Model Konseptual Pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang dengan pendekatan soft system methodology

170  Menyusun draft atau rancangan awal Setelah data dan bahan terkumpul, didukung dengan masukan dari berbagai pihak maka Tim penyusun SK Bupati menyusun draft usulan SK beserta data dukung dan daftar usulan nama-nama yang akan duduk dalam sekretariattim pokja pengembangan UKM.  Membahas draft dalam rangka penyempurnaan Setelah draft selesai disusun yang dilengkapi dengan nama-nama Tim Pokja, maka draft disampaikan kepada Sekda Kabupaten Indramayu melalui Bagian Hukum. Sekretaris Daerah melakukan pembahasan dan penyempurnaan draft melalui pertemuan yang melibatkan instansi teknis dan instansi terkait lainnya. Rancangan draft SK yang telah disusun dan dibahas serta disempurnakan, maka untuk disepakati bersama semua pihak yang terkait.  Mengajukan rancangan draft SK Bupati Rancangan draft SK tersebut, kemudian diajukan untuk dirumuskan ke dalam Rancangan Surat Keputusan Bupati.  Setelah keputusan terhadap rancangan SK Bupati tersebut diperoleh, proses selanjutnya adalah pengesahan dan penetapan SK Bupati. Selanjutnya, SK siap dipublikasi dan ditindaklanjuti.  Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut: Efikasi E1 Penerbitan regulasi oleh Bupati dalam pembentukan SekretariatTim Pokja Pengembangan UKM Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang minimum Efektif E3 Tercapainya pembentukan SekretariatTim Pokja Pengembangan UKM sesuai tugas, pokok, dan fungsinya di masing-masing bidang 171 Gambar 46 Model konseptual pembentukan SekretariatTim Pokja. 2 Penetapan mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat Penetapan mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat Tabel 20, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar 47. Kegiatan sistem pada model mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat adalah sebagai berikut:  Tataran makro Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu mengevaluasi program, kegiatan, dan anggaran tahun sebelumnya Berdasarkan evaluasi hasil laporan kinerja pelaksanaan kegiatan sebelumnya, akan menghasilkan laporan program dan kegiatan apa yang telah dicapai, dan kinerja pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Hasil evaluasi tersebut, akan dijadikan rekomendasi dalam penyusunan program, kegiatan, dan anggaran tahun berikutnya. Define criteria: E1, E2, E3 Monitor 1-6 Take control action 5 Mengajukan rancangan draft SK 2 Konsultasi publik 3 Menyusun draft rancangan awal 1 Mengumpulkan data dan bahan 4 Membahas draft dalam rangka penyempurnaan draft 6 Menetapkan SK Bupati 172  Dinas KP Kabupaten Indramayu melakukan diskusi dengan tataran meso dan mikro, untuk menjaring aspirasi masyarakat Selain berdasarkan hasil laporan kinerja pelaksanaan program dan kegiatan tahun sebelumnya, tataran makro juga perlu memperoleh masukan program dan kegiatan dari tataran meso koperasi dan asosiasi dan tataran mikro pelaku usahaUKM untuk menjaring aspirasi masyarakat. Hasil diskusi antara tataran makro, meso, dan mikro tersebut, diharapkan menghasilkan kesepakatan bersama tentang program, kegiatan, dan anggaran yang diusulkan untuk tahun mendatang.  Dinas KP Kabupaten Indramayu menyusun usulan program dan kegiatan pengembangan UKM Setelah didapatkan hasil diskusi dengan tataran makro, meso, dan mikro, maka tataran makro menyusun usulan program dan kegiatan pengembangan UKM sesuai aspirasi masyarakat.  Melakukan diskusi dan dengar pendapat dengan tataran meso, mikro, perguruan tinggi, dan pihak terkait lainnya Sebelum usulan program dan kegiatan tersebut diajukan ke Bupati, maka tataran makro perlu melakukan diskusi dan dengar pendapat dengan melibatkan tataran meso, mikro, perguruan tinggi, dan pihak terkait lainnya. Pertemuan ini dilaksanakan untuk mendapatkan saran dan masukan dari pihak terkait lainnya, sehingga usulan program, kegiatan, dan anggaran pengembangan UKM yang diajukan nanti, benar-benar sudah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan aspirasi masyarakat.  Mengajukan usulan program dan kegiatan sesuai aspirasi masyarakat ke Bupati Usulan yang telah disusun bersama dengan semua pihak terkait, selanjutnya diajukan ke Bupati untuk diproses lebih lanjut.  