Pandangan Skeptis terhadap Perubahan Ikl

(1)

~ 1 ~

Pandangan Skeptis terhadap Perubahan Iklim

Pandji Wibawa Dhewantara1, Arief Rusfian G2, Gemilang Lara U.S

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Fenomena perubahan iklim telah menjadi perhatian utama negara-negara di seluruh dunia saat ini. Isu perubahan iklim yang ditandai dengan pemanasan global ini menjadi topik utama dalam setiap pertemuan-pertemuan penting di tingkat dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengambil peranan penting dalam upaya-upaya memberikan pemahaman tentang perubahan iklim hingga memberikan langkah-langkah penting yang harus diambil dalam menghadapi pemanasan global di masa yang akan datang. Oleh karena itu, PBB memandang perlu adanya suatu organisasi yang melibatkan berbagai ilmuwan dari seluruh negara yang berperan dalam penelitian-penelitian ilmiah mengenai perubahan iklim dan memberikan informasi ilmiah tersebut kepada masyarakat dunia dalam rangka mengantisipasi dampak pemanasan global di masa mendatang. Organisasi tersebut kini dikenal sebagai Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) didirikan pada tahun 1988 oleh Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP) dengan misi menilai informasi ilmiah, teknis, dan sosial-ekonomi untuk meningkatkan pemahaman resiko perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Hingga saat ini IPCC telah menghasilkan sejumlah laporan mengenai perubahan iklim, mulai dari laporan mengenai perubahan fisik bumi hingga upaya-upaya mitigasi dan adaptasi masyarakat dunia dalam menghadapi fenomena ini.

Namun, laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tentang perubahan iklim tidak sepenuhnya dapat diterima oleh sekelompok individu atau ilmuwan dan sejumlah institusi di seluruh dunia. Konsep mengenai pemanasan global dan perubahan iklim yang diuraikan oleh IPCC diragukan kebenarannya oleh sejumlah kalangan dan organisasi di dunia. Perbedaan pendapat ini memberikan gambaran lain mengenai fenomena perubahan iklim dunia.

1 Peneliti, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI; 2

Center of Interdisciplinary Research on Environment (CIRE), Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia


(2)

~ 2 ~

Tulisan ini akan menjelaskan tentang pertentangan antara individu-individu yang skeptis terhadap laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap dunia. Beberapa ilmuwan dari sekian banyak individu yang skeptis terhadap perubahan iklim banyak mengutarakan perbedaan pendapatnya dalam fenomena pemanasan global, teknik pengukuran (metode ilmiah) yang digunakan oleh IPCC, dan lain-lain.

1.2 Permasalahan

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah banyak memegang peranan dalam diskusi-diskusi internasional tentang perubahan iklim yang telah berjalan hampir 20 tahun. IPCC menyimpulkan dalam hasil penelitiannya tentang perubahan iklim bahwa aktivitas manusia dimuka bumi telah menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim dunia, yang dikenal dengan istilah Anthropogenic Global Warming (AGW).

Namun, hipotesis AGW ini kemudian banyak dipertanyakan kebenarannya oleh banyak individu bahkan lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan dari seluruh pelosok dunia. Mereka menyayangkan IPCC telah mengabaikan hipotesis alternatif lainnya dan cenderung menyalahkan manusia sebagai agen penyebab pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir ini. Menurut Labohm (2007) beberapa poin utama yang dikritisi oleh kalangan kelompok skeptis ini, antara lain:

 Hipotesis tentang meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer akan menyebabkan peningkatan temperatur belum pernah dibuktikan bahkan belum pernah dilakukan pengamatan mengenai kebenarannya.

 Pengukuran berbasis satelit menunjukkan bahwa temperatur bumi telah memanas puluhan derajat Celcius antara tahun 1979 dan 1998. Hal ini bukan semata-mata karena manusia.

 Kelemahan IPCC dalam memahami fenomena secara ilmiah dan kurang memadainya data kuantitatif terbaru.

 Model-model iklim yang digunakan untuk memberikan pemahaman tentang sistem iklim tidak cocok untuk digunakan sebagai alat prediksi.

 Iklim global sangat ditentukan oleh fenomena extra-terrestrial dan fluktuasi aktivitas matahari merupakan yang paling penting dalam menentukan iklim global.


(3)

~ 3 ~

 Meski pemanasan global tetap akan terjadi di masa depan yang ditunjukan oleh model-model IPCC, manusia tetap tidak akan mampu untuk berbuat banyak dalam menghadapi fenomena tersebut.

 IPCC telah mengabaikan proyeksi-proyeksi iklim dari para astrofisik tentang pendinginan global.

Perbedaan pandangan antara pihak-pihak yang skeptis terhadap laporan IPCC tentang perubahan iklim dan hipotesis AGW ini semakin memuncak. Pada Konferensi Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Bali pada tahun 2007 sejumlah ilmuwan menandatangani surat terbuka yang ditujukan kepada Sekjen PBB, Ban Ki-Moon. Dalam surat terbuka yang disampaikan oleh beberapa ilmuwan yang skeptis terhadap laporan IPCC disebutkan:

The United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) has issued increasingly alarming conclusions about the climatic influences of human-produced carbon dioxide (CO2), a non-polluting gas that is essential to plant photosynthesis. While we understand the evidence that has led them to view CO2 emissions as harmful, the IPCC's conclusions are quite inadequate as justification for implementing policies that will markedly diminish future prosperity. In particular, it is not established that it is possible to significantly alter global climate through cuts in human greenhouse gas emissions. On top of which, because attempts to cut emissions will slow development, the current UN approach of CO2 reduction is likely to increase human suffering from future climate change rather than to decrease it. 3

Lalu, apa sebenarnya yang menjadi dasar perbedaan pendapat ini dan mengapa perbedaan pendapat ini terjadi? Benarkah pemanasan global ini terjadi? Benarkah manusia sebagai penyebab semakin parahnya pemanasan global? Tulisan ini akan memberikan uraian mengenai pandangan beberapa ilmuwan yang skeptis terhadap laporan IPCC tentang perubahan iklim.

II. Pandangan Skeptis terhadap Perubahan Iklim

2.1 Pandangan Don Aitkin tentang Perubahan Iklim dan IPCC

3 Surat terbuka yang ditujukan kepada Sekjen PBB, Ban Ki-Moon ketika Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali tahun 2007. Ditandatangani antara lain oleh Don Aitkin, PhD dan Timothy F. Ball, PhD.


