Model Konseptual Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang dengan pendekatan soft system methodology
170
Menyusun draft atau rancangan awal
Setelah data dan bahan terkumpul, didukung dengan masukan dari berbagai pihak maka Tim penyusun SK Bupati menyusun draft usulan SK beserta data
dukung dan daftar usulan nama-nama yang akan duduk dalam sekretariattim pokja pengembangan UKM.
Membahas draft dalam rangka penyempurnaan
Setelah draft selesai disusun yang dilengkapi dengan nama-nama Tim Pokja, maka draft disampaikan kepada Sekda Kabupaten Indramayu melalui Bagian
Hukum. Sekretaris Daerah melakukan pembahasan dan penyempurnaan draft melalui pertemuan yang melibatkan instansi teknis dan instansi terkait lainnya.
Rancangan draft SK yang telah disusun dan dibahas serta disempurnakan, maka untuk disepakati bersama semua pihak yang terkait.
Mengajukan rancangan draft SK Bupati
Rancangan draft SK tersebut, kemudian diajukan untuk dirumuskan ke dalam Rancangan Surat Keputusan Bupati.
Setelah keputusan terhadap rancangan SK Bupati tersebut diperoleh, proses
selanjutnya adalah pengesahan dan penetapan SK Bupati. Selanjutnya, SK siap dipublikasi dan ditindaklanjuti.
Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria
sebagai berikut: Efikasi E1
Penerbitan regulasi oleh Bupati dalam pembentukan SekretariatTim Pokja Pengembangan UKM
Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang
minimum Efektif E3
Tercapainya pembentukan
SekretariatTim Pokja
Pengembangan UKM sesuai tugas, pokok, dan fungsinya di masing-masing bidang
171
Gambar 46 Model konseptual pembentukan SekretariatTim Pokja.
2
Penetapan mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat
Penetapan mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat Tabel 20, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada
Gambar 47. Kegiatan sistem pada model mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat adalah sebagai berikut:
Tataran makro Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu mengevaluasi program, kegiatan, dan anggaran tahun sebelumnya
Berdasarkan evaluasi hasil laporan kinerja pelaksanaan kegiatan sebelumnya, akan menghasilkan laporan program dan kegiatan apa yang telah dicapai, dan
kinerja pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut, akan dijadikan rekomendasi dalam penyusunan
program, kegiatan, dan anggaran tahun berikutnya.
Define criteria: E1, E2, E3
Monitor 1-6 Take control
action
5
Mengajukan rancangan draft SK
2
Konsultasi publik
3
Menyusun draft rancangan awal
1
Mengumpulkan data dan bahan
4
Membahas draft dalam rangka penyempurnaan
draft
6
Menetapkan SK Bupati
172
Dinas KP Kabupaten Indramayu melakukan diskusi dengan tataran meso dan
mikro, untuk menjaring aspirasi masyarakat Selain berdasarkan hasil laporan kinerja pelaksanaan program dan kegiatan
tahun sebelumnya, tataran makro juga perlu memperoleh masukan program dan kegiatan dari tataran meso koperasi dan asosiasi dan tataran mikro
pelaku usahaUKM untuk menjaring aspirasi masyarakat. Hasil diskusi antara tataran makro, meso, dan mikro tersebut, diharapkan menghasilkan
kesepakatan bersama tentang program, kegiatan, dan anggaran yang diusulkan untuk tahun mendatang.
Dinas KP Kabupaten Indramayu menyusun usulan program dan kegiatan
pengembangan UKM Setelah didapatkan hasil diskusi dengan tataran makro, meso, dan mikro, maka
tataran makro menyusun usulan program dan kegiatan pengembangan UKM sesuai aspirasi masyarakat.
Melakukan diskusi dan dengar pendapat dengan tataran meso, mikro,
perguruan tinggi, dan pihak terkait lainnya Sebelum usulan program dan kegiatan tersebut diajukan ke Bupati, maka
tataran makro perlu melakukan diskusi dan dengar pendapat dengan melibatkan tataran meso, mikro, perguruan tinggi, dan pihak terkait lainnya.
