1 Jadwal Kegiatan Magang Tahun 2017

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang Tahun 2017

2017 NO

KEGIATAN SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUS 123412341234123412341234123412341234123412341234

Pembimbingan dalam 1 Penyusunan Usulan Pengajuan dan

Penelitian 2 Pengumpulan Usulan Penelitian

3 Seminar Usulan Penelitian

4 danTahunBaru 2017 Cuti Natal

5 Pelaksanaan Magang

Pembimbingan dalam 6 Penyusunan Laporan

Akhir

7 Pengumpulan Laporan Akhir

Ujian Lisan 8 Komprehensif dan Laporan Akhir

9 Perbaikan Laporan Akhir

10 Wisuda dan Pelantikan

Sumber : Kalender Akademik Tahun 2016/2017

Keterangan : Pelaksanaan Kegiatan

BAB IV ANALISIS FOKUS MAGANG

4.1 Gambaran Umum Lokasi Magang

4.1.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya berada di ujung Timur Pulau Jawa bagian Utara

dengan posisi di antara 7 0 35’ - 7 0 44’ Lintang Selatan dan 113 0 30’ - 114 0 42’ Bujur Timur. Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km 2 atau 163.850 Ha, bentuknya memanjang dari Barat ke Timur lebih kurang 50 km. Pantai Utara umumnya berdataran rendah dan di sebelah Selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah lebih kurang 11 km. Luas wilayah

menurut kecamatan, terluas adalah Kecamatan Banyuputih 481,67 km 2 akibat luasnya hutan jati di perbatasan antara Kecamatan Banyuputih dan wilayah Banyuwangi Utara, sedangkan luas wilayah terkecil adalah

Kecamatan Besuki yaitu 26,41 km 2 .

Kabupaten Situbondo di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo.

Kabupaten Situbondo terdiri dari 17 kecamatan yang terbagi dalam 3 wilayah, yaitu:

Tabel 4.1 Kecamatan dan Luas wilayah Kecamatan

Luas wilayah No.

481,67 Sumber: Situbondo Dalam Angka 2016

Jumlah kelurahan di Kabupaten Situbondo ada 4 (empat), 2 (dua) kelurahan berada di Kecamatan Situbondo yaitu Kelurahan Patokan dan Kelurahan Dawuhan dan 2 (dua) di Kecamatan Panji, yaitu Kelurahan Mimbaan dan Kelurahan Ardirejo. Jumlah desa di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan

No. Kecamatan

Sumber: Situbondo Dalam Angka 2016

4.1.2 Kondisi Demografi

Kabupaten Situbondo merupakan kabupaten yang cukup besar jumlah penduduknya, jumlah penduduk di Kabupaten Situbondo per tahun 2015 adalah 669.713 jiwa. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Situbondo mengalami kenaikan setiap tahunnya. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Situbondo per 2010-2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010-2015

Jumlah Penduduk No.

669.713 Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

Jika dilihat pada tabel 4.3, setiap tahunnya jumlah penduduk selalu bertambah. Tidak hanya itu, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, sehingga sangat memungkinkan meningkatnya angka kelahiran di Kabupaten Situbondo. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran, khususnya pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Situbondo dalam rangka mengendalikan jumlah penduduk Kabupaten Situbondo.

Tabel 4.4 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Situbondo, 2015

Kepadatan No.

Sumber: Situbondo Dalam Angka 2016

Dari tabel 4.4 diatas, kita dapat melihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Situbondo belum sepenuhnya merata. Masih terdapat kepadatan penduduk di wilayah kecamatan tertentu. Kecamatan Kota saja masih kalah jumlah persentase penduduknya dibandingkan kecamatan- kecamatan lain.

4.1.2.1 Tenaga Kerja

Jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas di Kabupaten Situbondo yang termasuk angkatan kerja sejumlah 364.834 jiwa, terdiri dari penduduk yang bekerja sejumlah 351.821 jiwa dan pengangguran terbuka sejumlah 13.013 jiwa. Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bukan angkatan kerja sejumlah 164.656 jiwa, terdiri dari penduduk yang sekolah sejumlah 36.573 jiwa, mengurus rumah tangga sejumlah 115.783 jiwa, dan lainnya sejumlah 12.300 jiwa, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.5 Tenaga Kerja di Kabupaten Situbondo

Jenis Kelamin Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan

Total Angkatan Kerja

- Pengangguran Terbuka

Bukan Angkatan Kerja

- Mengurus Rumah Tangga

274.484 529.490 Sumber: Situbondo Dalam Angka 2016

4.1.2.2 Pendidikan

Faktor pendukung keberhasilan pembangunan suatu daerah ditentukan salah satunya adalah dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui jalur pendidikan, pemerintah berupaya untuk menghasilkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia sekarang ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengenyam pendidikan, terutama pada kelompok umur 7-19 tahun yaitu kelompok usia sekolah, ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pada tahun 2015, jumlah lembaga pendidikan menurut tingkatnya di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut: Pendidikan Pra Sekolah atau TK dan Raudhatul Athfal sejumlah 401 unit, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah sejumlah 534 unit, tingkat SLTP dan Madrasah Tsanawiyah sejumlah 174 unit, SMA dan Madrasah Aliyah sejumlah 75 unit, dan SMK sejumlah 37 unit.