(4)

~ 4 ~

Don Aitkin, seorang ilmuwan di bidang sejaran dan politik dari Planning Institute of Australia, merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang memiliki pandangan skeptis terhadap laporan Intergovernmental Panel on

Climate Change (IPCC) mengenai perubahan iklim. Aitkin lebih

menitikberatkan kepada ketidakpercayaannya terhadap pernyataan bahwa aktivitas manusia telah menyebabkan pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir. Pernyataan ini disebut dengan istilah pernyataan Anthropogenic Global Warming (AGW). Isi dari pernyataan AGW tersebut yaitu sebagai berikut:

Human activity in burning coal and oil, and clearing forests has, over the past century, put an enormous amount of carbon dioxide into the atmosphere where it has combined with water vapour and other gases like methane to increase global temperatures in an unprecedented way. The evidence that this has occurred is clear-cut, and the increase in temperature will have, according to our computer models, dire effects on the planet, causing the melting of polar ice, the raising of sea levels, droughts, floods, storms and desertification. We must put an end to this prospect by changing our way of life lest catastrophe strike us. It may already be too late. 4

Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa para ilmuwan yang terlibat dalam IPCC cenderung terlalu percaya diri dan pasti di tengah tidak adanya argumen dan data yang meyakinkan, terlalu berpedoman pada model-model yang dibuat, dan paniknya media massa terhadap isu pemanasan global yang menggambarkan manusia sebagai aktor utama dalam perusakan habitat dirinya sendiri dan sebagai makhluk yang pantas untuk menerima hukuman atas tindakannya itu. Berkenaan dengan pernyataan tersebut, Aitkin memberikan tanggapannya dalam beberapa hal sebagai berikut:

 Apakah planet bumi ini benar-benar memanas?

 Apakah pemanasan di abad 20 sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya?

 Apakah pemanasan global diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar fossil, penebangan hutan, dan aktivitas manusia lainnya?

 Apakah pemanasan global akan menyebabkan peningkatan muka air laut yang membahayakan?

 Penggunaan metode modelling untuk memperkirakan iklim di masa depan

 Keengganan untuk mengakui ketidakpastian

 Apakah perlu mengubah cara dan pola hidup manusia untuk menghindari bencana yang jauh lebih besar.

Pertama, IPCC menyatakan bahwa rata-rata peningkatan temperatur bumi selama abad 20 diperkirakan mencapai 0.6ºC ± 0.2ºC. Perkiraan ini


(5)

~ 5 ~

berdasarkan pengukuran dekat dengan permukaan bumi. Angka ini merupakan suatu rata-rata temperatur global yang bukan pengukuran sebenarnya, melainkan hanya sebuah konstruksi. Aitkin pun menyatakan bahwa bumi cenderung mengalami fenomena pemanasan semenjak 150 tahun yang lalu dan berlangsung seterusnya hingga saat ini dalam pola yang tidak beraturan. Pemanasan telah terjadi dalam dua periode yaitu periode tahun 1910 dan 1940, kemudian pada tahun 1975 hingga 1998. Sejak tahun 1998 peningkatan temperatur tidak terus berlangsung. Artinya bahwa telah terjadi periode panas dan dingin di masa Christian. Aitkin memandang bahwa hasil perkiraan IPCC tentang temperatur bumi ini terkait dengan metode pengukuran yang IPCC pergunakan. IPCC memilih data yang lebih baik untuk menggambarkan fenomena pemanasan global, seperti dalam laporan terakhirnya bahwa IPCC men-diskredit-kan pengukuran berbasis satelit, mungkin saja karena angka yang dihasilkan lebih rendah dari yang diinginkan.

Kedua, bukti-bukti menyatakan bahwa pemanasan bumi telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Suhu bumi berkisar antara 4 derajat Celcius di zona temperate dan lebih dari 4 derajat Celcius di Arktik. Pada tahun 1850 hingga 1940 terjadi kenaikan suhu bumi sekitar 0,5 derajat Celcius. Kemudian, pada tahun 1940 sampai dengan 1998 terjadi kenaikan suhu bumi sebesar 0,2 derajat Celcius yang artinya berlangsung selama 58 tahun. Sementara, periode tahun 1998 sampai 2006 tidak terdapat indikasi adanya pemanasan suhu bumi. Saat ini, suhu bumi kembali meningkat seperti pada tahun 1900-an.

Dengan demikian, fenomena pemanasan suhu bumi ini merupakan kejadian alami dan membentuk siklus 1500-an tahun. Siklus iklim tersebut ditemukan pada tahun 1984 di Greenland dan Gletser Vostok Antartika. Artinya bahwa perubahan iklim adalah bukan fenomena baru dan hal ini sudah pernah terjadi di masa lalu . Pemanasan suhu bumi akan selalu terjadi setiap 1500 tahun. Kondisi saat ini merupakan gambaran pemanasan suhu bumi yang terjadi serupa dengan kejadian tahun 1850.

Ketiga, manusia mungkin merupakan penyebab pemanasan ini terjadi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa pemanasan di belahan bumi utara (Northern Hemisphere) dengan populasi manusia yang jauh lebih besar lebih nyata dibandingkan di belahan bumi selatan (Southern Hemisphere). Namun, hubungan antara pemanasan dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer secara statistik tidak begitu kuat. Laporan IPCC terbaru menunjukkan ketidakmampuan menjelaskan fenomena pemanasan yang terjadi pada tahun 1976 sampai 1998. Oleh karenanya, IPCC mengklaim bahwa pemanasan itu disebabkan oleh emisi karbon dioksida manusia. Namun, IPCC pun tidak dapat menjelaskan mengapa lebih dari setengah pemanasan suhu terjadi sebelum tahun 1940, sebelum Revolusi Industri mengubah standar hidup manusia dan menyebabkan emisi karbon dioksida meningkat.


(6)

~ 6 ~

Aitkin menjelaskan bahwa tidak ada hubungan linear antara meningkatnya kadar karbon dioksida dengan tingginya suhu udara global di abad 20. Meskipun tingkat karbon dioksida meningkat dalam beberapa abad terakhir, suhu bumi tetap tidak mengalami perubahan signifikan. Pengukuran suhu yang dilakukan IPCC tidak mendukung teori efek gas rumah kaca. Model iklim global yang dirancang oleh IPCC hanya menggambarkan sebuah hot-spot di troposfer sekitar km di atas permukaan bumi.

Keempat, laporan IPCC memperkirakan akan terjadinya peningkatan tinggi muka air laut sekitar 2-3 mm per tahun di abad 21. Perkiraan ini didasarkan pada pengukuran satelit dan model yang dirancang oleh IPCC. Artinya, berdasarkan perkiraan ini akan menyebabkan bertambahnya tinggi muka air laut sebesar 30 cm selama abad 21. IPCC memperkirakan akan banyak pulau-pulau yang akan terendam akibat meningkatkan tinggi muka air laut ini. Aitkin memandang bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara pemanasan global dengan mencairnya es di kutub yang menyebabkan meningkatnya muka air laut. Sebaliknya, bukti-bukti menunjukkan bahwa Antartika menjadi lebih dingin dan semakin banyaknya bongkahan-bongkahan es terbentuk. Pemanasan dikatakan terjadi di belahan utara bumi (Northern Hemisphere), namun fenomena itu pun sudah pernah terjadi di masa lalu sebelum adanya aktivitas pembakaran batubara dan minyak. Aitkin menyimpulkan bahwa mencairnya es di kutub tidak memberikan dampak terhadap tinggi muka air laut.

