rancangan produk dan jasa bersifat imitasi atau lisensi dari luar, rendahnya standar produk, terjadi permintaan lokal yang tinggi.
Industri terkait dan industri pendukung. Keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan industri terkait lainnya di negara tersebut yang secara internasional
bersifat kompetitif. Ciri pada negara berkembang dapat dilihat dari industrinya yang berorientasi pada ekspor yang terisolasi, industri pendukung langka dan
tidak kompetitif, mesin-mesin canggih dan peralatan yang modern didapat dari impor.
Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan. Kondisi dalam negara yang mengatur bagaimana perusahaan diciptakan, diatur, dan dikelola, sebagaimana
juga sifat dari persaingan domestik.
2.7 Teori Harga Relatif
Harga relatif terbentuk dari perpotongan kurva tawar menawar pada dua negara. Perpotongan kurva tawar menawar itulah yang akan menghasilkan suatu
titik yang melambangkan harga relatif komoditi ekuilibrium yang akan menjadi dasar bagi berlangsungnya perdagangan diantara kedua negara tersebut. Hanya
pada harga ekuilibrium itu saja maka perdagangan antara negara 1 dan Negara 2 benar-benar seimbang Salvatore 1997:89.
Gambar 2.2 Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium
Sumber : Salvatore 1997
Pada gambar 2.2 menjelaskan terbentuknya keseimbangan harga relatif untuk sebuah komoditi misal tekstil. Pada panel A menunjukkan harga
keseimbangan yang terbentuk dari interaksi kurva demand Dp dan supply Sp di negara P berada pada titik P1 sedangkan untuk negara Q interaksi antara
demand Dq dan supply Sq berada pada titik P3. Perbedaan harga domestik
tekstil antara kedua negara tersebut akan menjadi dasar untuk melakukan perdagangan. Perdagangan antara kedua negara tersebut akan terjadi apabila harga
yang akan terbentuk nantinya berada pada kisaran antara P1 dan P3 atau dalam kurva tersebut digambarkan berada pada titik P2 sehingga akan menguntungkan
kedua negara tersebut. Apabila harga yang terbentuk adalah sebesar P2 maka negara P akan
meningkatkan produksi tekstilnya melebihi permintaan tekstil pada negara P itu sendiri sehingga terjadi kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran tesktil
tersebut selanjutnya akan di ekspor ke negara Q. Di sisi negara Q menginginkan harga untuk tekstil berada dibawah P3 dengan harga di bawah P3 maka
permintaan tekstil di Negara Q akan menglami peningkatan melebihi penawaran yang ada pada Negara Q. hal ini akan mendorong Negara Q untuk mengimpor
tekstil dari Negara P.
2.8 Teori Revealed Comparative Advantage RCA
Keunggulan komparatif merupakan sebuah konsep penting dalam penting dalam teori ekonomi. Konsep keunggulan komparatif dapat menggambarkan
bagaimana perdagangan antar negara. Dengan konsep ini, tiap negara akan mampu mengidentifikasi ke arah mana investasi harus dilakukan serta ke negara
mana komoditas perdagangan mereka harus diperjualbelikan dengan melihat nilai keunggulan mereka secara komparatif.
Dalam teori keunggulan komparatif David Ricardo, dua negara akan melakukan perdagangan apabila perdagangan tersebut dapat menguntungkan
kedua belah pihak. Keuntungan pada kedua belah pihak dapat dilihat dari daya tukar domestik negara tesebut. Apabila suatu negara dapat menghasilkan suatu
komoditas dengan harga yang sama dibandingkan dengan membeli dari negara lain maka perdagangan antar dua negara tidak akan terjadi. Lain halnya jika
negara tesebut dapat membeli suatu komoditas dari negara lain lebih murah daripada memproduksi sendiri komoditas tersebut, maka perdagangan antar dua
negara akan terjadi. Dengan catatan, negara yang menjual komoditas mendapatkan keuntungan dari jual beli tersebut.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu negara adalah metode Revealed Comparative Advantage RCA.
Metode RCA merupakan metode pengukuran yang pertama kali diperkenalkan oleh Bella Balassa. Pada mulanya RCA merupakan metode pengukuran
keunggulan komparatif yang didasarkan pada metode nisbah tau rasio ekspor impor. Hanya saja, metode yang didasarkan kepada nisbah ekspor impor ini
memiliki dua kelemahan Faisal Basri, 2010:41. Kelemahan pertama, campur tangan pemerintah dan distorsi pasar
cenderung akan membuat nisbah ekspor impor menjadi bias untuk mengukur tingkat keunggulan komparatif suatu komoditas. Kelemahan yang kedua
pengukuran keunggulan komparatif dengan metode nisbah memang bisa menggambarkan pola perdagangan yang ada namun tidak mampu mencerminkan
apakah pola tersebut yang optimal Donges dan Riedel dalam Faisal Basri, 2010:42
Dari dua
kelemahan tersebut
kemudian Balassa
memodifikasi perumusannya menggunakan relative export share. Metode yang kedua ini
mengukur kinerja ekspor dengan suatu komoditas dari suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditas tertentu dalam ekspor total suatu negara
dibandingakan dengan pangsa komoditas tersebut dalam perdagangan dunia.
2.9 Teori Constant Market Share CMS