Perkembangan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi terdapat

6 (enam) Perguruan Tinggi Swasta, yaitu Institut Agama Islam Ibrahimy, Akademi Manajemen Informatika Ibrahimy, Akademi Perikanan Ibrahimy, Akademi Kebidanan Ibrahimy. Keempat perguruan tinggi tersebut terletak di Pondok Pesantren Sukorejo Banyuputih. Selanjutnya, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP), 6 (enam) Perguruan Tinggi Swasta, yaitu Institut Agama Islam Ibrahimy, Akademi Manajemen Informatika Ibrahimy, Akademi Perikanan Ibrahimy, Akademi Kebidanan Ibrahimy. Keempat perguruan tinggi tersebut terletak di Pondok Pesantren Sukorejo Banyuputih. Selanjutnya, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP),

4.1.2.3 Kesehatan

Pembangunan kesehatan menyangkut aspek mendasar dalam pembangunan manusia. Keberhasilan pembangunan kesehatan akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kesehatan meliputi aspek kualitas, ketersediaan dan jangkauan, perlindungan dan pemberdayaan.

Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sejalan dengan hal tersebut,

pembangunan kesehatan diselenggarakan melalui peningkatan upaya kesehatan baik dasar maupun rujukan. Upaya- upaya tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan pembangunan sarana-prasarana kesehatan.

Sarana pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan baik

pemerintan maupun swasta yang ada di Kabupaten Situbondo tahun 2015 meliputi 5 rumah sakit umum, 17 puskesmas, 569 posyandu, dan 925 polindes. Jumlah tenaga kesehatan di seluruh puskesmas Kabupaten Situbondo tahun 2015 terdiri dari tenaga medis sejumlah 44 orang, tenaga keperawatan sejumlah 385 orang, tenaga kebidanan sejumlah 493 orang, tenaga kefarmasian sejumlah 17 orang, tenaga kesehatan lainnya 26 orang, dokter umum 25 orang, dan dokter gigi sejumlah 19 orang, sedangkan dokter spesialis tidak ada.

Jumlah tenaga kesehatan di seluruh rumah sakit Kabupaten Situbondo tahun 2015 terdiri dari tenaga medis sejumlah 102 orang, tenaga keperawatan sejumlah 400 orang, tenaga kebidanan sejumlah 188 orang, tenaga kefarmasian sejumlah 46 orang, tenaga kesehatan lainnya 12 orang, dokter umum 28 orang, dokter gigi sejumlah 12 orang, dan dokter spesialis sejumlah 62 orang.

4.1.2.4 Agama

Komposisi penduduk Kabupaten Situbondo berdasarkan agama yang dianut; Islam sebanyak 98,67%, Kristen Protestan sebanyak 0,86%, Katolik sebanyak 0,37%, Hindu sebanyak 0,03%, Budha sebanyak 0,06%, dan lainnya sebanyak 0,01%.

4.1.2.5 Crime

Kabupaten Situbondo dalam kurun waktu tiga tahun terakhir relative lebih aman. Hal ini tercermin dengan menurunnya jumlah tindak pidana dalam tiga tahun terakhir yang sangat drastic. Jumlah tindak pidana selama tahun 2013 sebanyak 832 kasus, tahun 2014 sebanyak 760 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 682 kasus. Penurunan tindak pidana selama tahun 2013-2014 sebanyak 72 (8,6%), penurunan tindak pidana selama tahun 2014-2015 sebanyak 78 (10,3%).

4.1.3 Kondisi Ekonomi

Kabupaten Situbondo merupakan kabupaten atau daerah yang berbasis agrominabisnis. Agrominabisnis adalah daerah yang mampu menghasilkan produk-produk pertanian dan perikanan serta olahan- olahan perikanan dan pertanian yang memiliki nilai kompetitif yang tinggi baik untuk memenuhi kebutuhan lokal, nasional, maupun internasional.

Produk pertanian merupakan produk yang dihasilkan secara langsung dari kegiatan bertani sedangkan produk perikanan yang dihasilkan secara langsung dari kegiatan perikanan. Sementara itu, produk olahan pertanian merupakan produk yang dihasilkan setelah produk pertanian tersebut diolah dalam suatu industri agrobisnis baik itu industri rumah tangga maupun industri besar, sedangkan produk olahan perikanan merupakan produk yang dihasilkan setelah produk perikanan tersebut diolah dalam suatu mina bisnis baik itu home industry atau industri besar. Upaya menghasilkan produk agrimina dan produk pengolahan agrimina secara bersamaan ini sangat penting. Pada satu sisi, Kabupaten Situbondo memiliki potensi alam dan infrastruktur yang cukup baik guna mengembangkan pertanian dan perikanan serta mengembangkan potensi alam yang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Situbondo merupakan daerah agriminabisnis yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani dan nelayan serta didukung dengan sumber daya alam yang ada.

