukan selama 12 minggu, diperoleh data berat kering total akhir

A. marinaseperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Berat Kering Total Bibit A.marina Luas Permukaan Daun

Berdasarkan data hasil pengamatan dari pertumbuhan A. marinauntuk pengamatan selama 12 minggu maka didapat luas daun seperti pada Lampiran 11.

Luas daun paling tinggi terdapat pada bibit A. marina dengan perlakuan

T. harzianum sebesar 28,08 cm2 dan luas daun paling rendah adalah pada

perlakuan kontrol sebesar 15,21 cm2. Luas daun A. marina dari beberapa perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6.

0,49 0,85 1,01 1,30 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6

Kontrol A.flavus A. terreus T.harzianum

B o b o t K er in g T o ta l (g )


(31)

Gambar 6. Grafik Luas Permukaan Daun A. marina Hasil Pengamatan Bibit A.marina

Setiap parameter pengamatan baik tinggi, diameter, luas daun, dan berat total bibit mengalami perbedaan di setiap perlakuan. Kondisi semai pada akhir pengamatan setelah aplikasi fungi T. harzianum dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kondisi semai A.marina pada akhir pengamatan setelah Aplikasi Fungi T. harzianum.

15,21

17,26

23,23

28,08

0 5 10 15 20 25 30 35

kontrol A.flavus A.terreus T.harzianum

L

ua

s D

aun (

cm


(32)

Setiap jenis fungi yang diaplikasikan terhadap bibit A. marina

menunjukkan perbedaan dari parameter yang diamati.Kondisi semai pada akhir pengamatan setelah aplikasi fungi A. flavus dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8.Kondisi semai A.marina pada akhir pengamatan setelah Aplikasi Fungi

A. flavus.

Pengaruh fungi A.terreus juga terlihat terhadap parameter pertumbuhan bibit A. marina selama pengamatan 12 minggu.Kondisi semai pada akhir pengamatan setelah aplikasi fungi A. terreus dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9.Kondisi semai A.marina pada akhir pengamatan setelah Aplikasi Fungi A. terreus.


(33)

Kondisi semai pada akhir pengamatan tanpa perlakuan fungi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10.Kondisi semai A.marina pada akhir pengamatan tanpa perlakuan. Korelasi Parameter Pertumbuhan

Selain beberapa parameter pertumbuhan bibit yang diamati, hasil antar parameter menunjukkan korelasi yang saling berhubungan.Hubungan korelasi pertumbuhan A. marina memungkinkan untuk mengetahui keterkatitan nilai antar parameter seperti pada tabel 2.

Tabel 2.Hubungan Korelasi Pertumbuhan A.marina

Tinngi Diamter Luas Daun BKT

Tinggi 1

Diameter 0,36 1

Luas Daun 0,18 0,49 1

BKT 0,19 0,61 0,79 1

Setiap parameter memberikan hubungan korelasi positif dalam proses pertumbuhan bibit A.marina. Nilai korelasi yang paling kuat adalah korelasi antara pertumbuhan luas daun diikuti pertambahan Berat Kering Total sebesar 0,79. Nilai korelasi yang paling lemah adalah korelasi antara pertumbuhan tinggi diikuti oleh pertambahan luas daun sebesar 0,18.


(34)

Pembahasan Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman yang dilakukan di Desa Nelayan Indahs, aplikasi fungi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Hal ini dapat disebabkan waktu pengamatan yang kurang sehingga pertumbuhan

A.marina tidak maksimal.

Tinggi bibit tanamaan A.marina yang paling tinggi diantara beberapa perlakuan aplikasi fungi adalah tanaman dengan perlakuan A. terreus sebesar 20,22 cm dan pertumbuhan tinggi tanaman yang paling rendah adalah tanpa perlakuan. Meningkatnya pertambahan tinggi bibit A. marina setelah aplikasi fungi A. terreus, A. flavus, dan T. harzianum dibandingkan dengan kontrol mungkin disebabkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman bertambah akibat peranan dekomposisi bahan organik dari fungi-fungi tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataanAlexander (1977) yang mengatakan genus Aspergillus,

Penicillium,Curvulariadan beberapa genus lainnya seperti Trichoderma,

Pseudomonas, Phanerochaeta, Cellulomonas, dan Thermosporamerupakan fungi

perombak bahan organik yang mengurai sisa-sisa tanaman khususnya yang mengandung hemiselulosa, selulosa, dan lignin.

