Pelaksanaan Metode Problem Based Learning (PBL) di Program Studi

1. Pelaksanaan Metode Problem Based Learning (PBL) di Program Studi

  Akuntansi Fakultas Ekonomi UMSIDA

  Pada penelitian ini penulis berusaha untuk mencari tahu bagaimana proses pelaksanaan metode problem based learning yang berjalan di Program Studi Akuntansi selama ini, tentunya yang berkaitan dengan studi interpretif yaitu telaah dosen maupun mahasiswa akuntansi dalam proses menginterpretasikan metode pembelajaran berbasis problem based learning.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, maka dapat diketahui seperti apakah proses pelaksanaan metode problem based learning di Program Studi Akuntansi selama ini. Tanggapan pertama diberikan oleh Ibu Imelda Dian Rahmawati, SE. Ak. M.Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi, beliau berpendapat bahwa proses pelaksanaan metode problem based learning ini sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa dosen Akuntansi, walaupun penggunaannya masih terdapat kombinasi antara metode problem based learning ini dengan metode ceramah (lecturing) maupun dengan metode lain. Beliau juga berpendapat bahwa proses pembelajaran di dalam kelas tidak harus tergantung pada satu metode saja, namun akan lebih baik jika dikombinasikan dengan metode lain. Berikut komentarnya : “Saya rasa memang metode problem based learning ini bagus, tetapi saya

  rasa akan lebih baik jika digunakan bersamaan dengan metode lain, jadi tidak hanya berfokus pada satu metode saja untuk membuat mahasiswa aktif, tetapi bisa dilakukan kombinasi dengan metode lainnya”. (Petikan

  wawancara dengan IDR, SE.Ak.M.Ak Ketua Program Studi Akuntansi UMSIDA pada tanggal 03 Juni 2013).

  Hal ini memang sesuai dengan triangulasi data yang yang dilakukan oleh peneliti dengan membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi yaitu berupa jurnal kegiatan perkuliahan milik Ibu Nihlatul Kudus, SE.MM, Ibu Sarwenda Biduri, SE. M.SA dan jurnal perkuliahan milik Ibu Dina Dwi Oktavia R, SE. M.SA (Lihat lampiran 2,3 dan 4).

  Hal ini kemudian dibenarkan oleh Bapak Dr.Nur Effendi, S. Pd. M.Pd selaku pakar pendidikan dan dosen Program Studi FKIP, Beliau menyampaikan bahwa proses pelaksanaan metode problem based learning

  ini dapat diterapkan pada Program Studi Akuntansi maupun di Program Studi lainnya, karena dari penerapan metode ini nantinya mampu membentuk pola pikir tingkat tinggi, yang artinya berpikir diatas kemampuan biasanya dalam artian berpikir pada permasalahan atau hipotesis yang terjadi kedepannya. Beliau juga menyampaikan bahwa di dalam metode problem based learning ini lebih berfokus pada student centered yaitu penerapan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa, sehingga nantinya diharapkan mahasiswa dapat berpartisipasi secara aktif, memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Oleh sebab itu penerapan metode ini harus tetap ada monitoring dari dosen pengampu agar pelaksanaannya tetap maksimal dan tidak keluar dari konteks materi yang dibahas. Pada Program Studi Akuntansi sendiri terdapat beberapa dosen telah menerapkan pelaksanaan metode problem based learning ini walaupun penggunaannya belum maksimal, dalam artian belum terstruktur dengan baik tentang tahapan- tahapan apa saja yang harus ada dalam metode problem based learning ini.

