Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

(TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

OLEH:

SEPTI KHAIRUNNISA H14052988

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

RINGKASAN

SEPTI KHAIRUNNISA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Amerika Serikat (dibimbing oleh Wiwiek Rindayati)

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia merupakan industri yang diunggulkan oleh Indonesia karena selain sebagai penghasil devisa juga menyerap banyak tenaga kerja. Ekspor TPT Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Namun, krisis keuangan global yang awalnya bermula dari Amerika Serikat kini telah mempengaruhi stabilitas ekonomi seluruh dunia dimana salah satunya yaitu Indonesia. Krisis finansial ini tidak saja berdampak kepada sektor keuangan ataupun perbankan Indonesia namun juga berpengaruh terhadap sektor riil. Krisis yang memberikan dampak hampir ke seluruh negara dan ke semua sektor ini telah menyebabkan adanya perubahan dalam volume komoditas ekspor Indonesia termasuk salah satunya yaitu ekspor tekstil dan produk tekstil.

Tujuan ekspor utama dari TPT Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (EU), dan Jepang. Namun, setelah adanya penghapusan kuota pada tahun 2005 dan adanya krisis global pada pertengahan tahun 2008, dikhawatirkan adanya penurunan permintaan ekspor dari pasar Internasional dalam hal ini terutama AS. Maka, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di AS dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember tahun 2008 dan jenis TPT yang dimasukkan dalam model analisis regresi adalah TPT jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam dengan kode HS 620520. Analisis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Minitab 14 dan Eviews 4.1, dengan variabel dependen volume ekspor kemeja pria yang dimaksud dan variabel independen nya GDP riil AS, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota dan dummy krisis global.

Pada saat dihapuskannya kuota yaitu tahun 2005, persentase ekspor garmen ke AS khususnya kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam adalah sebesar 13,50 persen sedangkan pada tahun 2004 yaitu satu tahun sebelum dihapuskannya kuota persentase nya sebesar 10,69 persen terhadap total ekspor kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam dari tahun 2000-2008. Sedangkan pada saat terjadinya krisis global yaitu pada pertengahan tahun 2008, nilai ekspor kemeja pria yang terbuat dari cotton sempat


(3)

mengalami penurunan yaitu pada bulan Oktober sebesar 27 persen dan pada bulan November sebesar 3,7 persen. Meskipun demikian, penurunan tersebut tidak berlangsung lama karena pada bulan Desember nilai ekspornya kembali relatif stabil.

Setelah dilakukan estimasi terhadap model permintaaan ekspor TPT Indonesia di AS untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam, diperoleh hasil bahwa secara statistik dan ekonometrik hasil regresi dapat digunakan sebagai model permintaan TPT Indonesia di AS untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam. Dari estimasi tersebut dihasilkan nilai R-square sebesar 62,8 persen dan adj- R-square sebesar 60,9 persen yang artinya 62,8 persen keragaman yang terjadi pada volume ekspor Indonesia ke AS mampu dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel-variabel yang terdapat dalam model, sedangkan 37,2 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Variabel yang berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor yaitu GDP riil AS, dummy kuota dan dummy krisis global. Variabel yang berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor adalah harga ekspor dan nilai tukar riil. Variabel dummy kuota dan dummy krisis global tidak sesuai dengan teori ekonomi karena mempunyai pengaruh yang positif sehingga walaupun Indonesia sudah tidak menikmati fasilitas kuota atau kepastian pasar dan terjadinya krisis pada negara pengimpor, permintaan ekspor nya justru lebih besar sedangkan pengaruh variabel GDP riil AS, harga ekspor, dan nilai tukar riil terhadap permintaan ekspor sesuai dengan teori ekonomi.

Saran kebijakan yang dapat diberikan penulis adalah variabel harga yang mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia di AS mengindikasikan bahwa perlu adanya upaya-upaya yang lebih dalam usaha peningkatan daya saing sehingga mampu menjual dengan harga yang kompetitif di pasar tujuan ekspor, sedangkan saran yang terkait dengan penelitian ini adalah cakupan data yang lebih luas agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik antara variabel dependen volume ekspor dan dummy krisis global. Serta diharapkan adanya penambahan variabel independen seperti jumlah penduduk AS dan harga ekspor dari negara pesaing. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan dapat lebih dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia di AS khususnya untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam.


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

(TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

Oleh

SEPTI KHAIRUNNISA H14052988

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Septi Khairunnisa

Nomor Registrasi Pokok : H14052988 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Wiwiek Rindayati NIP: 19620816 198701 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP: 19641023 198903 2 002


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Septi Khairunnisa H14052988


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Septi Khairunnisa lahir di Pekalongan pada tanggal 16 September 1987. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara, dari

pasangan Soediarto dan Sri Sukesti. Pendidikan penulis diawali dari TK Ma’had

Islam Pekalongan kemudian dilanjutkan di SD Ma’had Islam IV Pekalongan dan lulus pada tahun 1999. Setelah menamatkan sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Ma’had Islam Pekalongan kemudian menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pekalongan. Lalu pada tahun 2005 penulis masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor dengan program mayor-minor melalui jalur SPMB dan pada tahun 2006 penulis memperoleh mayor di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan berbagai kegiatan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis antara lain Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA) tahun 2007-2008 sebagai staf divisi Research and Development (Re-D) kemudian Ikatan Mahasiswa Pekalongan (IMAPEKA) tahun 2005-2008 sebagai anggota dan pada saat tahun 2007 sebagai bendahara IMAPEKA. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Gebyar Nusantara (2006), HIPOTEX-R (2007), masa perkenalan FEM dan Departemen Ilmu Ekonomi (2007), Economic Tour HIPOTESA goes to BI-BPS (2007), Economic Views (2007) dan diesnatalis FEM IPB (2007).


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika”. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada manusia paling tawazun di muka bumi ini Rasulullah Muhammad SAW yang berkat jasanya lah kita dapat merasakan nikmatnya Islam.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua Orangtua tercinta Bapak Soediarto dan Ibu Sri Sukesti, kakak-kakak ku Mbak Novi dan Mas Eka, Mas Yan, Mbak Itha, Mbak QQ, Mbak Emma dan Mas Udien, serta tak lupa kedua keponakan ku Melvy dan Wayda yang telah memberikan perhatian, semangat, motivasi, dukungan baik moral maupun material serta doa nya.

2. Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Alla Asmara, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan kritik dalam teknik penulisan skripsi sehingga menjadi lebih baik.

5. Andung J.W. (Pusat Pelayanan Data Departemen Perdagangan, Jakarta) atas bantuan dan informasi yang diberikan.

6. Rizky Adi Prabowo atas bantuan, semangat, doa, perhatian dan motivasi yang diberikan selama ini.

7. Harmony 2 Lorong Ceria: Naiyna, Verdha, Diah, Djatul, Sri, Nemo, N’cep, Mbak Asih, Ima, Nisa, Meta dan Sella atas bantuan, semangat, doa, persahabatan, keceriaan dan kebersamaan selama ini.


(9)

9. Teman-teman IE’42: Rani, Rian Ce, Muth, Fitra, Lesty, Maryam, Babeh, Tanjung, Uci, Cipoet, Nchie, Lina dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan, doa dan semangatnya.

10. Cici’e, Mas Yudhi dan Mbak Rina atas bantuan, semangat dan doa yang diberikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Septi Khairunnisa H14052988


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1 Tinjauan Teoritis ... 9

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional ... 9

2.1.2 Teori Keunggulan Komparatif ... 12

2.1.3 Teori Permintaan Ekspor ... 14

2.1.4 Kurs (Exchange Rate) ... 16

2.2 Teori Regresi ... 17

2.3 Industri Tekstil dan produk Tekstil ... 18

2.4 Krisis Global ... 19

2.5 Kuota ... 21

2.6 Penelitian Terdahulu ... 22

2.7 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 24

2.8 Hipotesis ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.3 Perumusan Model ... 30


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

(TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

OLEH:

SEPTI KHAIRUNNISA H14052988

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

RINGKASAN

SEPTI KHAIRUNNISA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Amerika Serikat (dibimbing oleh Wiwiek Rindayati)

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia merupakan industri yang diunggulkan oleh Indonesia karena selain sebagai penghasil devisa juga menyerap banyak tenaga kerja. Ekspor TPT Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Namun, krisis keuangan global yang awalnya bermula dari Amerika Serikat kini telah mempengaruhi stabilitas ekonomi seluruh dunia dimana salah satunya yaitu Indonesia. Krisis finansial ini tidak saja berdampak kepada sektor keuangan ataupun perbankan Indonesia namun juga berpengaruh terhadap sektor riil. Krisis yang memberikan dampak hampir ke seluruh negara dan ke semua sektor ini telah menyebabkan adanya perubahan dalam volume komoditas ekspor Indonesia termasuk salah satunya yaitu ekspor tekstil dan produk tekstil.

Tujuan ekspor utama dari TPT Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (EU), dan Jepang. Namun, setelah adanya penghapusan kuota pada tahun 2005 dan adanya krisis global pada pertengahan tahun 2008, dikhawatirkan adanya penurunan permintaan ekspor dari pasar Internasional dalam hal ini terutama AS. Maka, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di AS dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember tahun 2008 dan jenis TPT yang dimasukkan dalam model analisis regresi adalah TPT jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam dengan kode HS 620520. Analisis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Minitab 14 dan Eviews 4.1, dengan variabel dependen volume ekspor kemeja pria yang dimaksud dan variabel independen nya GDP riil AS, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota dan dummy krisis global.