Fungi A. terreus memiliki potensi yang baik dalam mendukung pertumbuhan tinggi A.marinahal ini mungkin disebabkan pada lingkungan yang mendukung pertumbuhan fungi ini sangat cepat sehingga proses dekomposisi unsur-unsur yang penting bagi pertumbuhan tanaman berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Suryanto dkk (2011) bahwa Fungi Aspergillus dapat ditemukan paling banyak pada kondisi salinitas 20-30 ppt. Disamping itu menurut


(35)

penelitian Sihite (2011) yang mengatakan bahwa Fungi A.terreusdan T.

harzianummemiliki kemampuan tinggi dalam melarutkan unsur P, sehingga

tanaman dapat menyerap ion fosfat dalam bentuk ion H2PO4. Unsur fosfor

diperlukan tanaman dalam proses metabolisme untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan akar, pertumbuhan buah, pembelahan sel, memperkuat batang, dan meningkatkan ketahanan terhadap rebah.

Organisme perombak bahan organik berperan penting karena mampu menguraikan sisa organik menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah.Kemampuan setiap fungi berbeda sehingga memberikan reaksi pertumbuhan yang berbeda seperti tinggi tanaman, diameter, berat kering total, dan luas daun.

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tinggi bibit A. marina dengan perlakuan

A. terreus lebih tinggi dibandingkan dengan T. harzianumsedangkan untuk

parameter lain seperti diameter, berat kering, dan luas daun T. harzianum

memberikan pengaruh yang paling baik hal ini dapat dikarenakan bahwa pengaruh aplikasi fungi sebenarnya tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara nyata antara A. terreus dan T. harzianum. Sebagai fungi yang baik dalam mendekomposisi unsur P dan N, maka A. terreus juga memiliki peluang yang tinggi dalam menghasilkan parameter tinggi yang paling besar.

Diameter Batang

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Nelayan pemberian fungi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter bibit A.marina. Rata-rata pertumbuhan diameter tertinggi terdapat pada tanaman dengan perlakuan T.


(36)

diameter terendah terdapat pada tanaman tanpa perlakuan 0,34 cm. Pada perlakuan A. terreus diameter tanaman sama dengan T. harzianum.

Meningkatnya pertambahan diameter bibit A. marina setelah aplikasi fungi

A. terreus, A. flavus, dan T. harzianum dibandingkan dengan kontrol mungkin disebabkan fungi mampu merombak fosfor organik tanah yang sukar larut menjadi unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan bibit. Sehingga akar bibit A. marina dapat menyerap unsur hara secara optimal dan proses metabolisme serta pembelahan sel menyebabkan sel-sel pada tumbuhan tersebut bertambah banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihite (2011) yang mengatakan bahwa Fungi A.terreusdan T. harzianummemiliki kemampuan tinggi dalam melarutkan unsur P.

Nilai diameter bibit A. marina setelah aplikasi fungi A. terreusdan

T. harzianum paling tinggi mungkin disebabkan karena fungi tersebut dapat

menghasilkan senyawa glukosa yang dapat meningkatkan diameter batang, hal ini sesuai dengan peryataan Firman dan Aryantha (2003) berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya terhadap fungi Penicilium sp., dan Aspergillus sp., yang ternyata memiliki potensi sebagai penghasil glukosa oksidase dengan aktivitas yang cukup tinggi, semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan dan tersedia di dalam tanah maka laju pertumbuhan sel-sel baru akan terbentuk sehingga pertumbuhan diameter batang meningkat.

Pertumbuhan diameter yang meningkat mungkin juga disebabkan rendahnya tingkat penyakit yang dialami oleh tanaman tersebut sehingga proses metabolisme berjalan dengan baik. T. harzianummerupakan agen pengendali hayati yang sangat baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman.Hal ini sesuai


(37)

dengan pernyataan Tindaon (2008) yang menyatakan bahwa T.harzianumadalah jamur non mikoriza yang dapat menghasilkan enzim kitinase, sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman. Kitinase merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan kitin.Menurut Purwantisari (2008) Jamur-jamur antagonis tanah isolat lokal seperti Trichoderma spdilaporkan mempunyai aktivitas antagonisme yang kuat terhadap jamur patogen dengan mekanisme hiperparasitismenya dan antibiosisnya sehingga efektif menghambat pertumbuhan kapang patogen tanaman dengan mendegradasi dinding selnya.Dinding sel kapang patogen menjadi rusak kemudian mati melalui aktivitas enzim kitinasenya. Beberapa enzim kitinolitiknya hanya toksik pada kapang patogen penyebab penyakit tanaman budidaya namun tidak pada mikroorganismelain dalam tanah dan tumbuhan inang.

Trichoderma merupakan mikrobia tanah yang mempunyai peranan kunci

dalam kesuburan tanah.Pertama sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman.Disamping kemampuan sebagai pengendali hayati T. harzianummemberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman dan produksi tanaman.

Ketersediaan unsur P sangat dipengaruhi oleh pH tanah, kisaran pH tanah 5,5-7 mendukung ketersediaan P paling tinggi (Havlin dkk, 1999). Lokasi pembibitan, di Desa Nelayan indah memiliki nilai pH sebesar 7, sehingga faktor lingkungan pH sangat mendukung ketersediaan unsur hara P.


