Undang-Undang Penyiaran Tinjauan Pustaka

24 Berdasarkan penelitian Pratomo 2003 adegan-adegan anti-sosial di dalam sinetron seperti penganiayaan, kekerasan, dan ucapan kasar lebih sering muncul dibandingkan adegan pro-sosial seperti tolong-menolong, kasih sayang, toleransi, dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saat ini adegan anti- sosial bukan lagi sekedar “bumbu” untuk menciptakan konflik. Adegan-adegan anti-sosial yang sering ditampilkan dalam sinetron akan mendorong remaja untuk melakukan kekerasan dan mengucapkan kata-kata kasar terhadap orang lain.

2.1.6 Undang-Undang Penyiaran

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pada Bab IV Pelaksanaan Siaran, Pasal 36 mengenai isi siaran, yang dikutip Syarief 2007, menjelaskan bahwa: 1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. 2. Isi siaran dan jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib sekurang-kurangnya menayangkan 60 mata acara yang berasal dari dalam negeri. 3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan danatau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. 4. Isi siaran wajib dijaga netralisasinya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. 5. Isi siaran dilarang: a. Memfitnah, menghasut, menyesatkan, danatau bohong; b. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, atau c. Mempertentangkan suku, agama, ras, antar-golongan. 25 6. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, danatau merendahkan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional. Adapun pada Bab VI, Pasal 52 mengenai peran serta masyarakat, antara lain: 1. Setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam berperan serta mengembangkan penyelenggaraan penyiaran nasional. 2. Organisasi nirlaba, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, dan kalangan pendidikan, dapat mengembangkan kegiatan literasi danatau pemantauan lembaga penyiaran. Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat mengajukan keberatan terhadap program danatau isi siaran yang merugikan. 26

2.1.7 Persepsi