Pada saat dihapuskannya kuota yaitu tahun 2005, persentase ekspor garmen ke AS khususnya kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam adalah sebesar 13,50 persen sedangkan pada tahun 2004 yaitu satu tahun sebelum dihapuskannya kuota persentase nya sebesar 10,69 persen terhadap total ekspor kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam dari tahun 2000-2008. Sedangkan pada saat terjadinya krisis global yaitu pada pertengahan tahun 2008, nilai ekspor kemeja pria yang terbuat dari cotton sempat


(13)

mengalami penurunan yaitu pada bulan Oktober sebesar 27 persen dan pada bulan November sebesar 3,7 persen. Meskipun demikian, penurunan tersebut tidak berlangsung lama karena pada bulan Desember nilai ekspornya kembali relatif stabil.

Setelah dilakukan estimasi terhadap model permintaaan ekspor TPT Indonesia di AS untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam, diperoleh hasil bahwa secara statistik dan ekonometrik hasil regresi dapat digunakan sebagai model permintaan TPT Indonesia di AS untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam. Dari estimasi tersebut dihasilkan nilai R-square sebesar 62,8 persen dan adj- R-square sebesar 60,9 persen yang artinya 62,8 persen keragaman yang terjadi pada volume ekspor Indonesia ke AS mampu dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel-variabel yang terdapat dalam model, sedangkan 37,2 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Variabel yang berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor yaitu GDP riil AS, dummy kuota dan dummy krisis global. Variabel yang berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor adalah harga ekspor dan nilai tukar riil. Variabel dummy kuota dan dummy krisis global tidak sesuai dengan teori ekonomi karena mempunyai pengaruh yang positif sehingga walaupun Indonesia sudah tidak menikmati fasilitas kuota atau kepastian pasar dan terjadinya krisis pada negara pengimpor, permintaan ekspor nya justru lebih besar sedangkan pengaruh variabel GDP riil AS, harga ekspor, dan nilai tukar riil terhadap permintaan ekspor sesuai dengan teori ekonomi.

Saran kebijakan yang dapat diberikan penulis adalah variabel harga yang mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia di AS mengindikasikan bahwa perlu adanya upaya-upaya yang lebih dalam usaha peningkatan daya saing sehingga mampu menjual dengan harga yang kompetitif di pasar tujuan ekspor, sedangkan saran yang terkait dengan penelitian ini adalah cakupan data yang lebih luas agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik antara variabel dependen volume ekspor dan dummy krisis global. Serta diharapkan adanya penambahan variabel independen seperti jumlah penduduk AS dan harga ekspor dari negara pesaing. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan dapat lebih dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia di AS khususnya untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam.


(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL

(TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

Oleh

SEPTI KHAIRUNNISA H14052988

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Septi Khairunnisa

Nomor Registrasi Pokok : H14052988 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Wiwiek Rindayati NIP: 19620816 198701 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP: 19641023 198903 2 002


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

” ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Septi Khairunnisa H14052988


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Septi Khairunnisa lahir di Pekalongan pada tanggal 16 September 1987. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara, dari

pasangan Soediarto dan Sri Sukesti. Pendidikan penulis diawali dari TK Ma’had

Islam Pekalongan kemudian dilanjutkan di SD Ma’had Islam IV Pekalongan dan lulus pada tahun 1999. Setelah menamatkan sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Ma’had Islam Pekalongan kemudian menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pekalongan. Lalu pada tahun 2005 penulis masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor dengan program mayor-minor melalui jalur SPMB dan pada tahun 2006 penulis memperoleh mayor di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan berbagai kegiatan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis antara lain Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA) tahun 2007-2008 sebagai staf divisi Research and Development (Re-D) kemudian Ikatan Mahasiswa Pekalongan (IMAPEKA) tahun 2005-2008 sebagai anggota dan pada saat tahun 2007 sebagai bendahara IMAPEKA. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Gebyar Nusantara (2006), HIPOTEX-R (2007), masa perkenalan FEM dan Departemen Ilmu Ekonomi (2007), Economic Tour HIPOTESA goes to BI-BPS (2007), Economic Views (2007) dan diesnatalis FEM IPB (2007).


(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika”. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada manusia paling tawazun di muka bumi ini Rasulullah Muhammad SAW yang berkat jasanya lah kita dapat merasakan nikmatnya Islam.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua Orangtua tercinta Bapak Soediarto dan Ibu Sri Sukesti, kakak-kakak ku Mbak Novi dan Mas Eka, Mas Yan, Mbak Itha, Mbak QQ, Mbak Emma dan Mas Udien, serta tak lupa kedua keponakan ku Melvy dan Wayda yang telah memberikan perhatian, semangat, motivasi, dukungan baik moral maupun material serta doa nya.

2. Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Alla Asmara, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan kritik dalam teknik penulisan skripsi sehingga menjadi lebih baik.

5. Andung J.W. (Pusat Pelayanan Data Departemen Perdagangan, Jakarta) atas bantuan dan informasi yang diberikan.

6. Rizky Adi Prabowo atas bantuan, semangat, doa, perhatian dan motivasi yang diberikan selama ini.

7. Harmony 2 Lorong Ceria: Naiyna, Verdha, Diah, Djatul, Sri, Nemo, N’cep, Mbak Asih, Ima, Nisa, Meta dan Sella atas bantuan, semangat, doa, persahabatan, keceriaan dan kebersamaan selama ini.


(19)

9. Teman-teman IE’42: Rani, Rian Ce, Muth, Fitra, Lesty, Maryam, Babeh, Tanjung, Uci, Cipoet, Nchie, Lina dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan, doa dan semangatnya.

10. Cici’e, Mas Yudhi dan Mbak Rina atas bantuan, semangat dan doa yang diberikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Septi Khairunnisa H14052988


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1 Tinjauan Teoritis ... 9

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional ... 9

2.1.2 Teori Keunggulan Komparatif ... 12

2.1.3 Teori Permintaan Ekspor ... 14

2.1.4 Kurs (Exchange Rate) ... 16

2.2 Teori Regresi ... 17

2.3 Industri Tekstil dan produk Tekstil ... 18

2.4 Krisis Global ... 19

2.5 Kuota ... 21

2.6 Penelitian Terdahulu ... 22

2.7 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 24

2.8 Hipotesis ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

3.3 Perumusan Model ... 30


(21)

3.5 Pengujian Model ... 32

3.5.1 Kriteria Statistik ... 33

3.5.2 Kriteria Ekonometrik ... 35

IV. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA ... 38

4.1 Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ... 38

4.2 Perkembangan Ekspor Kemeja Pria yang Terbuat dari Cotton yang Tidak Dirajut atau Disulam ... 42

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia di Amerika Serikat ... 48

5.2 Solusi Alternatif Kebijakan ... 57

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 67


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Peranan masing-masing Sektor terhadap Ekspor non-Migas

Tahun 2007-2008 ... 2

2. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (orang) dan Share-nya

(persen) terhadap masing-masing Sektor Ekonomi

Tahun 2004-2008 ... 3

3. Penentuan Ada Tidaknya Autokorelasi dengan

Uji Durbin-Watson ... 37

4. Ekspor Tekstil dan Garmen Indonesia terhadap Ekspor non-Migas

Tahun 2004-2008 ... 39

5. Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang

Tahun 2004-2008 ... 41

6. Total Volume Ekspor Kemeja Pria ke AS Tahun 2000-2008 ... 43

7. Persentase Ekspor Kemeja Pria yang Terbuat dari Cotton yang

Tidak Dirajut atau Disulam ke AS Tahun 2000-2008 ... 44

8. Nilai Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat untuk Kemeja Pria

Bulan Juli-Desember Tahun 2008 ... 45 9. Total Nilai Impor Kemeja Pria AS Tahun 2000-2008... 46

10. Hasil Dugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS ... 49

11. Nilai Matriks Korelasi dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja

Pria di AS Matriks Korelasi... 50

12. Nilai VIF dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS ... 51

13. Rata-Rata Pengeluaran Konsumen AS Tahun 2005-2007 ... 52


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Kurva Perdagangan Internasional ... 10 2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 27 3. Perkembangan Volume Ekspor Impor TPT Indonesia

Tahun 2004-2008 (ton) ... 40


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Variabel-Variabel dalam Model Permintaan Ekspor TPT

Indonesia di AS ... 67

2. Hasil Output Pendugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS ... 70

3. Nilai Matriks Korelasi dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk

Kemeja Pria di AS ... 71

4. Nilai VIF dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS ... 71

5. Uji Heteroskedastisitas Model Permintaan Ekspor TPT Indonesia

di AS ... 71

6. Uji Unit Root Residual ... 71 7. Uji Kointegrasi Residual dari Model Permintaan Ekspor TPT


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya terutama sumberdaya alam mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengelola sumberdaya tersebut menjadi komoditas-komoditas unggulan perdagangan. Terlebih lagi didukung oleh banyaknya jumlah sumberdaya manusia. Dengan banyaknya sumberdaya manusia yang tersedia, Indonesia sudah seharusnya mampu mengolah sumberdaya alam tersebut menjadi komoditas atau sektor-sektor unggulan sehingga Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap negara lain dalam melakukan perdagangan antar negara. Salah satu sektor yang merupakan sektor unggulan Indonesia adalah sektor industri.