Kelima, Aitkin mempertanyakan tentang penggunaan komputer dalam modelling perkiraan iklim bumi di masa depan yang dilakukan oleh IPCC. Model iklim yang dibuat tidak dapat menggambarkan secara nyata kondisi iklim yang sebenarnya. Model hanyalah sebuah model yang tidak mampu mengungkapkan kenyataan dan bukti-bukti yang kuat tentang perubahan iklim. Aitkin pun menyayangkan para ilmuwan IPCC yang sangat tergantung tergantung hasil modelling tersebut.

Sikap ketergantungan ilmuwan terhadap model perkiraan iklim yang dibuat menyebabkan tumbuhnya keengganan para ilmuwan dalam menerima ketidakpastian. Hal ini merupakan faktor keenam yang menurut Aitkin mempengaruhi cara pandang ilmuwan terhadap perubahan iklim.

Terakhir, temperatur atmosfer bumi dapat dikatakan memanas, namun sebenarnya fenomena itu telah berlangsung sekian lama. Dalam surat terbuka untuk Sekretaris Jenderal Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ditandatangani oleh sejumlah individu yang skeptis terhadap perubahan iklim – termasuk Aitkin – menyatakan bahwa manusia tidak perlu melawan fenomena pemanasan global yang terjadi saat ini. Aitkin dan sejumlah ilmuwan mengungkapkan bahwa untuk menghadapi perubahan iklim ini, masyarakat dunia justru seharusnya beradaptasi, tetapi bukan berarti melarang modernisasi yang tengah berlangsung dan cara-cara yang rasional.


(7)

~ 7 ~

Sumber: Avery, D.T. (2008)

Gambar 2.1 Pola Temperatur selama hampir 12,000 tahun yang lalu di bumi belahan utara (Northern Hemisphere) (atas) dan rata-rata temperatur dunia sejak 1860-2000 (bawah).


(8)

~ 8 ~

Sumber: Avery, D.T (2008)

Gambar 2.2 Hubungan antara Jumlah Sunspot dengan Suhu Permukaan Laut (atas) dan Radiasi Sinar Matahari dengan Suhu Permukaan Air Laut (bawah).


(9)

~ 9 ~

2.2 Pandangan Dennis T. Avery tentang Perubahan Iklim

Sejak tahun 1980 sampai 1988, Dennis T. Avery berkiprah sebagai seorang analis di bidang pertanian untuk U.S Department of State yang bertanggung jawab untuk menilai implikasi kebijakan luar negeri untuk pangan dan perkembangan pertanian. Avery melanjutkan kegiatannya terkait dengan pengawasan pengembangan produksi pangan dunia, permintaan produk pertanian, dan keamanan suplai pangan di Hudson Instititute. Hingga saat ini Avery menjabat sebagai Direktur Center for Global Food Issues.

Berkenaan dengan laporan perubahan iklim yang diterbitkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Avery mengemukakan ketidaksetujuannya dan keraguannya terhadap hasil IPCC dalam sejumlah artikel dan jenis publikasi lainnya. Dalam uraian berikutnya dijelaskan mengenai pandangan skeptis Avery terhadap laporan IPCC.

Avery mengemukakan bahwa pola pemanasan yang terjadi pada tahun 1976 sampai 1998 sama dengan pemanasan yang terjadi pada tahun 1916-1940. Setelah tahun 1940, terjadi pendinginan suhu bumi selama 35 tahun yang juga tidak dapat dijelaskan oleh IPCC. Namun, pada tahun 1996 para peneliti menemukan siklus 50-60 tahun iklim Pasifik yang disebut Pacific Decadal Oscillation (PDO). Siklus ini menyebabkan penurunan populasi ikan salmon di sungai Columbia setelah tahun 1977. Siklus ini juga menyebabkan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan sardin dan anchovy di Pasifik.

Avery mengemukakan bahwa pola pemanasan yang terjadi pada tahun 1976 sampai 1998 sama dengan pemanasan yang terjadi pada tahun 1916-1940. Setelah tahun 1940, terjadi pendinginan suhu bumi selama 35 tahun yang juga tidak dapat dijelaskan oleh IPCC. Namun, pada tahun 1996 para peneliti menemukan siklus 50-60 tahun iklim Pasifik yang disebut Pacific Decadal Oscillation (PDO). Siklus ini menyebabkan penurunan populasi ikan salmon di sungai Columbia setelah tahun 1977. Siklus ini juga menyebabkan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan sardin dan anchovy di Pasifik.

Pacific Decadal Oscillation (PDO) mengubah iklim bumi menjadi lebih dingin pada tahun 1940 hingga 1976 dan meningkatkan populasi ikan salmon di sungai Columbia. Kemudian, PDO mengubah iklim bumi menjadi lebih panas dan menyebabkan penyusutan salmon hingga sekitar tahun 1999. Avery mengungkapkan bahwa gerakan-gerakan lingkungan dan politisi telah menyalahkan aktivitas manusia sebagai penyebab penurunan populasi salmon. Aktivitas pertanian, perikanan, dan penebangan kayu dianggap sebagai biang keladi perubahan iklim yang justru akan membawa ekonomi masyarakat pedesaan semakin bertambah lemah.

Avery pun menyatakan dalam artikelnya bahwa sejarah mengungkapkan bahwa pendinginan suhu bumi telah memberikan dampak yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan pemanasan suhu bumi. Setelah Medieval Warming berakhir sekitar tahun 1300, benua Eropa diterpa oleh badai-badai


(10)

~ 10 ~

besar, banjir atau limpahan air laut yang hebat, gagal panen, dan merebaknya berbagai penyakit. Aitkin mengutarakan kekecewaannya terhadap IPCC yang menutup-nutupi fenomena siklus iklim ini dari publik.

Siklus iklim Pasifik menjelaskan bahwa fenomena pemanasan global disebabkan oleh faktor alam dan bukan karena aktivitas manusia. Emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia hanya 0,03 persen dari atmosfer. Pemanasan iklim di masa lalu tidak berkaitan dengan adanya perubahan konsentrasi karbon dioksida. Inti es Antartika menunjukkan bahwa setelah Abad Es (Ice Ages), suhu bumi memanas 800 tahun setelah kadar karbon dioksida di atmosfer meningkat. Pemanasan menghasilkan banyak karbon dioksida di atmosfer, bukan karena lainnya. Avery menyebutkan bahwa ada faktor lain yang dapat menyebabkan pemanasan suhu bumi yaitu hubungan antara energi matahari dan suhu, dan hubungan antara pergerakan laut dan suhu.

Bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa tidak terdapat tren pemanasan

global selama tahun terakhir sejak tahun . Pada tahun UK’s

Hadley Centre, U.S. Goddard SpaceCenter, dan University of Alabama melaporkan terjadinya penurunan suhu bumi sebesar 0,7 derajat Celcius yang merupakan penurunan pertama suhu global selama 30 tahun terakhir. Sementara, U.S Jet PropulsionLab menyatakan bahwa lautan berhenti memanas sejak 4-5 tahun yang lalu. Model-model iklim tidak memperkirakan hal ini sebelumnya.

Avery pun menyebutkan dalam presentasinya di Hudson Forum bahwa perubahan iklim berupa pemanasan global tidak akan mengurangi keragaman spesies tumbuhan di muka bumi dan populasi beruang kutub. Siklus 1500-an tahun telah menunjukkan bahwa kebanyakan species mampu bertahan hidup dan beradaptasu dalam kondisi perubahan iklim di masa lalu. Selain itu, Avery berpendapat bahwa lapisan es di Arktik saat ini sudah kembali ke kondisi normal dan tidak mencair. Beruang kutub merupakan spesies yang relatif muda, namun bukti-bukti fossil di lapangan menunjukkan bahwa hewan tersebut telah adasejak 110,000-130,000 tahun yang lalu. Beruang telah menunjukkan ketahanannya dalam menghadapi pemanasan bumi yang terjadi 9000 dan 4000 tahun lalu. Studi-studi belum mampu memperlihatkan berapa banyak spesies yang bertahan dalam kondisi pemanasan global di masa lalu, namun bukti menunjukkan spesies-spesies tersebut mampu bertahan hingga saat ini.

2.3 Pandangan Sallie L. Baliunas tentang Perubahan Iklim

Sallie Baliunas, Ph.D., adalah seorang peneliti senior dari George C. Marshall Institute. Penelitiannya fokus pada bidang Astrofisik terutama pada ultraviolet spectroscopy pada bintang; struktur, jenis dan aktivitas bintang; matahari dan perubahan global; dan berbagai aktivitas benda angkasa yang menyerupai bintang. Pada tahun 2000, Baliunas dan Soon mempublikasikan


(11)

~ 11 ~

sebuah artikel yang menyatakan bahwa perubahan iklim global merupakan proses alami yang terjadi karena adanya radiasi sinar matahari (Soon dan Baliunas, 2003).

The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), badan PBB yang berkewenangan dalam meneliti perubahan iklim, dalam laporannya pada tahun 2001 menyatakan bahwa pemanasan yang banyak terjadi di permukaan bumi dalam 50 tahun terakhir banyak disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan dari aktivitas manusia. Hal ini menyebabkan banyak hal dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari manusia. Berbagai penelitian dilakukan dan tidak sedikit penelitian yang memakan dana yang sangat besar.

IPCC menyebutkan bahwa perubahan iklim di abad ke-20 terjadi diluar dari kebiasaan dan tidak alami, terutama terjadi pada periode 1951-2000. bumi menjadi lebih lembab, kering, atau panas daripada masa-masa sebelumnya. Hal ini disebabkan karena emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia yang terbuang ke atmosfer yang terjadi pada pertengahan abad ke-20.

Bailunas dan Soon membantah hal ini dalam papernya Lesson and

Limits of Climate History . Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh

aktivitas manusia hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap terjadinya perubahan iklim global. Peningkatan konsentrasi emisi gas rumah kaca yang berasal dari aktivitas manusia meningkat lebih dari 80% setelah tahun 1940. Seharusnya, hal ini menyebabkan naiknya pemanasan pada awal abad ke-20, namun yang terjadi adalah periode yang lebih dingin pada tahun 1940-1970 (Bailunas, 2002).

Trend pemanasan yang terjadi selama ini hanya terjadi di permukaan bumi dan kemungkinan terjadi secara alami. NASA dan NOAA menyebutkan bahwa lapisan udara dengan ketinggian 1-5 mil tidak mengalami pemanasan dimana seharusnya terjadi pemanasan yang diakibatkan oleh emisi gas yang dihasilkan dari aktivitas manusia, oleh karena itu disebutkan bahwa pengaruh dari aktivitas manusia terhadap pemanasan global sangatlah kecil. Lapisan udara yang seharusnya dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca ternyata tidak mengalami pemanasan (Bailunas, 2002). Selain itu, sejarah mencatat bahwa pada masa sebelumnya juga pernah terjadi perubahan iklim ekstrim seperti yang terjadi sekarang ini. Pada periode 800 – 1300 (Medieval

Warm Period atau Medieval Optimum) bumi relatif lebih panas, tanaman

anggur banyak tumbuh di selatan Inggris dan bangsa Viking bisa melaut ke Islandia dan Greenland dengan menggunakan perahu terbuka. Setelah tahun 1300, yaitu tahun 1300-1900, bumi mengalami masa yang lebih dingin (Little Ice Age) (Bailunas dan Soon, 2003).

Salah satu degradasi yang diakibatkan oleh pemanasan global yang merupakan bahasan dalam IPCC adalah berkurangnya lapisan salju yang menutupi belahan bumi bagian utara dan selatan. Naiknya suhu bumi yang


(12)

~ 12 ~

diakibatkan oleh pemanasan global memicu berkurangnya lapisan salju yang menutupi Antartika, Greenland, pulau di utara Canada dan Rusia, dan beberapa lapisan es yang ada di puncak pegununungan. Soon dan Baliunas (2003) juga membantah hal ini dengan menyebutkan bahwa di tempat seperti Greenland dan Antartika yang suhunya sangat dingin dan kering, evaporasi atau pencairan yang terjadi sangat kecil sehingga salju memadat menjadi lapisan es tahunan.

Selain berkurangnya lapisan salju, mencairnya gletser di beberapa tempat disebutkan IPCC sebagai akibat dari terjadinya pemanasan global. Namun, menyusut dan berkurangnya gletser ini banyak terjadi pada periode yang lebih panas. Mencairnya gletser merupakan suatu proses yang dipengaruhi iklim dalam jangka waktu yang lama, hal ini menghasilkan informasi kalitatif mengenai tren klim yang terjadi selama berabad-abad, tetapi tidak dapat menjadi ukuran dari perubahan iklim yang selama berabad-abad terjadi (Soon dan Baliunas, 2003).

Perubahan iklim global juga dipengaruhi oleh matahari. Matahari sebagai pusat dari tata surya memiliki pengaruh terhadap iklim dan suhu yang terjadi di permukaan bumi. Perubahan intensitas cahaya matahari dan interaksi antar partikelnya akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap apa yang ada di permukaan bumi. Beberapa perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan suhu matahari sehingga mempengaruhi suhu permukaan bumi.