(38)

Pengamatan dari beberapa jenis fungi memberikan berat kering total paling tinggi T. harzianum sebesar 1,30 gram. Semai A. marinabersimbiosis baik dengan T. harzianum sebab T. harzianummerupakanagen pengendali biologis yang baik karena bersifat patogen bagi fungi lain yang merugikan pertumbuhan tanaman tersebut.

Secara keseluruhan berat kering total tanaman dengan aplikasi fungi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan fungi mungkin disebabkan fungi dapat menyediakan unsur hara secara optimal melalui akar tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herlina (2010) yang mengatakan bahwa,Pemberian T.

harzianumberpengaruh terhadap panjang akar primer dan akar lateral.Pada

kontrol, pertumbuhan akar primer lebih panjang dari yang lain diakibatkan pada tanah yang tidak mengandung bahan organik menyebabkan menurunkan stabilitas struktur tanah, sehingga pertumbuhan akar primer mengarah untukmemperoleh bahan organik di bagian dalam, berbeda dengan medium yang diberi T. harzianum

pertumbuhan akar primer lebih pendek, tetapi merangsang pertumbuhan akar lateral. Tanaman yang diberi T. harzianumpertumbuhan akar lateral lebih banyak. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian maka tingginya berat kering total T.

harzianumdisebabkan fungi tersebut mempengaruhi pertumbuhan akar dengan

sangat baik.

Berat kering total merupakan hasil pertumbuhan tanaman secara keseluruhan termasuk menunjukkan kemampuan tanaman dalam menyerap bahan organik. Unsur-unsur hara dan air yang diserap dari tanah berhubungan secara langsung dengan akar tanaman, sehingga dengan penambahan fungi penyerapan


(39)

unsur hara menjadi lebih baik dan hasilnya meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh berat kering total.

Dari seluruh hasil yang diperoleh, peranan suatu jenis fungi terhadap pertumbuhan tanaman dipengaruhi kemampuan fungi tersebut. Ada jenis fungi yang tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan dengan kadar salinitas yang tinggi. T. harzianum dan Aspergillus sp. merupakan salah satu jenis fungi yang mampu beradaptasi pada daerah dengan salinitas > 30 ppt. Sehingga kegiatan pembibitan akan lebih efisien jika memanfaatkan jenis fungi tersebut.

Luas Daun

Berdasarkan hasil pengamatan terhadapluas daun yang telah muncul pada usia 1 bulan sebanyak 4 helai daun, maka luas daun yang paling tinggi adalah pada tanaman dengan perlakuan T. harzianum, hal ini mungkin disebabkan fungi

T. harzianum mampu mengendalikan patogen yang menyebabkan penyakit

sehingga bibit A. marina memiliki organ tumbuhan seperti daun dalam kondisi yang baik. hal ini sesuai dengan pernyataan Khairul (2001) yang melaporkan bahwa dengan pemberian inokulum T. harzianumdengan perbandingan inokulum dengan tanah 1:10 v/v dapat mengendalikan penyakit busuk batang dan busuk akar yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii.Pada tahun 1975, Backman, Rodiques-Kabama mengembangkan penelitian tentang pemanfaatan inokulum jamur antagonis ini yang dicampurkan dengan tanah diatomae yang dilumuri larutan tetes (molase) 10% untuk membantu pertumbuhan T. harzianum.Inokulum jamur ini ternyata dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh Sclerotium


(40)

inokulum, yang hasilnya sebanding dengan perlakuan yang menggunakan pestisida kimia.

Jika dibandingkan dengan luas daun tanpa perlakuan , dengan perlakuan

A. flavus, dan A. terreus yang dimana daun sangat kecil karena intensitas serangan hama kepiting yang besar maka daun T. harzianum paling luas diantara perlakuan yang lain. Luas daun dengan perlakuan T. harzianumyangpaling luas mengindikasikan rendahnya tingkat serangan penyakit yang menyerang daun bibit tersebut.Hal ini dapat dibuktikan bahwa Menurut Tindaon (2008) T.

harzianumadalah jamur non mikoriza yang dapat menghasilkan enzim kitinase,

sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman.Kitinase merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan kitin.

Peran fungi T. harzianum dalam meningkatkan Luas Daun dapat terlihat dari proses penyediaan unsur P yang optimal, hal ini sesuai dengan pernyataan Sihite (2011) yang menyatakan bahwa fungi A.terreusdan T. harzianummemiliki kemampuan tinggi dalam melarutkan unsur P sehinggatanaman dapat menyerap ion fosfat dalam bentuk ion H2PO4. Daun merupakan organ tumbuhan yang

berawal dari sel. Pertumbuhan dan pembelahan sel sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur P. Berdasarkan hal ini fungi T. harzianum berperan sebagai dekomposer unsur hara P yang bermanfaat dalam meningkatkan metabolisme sel tumbuhan dan perkembangan daun.