Sektor industri merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena kontribusinya yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi tersebut dapat dilihat dari cukup tingginya peran sektor industri sebagai penghasil devisa terbesar non-migas dan terhadap penyerapan tenaga kerja. Walaupun peranan dalam total ekspor non-migas mengalami penurunan yaitu pada tahun 2008 menjadi sebesar 82,79 persen dibanding sebelumnya pada tahun 2007 sebesar 83,10 persen, tetapi sektor ini tetap mampu menempati urutan pertama dalam komposisi ekspor non-migas Indonesia. Peranan dari masing-masing sektor ekonomi terhadap ekspor non-migas nasional dapat dilihat dalam Tabel 1.


(26)

Tabel 1. Peranan masing-masing Sektor terhadap Ekspor non-Migas Tahun 2007- 2008 (%)

No. Sektor 2007 2008

1. Sektor Pertanian 3,98 4,19

2. Sektor Industri 83,10 82,79

3. Sektor Pertambangan 12,92 13,01

4. Komoditi sektor lainnya 0,01 0,01

Sumber: Departemen Perdagangan, 2009

Selain menjadi penghasil devisa terbesar, sektor industri merupakan sektor urutan keempat yang menyerap banyak tenaga kerja setelah sektor jasa. Sehingga tidak diragukan lagi kemampuan sektor industri manufaktur dalam mengurangi tingkat pengangguran Indonesia. Pada urutan pertama, dari tahun 2004 hingga tahun 2008 tetap diduduki oleh sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja sebanyak 41.331.706 (40,30%)orang pada bulan Agustus 2008, lalu diikuti oleh sektor perdagangan pada urutan kedua sebanyak 21.221.744 (20,70%) orang pada tahun yang sama pula. Dari tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor industri berada pada urutan ketiga yaitu setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Besarnya tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor industri pada tahun 2007 adalah 12.368.729 orang atau 12,38 persen, tetapi pada bulan Agustus 2008 industri pengolahan/manufaktur tergeser oleh sektor jasa yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 13.099.817 orang (12,77%) sedangkan industri manufaktur hanya sebesar 12.549.376 orang atau 12,24 persen. Sehingga pada tahun 2008 industri manufaktur berada pada urutan keempat. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja dari tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini.


(27)

Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (orang) dan Share-nya (%) terhadap masing-masing Sektor Ekonomi Tahun 2004-2008

Sektor 2004 2005

(Nov) 2006 (Agust) 2007 (Agust) 2008 (Agust) Pertanian, kehutanan, perikanan 40.608.019 (43,33%) 41.309.776 (43,96%) 40.136.242 (42,05%) 41.206.474 (41,23%) 41.331.706 (40,30%)

Pertambangan 1.034.716

(1,10%) 904.194 (0,96%) 923.591 (0,97%) 994.614 (0,99%) 1.070.540 (1,04%) Industri manufaktur 11.070.498 (11,81%) 11.952.985 (12,72%) 11.890.170 (12,46%) 12.368.729 (12,38%) 12.549.376 (12,24%) Listrik, gas dan

air 228.297 (0,24%) 194.642 (0,21%) 228.018 (0,24%) 174.884 (0,18%) 201.114 (0,20%)

Bangunan 4.540.102

(4,85%) 4.565.454 (4,86%) 4.697.354 (4,92%) 5.252.581 (5,26%) 5.438.965 (5,30%) Perdagangan,

hotel dan

restoran 19.119.156 (20,40%) 17.909.147 (19,06%) 19.215.660 (20,13%) 20.554.650 (20,57%) 21.221.744 (20,70%) Transportasi dan komunikasi 5.480.527 (5,85%) 5.652.841 (6,02%) 5.663.956 (5,93%) 5.958.811 (5,96%) 6.179.503 (6,03%) Keuangan,

asuransi dan

jasa 1.125.056 (1,20%) 1.141.852 (1,22%) 1.346.044 (1,41%) 1.399.940 (1,40%) 1.459.985 (1,42%)

Jasa-jasa 10.515.665

(11,22%) 10.327.496 (10,99%) 11.355.900 (11,89%) 12.019.984 (12,03%) 13.099.817 (12,77%)

Total 93.722.036

(100%) 93.958.387 (100%) 95.456.935 (100%) 99.930.217 (100%) 102.552.750 (100%) Sumber: BPS, 2009

Industri tekstil dan produk tekstil Indonesia, yang merupakan salah satu bagian dari industri manufaktur, sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an. Industri ini diawali dengan masuknya investasi Jepang pada industri hulu yaitu industri yang memproduksi serat atau fiber dan proses pemintalan menjadi benang. Industri pertekstilan Indonesia sempat mengalami pasang surut, tetapi sampai pada pertengahan tahun 2007 industri tekstil dan produk tekstil (TPT)


(28)

Indonesia masih dapat bertahan. Hal tersebut dibuktikan bahwa industri TPT merupakan industri yang strategis dan menjadi andalan penerimaan devisa nomor dua terbesar non-migas bagi Indonesia dari sektor industri setelah minyak kelapa sawit. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Perindustrian, pada tahun 2007 lalu devisa TPT mencapai US$ 9,81 miliar, lebih besar dibandingkan nilai ekspor 2006 yang mencapai US$ 9,4 miliar dan sampai dengan bulan Mei 2008 nilai ekspor TPT telah mencapai US$ 4,34 miliar. Pada tahun 2006 juga, industri ini memberikan kontribusi sebesar 11,7 persen terhadap total ekspor nasional, 20,2 persen terhadap surplus perdagangan nasional, dan 3,8 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (www.bni.go.id). Selain dari devisa, industri TPT juga menyerap tenaga kerja yang mencapai 10,6 persen pada tahun 2008 dari total angkatan kerja 102.552.750 orang (API, 2009).

Bila dilihat dari kinerjanya, industri TPT ini pernah mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2003, tetapi sejak tahun 2004 kinerjanya terus mengalami peningkatan. Nilai ekspor dari industri TPT ini sebagian merupakan kontribusi dari industri garmen atau pakaian jadi sebesar 55,7 persen atau US$ 52,7 juta. Sedangkan industri pemintalan sebesar 18,9 persen dan industri pertenunan sebesar 15,6 persen (Miranti,2007). Industri TPT nasional mengekspor sekitar 75 persen produknya ke berbagai negara dan hanya 25 persen yang dipasok untuk pasar domestik dengan negara tujuan ekspor industri TPT nasional sebagian besar adalah Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang. Pada tahun 2006, ekspor ke AS mencapai 41,3 persen, Uni Eropa 16,5 persen, dan Jepang 3,7 persen.


(29)

Namun, dihapuskannya kuota pada tahun 2005 dikhawatirkan mempengaruhi volume ekspor TPT Indonesia ke negara-negara yang sebelumnya menetapkan kuota yang sekaligus juga merupakan negara tujuan utama ekspor TPT nasional seperti AS dan Uni Eropa. Dengan diberlakukannya kuota, Indonesia telah mempunyai jaminan untuk memperoleh pasar di negara tersebut sehingga Indonesia tidak perlu bersaing dengan negara lain untuk memperoleh pasar. Dengan dihapuskannya kuota, Indonesia harus bersaing dengan negara-negara pengekspor TPT dunia seperti Cina dan India untuk memperoleh pasar yang potensial.

Selain penghapusan kuota, adanya krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2008 telah memberikan dampak ke seluruh dunia dan secara tidak langsung juga berdampak ke Indonesia sehingga sektor-sektor perekonomian nasional juga terganggu. Salah satu dari sektor tersebut adalah industri TPT. Padahal, negara-negara tujuan utama ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia adalah Amerika, Uni Eropa dan Jepang yang merupakan negara yang paling terpuruk karena krisis global. Karena adanya krisis global, menyebabkan penurunan daya beli masyarakat di negara-negara tersebut sehingga mereka mengalami penurunan kemampuan finansial, maka mereka lebih mengutamakan untuk membeli barang kebutuhan pokok. Dengan adanya penurunan daya beli maka dampak akhir yang terjadi yaitu melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap volume ekspor Indonesia ke negara-negara itu.


(30)

1.2 Rumusan Masalah

Adanya penghapusan kuota pada tahun 2005 membuat Indonesia harus bersaing secara ketat dengan negara pengekspor TPT dunia. Hal tersebut mempengaruhi kinerja ekspor TPT Indonesia khususnya untuk negara tujuan Amerika Serikat. Selain itu, krisis keuangan global yang awalnya bermula dari Amerika Serikat kini telah mempengaruhi stabilitas ekonomi seluruh dunia dimana salah satunya yaitu Indonesia. Krisis finansial ini tidak saja berdampak kepada sektor keuangan ataupun perbankan Indonesia namun juga berpengaruh terhadap sektor riil. Indonesia sebagai partner dagang Amerika dan Eropa, kini mulai merasakan dampak dari adanya krisis finansial global yang sedang terjadi saat ini. Krisis yang memberikan dampak hampir ke seluruh negara dan ke semua sektor ini serta mulai dihapuskannya kuota pada awal tahun 2005 telah menyebabkan adanya perubahan dalam volume ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia.