Pertemuan ini dilaksanakan untuk mendapatkan saran dan masukan dari pihak terkait lainnya, sehingga usulan program, kegiatan, dan anggaran
pengembangan UKM yang diajukan nanti, benar-benar sudah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan aspirasi masyarakat.
Mengajukan usulan program dan kegiatan sesuai aspirasi masyarakat ke Bupati
Usulan yang telah disusun bersama dengan semua pihak terkait, selanjutnya diajukan ke Bupati untuk diproses lebih lanjut.
Bupati membahas usulan program dan kegiatan di tingkat kabupaten
Usulan program dan kegiatan yang diajukan tataran makro Dinas KP Kabupaten Indramayu, selanjutnya dilakukan pembahasan di tingkat
Kabupaten Indramayu. Dalam pembahasan tingkat kabupaten tersebut, perwakilan tataran meso, mikro, dan perguruan tinggi harus disertakan, agar
semua usulan tersebut masih tetap adasesuai dengan usulan aspirasi masyarakat atau sesuai kesepakatan dalam pertemuan sebelumnya.
173
Bupati menyampaikan usulan program dan kegiatan ke tingkat provinsi
Usulan program dan kegiatan yang telah dibahas di tingkat kabupaten, oleh Bupati siap untuk diusulkan ke tingkat provinsi. Dalam pembahasan tingkat
provinsi tersebut, perwakilan tataran meso, mikro, dan perguruan tinggi tetap diikut sertakan untuk mengawal terus usulan program dan kegiatan yang
berasal dari aspirasi masyarakat.
Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut:
Efikasi E1 Penerbitan regulasi oleh Bupati dalam pengalokasian program,
kegiatan, dan anggaran Efisiensi E2
Menggunakan SDM dan sumber anggaran yang minimum Efektif E3
Tersusunnya program dan kegiatan pengembangan UKM yang lebih aspiratif
Gambar 47 Model konseptual mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat.
174
3
Peningkatan peran koperasi dan asosiasi
Peningkatan peran koperasi dan asosiasi dalam tataran meso Tabel 21, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model
konseptual pada Gambar 48. Kegiatan sistem pada model konseptual peningkatan peran koperasi dan asosiasi sebagai berikut:
KKMI dan APKI pada tataran meso perlu menjalin hubungan dengan
pemerintah pusat dan daerah untuk mendapatkan pengakuan eksistensi kelembagaan. Hubungan yang terjalin baik tentunya akan mendatangkan
manfaat bagi KKMI dan APKI, sehingga memudahkan bagi mereka dalam upaya mendapatkan pengakuan eksistensi sebagai sebuah lembaga.
Selain menjalin hubungan dengan pemerintah pusat dan daerah, KKMI dan
APKI juga perlu memperoleh masukan dari pelaku usahaUKM, komunitas, asosiasi UKM lain, perguruan tinggi, narasumber, masyarakat serta pemangku
kepentingan lainnya terhadap setiap kegiatan UKM yang telah dilaksanakan. Dengan mendapat masukan dari berbagai pemangku kepentingan, KKMI dan
APKI dapat menguatkan daya tawarnya bargaining power terhadap pemerintah pada tataran makro.
Upaya mendapatkan masukan dari sesama koperasiasosiasi UKM juga dapat
ditempuh dengan mengikuti atau terlibat dalam kegiatan atau program kerja pemerintah yang berkaitan dengan UKM, baik dalam bentuk seminar, pameran,
dan Musrembang Kabupaten. Hal ini penting bagi KKMI dan APKI agar dapat memperoleh informasi dan akses dalam menjalankan organisasinya. Semakin
sering KKMI dan APKI terlibat dalam kegiatan atau program kerja pemerintah, maka peran tataran meso baik dengan pemerintah pusat dan daerah maupun
pemangku lainnya akan semakin kuat.