Dalam proses penyerapan unsur hara oleh akar tanaman, faktor lingkungan memegang peranan penting, seperti halnya dengan iklim. Salah satu faktor iklim energi pancar matahari dalam menentukan laju pelapukan bahan mineral,


(41)

dekomposisi, dan humifikasi bahan organik (Notohadiprawiro, 2006). Jika melihat kondisi lingkungan di Desa Nelayan dengan suhu udara 27,330 C dan pH 7 maka kondisi lingkungan tersebut baik untuk pertumbuhan fungi T. harzianum,

hal ini sesuai dengan pernyataan Sebran (2008) yang menyatakan bahwa

T. harzianum mampu tumbuh pada kondisi suhu 28±20 C dan pH 6-7.

Hubungan Korelasi Pertumbuhan A.marina

Berdasarkan pertumbuhan bibit A.marina terdapat hubungan antar parameter yang dapat diamati yaitu korelasi antar setiap parameter tinggi, diameter, luas daun, dan berat kering total.Setiap pertambahan tinggi memberikan korelasi cukup kuat terhadap pertambahan diameter. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit A.marina dalam setiap waktu akan menambah ukuran tinggi dan diameter batang secara bersama dan optimal. Dalam pertumbuhan diameter memberikan korelasi yang kuat terhadap pertambahan berat kering total, hal ini dikarenakan pertambahan sel-sel dalam batang, cabang, dan akar bibit

A.marinaakan menambah berat atau berat tumbuhan tersebut secara keseluruhan.

Pertambahan luas daun memberikan korelasi sangat kuat terhadap penambahan berat kering, hal ini dikarenakan daun merupakan bagian dari tanaman yang melakukan perombakan bahan-bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis sehingga bahan organik tersebut diserap tanaman dan menambah berat tanaman. Penambahan berat tanaman merupakan hasil bahan organik yang berhasil diserap tanaman melalui serangkaian proses metabolisme.

Setiap jenis fungi memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter pertumbuhan bibit A. marina.Hal ini dapat dilihat dari perbandingan kemampuan setiap jenis fungi (Lampiran 14). Fungi T. harzianum memiliki


(42)

persentase paling tinggi dalam mendukung pertumbuhan bibit A. marina sebesar 91,67 %, fungi A. terreus sebesar 83,33 %, dan fungi A. flavus memberikan persentase paling rendah dalam mendukung pertumbuhan bibit tersebut sebesar 41,67 %. Banyak faktor yang mungkin dapat mempengaruhi perbedaan kemampuan fungi tersebut seperti kemampuan menyediakan bahan organik dan sifat parasitik dari setiap fungi yang berbeda maupun faktor genetik dari tumbuhan tersebut dalam merespon pengaruh fungi tersebut.Sebab pertumbuhan suatu jenis tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal yakni faktor internal yang berasal dari tumbuhan mauoun factor eksternal yang berasal dari lingkungan.


(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perbandingan kemampuan jenis fungi A. flavus,A. terreus, danT. harzianum

dalam meningkatkan pertumbuhan A. marina adalah 41,67 % : 83,3 % : dan 91,67 %

2. Jenis fungi yang mempunyai kemampuan yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan bibit A.marinaadalah T. harzianum

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai taraf fungi untuk menghasilkan pertumbuhan bibit A.marina dengan optimal serta penelitian lebih lanjut mengenai manfaat aplikasi fungi A. flavus, A. terreus, dan T. harzianum

pada tanaman jenis mangrove lainnya.

Rekomendasi

Sebaiknya dalam masa pembibitan A.marina di tanah yang sudah terakumulasi logam diberi apliksi fungi T. harzianumuntuk mempercepat pertumbuhan semai.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, 1977.Introduction to soil Mycrobiology.2nd Ed. New York: Jhon Wiley and Sons.

Amin, B. 2001.Akumulasi dan Distribusi Logam Berat Pb dan Cu pada Mangrove

Avicennia marina di Perairan Dumai, Riau.Jurnal NatureIndonesia 4(1) : 80-86.

Backer, C.A. & R.C. Bakhuizen van den Brink.1963-1968. Flora of Java.Vol. 3,N.V.P. Noordhoff, Leiden, The Netherlands.

Bandarayanake, 1998.Traditional and Medicinal Uses of Mangroves.Mangroves and Salt Marshes.2:133-148.

Firman dan Aryantha, 2003.Eksplorasi dan Isolasi Enzim Glukosa Oksidase dari Fungi Inperfekti (Genus Penicillium dan Aspergillus).KPP Ilmu Hayati.LPPM ITB.