Bupati membahas usulan program dan kegiatan di tingkat kabupaten Usulan program dan kegiatan yang diajukan tataran makro Dinas KP Kabupaten Indramayu, selanjutnya dilakukan pembahasan di tingkat Kabupaten Indramayu. Dalam pembahasan tingkat kabupaten tersebut, perwakilan tataran meso, mikro, dan perguruan tinggi harus disertakan, agar semua usulan tersebut masih tetap adasesuai dengan usulan aspirasi masyarakat atau sesuai kesepakatan dalam pertemuan sebelumnya. 173  Bupati menyampaikan usulan program dan kegiatan ke tingkat provinsi Usulan program dan kegiatan yang telah dibahas di tingkat kabupaten, oleh Bupati siap untuk diusulkan ke tingkat provinsi. Dalam pembahasan tingkat provinsi tersebut, perwakilan tataran meso, mikro, dan perguruan tinggi tetap diikut sertakan untuk mengawal terus usulan program dan kegiatan yang berasal dari aspirasi masyarakat.  Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut: Efikasi E1 Penerbitan regulasi oleh Bupati dalam pengalokasian program, kegiatan, dan anggaran Efisiensi E2 Menggunakan SDM dan sumber anggaran yang minimum Efektif E3 Tersusunnya program dan kegiatan pengembangan UKM yang lebih aspiratif Gambar 47 Model konseptual mekanisme penyerapan aspirasi masyarakat. 174 3 Peningkatan peran koperasi dan asosiasi Peningkatan peran koperasi dan asosiasi dalam tataran meso Tabel 21, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar 48. Kegiatan sistem pada model konseptual peningkatan peran koperasi dan asosiasi sebagai berikut:  KKMI dan APKI pada tataran meso perlu menjalin hubungan dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mendapatkan pengakuan eksistensi kelembagaan. Hubungan yang terjalin baik tentunya akan mendatangkan manfaat bagi KKMI dan APKI, sehingga memudahkan bagi mereka dalam upaya mendapatkan pengakuan eksistensi sebagai sebuah lembaga.  Selain menjalin hubungan dengan pemerintah pusat dan daerah, KKMI dan APKI juga perlu memperoleh masukan dari pelaku usahaUKM, komunitas, asosiasi UKM lain, perguruan tinggi, narasumber, masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya terhadap setiap kegiatan UKM yang telah dilaksanakan. Dengan mendapat masukan dari berbagai pemangku kepentingan, KKMI dan APKI dapat menguatkan daya tawarnya bargaining power terhadap pemerintah pada tataran makro.  Upaya mendapatkan masukan dari sesama koperasiasosiasi UKM juga dapat ditempuh dengan mengikuti atau terlibat dalam kegiatan atau program kerja pemerintah yang berkaitan dengan UKM, baik dalam bentuk seminar, pameran, dan Musrembang Kabupaten. Hal ini penting bagi KKMI dan APKI agar dapat memperoleh informasi dan akses dalam menjalankan organisasinya. Semakin sering KKMI dan APKI terlibat dalam kegiatan atau program kerja pemerintah, maka peran tataran meso baik dengan pemerintah pusat dan daerah maupun pemangku lainnya akan semakin kuat.  Setelah terlibat dalam berbagai kegiatan dan program kerja pemerintah yang berkaitan dengan UKM, KKMI dan APKI di tataran meso juga perlu melakukan diskusi dan rapat dengar pendapat hearing dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perguruan tinggi, pelaku usahaUKM, dan komunitas UKM. Hal ini perlu dilakukan oleh KKMI dan APKI untuk mempertimbangkan bagaimana kesepakatan yang terjalin akan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan aturan formal yang ditetapkan oleh tataran makro. 175  Selain diskusi dan rapat dengar pendapat, sebagai agen perwakilan di tataran mikro, KKMI dan APKI juga seharusnya mengikuti perancangan RKA yang berkaitan dengan UKM oleh setiap SKPD sebelum dikonsultasikan dengan Bappeda. Dengan demikian, KKMI dan APKI dapat mengetahui apa saja yang telah dirancang dalam RKA UKM yang mereka wakili.  Terkait dengan RKA yang dilakukan oleh setiap SKPD, koperasi dan asosiasi di tataran meso juga dapat melanjutkan kegiatan dalam model ini dengan mengikuti Musrenbang Kabupaten dengan mengundang pemangku kepentingan seperti Kepala Dinas dan perangkat SKPD terkait, dll tentang rencana kegiatan dan program unggulan bagi UKM selama satu tahun ke depan.  Melalui keikutsertaan koperasi dan asosiasi dalam Musrenbang Kabupaten Indramayu yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan, koperasi dan asosiasi menyampaikan program dan kegiatan kepada pemerintah daerah yang berkaitan dengan UKM pada setiap SKPD untuk memperkuat keberadaan eksistensi lembaga meso. Tentu saja, koperasi dan asosiasi membutuhkan berbagai fasilitas dalam menjalankan program dan kegiatannya. Dengan demikian, diharapkan hubunganinteraksi yang terbentuk dengan baik dapat mempermudah akses dalam mendapatkan fasilitas tersebut.  