Dengan adanya perdagangan antara satu negara dengan negara lain, maka terganggunya stabilitas ekonomi suatu negara besar atau adidaya seperti Amerika akan menyebabkan masalah yang serius bagi negara berkembang seperti Indonesia. Hubungan perdagangan yang dilakukan Indonesia dengan partner dagangnya adalah suatu hubungan sebab akibat karena impor suatu negara merupakan ekspor bagi negara lain, sehingga penurunan impor di suatu negara akan mempengaruhi tekanan ekspor negara lain.


(31)

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global? 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan

produk tekstil Indonesia di AS dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Menganalisis perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia

dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global. 2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan

ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di AS dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi:

1) Pemerintah Indonesia selaku pengambil kebijakan dan pihak lainnya yang terkait sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan ekonomi, dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia di AS.

2) Mahasiswa dan kalangan akademisi lainnya sebagai bahan pelengkap dan informasi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan permasalahan dalam skripsi.


(32)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global. Namun, jenis TPT yang dimasukkan dalam model analisis regresi adalah jenis pakaian jadi kemeja pria yang terbuat dari kapas atau cotton yang tidak dirajut atau disulam dengan kode HS 620520. Alasan mengapa hanya kemeja pria yang terbuat dari kapas atau cotton yang tidak dirajut atau disulam yang dimasukkan dalam model analisis regresi adalah karena jenis kemeja pria ini memiliki volume ekspor yang terbesar ke AS dibandingkan dengan jenis kemeja pria lainnya ataupun jenis pakaian jadi lainnya sehingga dianggap dapat mewakili. Selain itu, salah satu variabel independen dalam model yaitu variabel harga merupakan hasil pembagian antara nilai ekspor dengan volume ekspor kemeja pria yang terbuat dari kapas atau cotton yang tidak dirajut atau disulam, sehingga hasil yang diperoleh merupakan harga rata dari satu jenis komoditas saja dan bukan rata-rata dari semua jenis pakaian jadi. Dengan demikian, pada saat dilakukan estimasi terhadap model permintaan ekspor TPT Indonesia di AS, variabel harga tersebut memiliki error yang minimum sehingga hasil estimasinya mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan luar negeri adalah suatu perdagangan antarnegara yang memiliki kesatuan hukum dan kedaulatan yang berbeda serta dengan kesepakatan tertentu dan memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan diterima secara internasional (Putong, 2003). Sedangkan menurut Lipsey (1997), perdagangan internasional diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas antar negara. Dengan adanya perdagangan, setiap negara akan menggunakan sumberdaya nya dengan efisien dan melakukan spesialisasi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya.

Suatu perdagangan terjadi dikarenakan adanya kebutuhan dalam negeri untuk memenuhi serta mendapatkan suatu manfaat atau keuntungan yang lebih. Dengan adanya perdagangan, setiap negara akan memfokuskan untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dihasilkannya secara efisien atau spesialisasi produksi, sementara negara lain yang melakukan perdagangan adalah untuk memperoleh barang dan jasa lain yang tidak diproduksinya. Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan luar negeri (Putong, 2003), antara lain:

1. Untuk memperoleh barang atau sumber daya yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.


(34)

2. Untuk mendapatkan barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam negeri, namun kualitasnya tidak sebaik produksi negara lain atau kualitasnya belum memenuhi syarat.

3. Untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern, dengan tujuan untuk memberdayakan sumber daya alam di dalam negeri.

4. Untuk memperluas pasaran produk yang dihasilkan di dalam negeri 5. Untuk memperoleh keuntungan dari spesialisasi.

Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya perdagangan internasional atau perdagangan antar negara, berikut ini akan di ilustrasikan dengan Gambar 1 dibawah ini.

Sumber: Salvatore , 1997

Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional

Pada gambar diatas, diasumsikan ada dua negara yang akan melakukan perdagangan yaitu Negara A dan Negara B. Dimana gambar tersebut menunjukkan kondisi tanpa perdagangan dan dengan perdagangan dengan contoh komoditi yang diperdagangkan adalah kain. Apabila dalam kondisi tanpa perdagangan, pasar kain di Negara B dan di Negara A berada pada tingkat harga yang berbeda. Tanpa adanya perdagangan dengan Negara B, maka titik pertemuan

Negara A Dunia Negara B

P3

P2

P1

A • B • •E

Ekspor Sx

Dx • A" • B* • A* • E* S D •A' Sx •

B' E' Impor

Dx

X X

X 0 0

0

P P P

P3*


(35)

antara permintaan dan penawaran di Negara A akan berada pada tingkat harga yang lebih rendah yaitu pada P1 atau terletak pada titik A. Begitu pula dengan

Negara B, jika Negara B tidak melakukan perdagangan dengan Negara A maka tingkat harga yang terjadi menjadi lebih tinggi yaitu pada tingkat harga P3*atau

pada titik A'.

Dengan dibukanya perdagangan antara Negara A dengan Negara B, maka orang akan memperoleh kebebasan dari keharusan untuk menyeimbangkan permintaan dan penawarannya di negara masing-masing. Hal tersebut akan membuka kesempatan bagi pembeli kain di Negara B dan penjual kain di Negara A. Para pembeli di Negara B akan mengetahui bahwa mereka akan dapat memperoleh harga kain yang lebih murah dari luar negeri yaitu Negara A sehingga mereka akan menerima harga pada P2, sedangkan penjual di Negara A

tidak perlu untuk menetapkan harga yang lebih rendah (P1) tetapi dapat

menetapkan harga yang lebih tinggi yaitu pada P2. Sehingga harga akhir yang

diciptakan oleh perdagangan dunia dapat ditentukan dan dianalisis. Kelebihan permintaan (excess demand) di Negara B sebanding dengan kelebihan penawaran (excess supply) di Negara A yang akhirnya terjadi hanya pada satu tingkat harga saja yaitu pada harga P2. Pada tingkat harga ini excess demand Negara B atau B'E'

yaitu besarnya komoditi yang diimpor sama dengan excess supply Negara A atau BE yaitu besarnya komoditi yang diekspor.

Keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia memperlihatkan bahwa kurva perdagangan diturunkan dari kurva permintaan dan penawaran dari suatu negara. Kurva yang menunjukkan permintaan Negara B terhadap kain impor


(36)

dari Negara A adalah kurva excess demand begitu pula kurva penawaran ekspor kain dari Negara A yang merupakan kurva excess supply. Kurva permintaan dan penawaran perdagangan saling bertemu pada titik E* yang mencerminkan harga dunia yang berlaku untuk komoditi kain dengan adanya perdagangan antar negara. 2.1.2 Teori Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif adalah keunggulan relatif yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain dalam memproduksi berbagai komoditas (Lipsey, 1997). Jika masing-masing negara yang memiliki keunggulan komparatif dalam suatu komoditi mengkhususkan berproduksi dalam komoditi tersebut, maka produksi dunia akan mampu ditingkatkan sehingga akan memberikan peluang bagi setiap negara untuk melakukan perdagangan serta memperoleh manfaat dari perdagangan tersebut. Keunggulan komparatif itu sendiri timbul karena adanya negara-negara yang mempunyai biaya dan kesempatan yang berbeda dalam memproduksi barang atau komoditas tertentu. Bila suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam suatu barang, tetapi tanpa ada perdagangan maka harga relatif untuk barang tersebut akan lebih rendah daripada di negara yang tidak memiliki keunggulan komparatif untuk barang tersebut. Perdagangan akan meningkatkan harga relatif barang tersebut sehingga akan menciptakan suatu insentif bagi perusahaan-perusahaan di negara yang memiliki keunggulan komparatif untuk lebih meningkatkan produksinya. Selain itu, jumlah komoditi yang akan dikonsumsi menjadi lebih banyak jika dibandingkan dengan tanpa perdagangan.


(37)

Berdasarkan hukum keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo (Salvatore, 1997), meskipun suatu negara kurang efisien dibandingkan dengan negara lain dalam memproduksi dua jenis komoditi, tetapi masih tetap ada dasar untuk melakukan perdagangan yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara. Dimana negara pertama harus mampu berspesialisasi dalam berproduksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil atau komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif. Sedangkan untuk mengetahui sebab-sebab munculnya keunggulan komparatif di tiap-tiap negara serta dampak-dampak yang ditimbulkan oleh adanya hubungan dagang terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang melakukan perdagangan dijelaskan melalui teori Heckscher-Ohlin.

Teori Heckscher-Ohlin (Salvatore, 1997) menyatakan bahwa komoditi yang diekspor oleh suatu negara adalah komoditi yang produksinya menyerap lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut, dan akan mengimpor komoditi yang membutuhkan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Karena dalam teori Heckscher-Ohlin lebih menekankan pada perbedaan kepemilikan faktor-faktor produksi antara suatu negara dengan negara lain yang merupakan landasan dalam menentukan keunggulan komparatif masing-masing negara maka teori ini juga disebut sebagai teori kepemilikan faktor atau teori proporsi faktor. Teori ini menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi serta mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dan mengimpor


(38)

komoditi atau barang yang banyak menyerap faktor produksi yang langka dan mahal di negara itu.

