Dampak Stres Pada Narapidana Wanita

15 tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan. 7.2. Intensitas terhadap stimulus Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu mengadaptasikannya. 7.3. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan. 7.4. Lamanya pemaparan stresor Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres. 7.5. Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama. 7.6. Tingkat perkembangan Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan berbeda.

B. Dampak Stres Pada Narapidana Wanita

Lembaga pemasyarakatan secara alami adalah tempat yang stressfull atau menekan. Terminology stres mengacu pada keadaan internal individu Universitas Sumatera Utara 16 yang disebabkan karena adanya sesuatu yang secara fisik berpengaruh pada tubuh penyakit, perubahan temperatur, dan sebagainya atau oleh lingkungan dan situasi sosial yang dinilai mengancam atau membahayakan. Stresor tertentu mengakibatkan keadaan stres yang mengarahkan pada munculnya respon-respon tertentu baik berupa respon fisik pada tubuh sakit perut, pusing, jantung berdebar dan sebagainya, atau respon psikologis seperti kecemasan dan depresi Clifford dkk, 1986. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Rias Tanti 2007 kepada 345 responden dalam penelitiannya Stres pada Penghuni Lapas, diketahui bahwa respon atau reaksi individu terhadap peristiwa yang menekan stres dapat berupa berbagai aspek atau level, meliputi aspek fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Gangguan sakit fisik dapat ditandai oleh adanya masalah fisik yang sesungguhnya, tetapi dapat pula disebabkan dan diperparah oleh adanya faktor- faktor emosional termasuk di dalamnya stres. Seringkali gangguan psikologis akan menyebabkan dan diikuti oleh keluhan-keluhan, secara fisik juga akan makin parah jika disertai oleh adanya gangguan psikologis. Pada level fisiologis, keluhan yang paling menonjol dialami responden adalah keluhan badan pegal-pegal, sakit kepala, dan fatique atau rasa lelah yang amat sangat. Untuk emosi negatif yang prevalensi kejadiannya cukup sering dialami oleh responden yang tertinggi adalah perasaan khawatir, perasaan sedih, perasaan takut tanpa alasan jelas dan mudah marah. Universitas Sumatera Utara 17 Gangguan psikologis juga berdampak pada perubahan cara berpikir atau aspek kognitif individu. Depresi dapat diakibatkan oleh keadaan tak berdaya, tetapi dapat pula mengakibatkan seseorang menjadi tak berdaya, kehilangan kepercayaan diri dan putus asa. Pada level kognitif, gejala yang paling menonjol yang dialami oleh responden adalah perasaan bersalah yang berlebihan dan bahkan menyatakan selalu dihantui perasaan bersalah, kemudian perasaan tidak berharga dan dengan persentase terendah adalah perasaan putus asa. Gangguan psikologis pada level fisik, emosi dan kognitif akan dapat terlihat pada level individu. Pada level perilaku, gangguan psikologis dapat termanivestasi dalam bentuk perilaku sulit tidur atau bahkan tidur berlebihan, tidak bersemangat, keinginan untuk menyendiri, bahakan keinginan untuk melukai sampai keinginan untuk mengakhiri hidup yang dapat mengarahkan seseorang pada tindakan perilaku sulit tidur. Pada aspek ini, perilaku sulit tidur atau terjaga dari tidur di malam hari memiliki persentase tertinggi, kemudian perilaku berikutnya adalah ingin melukai diri sendiri dan 5,5 responden menyatakan sering dan selalu ingin mengakhiri hidupnya Tanti, 2007. Gejala stres yang sering dialami oleh narapidana wanita berdasarkan analisis Office for National Statistic dalam memenuhi kebutuhan kesehatan mental wanita di penjara adalah masalah tidur, mimpi buruk, gangguan konsentrasi dan pelupa, sakit kepala, pusing, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, gangguan penglihatan, jantung berdebar-debar, gelisah, kecemasan panik fobia, bicara sendiri, menarik dirianti-sosial, lesu, Universitas Sumatera Utara 18 kebingungan, kemarahan yang tidak rasional, depresi dan ketergantungan alkohol O’Brien et al., 2001 dalam Rickford, 2003

C. Konsep Koping