Giri, C dkk. 2011. Status And Distribution Of MangroveForests Of The World

Using EarthObservation Satellite Data. Global Ecology and

Biogeography.20, 154–159.

Havlin, dkk. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management.Sixth ed. Prentice Hall, New Jersey.

Herlina, L. 2010. Penggunaan Kompos AktifTrichoderma harzianum Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Cabai.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Hutahaean, E.E dkk, 1999.Studi Kemampuan Tumbuh Anakan Mangrove Jenis

Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhizadanAvicennia marina Pada

Berbagai Tingkat Salinitas.Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : 77-85 (1999).

Ilyas, M. 2007. Isolation and identification mould micoflora inhabiting plant leaf litter from Mount Lawu, Surakarta, Central Java. Biodiversitas, Vol. 8, No.2. ISSN: 1412-033X. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong.

Jupriyati, R. 2013. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Pengaruhnya TerhadapHistologi Akar Mangrove Avicennia marina (Forssk).Vierh.di PerairanMangunharjo Semarang. Journal Of Marine Research. Volume 3,

Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 61-68. Program Studi Ilmu Kelautan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas DiponegoroKampus Tembalang, Semarang.


(45)

Khazali, M. 1999. Panduan Teknis: Penanaman Mangrove bersama Masyarakat. Wetlands International – IndonesiaProgramme, Bogor.

Kumar, M.S., H.M. Sarnaik, & A.K. Sadhukhan. 2000. A rapid technique for screening of lovastatin-producing strain of Aspergillus terreus by agar

plug and Neurospora crassa bioassay. Journal of microbiological

methods. 1(1) 21-25.

Lestari, 2012.Pengaruh Konsentrasi Natrium Nitrat Terhadap Kemampuan

Anti-Candida albicansdari Aspergillus flavus Uicc 360. [SKRIPSI].Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Biologi. Depok. Lisdawati.(2012). identifikasi dan karakterisasi fungi dari serasah daun di

kawasan hutan leuweung sancang.UPI.Garut.

Muas. 2003. Peranan cendawan mikorizaarbuskula terhadap peningkatan haraoleh bibit pepaya. JurnalHortikultura 13(2): 105-113.

Musnawar, E.I.2003. Pembuatan Dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Notohadiprawiro, 2006.Tanah dan Lingkungan. Kursus AMDAL PPLH UGM. Yogyakarta.

Nusrin, A, Wardah, dan Yusran.2014. Sifat Kimia Tanah

PadaBerbagaiZonasiHutanMangrove DiDesa TumpapaKecamatanBalinggiKabupatenParigiMoutong.Warta Rimba Vol

2.No.1, Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. Oktavianus, 2013.Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove Jenis Avicennia

Marina Terhadap Bakteri Vibrio Parahaemolyticus.Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan .Universitas Hasanuddin. Makassar.

Priyono, A. 2010. Panduan Praktis: Teknik Rehabilitasi Mangrove di Kawasan Pesisir Indonesia. Kesemat. Semarang.

Purwantisari, S., Rejeki, S., dan Budi, R., 2008.Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens Hayati Jamur-jamur Antagonis Isolat Lokal .Bioma Vol. 10, No. 2, Hal. 13-19. ISSN: 1410-8801.

Rusila N, Y, M, Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Sebran, H.N. 2008.Growth Requirement, Mass Production And Application Of Trichoderma HarzianumAs A Growth Enhancer Of Oil Palm. Master Of Science. University Putra Malaysia. Malaysia.


(46)

Sihite, E.D. 2014. Jenis-jenis fungi dan pengaruh aplikasinya terhadap pertumbuhan semaiAvicennia marina [Skripsi] Medan. Jurusan Budidaya Hutan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sitepu, H, Suryanti, U, dan Purwantisari, S. 2011.Eksplorasi Jamur Antagonis Spesifik Lokal Untuk Pengendalian Jamur Patogen Penyebab Busuk Daun Dan Umbi Tanaman Kentang. Agromedia Vol. 29 No. 1.Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang. Universitas Diponegoro, Semarang. Soerianegara, I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan

Mangrove.Prosiding Seminar III. Ekosistem Mangrove. Jakarta. Hal 39. Suryanto, D., Afrida, Y., Ika, W., dan Yunasfi. 2011. Jenis-Jenis Fungi Yang

Berasosiasi Pada Proses Dekomposisi Serasah Daun Avicennia marina

(Forsk) Vierh Setelah Aplikasi Fungi Aspergillus sp., Curvullaria sp.,

Pennicillium sp., Pada Beberapa Tingkat Salinitas di Desa Sicanang

Belawan. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Departemen Biologi FMIPA USU. USU Press. Medan.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta, hal. 27-29.

Tindaon, H. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianumDan Pupuk Organik Untuk MengendaliKan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsiiSacc.Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa.Skripsi. Departemen Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Medan.