Selama setengah abad yang lalu, matahari menjadi begitu aktif, dan aktivitasnya melebihi 400 tahun sebelumnya. Oleh karena itu, matahari menjadi lebih terang dari 400 tahun sebelumnya (Baliunas, 2002). Jika aktivitas matahari berkurang maka matahari akan lebih redup dan bumi akan lebih dingin. Peningkatan aktivitas matahari akan meningkatkan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh matahari ke bumi, hal ini meningkatkan pemanasan sehingga meningkatkan suhu bumi.

Pada abad ke-17 bumi mengalami suatu periode yang disebut Maunder Minimum. Magnetisme matahari mengalami penurunan pada masa ini. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas matahari mempengaruhi suhu di permukaan bumi. Pemanasan yang terjadi di akhir abad ke-19 yang dilanjutkan pada awal abad ke-20 hingga tahun 1940, terlihat bahwa output dari energi matahari berlangsung baik. Pada pertengahan abad ke-20 terjadilah pendinginan dan pada akhir abad ke-20 terjadi kembali pemanasan dimana sama dengan apa yang terjadi pada matahari.

Banyak hal yang mempengaruhi perubahan iklim global. Berbagai perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Potential uncertainty yang dimiliki oleh lingkungan menyebabkan tingginya kompleksitas dari perubahan iklim global. Perubahan aktivitas matahari mempengaruhi perubahan suhu yang ada di permukaan bumi,


(13)

~ 13 ~

sehingga bersama faktor lain menimbulkan suatu pengaruh terhadap perubahan iklim global.

2.4 Pandangan Timothy F. Ball tentang Perubahan Iklim

Timothy F. Ball adalah warga Negara Kanada pertama yang memperoleh gelar Ph.Ds. di bidang klimatologi serta memiliki pengetahuan yang luas di bidang klimatologi khususnya mengenai rekontruksi iklim masa lalu dan pengaruh perubahan iklim terhadap sejarah manusia serta kondisi manusia dan gelar terakhirnya adalah pensiunan guru besar (Profesor di bidang Geografi), Universitas Winnipeg. Selain itu, Ball juga termasuk salah satu ilmuwan yang menentang arus utama penelitian ilmiah tentang pemanasan global.

Pernyataan yang sangat kontras dari Ball terhadap isu pemanasan global adalah bahwa pemanasan global itu tidak pernah terjadi dan bukan disebabkan oleh manusia, karena pemanasan global merupakan bagian dari siklus iklim. Pernyataan ini diuraikan dalam artikelnya yang berjudul Global Warming: The Cold, Hard Facts? Dia menyatakan bahwa pemanasan global, seperti yang kita pikirkan saat ini itu tidak ada dan pendapat yang menyatakan bahwa pemanasan global sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia dalam menghasilkan karbon dioksida itu tidaklah benar. Ball mengatakan pemanasan global bukan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam menghasilkan karbon dioxide (CO2). Ini sebenarnya adalah kecurangan dalam sejarah sains. Masyarakat dunia telah membuang waktu, tenaga dan triliun dollar yang sebenarnya tak perlu takut dan kekhawatiran atas masalah yang tanpa justifikasi ilmiah ini. Kanada mengeluarkan sekitar $ 3,7 miliar dalam lima tahun terakhir untuk menghadapi perubahan iklim. Sementara pada saat yang sama pemerintah menutup stasiun cuaca dan gagal memenuhi target legislasi polusi.

Dalam pernyataan lain, Ball berpendapat bahwa bukti adanya pemanasan global adalah karena kesalahan pengukuran. Menurutnya pemanasan memang ada dan Ball tidak pernah memperdebatkan itu. Pertentangannya adalah apa yang menjadi penyebabnya. Argumen bahwa aktifitas manusia yang menghasilkan CO2 yang ditambahkan ke dalam atmosfir bukan menjadi penyebab yang berarti. Walaupun suhu belum naik, tetapi dunia telah berubah karena telah terjadi pemanasan yang pada akhirnya dipercayai sebagai pemanasan global (Ball, 2006). Dalam artikelnya yang berjudul

Global Warming: The Cold, Hard Facts? Diaberpendapat bahwa pemanasan

global merupakan sebuah fenomena alam yang normal. Dunia telah mengalami dua siklus iklim. Temperatur bumi pernah menurun pada tahun 1940 sampai 1980, dan baru pada awal tahun 1970 kondisi tersebut menjadi sebuah konsensus, bahwa telah terjadi pendinginan global. Pada tahun


(14)

~ 14 ~

1990an temperature berbalik dan pemanasan global menjadi sebuah konsensus.

Hal yang menjadikan pemanasan global sebagai sebuah konsensus adalah adanya kepentingan politik serta kepentingan instansi tertentu dalam perkembangannya. Dalam hal ini Timothy Ball mengutip sebuah pernyataan yang mendukung teorinya tersebut, yaitu:

"Just as we lift our children up to feed them, and we hold them close to comfort them, and to protect them from any manner of harm, just as we would never, ever leave them trapped in a locked car in the hot sun, we must protect them from global warming." Boxer told an April 14, 2007 National Press Club audience. "The ancient religious writings say, "See to it that you do not destroy my world for there is no one to repair it after you." Today for us, it should be simple. Working Together we can reverse Global Warming! We must lead on this issue, not follow; its our job. I truly believe when we do our job, our country and our families will be better and stronger and the world will be safer."

Pernyataan tersebut jelas salah, karena menurut Timothy Ball pemanasan global adalah bagian dari siklus iklim seperti halnya pendinginan global di masa lalu. Pernyataan lain yang mendukung teori Timothy Ball yaitu pernyataan dari Ritch, Pacific Basin Nuclear Conference in Sydney, Australia yang menyatakan:

"The fact of this planetary crisis should no longer be a matter of psychological or political denial. For our best Earth-system scientists now warn, with ever increasing certainty, that greenhouse gas emissions, if continued at the present massive scale, will yield consequences that are -

quite literally - apocalyptic: increasingly radical

temperature changes, a worldwide upsurge in violent weather events, widespread drought, flooding, wildfires, famine, species extinction, rising sea levels, mass migration and epidemic disease that will leave no country untouched. If these predictions hold true, the combined effect would be the death of not just millions but of billions of people - and the destruction of much of civilization on all continents."

Pernyataan tersebut di atas memeperkuat teori Timothy Ball bahwa isu pemanasan global berkembang atas dasar kepentingan seseorang atau golongan, bukan berdasar pada alasan ilmiah.


(15)

~ 15 ~

Oleh sebab itu Ball akan mengedepankan saksi dan bukti siklus yang lain sebagai mekanisme utama dan tren temperatur bumi sekarang justru menunjukkan pendinginan (Ball, 2007).