Tataran meso berharap memiliki posisi tawar terhadap pemerintah pusat dan daerah sebagai penegak aturan formal dalam kerangka kelembagaan. Selanjutnya, melalui pemanfataan jaringan sebagai tata kelola dengan tataran makro dan mikro dapat mendorong terciptanya peningkatan peran koperasi dan asosiasi sebagai fasilitator yang mewakili kepentingan UKM di tataran mikro.  Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut: Efikasi E1 Pemanfaatan jaringan sebagai tata kelola dengan pemerintah pusat dan daerah dalam meningkatkan peran koperasi dan asosiasi Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang minimum Efektif E3 Tercapainya peningkatan peran koperasi dan asosiasi sebagai fasilitator yang mewakili kepentingan UKM di tataran mikro 176 Gambar 48 Model konseptual peningkatan peran koperasi dan asosiasi. 4 Peningkatan kualitas SDM Peningkatan kualitas SDM dalam tataran mikro Tabel 22, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar 49. Kegiatan sistem pada model konseptual peningkatan kualitas SDM sebagai berikut:  Pelaku usahaUKM pada tataran mikro dapat menjalin dan membangun hubungan dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuanganpermodalan, lembaga pendidikanpelatihan, unit usaha besar, dll 9 Meningkatan peran koperasi dan asosiasi dalam rangka mendukung daya saing UKM 5 Mengikuti perancangan RKA 8 Melakukan proses negosiasi 2 Tataran meso mendapat masukan dari semua pihak terkait 3 Mengikuti program dan kegiatan pemerintah terkait UKM 1 Tataran meso menjalin hubungan dengan tataran makro 4 Melakukan diskusi dan dengar pendapat dengan pihak terkait 6 Mengikuti musrenbang kabupaten 7 Menyampaikan program dan kegiatan pada pemerintah Define criteria: E1, E2, E3 Monitor 1-9 Take control action 177 dalam rangka meningkatkan kualitas SDM pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu.  Terbentuknya interaksi dan kerja sama dengan basis keterlekatan tersebut, diharapkan tataran mikro dapat melakukan diskusi dan mendapatkan masukan mengenai peningkatan kualitas SDM dengan semua pihak terkait.  Hasil diskusi tersebut, diharapkan tataran mikro mendapatkan bantuan pembinaanpelatihan dalam peningkatan kualitas SDM.  Selanjutnya dengan adanya interaksi tersebut, tataran mikro juga diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaanpermodalan, unit usaha besar, dll dalam penyediaanpemenuhan anggaran khusus untuk kegiatan pendidikanpelatihan keterampilan karyawannya.  Dengan tersedianya anggaran khusus untuk kegiatan peningkatan keterampilan SDM, maka pelaku usahaUKM dapat melakukan kerja sama pendidikan pelatihan dengan lembaga pendidikanpelatihan, melakukan kegiatan studi bandingmagang ke unit pengolahan sejenis yang sudah maju atau unit usaha besar bagi karyawannya.  Selanjutnya, dengan meningkatnya kualitas SDM diharapkan mampu mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dalam rangka mendukung daya saing UKM.  Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut: Efikasi E1 Interaksi dan kerja sama dengan basis keterlekatan dalam peningkatan keterampilan SDM Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang minimum Efektif E3 Tercapainya peningkatan kualitas SDM dalam rangka meningkatkan mutukualitas produk yang lebih baik 178 Gambar 49 Model konseptual peningkatan kualitas SDM. 5 Pemenuhan modal usaha Pemenuhan modal usaha dalam tataran mikro Tabel 23, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar 50. Kegiatan sistem pada model konseptual pemenuhan modal usaha sebagai berikut:  Pelaku usahaUKM pada tataran mikro dapat menjalin dan membangun hubunganinteraksi dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuanganpermodalan, unit usaha besar, dll. Pengembangan dan penguatan jaringan usaha, dapat bermanfaat sebagai sarana pertukaran informasi antar pelaku usaha, dan sebagai sarana transaksi bisnis dan kerja sama yang berbasiskan keterlekatan khususnya dalam pemenuhan modal usaha untuk keberlangsungan produksi. 