  Tanggapan yang sama juga diberikan oleh Bapak Heri Widodo, SE. M.Si.Ak selaku dosen dan Dekan Fakultas Ekonomi UMSIDA, Beliau mengampu mata kuliah diantaranya Etika Bisnis dan Profesi, Audit 1 dan Audit 2, Manajemen Keuangan. Beliau berpendapat bahwa sistem pembelajaran yang digunakan di Program Studi Akuntansi pada saat mengampu mata kuliah, beliau dulu lebih dominan menggunakan metode ceramah (lecturing) namun, saat ini lebih banyak menggunakan metode

  diskusi (pemecahan suatu kasus) yang merujuk pada problem based learning, untuk materi-materi tertentu tergantung pada materi yang diajarkan. Materi yang bisa dikembangkan secara diskusi (kasus) lebih banyak menggunakan diskusi, karena dengan metode tersebut mampu mengajarkan mahasiswa lebih aktif. Beliau juga berpendapat bahwa metode ceramah yang selama ini dipakai di Program Studi Akuntansi dirasa hanya berpusat pada dosen sehingga mahasiswa cenderung kurang aktif. Berikut petikan wawancaranya :

  “Kalau saya dulu lebih banyak menggunakan model ceramah, jadi lebih dominan menggunakan metode ceramah, tapi untuk akhir-akhir ini saya lebih banyak menggunakan model diskusi, untuk materi-materi tertentu yang bisa dikembangkan secara diskusi saya lebih banyak menggunakan diskusi karena dengan menggunakan metode tersebut mampu mengajarkan mahasiswa agar bisa berkembang, jika menggunakan model ceramah disini yang berperan aktif adalah dosen tetapi jika menggunakan diskusi lebih banyak mahasiswa yang dituntut untuk berperan aktif”. (Petikan

  wawancara dengan HW, SE. M. Si. Ak Dosen dan Dekan Program Studi Akuntansi UMSIDA pada tanggal 12 Juni 2013).

  Hal tersebut sesuai dengan hasil triangulasi data yang dibuktikan dengan jurnal kegiatan perkuliahan (lihat lampiran 5).

  Tanggapan kedua dibenarkan oleh salah satu mahasiswa Program Studi Akuntansi S1 semester 4 Yunita, Berikut kutipan wawancaranya :

  “Sebenarnya sebagian dosen di Program Studi Akuntansi sudah memberlakukan metode kasus tetapi hanya sebagian saja, banyak yang masih cenderung menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Metode pemecahan masalah (kasus) yang selama ini digunakan oleh beberapa dosen dalam penyampaian materi di kelas lebih bagus jika dibandingkan dengan metode ceramah karena dengan kegiatan yang dilakukan pada saat problem based learning berlangsung dimungkinkan adanya aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran tersebut, dan pembelajaran yang diterima oleh mahasiswa lebih mengena”. (Petikan

  wawancara dengan YN Mahasiswa Program Studi Akuntansi UMSIDA pada tanggal 17 Juni 2013).

  Menurut pengakuan dari Yunita dengan metode pembelajaran yang masih menggunakan metode lama (lecturing) mahasiswa cenderung tidak aktif dan malas, sedikit motivasi untuk mengikuti, karena pada proses pembelajaran berlangsung mahasiswa cepat bosan mendengarkan materi yang disampaikan oleh dosen dan tidak sedikit yang sulit dimengerti.

  Sementara itu, kesiapan infrastruktur pendukung yang dalam hal ini sifatnya sebagai pendukung, namun komponen ini menjadi sangat vital dalam mendukung pelaksanaan metode problem based learnig ini. Tanggapan yang diberikan oleh Bapak Dr. Nur Effendi, S. Pd. M. Pd selaku pakar pendidikan menyampaikan harus adanya sosialisasi atau pelatihan pada dosen maupun mahasiswa di Program Studi Akuntansi guna mendukung keterlaksanaan metode problem based learning ini, karena tanpa adanya sosialisasi dan uji coba metode problem based learning ini tentu tidak bisa dilakukan. Beliau juga menyampaikan bahwa sarana penunjang harus ada, salah satunya adalah buku materi penunjang itu sudah pasti, sarana laboratorium maupun sarana-sarana pendukung lainnya. Di samping itu sarana pendukung tidak hanya terbatas pada fasilitas-fasilitas di kampus saja berikut kutipan wawancaranya : “Andaikata sarana pendukung itu tidak ada di kampus, bisa menggunakan

  sarana pendukung tersebut dilingkungan sekitar kita untuk mengambil masalah. Contoh jika kita belajar tentang neraca, di lingkungan sekitar kita sudah banyak permasalahan seperti itu, didekat rumah kita misalnya terdapat koperasi, kita bisa mengambil sarana penunjang dari koperasi tersebut untuk mengambil suatu permasalahan, dengan menggunakan sarana koperasi itu secara otomatis kita telah melakukan pembelajaran neraca secara sederhana”. (Petikan wawancara dengan Dr. NE, S. Pd. M.Pd.

  pakar pendidikan dan dosen Program Studi FKIP pada tanggal 10 Juni 2013).

