Kondisi Geologi Yogyakarta Penentuan Objek Penelitian

27

2.7 Periode Dominan Tanah

Periode dominan tanah merupakan getaran tanah yang sangat kecil dan kontinyu yang bersumber dari berbagai macam getaran seperti lalu lintas, angin, aktivitas manusia dan sunber lainnya. Secara teoritis besarnya frekuensi atau periode getaran tanah atau batuan merupakan cerminan kondisi fisik tanah atau batuan tersebut. Tanah atau batuan yang lunak dan lepas akan mempunyai periode dominan getaran yang panjang frekuensi rendah, dan begitu sebaliknya. Dalam teknik kegempaan, batuan yang lebih lunak mempunyai resiko yang lebih tinggi bila digoncang gempa bumi, karena mengalami amplifikasi yang lebih besar dibandingkan dengan batuan yang lebih komplek Edwisa, 2008: 74.

2.8 Kondisi Geologi Yogyakarta

Yogyakarta merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sering terjadi bencana gempa bumi. Hali ini di karenakan terdapat 4 empat sesar yang berperan pada proses terjadinya bencana gempa di Yogyakarta Abidin, 2006: 277, yaitu: 1 Sesar Opak 2 Sesar Dengkeng 3 Sesar Prambanan 4 Sesar Parangtritis Pergerakan sesar-sesar tersebut dipengaruhi oleh subduksi Lempeng Australia ke bawah Lempeng Eurasia di bawah Pulau Jawa. 28 Gambar 2.5 Sesar- sesar pembentuk gempa Yogyakarta Kondisi geologi daerah yogyakarta sangat beragam dimana sebagian besar bagian utara tersusun dari batuan-batuan yang membentuk perbukitan dan bagian selatan yang tersusun dari endapan pasir. Berdasarkan kondisi morfologi yang terbentuk oleh faktor endogen dan eksogen, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dapat dibagi menjadi enam satuan geomorfologi yaitu satuan dataran, satuan perbukitan rendah, satuan perbukitan sedang, satuan perbukitan tinggi pegunungan , satuan kaki lereng gunung merapi, dan satuan tubuh gunung merapi. Geologi daerah Yogyakarta dapat dilihat dari Gambar 2.6. 29 Gambar 2.6 Peta regional geologi daerah yogyakarta Daerah yang labil adalah daerah yang dilalui oleh patahan, hal ini dipengaruhi oleh gerakan lempeng- lempeng bumi yang saling tumbukan. Pergerakan lempeng-lempeng bumi yang muncul dalam wujud gelombang gempa bumi, dimana pergerakan lempeng tektonik akan itu menciptakan kondisi terjepit atau terkunci yang mengakibatkan terjadinya penimbunan energi dalam jangka waktu tertentu. Jika gelombang gempa melintas di daerah patahan, maka goncangan dari gempa ini dapat mengeser posisi tanah baik vertikal maupun horisontal yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi tanah. Perubahan kondisi tanah ini dapat berupa amblesan tanah, longsoran, tanah mengembang, terbentuknya gunung api dan pegunungan. 30 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah parameter gempa bumi. Pemilihan parameter gempa bumi ini yang meliputi waktu terjadinya gempa bumi Origin Time, lokasi pusat gempa bumi Episenter, kedalaman pusat gempa bumi DepthHiposenter, dan kekuatan gempa bumi Magnitudo dengan pertimbangan bahwa percepatan tanah maksimum dan intensitas gempa bumi sebanding dengan parameter gempa bumi terutama dengan kekuatan gempa bumi Magnitudo. Hal ini dapat ditunjukan dalam persamaan Gutterberg Richter. 3.1 dimana Io : Intensitas gempa bumi MMI M: Magnitudo gempa bumi SR Dari hasil perhitungan intensitas gempa ini bisa diperoleh nilai percepatan tanah maksimum dengan mengunakan persamaan Gutterberg richter untuk percepatan tanah maksimum. 3.2 Dimana : percepatan tanah maksimum : Intensitas gempa bumi MMI 31

3.2 Metode Penelitian