Setelah terlibat dalam berbagai kegiatan dan program kerja pemerintah yang berkaitan dengan UKM, KKMI dan APKI di tataran meso juga perlu
melakukan diskusi dan rapat dengar pendapat hearing dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perguruan tinggi, pelaku usahaUKM, dan
komunitas UKM. Hal ini perlu dilakukan oleh KKMI dan APKI untuk mempertimbangkan bagaimana kesepakatan yang terjalin akan dapat
mempengaruhi keputusan-keputusan aturan formal yang ditetapkan oleh tataran makro.
175
Selain diskusi dan rapat dengar pendapat, sebagai agen perwakilan di tataran
mikro, KKMI dan APKI juga seharusnya mengikuti perancangan RKA yang berkaitan dengan UKM oleh setiap SKPD sebelum dikonsultasikan dengan
Bappeda. Dengan demikian, KKMI dan APKI dapat mengetahui apa saja yang telah dirancang dalam RKA UKM yang mereka wakili.
Terkait dengan RKA yang dilakukan oleh setiap SKPD, koperasi dan asosiasi
di tataran meso juga dapat melanjutkan kegiatan dalam model ini dengan mengikuti
Musrenbang Kabupaten
dengan mengundang
pemangku kepentingan seperti Kepala Dinas dan perangkat SKPD terkait, dll tentang
rencana kegiatan dan program unggulan bagi UKM selama satu tahun ke depan.
Melalui keikutsertaan koperasi dan asosiasi dalam Musrenbang Kabupaten
Indramayu yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan, koperasi dan asosiasi menyampaikan program dan kegiatan kepada pemerintah daerah yang
berkaitan dengan UKM pada setiap SKPD untuk memperkuat keberadaan eksistensi lembaga meso. Tentu saja, koperasi dan asosiasi membutuhkan
berbagai fasilitas dalam menjalankan program dan kegiatannya. Dengan demikian, diharapkan hubunganinteraksi yang terbentuk dengan baik dapat
mempermudah akses dalam mendapatkan fasilitas tersebut.
Tataran meso berharap memiliki posisi tawar terhadap pemerintah pusat dan daerah sebagai penegak aturan formal dalam kerangka kelembagaan.
Selanjutnya, melalui pemanfataan jaringan sebagai tata kelola dengan tataran makro dan mikro dapat mendorong terciptanya peningkatan peran koperasi dan
asosiasi sebagai fasilitator yang mewakili kepentingan UKM di tataran mikro.
Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut:
Efikasi E1 Pemanfaatan jaringan sebagai tata kelola dengan pemerintah
pusat dan daerah dalam meningkatkan peran koperasi dan asosiasi
Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang
minimum Efektif E3
Tercapainya peningkatan peran koperasi dan asosiasi sebagai fasilitator yang mewakili kepentingan UKM di tataran mikro
176
Gambar 48 Model konseptual peningkatan peran koperasi dan asosiasi.
4
Peningkatan kualitas SDM
Peningkatan kualitas SDM dalam tataran mikro Tabel 22, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar
49. Kegiatan sistem pada model konseptual peningkatan kualitas SDM sebagai berikut:
Pelaku usahaUKM pada tataran mikro dapat menjalin dan membangun
hubungan dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuanganpermodalan, lembaga pendidikanpelatihan, unit usaha besar, dll
9
Meningkatan peran koperasi dan asosiasi dalam rangka
mendukung daya saing UKM
5
Mengikuti perancangan RKA
8
Melakukan proses negosiasi
2
Tataran meso mendapat masukan dari semua pihak terkait
3
Mengikuti program dan kegiatan pemerintah
terkait UKM
1
Tataran meso menjalin hubungan dengan tataran
makro
4
Melakukan diskusi dan dengar pendapat
dengan pihak terkait
6
Mengikuti musrenbang
kabupaten
7
Menyampaikan program dan kegiatan
pada pemerintah
Define criteria: E1, E2, E3
Monitor 1-9 Take control
action
177
dalam rangka meningkatkan kualitas SDM pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu.
Terbentuknya interaksi dan kerja sama dengan basis keterlekatan tersebut,
diharapkan tataran mikro dapat melakukan diskusi dan mendapatkan masukan mengenai peningkatan kualitas SDM dengan semua pihak terkait.