III. Kesimpulan

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam laporannya (AR4) mengemukakan bahwa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kegiatan manusia meningkat hingga 70% antara tahun 1970 dan 2004 dengan emisi karbon dioksida (CO2) meningkat hingga 80% sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia selama periode sepuluh tahun terakhir. Konsentrasi gas rumah kaca telah meningkat sejak tahun 1750 dan saat ini terjadi peningkatan yang drastis akibat pertumbuhan sektor industri dan deforestasi. Menurut IPCC, dampak dari pemanasan global mulai tampak pada fenomena-fenomena alam yang terjadi di saat ini, seperti bertambahnya muka air laut, berkurangnya keanekaragaman hayati, banjir, gelombang pasang, kekeringan, dan lain-lain.

Pada perkembangannya, hipotesis IPCC mengenai Anthropogenic Global Warming (AGW) banyak ditentang oleh kalangan ilmuwan dan institusi di seluruh dunia. Kalangan skeptis memandang bahwa pemanasan global merupakan fenomena alam yang sudah pernah terjadi sebelumnya di masa lalu. Mereka mengklaim bahwa pemanasan global bukan disebabkan oleh aktivitas manusia di muka bumi.

Aitkin, Avery, Baliunas, dan Ball merupakan empat dari sekian banyak ilmuwan yang berbeda pandangan akan perubahan iklim. Pada dasarnya, mereka mempertanyakan keakuratan data dan metodologi penelitian yang IPCC lakukan. Model-model iklim yang IPCC rancang adalah hanya sebuah model yang tidak dapat menggambarkan kondisi alam yang sebenarnya di masa mendatang. Kelompok ilmuwan tersebut menyayangkan sikap IPCC yang enggan untuk menerima prinsip-prinsip ketidakpastian.

Para ilmuwan tersebut mengungkapkan pemanasan global tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang disumbangkan oleh manusia. Gas rumah kaca hanya 1%-2% di atmosfer bumi. Gas rumah kaca terdiri dari 95% uap air, 3,62% CO2, dan 1,38% dalam bentuk lainnya. Emisi CO2 di atmosfer antara lain berasal dari manusia (3,4% emisi CO2 setiap tahunnya) dan alam (96,6%). Bukti menyatakan bahwa manusia hanya menyumbangkan 0,28% gas rumah kaca dari 3,4% emisi CO2 tersebut.

Bukti-bukti lainnya yang diungkapkan oleh kalangan skeptis yaitu bahwa pemanasan global (dan pendinginan global) merupakan suatu siklus 1500-an tahun. Peningkatan suhu bumi pernah terjadi pada tahun 1850 hingga 1940 dan tahun 1940 sampai dengan 1998 terjadi kenaikan suhu bumi sebesar 0,2-0,5 derajat Celcius yang artinya berlangsung selama hampir 60 tahun. Pemanasan suhu bumi merupakan fenonema alam yang juga erat kaitannya


(16)

~ 16 ~

dengan jumlah sunspot dan radiasi sinar matahari. Mereka menyimpulkan bahwa pemanasan global disebabkan oleh faktor extra-terrestrial.

Para skeptis pun mengungkapkan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa pemanasan global yang terjadi di masa lalu tidak menyebabkan biodiversitas berkurang dan kepunahan spesies seperti beruang kutub. Bukti-bukti pun menunjukkan bahwa hewan dan tumbuhan mampu bertahan hidup.Para skeptis memandang bahwa manusia tidak dapat menghentikan fenomena pemanasan global, tetapi mereka mengungkapkan bahwa manusia harus mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

Daftar Pustaka

Aitkin. D. 2008. Good Science isn’t about Consensus. The Australian, April 09, 2008. http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,23508724-7583,00.html

Aitkin, D. 2008. A Challenge to Global Warming Orthodoxies – part one.

http://www.abc.net.au/m/ockhamsrazor/stories/2008/2226464.htm

Aitkin, D. 2008. A Cool Look at Global Warming. Paper. Planning Institute of Australia, Canberra.

Aitkin, D. 2008. The IPCC is Not Good.

Avery, D.T. 2007. Guilt and Global Warming. Center for Global Food Issues, November 29, 2007.

Avery, D.T. 2008. Exercising My God-Given Right to Water. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Avery, D.T. 2008. The Worst Climate Predictions of 2008?. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Avery, D.T. 2008. Consensus on Man-Made Warming is Shattering. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Avery, D.T. 2008. Global Warming Every 1500 Years – What It Means for Engineering. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery Avery, D.T. 2006. A Bad Time for Organic Believers.

http://www.cgfi.org/2006/10/03/a-bad-time-for-organic-believers/

Avery, D.T. 2008. The Worst Time in History to Demand Biofuels? Presentation Material in Hudson Forum, Hudson Institute. Washington, D.C.

Avery, D.T. 2007. Should We Believe the Latest UN Climate Report? http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Bates, B.C., Z.W. Kundzewicz, S. Wu and J.P. Palutikof, Eds., 2008. Climate Change and Water. Technical Paper of the Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC Secretariat, Geneva, 210 pp.

Federal Ministry for the Environment, Natural Conservation, and Nuclear Safety. 2007. Fourth Assessment Report (AR4) of the IPCC (2007) on Climate Change, Synthesis Report.

Labohm, H. 2007. What is Wrong with the IPCC? Science and Public Policy Institute.


(17)

~ 17 ~

National Center for Policy Analysis. 2007. A Global Warming Primer. Washington, D.C. www.ncpa.org

Pittock, B. 2008. Intergovernmental Panel on Climate Change: Fourth Assessment Reports, A Fact Sheet. The Australian Collaboration, A Collaboration of National Community Organisations.

Soon, W. dan Baliunas, S. 2003. Lessons and Limits of Climate History: Was the

20th Century Climate Unusual? Washington, D.C. George C. Marshall Institute.

U.S. Chamber of Commerce. 2004. Top 10 Environmental Myths. Washington, D.C. The U.S. Chamber of Commerce.


(1)

~ 12 ~

diakibatkan oleh pemanasan global memicu berkurangnya lapisan salju yang menutupi Antartika, Greenland, pulau di utara Canada dan Rusia, dan beberapa lapisan es yang ada di puncak pegununungan. Soon dan Baliunas (2003) juga membantah hal ini dengan menyebutkan bahwa di tempat seperti Greenland dan Antartika yang suhunya sangat dingin dan kering, evaporasi atau pencairan yang terjadi sangat kecil sehingga salju memadat menjadi lapisan es tahunan.

