9
penyimpan hara dan berperanan dalam memperbaiki struktur tanah Sutanto, 2002.
Beberapa jenis jamur memiliki aktivitas selulolitik lebih tinggi daripada bakteri, terutama di tanah asam. Jamur yang secara spesifik mampu menghasilkan
komponen selulase secara lengkap dimiliki oleh kelompok Trichoderma spdan A. tereus. Mikroba selulolitik indigenos seperti jamur antagonis berpotensi besar
sebagai agen pengendali hayati patogen jamur .Hal tersebut dimungkinkan karena mikroba selulolitik tersebut mempunyai aktivitas selulolitik mampu menguraikan
selulosa, sementara selulosa merupakan komponen utama dinding sel yang spesifik pada kelompok jamur anggota Oomycota yang mana jamur patogen
Phytophthora infestanstermasuk kedalam jamur tersebut Sitepu dkk, 2011.
1. Aspergillus flavus
Menurut Sihite 2014 A. flavus memiliki bentuk koloni di media PDA pada umur 7 hari berwarna hijau. koloni mempunyai diameter 7-8 cm pada umur 14 hari spora
semakin lebat dan warna spora menjadi lebih gelap. Konidiofor halus dan dapat mencapai panjang 1 mm, umumnya bercabang, hifa bersepta. Bentuk fialidnya agak
silindris, bentuk konidia tipis dan diujung konidia terdapat konidiofor yang berbentuk bulat.
Menururt Lisdawati 2012, Jenis mikroba yang mampu melarutkan P antara lain Aspergilus sp., dan Penicillium sp. Mikroba yang memiliki
kemampuan yang tinggi dalam melarutkan P umumnya juga memiliki kemampuan yang tinggi dalam melarutkan K sehingga baik dalam mendukung
pertumbuhan tanaman A.marina. Disamping itu, A. flavus menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti lovastatin.Senyawa ini dikenal sebagai obat
10
antihiperkolesterolemia yang bekerja dengan menghambat enzim hydroxymethylglutaryl coenzyme A HMG-CoA dan bersifat antifungi.A.
flavusdapat tumbuh pada suhu 12-48 C dan akan tumbuh optimal pada suhu 37
C Lestari, 2012.
2. Aspergilus tereus
Bentuk koloni pada media PDA berwarna putih. Koloni mempunyai diameter 7-8 cm pada umur 7 hari, pada umur 14 hari spora semakin lebat dan warna spora menjadi
hitam. Konidiofor kasar dan dapat mencapai panjang 1 mm, umumnya bercabang, hifa bersepta. Bentuk fialidnya agak silindris, bentuk konidia tipis dan diujung konidia
terdapat konidiofor yang berbentuk bulat Sihite, 2014. Antifungi adalah suatu senyawa yang memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan fungi dan diproduksi dalam bentuk metabolit sekunder. Kumar 2000 melaporkan bahwa metabolit sekunder lovastatin dari A.terreus mampu menghambat
pertumbuhan Neurospora crassa yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungi dari jenis A. terreusmerupakan Jenis fungi saprofitik yang terlibat dalam
proses dekomposisi untuk menguraikan serasah dedaunan dalam rentang waktu yang singkat karena memiliki aktifitas selulolitik yang sangat kuat Ilyas, 2007.
Menurut Firman dan Aryantha 2003 berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya terhadap fungi Penicilium sp., dan Aspergillus sp., memiliki potensi
sebagai penghasil glukosa oksidase dengan aktivitas yang cukup tinggi, semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan dan tersedia di dalam tanah maka laju
pertumbuhan sel-sel baru akan terbentuk sehingga pertumbuhan diameter batang meningkat.
11
3. Trichoderma harzianum