6 Meningkatkan kualitas SDM dalam rangka mendukung daya saing UKM 5 Melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikanpelatihan, studi banding, dll 2 Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan tentang keterampilan SDM terkait 4 Melakukan kerja sama dengan lembaga keuanganpermodalan, dll untuk penyediaan anggaran khusus kegiatan pendidikanpelatihan 1 Tataran mikro menjalin hubungan dengan tataran makro, meso, dan unit penunjang 3 Mendapatkan pembinaanpelatihan keterampilan SDM dari tataran makro, meso, dll Define criteria: E1, E2, E3 Monitor 1-6 Take control action 179  Setelah tataran mikro menjalin interaksi, diharapkan akan terbentuk jaringan dalam hubungan formal dan informal. Dari hubungan tersebut, tataran mikro diharapkan dapat melakukan diskusi mengenai permodalan dengan semua pihak terkait.  Dasi hasil diskusi, diharapkan tataran mikro mendapatkan bantuan dalam pemenuhan modal usaha.  Selanjutnya, dengan adanya interaksi tersebut tataran mikro juga diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaankeuangan dalam pemberian modalkredit pinjaman dan atau kerja sama dengan sesama unit usaha lainnya usaha kecil, menengah, dan besar dalam pemenuhan modal usaha.  Setelah anggaranmodal usaha tersedia, maka tataran mikro untuk keberlangsungan produksinya dapat melakukan interaksi dan kerja sama dalam pembelian bahan baku, peningkatan keterampilan SDM, pemasaran, dll. Kapasitas bisnis dan jaringan usaha UKM bekembang, dengan lancarnya tercapainya pemenuhan modal usaha untuk keberlangsungan produksi.  Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut: Efikasi E1 Interaksi dan kerja sama antar pelaku usahaUKM berbasiskan keterlekatan dalam pemenuhan modal usaha Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang minimum Efektif E3 Tercapainya pemenuhan modal usaha untuk keberlangsungankontuinitas produksi kerupuk ikan dan udang pada UKM sentra industri pengolahan di Indramayu 180 Gambar 50 Model konseptual pemenuhan modal usaha. 6 Pemenuhan bahan baku Pemenuhan bahan baku dalam tataran mikro Tabel 24, dapat dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang terlihat dalam model konseptual pada Gambar 51. Kegiatan sistem pada model konseptual pemenuhan bahan baku sebagai berikut:  Pelaku usahaUKM pada tataran mikro dapat menjalin dan membangun hubungan dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuanganpermodalan, TPI, pemasok bahan baku di dalamluar sentra, dan unit usaha besar. Pengembangan dan penguatan jaringan usaha, dapat bermanfaat sebagai sarana pertukaran informasi antar pelaku usahaUKM dan sebagai sarana transaksi bisnis atau kerja sama khususnya dalam pemenuhan bahan baku untuk produksi. Define criteria: E1, E2, E3 Monitor 1-5 Take control action 5 Pemenuhan modal usaha untuk keberlangsungan produksi 4 Melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaankeuangan, dll dalam pemberian kreditpinjaman modal usaha 2 Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan tentang permodalan 1 Tataran mikro menjalin hubungan dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang 3 Mendapatkan bantuan permodalan dari tataran makro, meso, dll 181 Dalam mengembangkan kapasitas bisnis dan jaringan usaha UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu dalam tataran mikro selaku aktor utama, melibatkan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang lembaga keuangan, pemasok bahan baku, unit usaha besar, dll. Dalam proses ini diharapkan terjadi transformasi yang signifikan dalam interaksi dan kerja sama yang berbasiskan keterlekatan dalam pemenuhan bahan baku untuk produksi.  Setelah tataran mikro menjalin interaksi, diharapkan akan terbentuk jaringan dalam hubungan formal dan informal. Dari hubungan tersebut, tataran mikro dapat melakukan diskusi dan mendapat masukan mengenai bahan baku dengan semua pihak terkait.  Dari hubungan tersebut, diharapkan juga terbentuk kerja sama dengan lembaga keuangan dalam pemberian modalkredit pinjaman.  Setelah anggaran pembelian bahan baku tersedia, maka tataran mikro dapat melakukan kerja sama dengan unit usaha penunjang TPI, pemasok bahan baku di dalam atau di luar sentra, dan unit usaha besar. Dalam kondisi bahan baku terbatas, pelaku usahaUKM dapat memenuhi kebutuhan bahan bakunya melalui kerja sama dengan semua sumber bahan baku yang ada sehingga kelancaran proses produksi tidak terganggu.  