Selain berkurangnya lapisan salju, mencairnya gletser di beberapa tempat disebutkan IPCC sebagai akibat dari terjadinya pemanasan global. Namun, menyusut dan berkurangnya gletser ini banyak terjadi pada periode yang lebih panas. Mencairnya gletser merupakan suatu proses yang dipengaruhi iklim dalam jangka waktu yang lama, hal ini menghasilkan informasi kalitatif mengenai tren klim yang terjadi selama berabad-abad, tetapi tidak dapat menjadi ukuran dari perubahan iklim yang selama berabad-abad terjadi (Soon dan Baliunas, 2003).

Perubahan iklim global juga dipengaruhi oleh matahari. Matahari sebagai pusat dari tata surya memiliki pengaruh terhadap iklim dan suhu yang terjadi di permukaan bumi. Perubahan intensitas cahaya matahari dan interaksi antar partikelnya akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap apa yang ada di permukaan bumi. Beberapa perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan suhu matahari sehingga mempengaruhi suhu permukaan bumi.

Selama setengah abad yang lalu, matahari menjadi begitu aktif, dan aktivitasnya melebihi 400 tahun sebelumnya. Oleh karena itu, matahari menjadi lebih terang dari 400 tahun sebelumnya (Baliunas, 2002). Jika aktivitas matahari berkurang maka matahari akan lebih redup dan bumi akan lebih dingin. Peningkatan aktivitas matahari akan meningkatkan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh matahari ke bumi, hal ini meningkatkan pemanasan sehingga meningkatkan suhu bumi.

Pada abad ke-17 bumi mengalami suatu periode yang disebut Maunder Minimum. Magnetisme matahari mengalami penurunan pada masa ini. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas matahari mempengaruhi suhu di permukaan bumi. Pemanasan yang terjadi di akhir abad ke-19 yang dilanjutkan pada awal abad ke-20 hingga tahun 1940, terlihat bahwa output dari energi matahari berlangsung baik. Pada pertengahan abad ke-20 terjadilah pendinginan dan pada akhir abad ke-20 terjadi kembali pemanasan dimana sama dengan apa yang terjadi pada matahari.

Banyak hal yang mempengaruhi perubahan iklim global. Berbagai perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Potential uncertainty yang dimiliki oleh lingkungan menyebabkan tingginya kompleksitas dari perubahan iklim global. Perubahan aktivitas matahari mempengaruhi perubahan suhu yang ada di permukaan bumi,


(2)

~ 13 ~

sehingga bersama faktor lain menimbulkan suatu pengaruh terhadap perubahan iklim global.

2.4 Pandangan Timothy F. Ball tentang Perubahan Iklim

Timothy F. Ball adalah warga Negara Kanada pertama yang memperoleh gelar Ph.Ds. di bidang klimatologi serta memiliki pengetahuan yang luas di bidang klimatologi khususnya mengenai rekontruksi iklim masa lalu dan pengaruh perubahan iklim terhadap sejarah manusia serta kondisi manusia dan gelar terakhirnya adalah pensiunan guru besar (Profesor di bidang Geografi), Universitas Winnipeg. Selain itu, Ball juga termasuk salah satu ilmuwan yang menentang arus utama penelitian ilmiah tentang pemanasan global.

Pernyataan yang sangat kontras dari Ball terhadap isu pemanasan global adalah bahwa pemanasan global itu tidak pernah terjadi dan bukan disebabkan oleh manusia, karena pemanasan global merupakan bagian dari siklus iklim. Pernyataan ini diuraikan dalam artikelnya yang berjudul Global Warming: The Cold, Hard Facts? Dia menyatakan bahwa pemanasan global, seperti yang kita pikirkan saat ini itu tidak ada dan pendapat yang menyatakan bahwa pemanasan global sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia dalam menghasilkan karbon dioksida itu tidaklah benar. Ball mengatakan pemanasan global bukan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam menghasilkan karbon dioxide (CO2). Ini sebenarnya adalah kecurangan dalam sejarah sains. Masyarakat dunia telah membuang waktu, tenaga dan triliun dollar yang sebenarnya tak perlu takut dan kekhawatiran atas masalah yang tanpa justifikasi ilmiah ini. Kanada mengeluarkan sekitar $ 3,7 miliar dalam lima tahun terakhir untuk menghadapi perubahan iklim. Sementara pada saat yang sama pemerintah menutup stasiun cuaca dan gagal memenuhi target legislasi polusi.

Dalam pernyataan lain, Ball berpendapat bahwa bukti adanya pemanasan global adalah karena kesalahan pengukuran. Menurutnya pemanasan memang ada dan Ball tidak pernah memperdebatkan itu. Pertentangannya adalah apa yang menjadi penyebabnya. Argumen bahwa aktifitas manusia yang menghasilkan CO2 yang ditambahkan ke dalam atmosfir bukan menjadi penyebab yang berarti. Walaupun suhu belum naik, tetapi dunia telah berubah karena telah terjadi pemanasan yang pada akhirnya dipercayai sebagai pemanasan global (Ball, 2006). Dalam artikelnya yang berjudul Global Warming: The Cold, Hard Facts? Diaberpendapat bahwa pemanasan global merupakan sebuah fenomena alam yang normal. Dunia telah mengalami dua siklus iklim. Temperatur bumi pernah menurun pada tahun 1940 sampai 1980, dan baru pada awal tahun 1970 kondisi tersebut menjadi sebuah konsensus, bahwa telah terjadi pendinginan global. Pada tahun


(3)

~ 14 ~

1990an temperature berbalik dan pemanasan global menjadi sebuah konsensus.

Hal yang menjadikan pemanasan global sebagai sebuah konsensus adalah adanya kepentingan politik serta kepentingan instansi tertentu dalam perkembangannya. Dalam hal ini Timothy Ball mengutip sebuah pernyataan yang mendukung teorinya tersebut, yaitu:

"Just as we lift our children up to feed them, and we hold them close to comfort them, and to protect them from any manner of harm, just as we would never, ever leave them trapped in a locked car in the hot sun, we must protect them from global warming." Boxer told an April 14, 2007 National Press Club audience. "The ancient religious writings say, "See to it that you do not destroy my world for there is no one to repair it after you." Today for us, it should be simple. Working Together we can reverse Global Warming! We must lead on this issue, not follow; its our job. I truly believe when we do our job, our country and our families will be better and stronger and the world will be safer."

Pernyataan tersebut jelas salah, karena menurut Timothy Ball pemanasan global adalah bagian dari siklus iklim seperti halnya pendinginan global di masa lalu. Pernyataan lain yang mendukung teori Timothy Ball yaitu pernyataan dari Ritch, Pacific Basin Nuclear Conference in Sydney, Australia yang menyatakan:

"The fact of this planetary crisis should no longer be a matter of psychological or political denial. For our best Earth-system scientists now warn, with ever increasing certainty, that greenhouse gas emissions, if continued at the present massive scale, will yield consequences that are - quite literally - apocalyptic: increasingly radical temperature changes, a worldwide upsurge in violent weather events, widespread drought, flooding, wildfires, famine, species extinction, rising sea levels, mass migration and epidemic disease that will leave no country untouched. If these predictions hold true, the combined effect would be the death of not just millions but of billions of people - and the destruction of much of civilization on all continents."