2.1.3 Teori Permintaan Ekspor

Permintaan dari suatu barang atau komoditi timbul dikarenakan adanya keinginan dan kemampuan konsumen untuk membeli suatu barang tertentu. Pengertian dari permintaan (Lipsey, 1995) itu sendiri adalah jumlah suatu komoditi yang akan dibeli oleh rumah tangga. Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta adalah negatif sehingga hukum permintaan menyebutkan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta semakin besar, begitu pula sebaliknya. Sementara itu, penentuan permintaan dari suatu pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor (Lipsey, 1995), yaitu:

1. Harga komoditi itu sendiri

2. Rata-rata pendapatan rumah tangga

Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menyebabkan jumlah komoditi yang diminta lebih banyak pada setiap harga tertentu.

3. Harga-harga lainnya

Harga-harga lainnya yang dimaksud adalah harga barang substitusi dan harga barang komplementer. Naiknya harga pada barang substitusi suatu komoditi maka akan menyebabkan permintaan dari komoditi itu meningkat. Sedangkan naiknya harga barang komplementer suatu komoditi akan menyebabkan permintaan dari komoditi itu turun.


(39)

4. Selera

Selera mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan keputusan seseorang untuk membeli suatu barang.

5. Distribusi pendapatan

Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan semakin banyak jumlah komoditi atau barang yang akan dibeli bagi mereka yang memperoleh tambahan pendapatan, begitu pula sebaliknya.

6. Jumlah penduduk

Kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga.

Permintaan ekspor suatu negara didefinisikan sebagai permintaan suatu negara tertentu terhadap suatu komoditi. Sama halnya dengan permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar, permintaan ekspor juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga domestik negara tujuan ekspor (HDit), harga impor negara

tujuan ekspor (HIit), pendapatan perkapita penduduk negara tujuan ekspor (YPit),

selera penduduk negara tujuan ekspor (Sit). Selain itu juga dipengaruhi oleh harga

di pasar Internasional (HX), nilai tukar (NT) dan jumlah penduduk negara tujuan ekspor (POPit). Dalam fungsi ini dimasukkan variabel dummy krisis global dan

dummy kuota karena terkait dengan kondisi dunia saat ini yang sedang mengalami krisis keuangan global dan setelah kuota dihapuskan.

Secara umum fungsi ekspor suatu komoditi:


(40)

dimana:

Xt = volume ekspor pada bulan ke-t

HDt = harga domestik negara pengekspor pada bulan ke-t

HDit = harga domestik negara tujuan ekspor pada bulan ke-t

HIit = harga impor negara tujuan ekspor pada bulan ke-t

YPit = pendapatan perkapita penduduk (GDP) negara tujuan ekspor pada

periode ke-t

Sit = selera penduduk negara tujuan ekspor pada bulan ke-t

HXt = harga ekspor bulan ke-t

NTt = nilai tukar riil (nilai tukar negara pengekspor/nilai tukar negara tujuan

ekspor) pada bulan ke-t

POPit = jumlah penduduk negara tujuan ekspor pada bulan ke-t

D1 = variabel dummy kuota

D2 = variabel dummy krisis global

2.1.4 Kurs (Exchange Rate)

Yang disebut dengan kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2003). Ada dua macam kurs yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal atau nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara, contohnya jika kurs antara dolar AS dengan Rupiah adalah Rp. 12.000 per dolar maka orang yang ingin memiliki dolar harus menukar Rp. 12.000 untuk setiap dolar yang ingin didapatkannya. Sedangkan kurs riil atau real exchange rate adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs


(41)

riil ini menyatakan tingkat dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain sementara itu jika orang mengatakan kurs antara dua negara maka yang dimaksud adalah kurs nominal. Untuk melihat bagaimana hubungan antara kurs riil dengan kurs nominal dapat dilihat dalam perhitungan dibawah ini:

Tingkat harga barang domestik yang diperdagangkan dengan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang domestik dan pada tingkat kurs yang terjadi. Maka jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah sedangkan barang-barang domestik relatif lebih mahal, begitu pula sebaliknya yaitu jika kurs riil rendah maka barang-barang luar negeri relatif lebih mahal sedangkan barang-barang domestik relatif lebih murah.

2.2 Teori Regresi

Analisis regresi merupakan analisis yang berkaitan dengan ketergantungan satu variabel yaitu variabel tak bebas, terhadap satu atau lebih variabel lain yaitu variabel yang menjelaskan (explanatory variable) atau variabel bebas dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas (Gujarati, 1978). Untuk menganalisis model yang memiliki lebih dari satu variabel bebas digunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi berganda yaitu model dimana variabel tak bebas (dependent variable) tergantung pada dua atau lebih variabel bebas (independent variable) atau variabel yang menjelaskan (Nachrowi, 2006). Dengan semakin banyaknya variabel bebas yang digunakan maka semakin besar pula kemampuan regresi


(42)

untuk menjelaskan variabel dependen sehingga faktor-faktor lain di luar model yang dicerminkan oleh error semakin kecil atau minimum. Untuk mendapatkan error yang minimum ini digunakan metode kuadrat terkecil biasa atau OLS (Ordinary Least Square). Sesuai dengan prinsip OLS, untuk memperoleh persamaan regresi maka harus mencari nilai dugaan dari koefisien-koefisiennya. Dalam persamaan regresi, penduga masing-masing koefisien harus memiliki sifat-sifat penduga yang baik. Berdasarkan penelitian Gauss-Markov dalam Nachrowi (2006) bahwa penduga koefisien memiliki sifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) atau mempunyai sifat yang linier, tidak bias, dan variannya minimum. 2.3 Industri tekstil dan Produk Tekstil

Tekstil berasal dari bahasa latin yaitu textiles yang berarti tenunan atau menenun (Djafri, 2003). Akan tetapi, secara umum tekstil dapat diartikan sebagai barang atau benda yang bahan bakunya berasal dari serat, yang umumnya kapas, polyester dan rayon, yang dipintal menjadi benang lalu dianyam/ditenun atau dirajut menjadi kain. Jenis dari kain ada empat macam, yaitu kain grey atau kain blacu, kain finished seperti kain putih, kain rajut, dan kain non-woven. Setelah dilakukan penyempurnaan atau finishing, kain ini digunakan untuk bahan baku produk tekstil. Sementara itu, pengertian dari produk tekstil adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tekstil baik setengah jadi maupun jadi. Ada beberapa jenis dari produk tekstil, yaitu pakaian jadi atau garment yang merupakan berbagai jenis pakaian yang siap pakai, tekstil rumah tangga dan kebutuhan industri.


(43)

Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia terbagi dalam tiga sektor industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir (Djafri, 2003), yaitu:

1) Sektor industri hulu (upstream), yaitu sektor industri yang memproduksi serat/fiber (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang. Sifat dari sektor industri ini adalah padat modal, berskala besar, dan jumlah tenaga kerjanya relatif sedikit, tetapi output per tenaga kerjanya besar.

2) Sektor industri menengah (midstream) adalah sektor industri yang mencakup proses penganyaman benang menjadi kain mentah lembaran yang melalui proses pertenunan (weaving) dan rajut (knitting), kemudian diolah secara lebih lanjut melalui proses pengolahan pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing) dan pencapan (printing) menjadi kain jadi. Sektor industri ini memiliki karakteristik atau sifat semi padat modal, teknologi menengah dan modern, serta jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu.

3) Sektor industri hilir (downstream) ini merupakan industri manufaktur pakaian jadi (garment), di dalamnya termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing yang menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga industrinya bersifat padat karya.

2.4 Krisis Global

Krisis finansial global yang bermula dari Amerika yang sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2007, pada awalnya terjadi karena adanya kredit macet


(44)

perumahan (subprime mortgage) atau di Indonesia ini disebut sebagai KPR. Berdasarkan peraturan yang berlaku di Amerika, pemberian kredit perumahan hanya akan diberikan kepada warga Amerika yang memenuhi syarat tertentu. Namun, karena harga properti atau perumahan di Amerika sedang naik maka pemberian kredit tersebut dilakukan dengan mudah tanpa melihat apakah warga Amerika tersebut layak atau tidak. Bahkan perusahaan pembiayaan kredit rumah tersebut berani untuk memberikan kredit tetap selama tiga tahun sehingga menyebabkan banyak orang untuk membeli rumah dan akan kembali menjualnya dalam tiga tahun, yang menjadi permasalahan adalah perusahaan pembiayaan kredit rumah tersebut memberikan kepada warga atau penduduk yang sebenarnya tidak layak untuk memperoleh pembiayaan sehingga keadaan tersebut yang menyebabkan adanya kredit macet. Sedangkan untuk memberikan kredit tersebut, perusahaan pembiayaan memperoleh dana jangka pendek dengan menjual ataupun menerbitkan surat utang kepada lembaga investasi dan investor di seluruh dunia termasuk lembaga keuangan.