Trianto dan Gunawan, 2003.Pengembangan Trichoderma spp Untuk Pengendalian OPT Pangan dan Hortikultura. Laboratorium PHPT. Semarang.


(47)

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Penanaman Biji A. marina dengan media tanam lumpur di Desa Nelayan Indah


(48)

Lampiran 2.Kondisi Semai A.marina Pada Akhir Pengamatan Setelah Aplikasi Fungi.

Kontrol T. harzianum


(49)

Lampiran 3. Data Pengukuran Tinggi Bibit A.marina

Perlakuan Ulangan 0 1 2 3 4 5 6

Kontrol 1 6 8,21 10,6 11,43 12 13,40 14,50

2 5,70 7 8,10 9,70 11 13,50 14,20

3 5,80 9,43 11,5 12,16 13,90 16,80 18 4 4,50 14,61 14,2 16,80 17 17,60 18

5 5,90 9 10 11,56 12,2 12,7 13

Aspergillus flavus 1 10,70 11,50 12,51 14 16,20 17,22 18,50

2 5 12,50 14,32 15,11 16,11 16,30 18,50

3 8,30 14,80 19 19,70 23 23,21 18,50

4 4,70 6,50 8 10,60 11,90 12 12,60

5 4,40 10,50 12,52 14,71 16,51 17,21 18

Aspergillus Terreus 1 7,50 10,41 11,33 15,03 12,50 21 23,52

2 6,10 8,12 9,62 10,95 20,50 22,32 25 3 9,30 14 16,70 17,81 18,50 19,51 21,31 4 10,90 12,30 12,80 13,51 14,40 15 15,33

5 8 8,81 9,50 11 13 14,80 16

Trichoderma harzianum 1 3,80 8,32 10,50 12,56 15,10 18,30 21

2 9,20 10,54 11,21 11,93 12,80 13,70 14,30 3 10,80 11,51 15,52 18,54 19,20 21,20 22,30

4 5,70 10 15 16,56 20,30 21,20 22,50

5 4,50 9 9,85 10,43 10,80 11,60 13

Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Bibit A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat df K tengah F F crit

Perlakuan 13,19 3 4,39 0,22 3,24

Galat 309,99 16 19,37


(50)

Lampiran 5. Data Pengukuran Diameter Bibit A.marina

Perlakuan Ulangan 0 1 2 3 4 5 6

Kontrol 1 0,21 0,22 0,25 0,27 0,27 0,31 0,32

2 0,.19 0,20 0,24 0,25 0,26 0,30 0,33

3 0,22 0,23 0,25 0,25 0,26 0,30 0,32

4 0,23 0,24 0,26 0,29 0,30 0,32 0,35

5 0,20 0,24 0,27 0,31 0,34 0,35 0,40

Aspergillus flavus 1 0,21 0,23 0,25 0,26 0,28 0,29 0,31

2 0,19 0,24 0,28 0,29 0,30 0,31 0,32

3 0,24 0,25 0,26 0,28 0,32 0,38 0,40

4 0,21 0,24 0,27 0,27 0,32 0,34 0.35

5 0,20 0,29 0,30 0,30 0,40 0,41 0,42

Aspergillus Terreus 1 0,16 0,28 0,31 0,33 0,34 0,35 0,36

2 0,19 0,27 0,30 0,34 0,40 0,45 0,45

3 0,20 0,25 0,27 0,29 0,31 0,33 0,38

4 0,21 0,25 0,28 0,32 0,34 0,40 0,41

5 0,19 0,20 0,23 0,25 0,27 0,31 0,36

Trichoderma harzianum 1 0,15 0,25 0,27 0,32 0,34 0,35 0,36

2 0,20 0,25 0,26 0,.28 0,30 0,34 0,36

3 0,18 0,23 0,25 0,28 0,32 0,38 0,44

4 0,18 0,30 0,33 0,34 0,36 0,37 0,40

5 0,17 0,30 0,34 0,35 0,36 0,38 0,40

Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Diameter Bibit A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Df K Tengah F F crit

Perlakuan 0,024 3 0,008 4 3,24

Galat 0,025 16 0,002

Total 0,049 19

Lampiran 7. Uji Lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) Diameter Bibit A. marina

Perlakuan Diameter A.marina BNT 0,05

Kontrol 0,34 a

A.flavus 0,36 a

A. terreus 0.39 b

T. harzianum 0.39 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom BNT 0,05 menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.


(51)

Lampiran 8. Data Pengukuran Berat Kering Total Bibit A.marina

Perlakuan 1 2 3 4 5 Rataan

Kontrol 0,43 0,50 0,59 0,40 0,51 0,48

A.flavus 0,83 0,90 0,92 0,79 0,82 0,85

A. terreus 1,51 0,90 1,08 0,94 0,62 1,01

T.harzianum 1,13 0,45 1,61 1,13 2,27 1,31

Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Berat Kering Total Bibit A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat df K Tengah F F crit

Perlakuan 1,79 3 0,59 4,21 3,24

Galat 2,27 16 0,14

Total 4,07 19

Lampiran 10. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Berat Kering Total BibitA. marina

Perlakuan BKT A.marina BNT 0,05

Kontrol 0,48 a

A.flavus 0,85 a

A. terreus 1,01 b

T. harzianum 1,30 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom BNT 0,05 menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.