Hasil diskusi tersebut, diharapkan tataran mikro mendapatkan bantuan
pembinaanpelatihan dalam peningkatan kualitas SDM.
Selanjutnya dengan adanya interaksi tersebut, tataran mikro juga diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaanpermodalan, unit
usaha besar, dll dalam penyediaanpemenuhan anggaran khusus untuk kegiatan pendidikanpelatihan keterampilan karyawannya.
Dengan tersedianya anggaran khusus untuk kegiatan peningkatan keterampilan
SDM, maka pelaku usahaUKM dapat melakukan kerja sama pendidikan pelatihan dengan lembaga pendidikanpelatihan, melakukan kegiatan studi
bandingmagang ke unit pengolahan sejenis yang sudah maju atau unit usaha besar bagi karyawannya.
Selanjutnya, dengan meningkatnya kualitas SDM diharapkan mampu mencapai
tujuan dan sasaran perusahaan dalam rangka mendukung daya saing UKM.
Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut:
Efikasi E1 Interaksi dan kerja sama dengan basis keterlekatan dalam
peningkatan keterampilan SDM Efisiensi E2
Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang minimum
Efektif E3 Tercapainya peningkatan kualitas SDM dalam rangka
meningkatkan mutukualitas produk yang lebih baik
178
Gambar 49 Model konseptual peningkatan kualitas SDM.
5
Pemenuhan modal usaha
Pemenuhan modal usaha dalam tataran mikro Tabel 23, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar
50. Kegiatan sistem pada model konseptual pemenuhan modal usaha sebagai berikut:
Pelaku usahaUKM pada tataran mikro dapat menjalin dan membangun
hubunganinteraksi dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuanganpermodalan, unit usaha besar, dll. Pengembangan dan
penguatan jaringan usaha, dapat bermanfaat sebagai sarana pertukaran informasi antar pelaku usaha, dan sebagai sarana transaksi bisnis dan kerja
sama yang berbasiskan keterlekatan khususnya dalam pemenuhan modal usaha untuk keberlangsungan produksi.
6
Meningkatkan kualitas SDM dalam rangka mendukung
daya saing UKM
5
Melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikanpelatihan,
studi banding, dll
2
Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan
tentang keterampilan SDM terkait
4
Melakukan kerja sama dengan lembaga keuanganpermodalan, dll
untuk penyediaan anggaran khusus kegiatan pendidikanpelatihan
1
Tataran mikro menjalin hubungan dengan tataran makro,
meso, dan unit penunjang
3
Mendapatkan pembinaanpelatihan
keterampilan SDM dari tataran makro, meso, dll
Define criteria: E1, E2, E3
Monitor 1-6 Take control
action
179
Setelah tataran mikro menjalin interaksi, diharapkan akan terbentuk jaringan
dalam hubungan formal dan informal. Dari hubungan tersebut, tataran mikro diharapkan dapat melakukan diskusi mengenai permodalan dengan semua
pihak terkait.
Dasi hasil diskusi, diharapkan tataran mikro mendapatkan bantuan dalam pemenuhan modal usaha.
Selanjutnya, dengan adanya interaksi tersebut tataran mikro juga diharapkan
dapat melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaankeuangan dalam pemberian modalkredit pinjaman dan atau kerja sama dengan sesama unit
usaha lainnya usaha kecil, menengah, dan besar dalam pemenuhan modal usaha.
Setelah anggaranmodal usaha tersedia, maka tataran mikro untuk
keberlangsungan produksinya dapat melakukan interaksi dan kerja sama dalam pembelian bahan baku, peningkatan keterampilan SDM, pemasaran, dll.
Kapasitas bisnis dan jaringan usaha UKM bekembang, dengan lancarnya tercapainya pemenuhan modal usaha untuk keberlangsungan produksi.
Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria
sebagai berikut: Efikasi E1
Interaksi dan kerja sama antar pelaku usahaUKM berbasiskan keterlekatan dalam pemenuhan modal usaha
Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang
minimum Efektif E3
Tercapainya pemenuhan
modal usaha
untuk keberlangsungankontuinitas produksi kerupuk ikan dan
udang pada UKM sentra industri pengolahan di Indramayu
180
Gambar 50 Model konseptual pemenuhan modal usaha.