Ketika terjadi kredit macet, perusahaan pembiayaan itu tidak mampu membayar utangnya kepada lembaga investasi dan lembaga-lembaga keuangan dunia yang membeli surat utangnya sehingga terjadilah kelangkaan likuiditas pada lembaga keuangan tersebut. Sebagai negara adidaya, kondisi kelangkaan likuiditas yang dialami oleh lembaga keuangan besar Amerika juga mempengaruhi kondisi likuiditas lembaga keuangan lain baik di Amerika sendiri maupun lembaga keuangan lain dunia yang menginvestasikan dananya melalui instrumen lembaga keuangan besar Amerika. Dari permasalahan itulah awal krisis global yang


(45)

benar-benar terjadi sekitar bulan Agustus 2008 hingga sekarang. Sedangkan lembaga-lembaga keuangan dunia yang terkena dampak dari krisis global itu adalah bank-bank di Amerika Serikat itu sendiri, Eropa, serta Asia terutama Jepang.

2.5 Kuota

Sejak tahun 1960, perdagangan tekstil dan pakaian jadi identik dengan proteksi dan diskriminasi. Diawali dengan pembentuan Short Term Arrangement (STA) pada tahun 1961 yang kemudian diikuti dengan Long Term Arrangement pada tahun 1963-1973. Kedua perjanjian tersebut hanya mengatur tentang perdagangan kain katun. Lalu, pada tahun 2004 hingga berakhirnya Putaran Uruguay perdagangan tekstil diatur oleh MFA atau Multi Fibre Arrangement, yaitu suatu kerangka kerja perjanjian bilateral atau aksi unilateral yang membentuk sistem kuota impor ke negara-negara yang industrinya sedang menghadapi kerugian akibat peningkatan impor yang cepat. Dalam MFA, cakupan produk yang dibatasi dan diawasi perdagangannya lebih luas yaitu hingga pakaian jadi dan MFA ini menerapkan pembatasan dan pengawasan terhadap tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan cara kuota.

Meskipun pembatasan ekspor TPT dilakukan dengan sukarela, tetapi pada kenyataannya kuota ditetapkan secara unilateral dan sangat tergantung pada negara pengimpor sehingga dapat dikatakan bahwa dengan penerapan kuota ini negara berkembang sebagai negara produsen dan pengekspor TPT adalah korban karena sifat dari kuota yang diskriminatif dan unilateralis. Namun, dilain pihak MFA juga memberikan akses untuk memperoleh pangsa pasar dengan harga yang menguntungkan, sehingga bagi negara berkembang MFA sangat membantu untuk


(46)

memasuki pasar dan memperoleh harga yang menguntungkan di pasar negara maju seperti AS dan UE. Negara-negara yang mengenakan kuota adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan Kanada.

MFA berakhir pada tanggal 31 Desember 1994 dan digantikan dengan Agrreement on Textile and Clothing (ATC). ATC merupakan perjanjian transisi untuk membebaskan perdagangan TPT secara penuh dalam waktu 10 tahun secara bertahap sehingga pada saat berakhirnya ATC yaitu pada tanggal 1 Januari 2005 semua TPT telah terintegrasi secara penuh ke dalam sistem WTO dan artinya berakhirlah sistem kuota dimana negara pengimpor tidak lagi dapat mendiskriminasi para eksportir. Perjanjian ini mengatur tahapan dan cara pengintegrasian TPT, peningkatan pertumbuhan, transitional safeguard, kepentingan negara-negara kecil dan terbelakang, dan lain-lain. Integrasi dilakukan dengan empat tahap dan produk yang sudah diintegrasikan tidak lagi dapat dikenakan kuota, selain itu pada setiap tahapannya harus mencakup empat tipe utama tekstil dan pakaian jadi, yaitu benang, serat bahan (fabrics), made-up textile products, dan pakaian jadi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Kusumawardiani (2005) melakukan penelitian mengenai analisis perkembangan ekspor TPT dan peran pasar kuota bagi Indonesia menunjukkan bahwa adanya pasar kuota di Indonesia membawa dampak yang positif dan negatif, namun perkembangan ekspor TPT selama periode 1980-2002 cenderung meningkat meskipun bersifat fluktuatif. Sementara itu, variabel yang berpengaruh secara nyata mempengaruhi peningkatan ekspor tekstil ke negara kuota AS adalah


(47)

GNP riil dan nilai tukar riil, sedangkan untuk ekspor pakaian jadi variabel yang mempengaruhi secara nyata adalah GNP riil, nilai tukar riil, dummy krisis dan dummy pergejolakan niai tukar. Untuk tujuan negara non-kuota Singapura, peningkatan ekspor tekstil dan pakaian jadi dipengaruhi secara nyata oleh GDP riil dan dummy krisis.

Prihartini (2004) dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil Indonesia ke Singapura, menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan menggunakan data dari tahun 1979-2001 untuk data ekspor benang tekstil dan tahun 1978-2001 untuk data ekspor kain tenunan kapas. Secara uji serempak, variabel-variabel yang diduga yang meliputi harga riil di Indonesia, harga riil di Singapura, pendapatan per kapita Singapura, nilai tukar riil Indonesia Singapura dan variabel dummy berpengaruh secara nyata terhadap ekspor benang tekstil dan kain tenunan kapas ke Singapura. Sedangkan secara parsial, harga riil di Indonesia dan dummy tidak nyata mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura namun variabel harga riil di Singapura, pendapatan per kapita Singapura dan nilai tukar riil Indonesia Singapura mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura secara nyata. Sementara itu, variabel harga riil di Indonesia, harga riil di Singapura dan nilai tukar riil tidak nyata mempengaruhi ekspor kain tenunan kapas namun variabel pendapatan per kapita Singapura dan dummy mempengaruhi ekspor kain tenunan kapas Indonesia ke Singapura secara nyata.

Chintia (2008) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia di Uni Eropa dengan


(48)

menggunakan metode analisis OLS. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu volume ekspor TPT, GDP per kapita, harga ekspor, nilai tukar dan dummy kuota. Dari hasil estimasi tersebut, semua variabel yang digunakan sesuai dengan teori yang berlaku kecuali harga ekspor TPT negara pesaing.

2.7 Kerangka Pemikiran Konseptual

Ekspor TPT Indonesia setiap tahun menunjukan angka peningkatan. Namun dengan adanya penghapusan kuota dan krisis finansial global yang melanda negara tujuan utama ekspor TPT Indonesia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, volume ekspor TPT Indonesia dikhawatirkan akan mengalami penurunan. Padahal, seperti yang telah diketahui ekspor TPT yang merupakan bagian dari industri manufaktur adalah komoditas ekspor yang diunggulkan oleh Indonesia karena selain sebagai penghasil devisa terbesar juga menyerap banyak tenaga kerja.

Dari permasalahan tersebut diatas, selanjutnya dianalisis bagaimana perkembangan permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan adanya penghapusan kuota dan krisis global serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia. Maka alur pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan pada kerangka pemikiran operasional pada gambar 2.


(49)

2.8 Hipotesis

Berdasarkan studi penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka yang merupakan teori dan konsep ekonomi, maka dari penelitian ini dapat diajukan beberapa hipotesis yaitu:

1. Permintaan ekspor TPT berpengaruh positif terhadap volume ekspor TPT Indonesia. Semakin besar jumlah TPT yang diminta maka akan memberikan rangsangan bagi Indonesia sebagai pengekspor TPT untuk meningkatkan volume ekspor TPT nya.

2. GDP AS berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Penurunan dalam GDP per kapita AS akan menyebabkan turunnya daya beli negara pengimpor. Bila daya beli dari AS mengalami penurunan, maka AS akan mengurangi konsumsi nya sehingga akan berdampak pada penurunan permintaan ekspor TPT Indonesia.

3. Harga ekspor TPT Indonesia berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Jika harga ekspor TPT Indonesia semakin tinggi maka akan semakin rendah permintaan ekspor TPT Indonesia.

4. Nilai tukar atau kurs riil rupiah terhadap dolar berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Jika kurs riil rendah, maka harga barang domestik relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang luar negeri, maka orang-orang Indonesia akan sedikit membeli barang impor dan orang asing akan banyak membeli barang dari Indonesia sehingga permintaan ekspor Indonesia akan meningkat.


(50)

5. Dihapuskannya kuota berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Dengan dihapuskannya kuota maka Indonesia harus bersaing dengan negara-negara pengekspor TPT dunia untuk memperoleh pasar di dunia terutama AS sehingga diduga akan menurunkan permintaan ekspor Indonesia.

6. Adanya krisis global berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Negara yang terkena dampak dari krisis global khususnya AS, menyebabkan kelangkaan finansial di negara tersebut sehingga mereka akan mengurangi impor terhadap suatu barang. Maka negara-negara pengekspor termasuk Indonesia akan mengalami penurunan permintaan ekspor.


(51)

Keterangan:

: bagian yang dianalisis

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Krisis Finansial AS

Perdagangan dunia melemah

Krisis Ekonomi Global

Kondisi perekonomian Indonesia Permintaan Ekspor

Manufaktur turun

Ekspor TPT Indonesia

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

ekspor TPT Indonesia

Implikasi kebijakan

Penghapusan kuota


(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember tahun 2008. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber antara lain melalui internet, seperti Bank Indonesia, Bureau of Economic Analysis, Bureau Labor Statistics dan Census Bureau Amerika Serikat dan BPS, serta dari instansi-instansi seperti Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Departemen Perdagangan, dan Departemen Perindustrian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data volume ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Dipilih Amerika Serikat karena AS merupakan negara tujuan ekspor utama TPT Indonesia khususnya kemeja pria diantara Jepang dan Uni Eropa dan sekaligus sebagai negara yang sebelumnya menerapkan kuota impor serta negara yang paling terpuruk yang terkena dampak dari adanya krisis global. Selain itu, diperlukan pula data GDP riil AS, harga ekspor TPT Indonesia terhadap AS dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar AS. 3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Minitab 14 dan Eviews 4.1.