(52)

Lampiran 11. Data Luas Daun

Ulangan Rataan

Perlakuan 1 2 3 4 5

Kontrol 16,08 6,39 12,58 19,03 22 15,21

A. flavus 13,64 34 14,42 10,59 13,68 17,26

A. terreus 37 18,66 26,64 28,57 5,29 23,23

T. harzianum 26,72 12,68 40,88 17,24 42,86 28,07

Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Luas Daun A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat df K Tengah F F crit

Perlakuan 512,18 3 170,72 1,50 3,24

Galat 1816,15 16 113,50


(53)

Lampiran 13. Data Kondisi Lingkungan Desa Nelayan Indah- Belawan

Parameter Nilai

Suhu Udara (T) 27,30

Suhu Air (T) 27,30

Ph Air 7

PH Sedimen 7

Salinitas (ppt) 21,10

Cu (mg/L) Air 0,11

Pb (mg/L) Air 0,26

Lampiran 14.Perbandingan Kemampuan Fungi A. flavus, A. terreus, dan T. harzianum.

Fungi

Parameter

Total

Persentase

Tinggi Diameter BKT Luas Daun

A. flavus 1 2 1 1 5 41,67

A. terreus 3 3 2 2 10 83,3

T. harzianum 2 3 3 3 11 91,67

Keterangan : 1 = Pertumbuhan Paling Rendah 2 = Pertumbuhan Sedang


(1)

Lampiran 2.Kondisi Semai

A.marina

Pada Akhir Pengamatan Setelah Aplikasi

Fungi.


(2)

Lampiran 3. Data Pengukuran Tinggi Bibit

A.marina

Perlakuan Ulangan 0 1 2 3 4 5 6

Kontrol 1 6 8,21 10,6 11,43 12 13,40 14,50

2 5,70 7 8,10 9,70 11 13,50 14,20 3 5,80 9,43 11,5 12,16 13,90 16,80 18 4 4,50 14,61 14,2 16,80 17 17,60 18 5 5,90 9 10 11,56 12,2 12,7 13

Aspergillus flavus 1 10,70 11,50 12,51 14 16,20 17,22 18,50 2 5 12,50 14,32 15,11 16,11 16,30 18,50 3 8,30 14,80 19 19,70 23 23,21 18,50 4 4,70 6,50 8 10,60 11,90 12 12,60 5 4,40 10,50 12,52 14,71 16,51 17,21 18

Aspergillus Terreus 1 7,50 10,41 11,33 15,03 12,50 21 23,52 2 6,10 8,12 9,62 10,95 20,50 22,32 25 3 9,30 14 16,70 17,81 18,50 19,51 21,31 4 10,90 12,30 12,80 13,51 14,40 15 15,33 5 8 8,81 9,50 11 13 14,80 16

Trichoderma harzianum 1 3,80 8,32 10,50 12,56 15,10 18,30 21 2 9,20 10,54 11,21 11,93 12,80 13,70 14,30 3 10,80 11,51 15,52 18,54 19,20 21,20 22,30 4 5,70 10 15 16,56 20,30 21,20 22,50 5 4,50 9 9,85 10,43 10,80 11,60 13

Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Bibit

A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat df K tengah F F crit

Perlakuan 13,19 3 4,39 0,22 3,24

Galat 309,99 16 19,37


(3)

Lampiran 5. Data Pengukuran Diameter

Bibit A.marina

Perlakuan Ulangan 0 1 2 3 4 5 6

Kontrol 1 0,21 0,22 0,25 0,27 0,27 0,31 0,32 2 0,.19 0,20 0,24 0,25 0,26 0,30 0,33 3 0,22 0,23 0,25 0,25 0,26 0,30 0,32 4 0,23 0,24 0,26 0,29 0,30 0,32 0,35 5 0,20 0,24 0,27 0,31 0,34 0,35 0,40

Aspergillus flavus 1 0,21 0,23 0,25 0,26 0,28 0,29 0,31 2 0,19 0,24 0,28 0,29 0,30 0,31 0,32 3 0,24 0,25 0,26 0,28 0,32 0,38 0,40 4 0,21 0,24 0,27 0,27 0,32 0,34 0.35 5 0,20 0,29 0,30 0,30 0,40 0,41 0,42

