Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya manusia berkualitas pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin, yaitu dimulai dari masa kehidupan janin. Hal ini menjadi penting karena dapat menunjang tumbuh kembang serta perbaikan gizi. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk perbaikan gizi adalah pemenuhan gizi seimbang pada masa seribu hari pertama. Di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan 1000 HPK. Seribu hari pertama kehidupan 1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan 270 hari sampai berusia 2 tahun 730 hari. Periode ini disebut dengan periode emas golden periode, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen window of opportunity. Perbaikan gizi pada kelompok seribu hari pertama kehidupan akan menunjang proses tumbuh kembang dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun Bappenas, 2012: 6. Pada 1000 hari pertama kehidupan, fokus penanganan masalah gizi adalah dengan menurunkan proporsi anak balita pendek stunted, anak balita kurus wasted, anak yang lahir berat badan rendah dan gizi lebih pada anak, serta menurunkan proporsi anemia wanita usia subur dan meningkatkan prosentase ASI eksklusif. Apabila pada periode emas ini zat gizi tidak terpenuhi dengan baik, maka akan muncul masalah- masalah gizi tersebut Bappenas, 2012: 9. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1, mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 35. Berat Badan Lahir Rendah BBLR pada tahun 2010 sebesar 10,2 dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 11,1, sedangkan pemberian ASI eksklusif sebesar 15,3 pada tahun 2010 menjadi 38 pada tahun 2013, serta presentase gizi lebih pada balita sebesar 5,8 pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 11,9 pada tahun 2013. Selain itu prevalensi pendek stunted pada tahun 2010 sebesar 35,6, mengalami peningkatan menjadi 37,2 pada tahun 2013. Sedangkan untuk prevalensi sangat kurus severely wasted pada tahun 2010 sebesar 6 menjadi 5,3 pada tahun 2013 Riskesdas, 2013. Di Provinsi Jawa Tengah, angka kejadian BBLR pada tahun 2012 sebesar 3,75, sedangkan pada tahun 2013 masih sama dengan tahun 2012 yaitu 3,75. Pemberian ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 25,6, menjadi 52,99 pada tahun 2013 Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2013. Sedangkan untuk Kota Semarang, pemberian ASI eksklusif pada tahun 2013 sebesar 60,20 menjadi 64,38 pada tahun 2014. Angka kejadian BBLR pada tahun 2013 sebesar 0,6 meningkat menjadi 1,0 pada tahun 2014. Pada tahun 2014 BBLR tertinggi berada di Puskesmas Purwoyoso sebesar 46 kejadian BBLR, angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2012 sebesar 25 BBLR dan tahun 2013 sebesar 26 BBLR. Konsumsi gizi yang baik dan seimbang sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Konsumsi gizi yang salah atau tidak sesuai dengan aturan akan menyebabkan masalah kesehatan. Pemenuhan kebutuhan gizi akan berdampak pada status kesehatan seseorang, dan status kesehatan akan berdampak pada status gizi seseorang Hariyani, 2011: 6. Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun baduta merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kesehatan pada 1000 hari pertama kehidupan manusia. Kelompok sasaran ini merupakan kelompok rentan terhadap gizi. Dalam penelitian ini, peneliti memilih wanita usia subur yang sudah menikah sebagai sasaran penelitian. Wanita mempunyai peran penting dalam membeli dan menyiapkan makanan dan mendidik anggota keluarga tentang makanan sehat Gilly, 2009: 38. Selain itu, menurut Kartono Kartini 1992 dalam Yani 2009:92 peran seorang wanita yang berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga wanita berperan penting dalam memelihara kesehatan keluarga, menyiapkan makanan bergizi setiap hari dan bertanggung jawab terhadap sanitasi rumah tangga juga menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial. Terutama pada masa 1000 HPK, bagi wanita yang tengah mempersiapkan kehamilan, penting bagi mereka untuk mengetahui tentang gizi seimbang mulai dari awal kehamilan sampai anak usia dua tahun agar bayi lahir sehat serta terhindar dari berbagai masalah gizi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui informasi tentang pemenuhan gizi seimbang pada wanita usia subur adalah dengan mentoring. Hal ini dikarenakan mentoring dapat memberikan dukungan kepada individu dalam proses belajar dengan kekuatan yang lebih powerful serta membuat mentee menjadi mandiri. Mentoring merupakan bantuan secara tersembunyi offlline help dari mentor ke mentee untuk transfer pengetahuan, pemikiran secara signifikan McKimm, et al, 2007. Pengetahuan sendiri merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu yaitu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Hal ini berarti sebagian besar pengetahuan didapat melalui proses melihat dan mendengar. Salah satunya adalah dengan mengikuti mentoring. Mentoring dilakukan oleh orang yang mempunyai lebih banyak kemampuan dan pengalaman. Mentoring dirasa lebih efektif karena dalam mentoring kita akan diarahkan, dicarikan solusi, dan diberitahu apa saja yang perlu dilakukan maupun yang tidak perlu dilakukan. Semua masalah terutama tentang gizi dapat didiskusikan dengan mentor dalam mentoring. Selain itu mentoring dilakukan secara rutin sesuai kesepakatan mentee dan mentor, jadi tidak hanya dilakukan satu kali pertemuan saja. Biasanya dilakukan pertemuan mentoring satu kali dalam satu minggu. Dalam satu kelompok mentoring terdiri dari 8 orang mentee. Dengan kelebihan mentoring dalam intensitas waktu pertemuan serta jumlah anggota kelompok mentoring yang hanya terdiri dari 8 orang, diharapkan transfer pengetahuan yang dilakukan mentor kepada mentee dapat lebih maksimal serta lebih intensif sehingga dapat membuat responden benar-benar merasakan manfaatnya dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam sebuah tindakan. Peniliti memilih tempat penelitian berdasarkan salah satu fokus penanganan masalah gizi pada 1000 HPK yaitu berdasarkan banyaknya jumlah Berat Bayi Lahir Rendah BBLR yang tertinggi di kota Semarang yaitu di wilayah kerja Puskesmas Purwoyoso sebesar 46 BBLR Profil Kesehatan Kota Semarang, 2014. Dari 14 RW yang ada di Kelurahan Purwoyoso, kejadian BBLR tertinggi terjadi di RW 5 yaitu sebanyak 5 BBLR. Di kelurahan Purwoyoso setiap bulan terdapat pertemuan yang dihadiri oleh kader dari masing-masing RW, untuk memberikan materi tentang kesehatan yang didalamnya mencakup materi gizi. Materi ini selanjutnya akan diberikan kepada ibu-ibu anggota posyandu berupa kegiatan penyuluhan. Namun tidak semua kader melakukan penyuluhan tersebut. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan pengetahuan wanita usia subur tentang gizi seimbang pada 1000 HPK di Kelurahan Purwoyoso yang dilakukan pada tanggal 4 mei 2015, dengan memberikan kuesioner kepada 30 wanita usia subur didapatkan 21 orang 70 berpengetahuan kurang dan 7 orang 23 berpengetahuan cukup, sedangkan yang berpengatuan baik hanya 2 orang 7. Berdasarkan masalah-masalah yang telah dipaparkan, peneliti menggunakan mentoring sebagai upaya intervensi kepada masyarakat terutama wanita usia subur guna meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang pada 1000 hari pertama kehidupan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan pengetahuan pada wanita usia subur sebelum dan sesudah diberikan mentoring tentang gizi seimbang pada 1000 Hari Pertama Kehidupan?

1.2 Rumusan Masalah