~ 9 ~
2.2 Pandangan Dennis T. Avery tentang Perubahan Iklim
Sejak tahun 1980 sampai 1988, Dennis T. Avery berkiprah sebagai seorang analis di bidang pertanian untuk U.S Department of State yang bertanggung
jawab untuk menilai implikasi kebijakan luar negeri untuk pangan dan perkembangan pertanian. Avery melanjutkan kegiatannya terkait dengan
pengawasan pengembangan produksi pangan dunia, permintaan produk pertanian, dan keamanan suplai pangan di Hudson Instititute. Hingga saat ini
Avery menjabat sebagai Direktur Center for Global Food Issues.
Berkenaan dengan laporan perubahan iklim yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC, Avery mengemukakan
ketidaksetujuannya dan keraguannya terhadap hasil IPCC dalam sejumlah artikel dan jenis publikasi lainnya. Dalam uraian berikutnya dijelaskan
mengenai pandangan skeptis Avery terhadap laporan IPCC.
Avery mengemukakan bahwa pola pemanasan yang terjadi pada tahun 1976 sampai 1998 sama dengan pemanasan yang terjadi pada tahun 1916-1940.
Setelah tahun 1940, terjadi pendinginan suhu bumi selama 35 tahun yang juga tidak dapat dijelaskan oleh IPCC. Namun, pada tahun 1996 para peneliti
menemukan siklus 50-60 tahun iklim Pasifik yang disebut Pacific Decadal Oscillation PDO. Siklus ini menyebabkan penurunan populasi ikan salmon
di sungai Columbia setelah tahun 1977. Siklus ini juga menyebabkan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan sardin dan anchovy di Pasifik.
Avery mengemukakan bahwa pola pemanasan yang terjadi pada tahun 1976 sampai 1998 sama dengan pemanasan yang terjadi pada tahun 1916-1940.
Setelah tahun 1940, terjadi pendinginan suhu bumi selama 35 tahun yang juga tidak dapat dijelaskan oleh IPCC. Namun, pada tahun 1996 para peneliti
menemukan siklus 50-60 tahun iklim Pasifik yang disebut Pacific Decadal Oscillation PDO. Siklus ini menyebabkan penurunan populasi ikan salmon
di sungai Columbia setelah tahun 1977. Siklus ini juga menyebabkan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan sardin dan anchovy di Pasifik.
Pacific Decadal Oscillation PDO mengubah iklim bumi menjadi lebih dingin pada tahun 1940 hingga 1976 dan meningkatkan populasi ikan salmon di
sungai Columbia. Kemudian, PDO mengubah iklim bumi menjadi lebih panas dan menyebabkan penyusutan salmon hingga sekitar tahun 1999. Avery
mengungkapkan bahwa gerakan-gerakan lingkungan dan politisi telah menyalahkan aktivitas manusia sebagai penyebab penurunan populasi
salmon. Aktivitas pertanian, perikanan, dan penebangan kayu dianggap sebagai biang keladi perubahan iklim yang justru akan membawa ekonomi
masyarakat pedesaan semakin bertambah lemah.
Avery pun menyatakan dalam artikelnya bahwa sejarah mengungkapkan bahwa pendinginan suhu bumi telah memberikan dampak yang jauh lebih
buruk dibandingkan dengan pemanasan suhu bumi. Setelah Medieval Warming berakhir sekitar tahun 1300, benua Eropa diterpa oleh badai-badai
~ 10 ~
besar, banjir atau limpahan air laut yang hebat, gagal panen, dan merebaknya berbagai penyakit. Aitkin mengutarakan kekecewaannya terhadap IPCC yang
menutup-nutupi fenomena siklus iklim ini dari publik.
Siklus iklim Pasifik menjelaskan bahwa fenomena pemanasan global disebabkan oleh faktor alam dan bukan karena aktivitas manusia. Emisi
karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia hanya 0,03 persen dari atmosfer. Pemanasan iklim di masa lalu tidak berkaitan dengan adanya
perubahan konsentrasi karbon dioksida. Inti es Antartika menunjukkan bahwa setelah Abad Es Ice Ages, suhu bumi memanas 800 tahun setelah
kadar karbon dioksida di atmosfer meningkat. Pemanasan menghasilkan banyak karbon dioksida di atmosfer, bukan karena lainnya. Avery
menyebutkan bahwa ada faktor lain yang dapat menyebabkan pemanasan suhu bumi yaitu hubungan antara energi matahari dan suhu, dan hubungan
antara pergerakan laut dan suhu.
Bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa tidak terdapat tren pemanasan global selama tahun terakhir sejak tahun
. Pada tahun UK’s
Hadley Centre, U.S. Goddard SpaceCenter, dan University of Alabama melaporkan terjadinya penurunan suhu bumi sebesar 0,7 derajat Celcius
yang merupakan penurunan pertama suhu global selama 30 tahun terakhir. Sementara, U.S Jet PropulsionLab menyatakan bahwa lautan berhenti
memanas sejak 4-5 tahun yang lalu. Model-model iklim tidak memperkirakan hal ini sebelumnya.
Avery pun menyebutkan dalam presentasinya di Hudson Forum bahwa perubahan iklim berupa pemanasan global tidak akan mengurangi
keragaman spesies tumbuhan di muka bumi dan populasi beruang kutub. Siklus 1500-an tahun telah menunjukkan bahwa kebanyakan species mampu
bertahan hidup dan beradaptasu dalam kondisi perubahan iklim di masa lalu. Selain itu, Avery berpendapat bahwa lapisan es di Arktik saat ini sudah
kembali ke kondisi normal dan tidak mencair. Beruang kutub merupakan spesies yang relatif muda, namun bukti-bukti fossil di lapangan menunjukkan
bahwa hewan tersebut telah adasejak 110,000-130,000 tahun yang lalu. Beruang telah menunjukkan ketahanannya dalam menghadapi pemanasan
bumi yang terjadi 9000 dan 4000 tahun lalu. Studi-studi belum mampu memperlihatkan berapa banyak spesies yang bertahan dalam kondisi
pemanasan global di masa lalu, namun bukti menunjukkan spesies-spesies tersebut mampu bertahan hingga saat ini.
2.3 Pandangan Sallie L. Baliunas tentang Perubahan Iklim