Aspergillus Terreus 1 0,16 0,28 0,31 0,33 0,34 0,35 0,36 2 0,19 0,27 0,30 0,34 0,40 0,45 0,45 3 0,20 0,25 0,27 0,29 0,31 0,33 0,38 4 0,21 0,25 0,28 0,32 0,34 0,40 0,41 5 0,19 0,20 0,23 0,25 0,27 0,31 0,36

Trichoderma harzianum 1 0,15 0,25 0,27 0,32 0,34 0,35 0,36 2 0,20 0,25 0,26 0,.28 0,30 0,34 0,36 3 0,18 0,23 0,25 0,28 0,32 0,38 0,44 4 0,18 0,30 0,33 0,34 0,36 0,37 0,40 5 0,17 0,30 0,34 0,35 0,36 0,38 0,40

Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Diameter Bibit

A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Df K Tengah F F crit

Perlakuan 0,024 3 0,008 4 3,24

Galat 0,025 16 0,002

Total 0,049 19

Lampiran 7. Uji Lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) Diameter Bibit

A. marina

Perlakuan Diameter A.marina BNT 0,05

Kontrol 0,34 a

A.flavus 0,36 a

A. terreus 0.39 b

T. harzianum 0.39 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom BNT 0,05

menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)


(4)

Lampiran 8. Data Pengukuran Berat Kering Total Bibit

A.marina

Perlakuan 1 2 3 4 5 Rataan

Kontrol 0,43 0,50 0,59 0,40 0,51 0,48

A.flavus 0,83 0,90 0,92 0,79 0,82 0,85

A. terreus 1,51 0,90 1,08 0,94 0,62 1,01

T.harzianum 1,13 0,45 1,61 1,13 2,27 1,31

Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam Berat Kering Total Bibit

A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat df K Tengah F F crit

Perlakuan 1,79 3 0,59 4,21 3,24

Galat 2,27 16 0,14

Total 4,07 19

Lampiran 10. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Berat Kering Total Bibit

A. marina

Perlakuan BKT A.marina BNT 0,05

Kontrol 0,48 a

A.flavus 0,85 a

A. terreus 1,01 b

T. harzianum 1,30 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom BNT 0,05

menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

pada taraf 5%.


(5)

Lampiran 11. Data Luas Daun

Ulangan Rataan

Perlakuan 1 2 3 4 5

Kontrol 16,08 6,39 12,58 19,03 22 15,21

A. flavus 13,64 34 14,42 10,59 13,68 17,26

A. terreus 37 18,66 26,64 28,57 5,29 23,23

T. harzianum 26,72 12,68 40,88 17,24 42,86 28,07

Lampiran 12. Analisis Sidik Ragam Luas Daun

A. marina

Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat df K Tengah F F crit

Perlakuan 512,18 3 170,72 1,50 3,24

Galat 1816,15 16 113,50


(6)

Lampiran 13. Data Kondisi Lingkungan Desa Nelayan Indah- Belawan

Parameter Nilai

Suhu Udara (T) 27,30

Suhu Air (T) 27,30

Ph Air 7

PH Sedimen 7

Salinitas (ppt) 21,10

Cu (mg/L) Air 0,11

Pb (mg/L) Air 0,26

Lampiran 14.Perbandingan Kemampuan Fungi

A. flavus, A. terreus,

dan

T.

harzianum.

Fungi

Parameter

Total

Persentase

Tinggi Diameter BKT Luas Daun

A. flavus 1 2 1 1 5 41,67

A. terreus 3 3 2 2 10 83,3

T. harzianum 2 3 3 3 11 91,67

Keterangan : 1 = Pertumbuhan Paling Rendah

2 = Pertumbuhan Sedang


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus tereus, dan Trichoderma harzianum untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bruguiera gymnorrhiza

1 48 56

Pengaruh Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus terreus dan Trichoderma harzianum Terhadap Pertumbuhan Bibit Avicennia officinalis

1 78 45

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus terreus dan Trichoderma harzianum untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora mucronata Lamk

0 46 57

Pemanfaatan Fungi Aspergillus Flavus, Aspergillus Tereus Dan Trichoderma Harzianum Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora Apiculata Di Desa Pulau Sembilan Kabupaten Langkat

0 42 51

Pengaruh Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus terreus dan Trichoderma harzianum Terhadap Pertumbuhan Bibit Avicennia officinalis

0 0 7

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus tereus, dan Trichoderma harzianum untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bruguiera gymnorrhiza

0 0 8

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus tereus, dan Trichoderma harzianum untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bruguiera gymnorrhiza

0 0 11

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus terreus dan Trichoderma harzianum untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora mucronata Lamk

0 0 11

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus. terreus, dan Trichoderma harzianum Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Avicennia marina.

0 0 9

Pemanfaatan Fungi Aspergillus Flavus, Aspergillus Tereus Dan Trichoderma Harzianum Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora Apiculata Di Desa Pulau Sembilan Kabupaten Langkat

0 0 8