6
Pemenuhan bahan baku
Pemenuhan bahan baku dalam tataran mikro Tabel 24, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar
51. Kegiatan sistem pada model konseptual pemenuhan bahan baku sebagai berikut:
Pelaku usahaUKM pada tataran mikro dapat menjalin dan membangun
hubungan dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuanganpermodalan, TPI, pemasok bahan baku di dalamluar sentra, dan unit
usaha besar. Pengembangan dan penguatan jaringan usaha, dapat bermanfaat sebagai sarana pertukaran informasi antar pelaku usahaUKM dan sebagai
sarana transaksi bisnis atau kerja sama khususnya dalam pemenuhan bahan baku untuk produksi.
Define criteria: E1, E2, E3
Monitor 1-5 Take control
action
5
Pemenuhan modal usaha untuk keberlangsungan produksi
4
Melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaankeuangan, dll dalam pemberian
kreditpinjaman modal usaha
2
Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan
tentang permodalan
1
Tataran mikro menjalin hubungan dengan tataran
makro, meso, dan unit usaha penunjang
3
Mendapatkan bantuan permodalan dari tataran
makro, meso, dll
181
Dalam mengembangkan kapasitas bisnis dan jaringan usaha UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu dalam tataran mikro
selaku aktor utama, melibatkan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuangan, pemasok bahan baku, unit usaha besar, dll. Dalam proses
ini diharapkan terjadi transformasi yang signifikan dalam interaksi dan kerja sama yang berbasiskan keterlekatan dalam pemenuhan bahan baku untuk
produksi.
Setelah tataran mikro menjalin interaksi, diharapkan akan terbentuk jaringan dalam hubungan formal dan informal. Dari hubungan tersebut, tataran mikro
dapat melakukan diskusi dan mendapat masukan mengenai bahan baku dengan semua pihak terkait.
Dari hubungan tersebut, diharapkan juga terbentuk kerja sama dengan lembaga
keuangan dalam pemberian modalkredit pinjaman.
Setelah anggaran pembelian bahan baku tersedia, maka tataran mikro dapat melakukan kerja sama dengan unit usaha penunjang TPI, pemasok bahan baku
di dalam atau di luar sentra, dan unit usaha besar. Dalam kondisi bahan baku terbatas, pelaku usahaUKM dapat memenuhi kebutuhan bahan bakunya
melalui kerja sama dengan semua sumber bahan baku yang ada sehingga kelancaran proses produksi tidak terganggu.
Kapasitas bisnis dan keberlangsungan produksi UKM meningkat dengan
lancarnyatercapainya pemenuhan bahan baku untuk produksi.
Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut:
Efikasi E1 Interaksi dan kerja sama antar pelaku usahaUKM
berbasiskan keterlekatan dalam pemenuhan bahan baku Efisiensi E2
Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang minimum
Efektif E3 Tercapainya pemenuhan bahan baku untuk keberlangsungan
kontuinitas produksi kerupuk ikan dan udang pada UKM sentra pengolahan di Indramayu
182
Gambar 51 Model konseptual pemenuhan bahan baku.
Define criteria: E1, E2, E3
Monitor 1-5 Take control
action
5
Pemenuhan bahan baku di UPI
2
Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan
tentang bahan baku
3
Melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaankeuangan,
dll untuk ketersediaan anggaran pembelian bahan baku
1
Tataran mikro menjalin hubungan dengan
tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang
4
Melakukan interaksi dan kerja sama dengan
pemasok bahan baku, dll
7 PERBANDINGAN DAN PERUBAHAN
Bab ini berisi dua tahap SSM yaitu hasil tahap lima: perbandingan model konseptual dan dunia nyata, dan hasil tahap enam: menentukan perubahan yang
diinginkan. Ilustrasi untuk tahap lima, dan enam pengelolaan diskusi dan tindakan model konseptual dapat dilihat pada Tabel 26, 27, 28, 29, 30, dan 31 beserta
narasi yang mengikutinya.