Kapasitas bisnis dan keberlangsungan produksi UKM meningkat dengan lancarnyatercapainya pemenuhan bahan baku untuk produksi.  Berhasil atau tidaknya model konseptual ini dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut: Efikasi E1 Interaksi dan kerja sama antar pelaku usahaUKM berbasiskan keterlekatan dalam pemenuhan bahan baku Efisiensi E2 Menggunakan SDM, sumber keuangan, dan waktu yang minimum Efektif E3 Tercapainya pemenuhan bahan baku untuk keberlangsungan kontuinitas produksi kerupuk ikan dan udang pada UKM sentra pengolahan di Indramayu 182 Gambar 51 Model konseptual pemenuhan bahan baku. Define criteria: E1, E2, E3 Monitor 1-5 Take control action 5 Pemenuhan bahan baku di UPI 2 Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukan tentang bahan baku 3 Melakukan kerja sama dengan lembaga pembiayaankeuangan, dll untuk ketersediaan anggaran pembelian bahan baku 1 Tataran mikro menjalin hubungan dengan tataran makro, meso, dan unit usaha penunjang 4 Melakukan interaksi dan kerja sama dengan pemasok bahan baku, dll 7 PERBANDINGAN DAN PERUBAHAN Bab ini berisi dua tahap SSM yaitu hasil tahap lima: perbandingan model konseptual dan dunia nyata, dan hasil tahap enam: menentukan perubahan yang diinginkan. Ilustrasi untuk tahap lima, dan enam pengelolaan diskusi dan tindakan model konseptual dapat dilihat pada Tabel 26, 27, 28, 29, 30, dan 31 beserta narasi yang mengikutinya.

7.1 Perbandingan Model Konseptual dan Dunia Nyata

Tahap lima dilakukan perbandingan antara model konseptual dengan theoretical framework yang sesuai dengan research interest dan problem solving interest . Yang dimaksud membandingkan di sini adalah menggunakan model konseptual yang sudah dibuat untuk membahas situasi problematis dunia nyata. Checkland dan Poulter 2006 mengingatkan bahwa tahap ini bukanlah dimaksudkan untuk menilai kekurangan situasi problematik dunia nyata dibandingkan dengan model konseptual yang “sempurna”. Jadi, model konseptual merupakan alat buatan yang didasarkan pada sebuah sudut pandang murni sementara dunia nyata diwarnai oleh beraneka ragam sudut pandang bahkan di dalam diri satu orang yang terus mengalami perubahan, baik perubahan lambat maupun perubahan cepat. Model konseptual yang berisi aktivitas-aktivitas logis yang telah dibuat kemudian akan dilakukan perbandingan atau comparison. Perbandingan dilakukan bukan hanya untuk mempertemukan antara aktivitas logis dengan kenyataan di real world . Perbandingan seperti itu sifatnya adalah melakukan penelitian untuk menyelesaikan masalah atau problem solving, sehingga tabel untuk problem solving berisi adakah aktivitas tersebut di real world, bagaimana ukuran kinerja dan bagaimana penyelesaian masalah. 184 Tabel 26 Pembentukan SekretariatTim Pokja Pengembangan UKM No Model Konseptual Dunia Nyata Refleksi dengan Kerangka Teori dan Penyelesaian Masalah 1 Mengumpulkan data dan bahan - Melalui pembentukan SekretariatTim Pokja Pengembangan UKM dengan tugas, pokok, dan fungsi masing-masing di bidangnya, diharapkan masalah pengorganisasian yang terjadi pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu akan terselesaikan. Sehingga akan menghasilkan:  Keterpaduan program, kegiatan, dan anggaran antar organisasi berjalan dengan baik di bawah koordinator satu pintu yaitu Sekretariat Tim Pokja Pengembangan UKM  Pembinaan secara keseluruhan yang efisien, efektif, dan terkoordinasi dengan baik dalam mengembangkan UKM Hal ini juga memperkuat pendapat:  Bromley 1989 yang mengemukakan fondasi konseptual dari kebijakan publik  Huseini dan Lubis 2009, Thoha 2002 tentang organisasi 2 Konsultasi publik - 3 Menyusun draft rancangan awal - 4 Membahas draft - 5 Menyempurnakan draft - 6 Mengajukan rancangan draft SK - 7 Menetapkan SK Bupati - Saat ini organisasiinstansi yang memiliki program pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu yaitu pemerintah pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Perdagangan; Kementerian Industri; Kementerian Koperasi dan UKM; Kementerian Pekerjaan Umum, pemerintah daerah Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat; Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu; Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu; Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu; Bank Indonesia Cabang Indramayu, dan lain-lain,