(53)

Model regresi linier secara umum dapat dituliskan sebagai berikut: Yi= β0+ Σβi Xi + ui ; i = 1, 2, ……n (3.1)

dimana:

Yi = variabel tak bebas (dependent variable)

β0 = intersep

βi = slope

Xi = variabel bebas yang menjelaskan variabel tak bebas Y

(independent variable) ui = error term

n = banyaknya variabel independen dalam fungsi

Sementara itu, asumsi atau persyaratan yang melandasi estimasi koefisien regresi dengan menggunakan metode OLS yaitu:

1. E(ui) = 0 atau E (ui|xi) = 0 atau E(Y) = β0+ Σβi Xi

atau dengan kata lain pada saat Xi terobservasi, pengaruh ui terhadap Y

diabaikan atau ui tidak mempengaruhi E(Y) secara sistematis, ui

menyatakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi Y, tetapi tidak terwakili dalam model.

2. Tidak ada korelasi antara ui dan uj {cov (ui, uj) = 0}; i ≠ j.

3. Homoskedastisitas yaitu besarnya varian ui sama atau var (ui) = σ2 untuk

setiap i.

4. Kovarian antara ui dan Xi nol {cov (ui, Xi) = 0}, atau dengan kata lain

artinya tidak ada korelasi antara ui dan Xi. Sehingga jika ada hubungan

dimana Xi meningkat dan mengakibatkan ui juga meningkat atau ketika Xi

menurun, ui akan menurun pula maka dapat dikatakan bahwa hal tesebut


(54)

5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang nyata antar peubah X atau variabel-variabel independen nya.

Jika asumsi-asumsi tersebut diatas terpenuhi, maka koefisien regresi yang diduga bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate).

Namun, kadangkala ada kemungkinan terjadinya spurious regression atau regresi palsu yang disebabkan adanya variabel dependen dan variabel independen yang digunakan dalam model tidak stasioner sehingga jika variabel-variabel tersebut dibuat regresi akan menghasilkan regresi yang tampaknya baik yaitu dengan R2 tinggi, uji hipotesis yang signifikan, dan sebagainya. Menurut Granger dan Newold, jika R2 > statistik Durbin Watson maka dapat dicurigai hasil regresi tersebut adalah regresi palsu (Nachrowi, 2006). Untuk mengetahui apakah regresi yang dihasilkan tersebut regresi palsu atau bukan, maka dapat dilakukan uji ko-integrasi. Jika residual atau ut stasioner, maka antara variabel dependen dengan

variabel independennya dikatakan terkointegrasi. Sehingga jika dapat dibuktikan bahwa antara variabel dependen dengan variabel independennya terkointegrasi maka dapat disimpulkan regresi tersebut bukanlah regresi palsu tetapi regresi yang terkointegrasi.

3.3 Perumusan Model

Variabel-variabel bebas yang digunakan adalah GDP riil negara tujuan ekspor, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota dan dummy krisis global. Sementara itu, variabel dependennya yaitu volume ekspor TPT Indonesia terhadap Amerika Serikat (AS).


(55)

Sehingga model persamaan regresi nya dapat dituliskan sebagai berikut:

Xt = f (GDPt, PXt, NTt, Dt) (3.2) Xt= α + β1 GDPt –β2 PXt –β3 NTt –β4 D1–β5 D2+ ut (3.3) dimana:

Xt = volume ekspor TPT Indonesia ke AS pada bulan ke-t (kg)

α = autonomous ekspor (kg)

βt = parameter yang diduga

GDPt = GDP riil Amerika Serikat pada bulan ke-t (milyar dollar)

PXt = harga ekspor TPT Indonesia ke AS pada bulan ke-t (US$/kg)

NTt = nilai tukar mata uang Indonesia terhadap mata uang AS pada bulan ke-t

(Rp./US$.)

D1 = dummy kuota, 1 = tanpa kuota, 0 = ada kuota

D2 = dummy krisis global, 1 = saat krisis global, 0 = sebelum krisis global ut = error term pada periode ke-t

Namun, untuk melihat perubahan suatu variabel yang diakibatkan oleh perubahan variabel lain, maka digunakan Model Log-Log atau double log. Misalkan suatu model didefinisikan sebagai berikut:

ln Y = ln β1+ β2 ln X

Keunggulan dari model log-log ini terdapat pada koefisien slope β2 pada contoh

model diatas. Karena nilai slope tersebut merupakan suatu ukuran elastisitas Y terhadap X atau dapat dikatakan koefisien slope merupakan tingkat perubahan pada variabel Y (dalam persen) karena perubahan pada variabel X (dalam persen).


(56)

Sehingga bentuk persamaan permintaan ekspor TPT setelah diubah menjadi model log-log adalah sebagai berikut:

ln Xt = ln α + β1 ln GDPt - β2 ln PXt - β3 ln NTt - β4 D1 - β5 D2 + ut (3.4) 3.4 Elastisitas

Secara matematis,suatu elastisitas dapat ditentukan dengan rumus:

Elastisitas: (∂Y/Y) / (∂X/X) = (3.5)

=

dan = , maka (3.6)

∂(ln Y) = dan ∂(ln X) =

,

sehingga (3.7)

=

. = elastisitas

(3.8)

dimana:

Y = rata-rata nilai peubah Y X = rata-rata nilai peubah X

Dalam pernyataan diatas menunjukkan bagaimana variabel Y menanggapi, ceteris paribus, perubahan sebesar 1 persen dalam variabel X.

3.5 Pengujian Model

Setelah mengestimasi parameter regresi dengan OLS, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengujian terhadap parameter tersebut. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian statistik, ekonometrik dan pengujian ekonomi. Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel dependennya. Sedangkan pengujian secara ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah parameter


(1)

Lampiran 1. Variabel-Variabel dalam Model Permintaan Ekspor TPT Indonesia di

AS

Tahun

ln X

ln GDP

ln PX

ln NT

D1

D2

2000 Jan 13.04787 22.99373 3.029366 8.903105916 0 0 Feb 13.26184 22.9936 2.86743 8.894833241 0 0 Mar 13.11678 22.99494 3.127627 8.887846901 0 0 Apr 13.1481 22.99967 3.066314 8.935452944 0 0 Mei 13.54894 23.00583 2.934231 9.012461511 0 0 Jun 13.51975 23.01052 3.053351 9.044287043 0 0 Jul 14.01738 23.01144 2.625273 9.122513141 0 0 Agt 13.41101 23.01031 2.991067 9.045978952 0 0 Sep 14.02996 23.00938 2.409172 9.061139893 0 0 Okt 13.75317 23.01065 2.422078 9.104770582 0 0 Nov 13.7151 23.01287 2.572156 9.16367368 0 0 Des 13.35576 23.01456 2.977233 9.194782121 0 0 2001 Jan 13.00624 23.01453 2.956404 9.194331739 0 0 Feb 13.77209 23.01372 2.531403 9.205344464 0 0 Mar 13.63932 23.01333 2.569905 9.241328696 0 0 Apr 13.24305 23.01425 2.98237 9.365995057 0 0 Mei 13.59467 23.01566 2.807797 9.39270118 0 0 Jun 13.51035 23.0164 2.82893 9.407784865 0 0 Jul 13.72015 23.01562 2.827393 9.390119126 0 0 Agt 13.36863 23.01409 2.961071 9.195179942 0 0 Sep 13.18418 23.01288 2.955314 9.241724148 0 0 Okt 12.97856 23.01322 3.000017 9.328829751 0 0 Nov 12.89389 23.01465 2.943485 9.394947703 0 0 Des 12.65947 23.01681 3.271726 9.388474876 0 0 2002 Jan 12.57135 23.01906 3.104876 9.417398915 0 0 Feb 12.9089 23.02141 3.020954 9.410490143 0 0 Mar 12.56615 23.02358 3.055899 9.375946176 0 0 Apr 13.0226 23.0254 2.815106 9.326009032 0 0 Mei 13.33985 23.0271 2.764663 9.294586945 0 0 Jun 13.52269 23.02901 2.863414 9.250693763 0 0 Jul 13.22156 23.03119 2.683031 9.28672858 0 0 Agt 13.19298 23.03334 2.915662 9.280771726 0 0 Sep 13.3563 23.03488 2.916967 9.288557383 0 0 Okt 13.16734 23.03544 2.954242 9.311440553 0 0 Nov 12.78133 23.0354 3.104505 9.322552016 0 0 Des 13.25302 23.03539 2.8774 9.321770518 0 0 2003 Jan 13.08144 23.03604 3.014501 9.322067323 0 0


(2)