Pernyataan tersebut di atas memeperkuat teori Timothy Ball bahwa isu pemanasan global berkembang atas dasar kepentingan seseorang atau golongan, bukan berdasar pada alasan ilmiah.


(4)

~ 15 ~

Oleh sebab itu Ball akan mengedepankan saksi dan bukti siklus yang lain sebagai mekanisme utama dan tren temperatur bumi sekarang justru menunjukkan pendinginan (Ball, 2007).

III. Kesimpulan

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam laporannya (AR4) mengemukakan bahwa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kegiatan manusia meningkat hingga 70% antara tahun 1970 dan 2004 dengan emisi karbon dioksida (CO2) meningkat hingga 80% sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia selama periode sepuluh tahun terakhir. Konsentrasi gas rumah kaca telah meningkat sejak tahun 1750 dan saat ini terjadi peningkatan yang drastis akibat pertumbuhan sektor industri dan deforestasi. Menurut IPCC, dampak dari pemanasan global mulai tampak pada fenomena-fenomena alam yang terjadi di saat ini, seperti bertambahnya muka air laut, berkurangnya keanekaragaman hayati, banjir, gelombang pasang, kekeringan, dan lain-lain.

Pada perkembangannya, hipotesis IPCC mengenai Anthropogenic Global Warming (AGW) banyak ditentang oleh kalangan ilmuwan dan institusi di seluruh dunia. Kalangan skeptis memandang bahwa pemanasan global merupakan fenomena alam yang sudah pernah terjadi sebelumnya di masa lalu. Mereka mengklaim bahwa pemanasan global bukan disebabkan oleh aktivitas manusia di muka bumi.

Aitkin, Avery, Baliunas, dan Ball merupakan empat dari sekian banyak ilmuwan yang berbeda pandangan akan perubahan iklim. Pada dasarnya, mereka mempertanyakan keakuratan data dan metodologi penelitian yang IPCC lakukan. Model-model iklim yang IPCC rancang adalah hanya sebuah model yang tidak dapat menggambarkan kondisi alam yang sebenarnya di masa mendatang. Kelompok ilmuwan tersebut menyayangkan sikap IPCC yang enggan untuk menerima prinsip-prinsip ketidakpastian.

Para ilmuwan tersebut mengungkapkan pemanasan global tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang disumbangkan oleh manusia. Gas rumah kaca hanya 1%-2% di atmosfer bumi. Gas rumah kaca terdiri dari 95% uap air, 3,62% CO2, dan 1,38% dalam bentuk lainnya. Emisi CO2 di atmosfer antara lain berasal dari manusia (3,4% emisi CO2 setiap tahunnya) dan alam (96,6%). Bukti menyatakan bahwa manusia hanya menyumbangkan 0,28% gas rumah kaca dari 3,4% emisi CO2 tersebut.

Bukti-bukti lainnya yang diungkapkan oleh kalangan skeptis yaitu bahwa pemanasan global (dan pendinginan global) merupakan suatu siklus 1500-an tahun. Peningkatan suhu bumi pernah terjadi pada tahun 1850 hingga 1940 dan tahun 1940 sampai dengan 1998 terjadi kenaikan suhu bumi sebesar 0,2-0,5 derajat Celcius yang artinya berlangsung selama hampir 60 tahun. Pemanasan suhu bumi merupakan fenonema alam yang juga erat kaitannya


(5)

~ 16 ~

dengan jumlah sunspot dan radiasi sinar matahari. Mereka menyimpulkan bahwa pemanasan global disebabkan oleh faktor extra-terrestrial.

Para skeptis pun mengungkapkan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa pemanasan global yang terjadi di masa lalu tidak menyebabkan biodiversitas berkurang dan kepunahan spesies seperti beruang kutub. Bukti-bukti pun menunjukkan bahwa hewan dan tumbuhan mampu bertahan hidup.Para skeptis memandang bahwa manusia tidak dapat menghentikan fenomena pemanasan global, tetapi mereka mengungkapkan bahwa manusia harus mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

Daftar Pustaka

Aitkin. D. 2008. Good Science isn’t about Consensus. The Australian, April 09, 2008. http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,23508724-7583,00.html

Aitkin, D. 2008. A Challenge to Global Warming Orthodoxies – part one. http://www.abc.net.au/m/ockhamsrazor/stories/2008/2226464.htm Aitkin, D. 2008. A Cool Look at Global Warming. Paper. Planning Institute of

Australia, Canberra.

Aitkin, D. 2008. The IPCC is Not Good.

Avery, D.T. 2007. Guilt and Global Warming. Center for Global Food Issues, November 29, 2007.

Avery, D.T. 2008. Exercising My God-Given Right to Water. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Avery, D.T. 2008. The Worst Climate Predictions of 2008?. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Avery, D.T. 2008. Consensus on Man-Made Warming is Shattering. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Avery, D.T. 2008. Global Warming Every 1500 Years – What It Means for Engineering. http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery Avery, D.T. 2006. A Bad Time for Organic Believers.

http://www.cgfi.org/2006/10/03/a-bad-time-for-organic-believers/

Avery, D.T. 2008. The Worst Time in History to Demand Biofuels? Presentation Material in Hudson Forum, Hudson Institute. Washington, D.C.

Avery, D.T. 2007. Should We Believe the Latest UN Climate Report? http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Dennis_Avery

Bates, B.C., Z.W. Kundzewicz, S. Wu and J.P. Palutikof, Eds., 2008. Climate Change and Water. Technical Paper of the Intergovernmental Panel on Climate Change, IPCC Secretariat, Geneva, 210 pp.

Federal Ministry for the Environment, Natural Conservation, and Nuclear Safety. 2007. Fourth Assessment Report (AR4) of the IPCC (2007) on Climate Change, Synthesis Report.

Labohm, H. 2007. What is Wrong with the IPCC? Science and Public Policy Institute.


(6)

~ 17 ~

National Center for Policy Analysis. 2007. A Global Warming Primer. Washington, D.C. www.ncpa.org

Pittock, B. 2008. Intergovernmental Panel on Climate Change: Fourth Assessment Reports, A Fact Sheet. The Australian Collaboration, A Collaboration of National Community Organisations.

Soon, W. dan Baliunas, S. 2003. Lessons and Limits of Climate History: Was the 20th Century Climate Unusual? Washington, D.C. George C. Marshall Institute.

U.S. Chamber of Commerce. 2004. Top 10 Environmental Myths. Washington, D.C. The U.S. Chamber of Commerce.