  Tanggapan mengenai bagaimana proses pelaksanaan metode problem based learning untuk mata kuliah di Program Studi Akuntansi disampaikan oleh Ibu Imelda Dian Rahmawati,SE.Ak.M.Ak yang menyatakan bahwa belum tentu setiap mata kuliah dapat diterapkan dengan menggunakan metode problem based learning ini, harus dilihat dulu muatan materinya, jika materi tersebut berisi tentang metode hitung (cara menghitung), akuntansi lanjutan, dan akuntansi pengantar tidak dapat diberikan murni hanya dengan metode problem based learning saja tetapi harus ada ceramah (lecturing) terlebih dahulu, dalam artian dosen harus memberikan (menerangkan) materi terlebih dahulu. Jadi dilihat dulu muatan materinya, jika materi tersebut adalah tatanan konsep dimungkinkan bisa diterapkan dengan metode problem based learning ini.

  Hal ini juga dibenarkan oleh pakar pendidikan dan juga dosen FKIP Bapak Dr. Nur Effendi,S.Pd. M.Pd berikut kutipan wawancaranya : “Bahwa beberapa mata kuliah termasuk mata kuliah praktikum mungkin

  bisa diterapkan dengan metode problem based learning, namun perlu adanya uji coba apakah metode problem based learning ini efektif atau tidak untuk diterapkan pada mata kuliah, terutama mata kuliah praktikum tersebut. Jika tidak, maka itu akan terdapat semacam instrumen keterlaksanaan, instrumen keterlaksanaan mengindikasikan antara hambatan dan ketercapaian apa yang dilakukan di dalam pembelajaran, selama hal itu tidak memenuhi kriteria maka merupakan sebagian dari hambatan dan merupakan bagian dari evaluasi, jadi metode problem based learning ini bisa atau tidak untuk diterapkan pada setiap mata kuliah di Program Studi Akuntansi, tidak bisa problem based learning itu harus digeneralisir pada semua mata kuliah, mata kuliah praktikum maupun mata kuliah-mata kuliah lain”. (Petikan wawancara dengan Dr.NE, S.Pd.M.Pd. Pakar

  Pendidikan dan Dosen UMSIDA pada tanggal 10 Juni 2013).

  Berdasarkan data dari informan di atas, dapat diketahui bahwa proses pelaksanaan metode problem based learning di Program Studi Akuntansi

  selama ini sudah terdapat beberapa dosen yang menggunakan metode problem based learning ini, walaupun penggunaannya belum terstruktur dengan baik, di samping itu untuk menerapkan metode problem based learning ini pada setiap mata kuliah di Program Studi Akuntansi perlu adanya uji coba maupun sosialisasi terlebih dahulu sebelum metode problem based learning ini diterapkan hal ini bertujuan agar nantinya pembelajaran bisa benar-benar maksimal dan menyenangkan sedangkan untuk rincian mata kuliah apa saja yang dapat diterapkan di Program Studi Akuntansi, tidak terdapat pembedaan karena semua mata kuliah bisa untuk diterapkan dengan metode ini. Sementara itu untuk infrastruktur pendukung diperlukan guna mendukung terlaksananya metode problem based learning ini. Selama ini sudah terdapat beberapa infrastruktur pendukung di Program Studi Akuntansi diantaranya buku penunjang, laboratorium, maupun sarana penunjang lain di dalam maupun diluar lingkungan kampus dan diperlukan pelatihan maupun sosialisasi kepada dosen dan mahasiswa guna mendukung maksimalisasi keterlaksanaan metode problem based learning ini.