Lampiran 1. Lanjutan

2003 Feb 13.33341 23.0371 2.967285 9.316423681 0 0 Mar 12.84464 23.03837 3.018237 9.313679743 0 0 Apr 13.34917 23.04012 2.895903 9.303718643 0 0 Mei 13.43598 23.04269 2.973575 9.265578733 0 0 Jun 13.55496 23.0469 2.832485 9.241833517 0 0 Jul 13.85229 23.0527 2.680755 9.255766677 0 0 Agt 13.33097 23.05927 2.796735 9.276394302 0 0 Sep 13.35536 23.06495 2.805237 9.270660821 0 0 Okt 12.71489 23.06826 2.82749 9.276260019 0 0 Nov 13.7964 23.07011 2.281938 9.296924325 0 0 Des 13.13896 23.07149 2.931189 9.305252275 0 0 2004 Jan 13.08386 23.07362 2.828303 9.292700877 0 0 Feb 13.33674 23.0761 2.650966 9.29244955 0 0 Mar 12.9718 23.07878 2.914854 9.30790441 0 0 Apr 13.15719 23.0815 2.931229 9.319961323 0 0 Mei 13.45108 23.08433 3.048196 9.366537675 0 0 Jun 13.66686 23.08734 2.912697 9.411730462 0 0 Jul 13.67065 23.09043 2.897069 9.375685706 0 0 Agt 13.76832 23.09348 2.987211 9.401148153 0 0 Sep 13.99916 23.09619 2.905951 9.391713629 0 0 Okt 13.80645 23.09841 2.904316 9.383267978 0 0 Nov 13.22021 23.10039 2.981925 9.381900016 0 0 Des 13.67827 23.10248 3.005526 9.419613715 0 0 2005 Jan 13.77172 23.10494 3.011899 9.43041912 1 0 Feb 13.66692 23.10751 3.024389 9.428955892 1 0 Mar 13.59737 23.10981 3.016034 9.454894854 1 0 Apr 13.37911 23.11175 2.885814 9.469718236 1 0 Mei 13.68697 23.11369 2.919377 9.463928101 1 0 Jun 13.95171 23.11625 2.89449 9.487050016 1 0 Jul 13.80158 23.11956 2.813238 9.509549395 1 0 Agt 14.103 23.12307 2.882667 9.529816659 1 0 Sep 13.88871 23.1257 2.940675 9.547172729 1 0 Okt 13.88553 23.12694 2.86572 9.614136758 1 0 Nov 13.09302 23.12759 2.972428 9.630838299 1 0 Des 13.94962 23.12896 2.927763 9.616141053 1 0 2006 Jan 13.54092 23.13215 2.866144 9.581287888 1 0 Feb 13.65862 23.1364 2.922898 9.563305157 1 0 Mar 13.78292 23.14072 2.942765 9.547545845 1 0 Apr 13.38341 23.14383 2.944787 9.514917057 1 0


(3)

Lampiran 1. Lanjutan

Mei 13.81025 23.14604 2.921119 9.522856544 1 0 Jun 13.75747 23.14733 2.921256 9.563549464 1 0 Jul 14.04735 23.1481 2.776711 9.539589658 1 0 Agt 13.90876 23.14855 2.944027 9.53816109 1 0 Sep 13.95199 23.14932 2.882615 9.551804897 1 0 Okt 13.84266 23.15068 2.879622 9.569614719 1 0 Nov 13.73222 23.15219 2.814806 9.569488512 1 0 Des 13.97531 23.15305 2.882259 9.576675614 1 0 2007 Jan 14.05619 23.15298 2.791011 9.581968218 1 0 Feb 13.9523 23.15264 2.945128 9.580524145 1 0 Mar 14.13485 23.15317 2.853181 9.585043378 1 0 Apr 13.74793 23.15577 2.819964 9.569735586 1 0 Mei 13.9809 23.15985 2.9174 9.537545193 1 0 Jun 14.06437 23.16486 2.81404 9.554010386 1 0 Jul 14.06928 23.16951 2.802293 9.57062768 1 0 Agt 14.20496 23.17368 2.819004 9.609389104 1 0 Sep 13.8394 23.17648 2.827783 9.605612102 1 0 Okt 13.8179 23.17736 2.881421 9.590098813 1 0 Nov 13.90232 23.17692 2.862577 9.606133046 1 0 Des 13.86983 23.17605 2.941371 9.620601431 1 0 2008 Jan 13.76744 23.17608 2.935582 9.638392913 1 0 Feb 13.87907 23.17675 2.862291 9.619222095 1 0 Mar 13.5157 23.17823 2.965746 9.617454975 1 0 Apr 13.40251 23.18035 2.960124 9.61950827 1 0 Mei 13.71777 23.18286 2.92186 9.63240732 1 0 Jun 13.86443 23.18519 2.906814 9.649789371 1 0 Jul 13.89076 23.18623 2.959306 9.646753252 1 0 Agt 13.98842 23.18599 2.84979 9.653993914 1 1 Sep 13.98894 23.18391 2.911885 9.683867535 1 1 Okt 13.63631 23.17981 2.949127 9.759540814 1 1 Nov 13.72857 23.17409 2.818695 9.933628957 1 1 Des 14.0815 23.16753 2.81401 9.91454672 1 1

Keterangan: ln X

: volume ekspor TPT Indonesia di AS

ln GDP

: GDP riil AS

ln PX

: harga Ekspor TPT

ln NT

: nilai Tukar Riil Rupiah terhadap US$

D1

: dummy Kuota


(4)

Lampiran 2. Hasil Output Pendugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS

Dependent Variable: LNX

Method: Least Squares

Date: 06/27/09 Time: 10:50

Sample: 2000:01 2008:12

Included observations: 108

Variable

Coefficient Std. Error t-Statistic

Prob.

C

-50.60909 22.50170 -2.249122

0.0267

LNGDP

3.148380 1.030136 3.056277

0.0029

LNPX

-1.165506 0.165254 -7.052827

0.0000

LNNT

-0.565023 0.257653 -2.192962

0.0306

D1

0.318983 0.106508 2.994936

0.0034

D2

0.075419 0.124280 0.606848

0.5453

R-squared

0.628046 Mean dependent var 13.54878

Adjusted R-squared

0.609813 S.D. dependent var

0.387967

S.E. of regression

0.242343 Akaike info criterion 0.057028

Sum squared resid

5.990480 Schwarz criterion

0.206036

Log likelihood

2.920462 F-statistic

34.44549

Durbin-Watson stat

1.158450 Prob(F-statistic)

0.000000

LNX = -50.60908511 + 3.148380228*LNGDP - 1.165506183*LNPX -

0.5650229075*LNNT + 0.3189831991*D1 + 0.07541929073*D2

Lampiran 3. Nilai Matriks Korelasi dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja

Pria di AS

LN_X LN_GDP LN_PX LN_NT D1 D2

LN_X 1 0.627810 -0.415925 0.474015 0.623792 0.191686 LN_GDP 0.627810 1 0.027755 0.876020 0.895283 0.310780 LN_PX -0.415925 0.027755 1 0.073645 0.055118 -0.027850 LN_NT 0.474015 0.876020 0.073645 1 0.802703 0.418956

D1 0.623792 0.895283 0.055118 0.802703 1 0.246332 D2 0.191686 0.310780 -0.027850 0.418956 0.246332 1

Lampiran 4. Nilai VIF dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -50,60 22,50 -2,25 0,027 ln GDP 3,148 1,030 3,06 0,003 7,8 ln PX -1,1655 0,1653 -7,05 0,000 1,0 ln nt -0,5650 0,2577 -2,19 0,031 4,9 D1 0,3190 0,1065 3,00 0,003 5,2 D2 0,0754 0,1243 0,61 0,545 1,3


(5)

Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas Model Permintaan Ekspor TPT Indonesia di

AS

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic

2.007515 Prob. F(7,100)

0.061417

Obs*R-squared

13.30685 Prob. Chi-Square(7)

0.064976

Lampiran 6. Uji Unit Root Residual

Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=12)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.550877 0.0000 Test critical values: 1% level -3.492523

5% level -2.888669 10% level -2.581313 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESID01) Method: Least Squares

Date: 06/27/09 Time: 10:52 Sample(adjusted): 2000:02 2008:12

Included observations: 107 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. RESID01(-1) -0.582452 0.088912 -6.550877 0.0000 C 0.002562 0.020938 0.122339 0.9029 R-squared 0.290128 Mean dependent var 0.003855 Adjusted R-squared 0.283367 S.D. dependent var 0.255839 S.E. of regression 0.216578 Akaike info criterion -0.203214 Sum squared resid 4.925148 Schwarz criterion -0.153255 Log likelihood 12.87196 F-statistic 42.91398 Durbin-Watson stat 2.138873 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Lampiran 7. Uji Ko-integrasi Residual dari Model Permintaan Ekspor TPT

Indonesia untuk Kemeja Pria di AS

Date: 06/27/09 Time: 10:39 Sample(adjusted): 2000:06 2008:12

Included observations: 103 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend Series: LNX LNGDP LNPX LNNT

Lags interval (in first differences): 1 to 4 Unrestricted Cointegration Rank Test

Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value

None ** 0.208165 55.78152 47.21 54.46 At most 1 * 0.154170 31.74107 29.68 35.65 At most 2 0.118302 14.49502 15.41 20.04 At most 3 0.014713 1.526718 3.76 6.65 *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level

Trace test indicates 2 cointegrating equation(s) at the 5% level Trace test indicates 1 cointegrating equation(s) at the 1% level