4.1.4 Gambaran Umum Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo

4.1.4.1 Visi dan Misi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo

“Seluruh Keluarga Ikut KB, Penduduk Terkendali dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan”

Visi tersebut di atas mengandung makna sebagai berikut :

a) Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepeduliaan, peran serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pemberdayaan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil berkualitas.

b) Penduduk yang terkendali maksudnya ialah jumlah penduduk yang dapat dikendalikan sehingga angka kelahiran dapat menurun.

c) Keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material guna hidup mandiri dan mengembangkan diri serta keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan, kebahagiaan lahir dan batin.

Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Situbondo berkepentingan untuk memberikan konstribusi terhadap upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan keluarga berencana dan pengendalian penduduk.

Pemerintah Kabupaten Situbondo harus menetapkan kebijakan dan memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kaum perempuan untuk membentuk jati dirinya secara proporsional dan bertanggung Pemerintah Kabupaten Situbondo harus menetapkan kebijakan dan memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kaum perempuan untuk membentuk jati dirinya secara proporsional dan bertanggung

Untuk mewujudkan visi Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo, upaya yang akan dilaksanakan pada kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang adalah memberikan kontribusi nyata yang strategis dan inovatif dalam pengembangan peran perempuan dan keluarga berencana di Kabupaten Situbondo, melalui :

a) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB dalam mencapai kesertaan dan kemandirian ber-KB.

b) Meningkatkan penyediaan alat dan obat kontrasepsi.

c) Mewujudkan keluarga yang dapat melaksanakan 8 fungsi keluarga secara optimal.

4.1.4.3 Susunan Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu gambaran tentang hubungan kerja dalam rangka mencapai tujuan bersama yaitu dengan cara menetapkan hubungan antar pegawai yang melaksanakan tugasnya, sehingga memegang peranan penting dalam pembagian fungsi-fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dalam hubungan kerjasama antar satu dengan lainnya.

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Situbondo.

Susunan organisasi Dinas Dalduk & KB terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahi :

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2. Sub Bagian Penyusunan Program dan Keuangan

c. Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan membawahi;

1. Seksi Advokasi dan Penggerakan;

2. Seksi Penyuluhan danPendayagunaan PLKB dan Kader KB; dan

3. Seksi Pengendalian Penduduk dan Informasi Keluarga.

d. Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga membawahi :

1. Seksi Jaminan ber-KB;

2. Seksi Pembinaan Kesertaan ber-KB; dan

3. Seksi Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga.

e. Unit Pelaksana Teknis Dinas

f. Kelompok Jabatan Fungsional Berikut bagan struktur organisasinya:

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN SITUBONDO (Peraturan Bupati Situbondo Nomor 10 Tahun 2016) KEPALA DINAS

PENGENDALIAN PENDUDUK &KB

SEKRETARIS

H. Marjulis, SE, M.Si

SUBBAG TATA

SUBBAG

PERENCANAAN USAHA &

DAN KEUANGAN KEPEGAWAIAN

Siti Fatimah, S.Sos, M.Pd Zainal Isroil, SH

BIDANG PENGENDALIAN

BIDANG KB, KETAHANAN

PENDUDUK, PENYULUHAN,

DAN KESEJAHTERAAN DAN PENGGERAKAN

KELUARGA

Isman Darwin, S.Sos Zainul A. Azharie, SH, M.Si

SEKSI PENGENDALIAN SEKSI ADVOKASI DAN PENDUDUK DAN

SEKSI JAMINAN BER PENGGERAKAN INFORMASI

KB

KELUARGA Sutini, SH Moh. Guruh Huzaini, S.Sos

Hj. Saniya, S.Sos

SEKSI PEMBINAAN UPTD PENGENDALIAN

KESERTAAN BER KB

PENDUDUK & KB

Drs. Nur Abdul Muktas, M.Si

SEKSI PEMBERDAYAAN

SEKSI PENYULUHAN

KELUARGA DAN PENDAYAGUNAAN SEJAHTERA DAN

PLKB DAN KADER KB

Desy Tariustanti, S.KM

KETAHANAN

FUNGSIONAL PENYULUH KB/ PLKB

4.1.4.4 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Situbondo. Adapun tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Dalduk & KB Kabupaten Situbondo secara rinci disebutkan dalam Peraturan Bupati Kabupaten Situbondo Nomor 10 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Pengendalia Penduduk dan Keluarga Berencana.

Pada Pasal 2 ayat 4 disebutkan bahwa Dinas Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga. Selanjutnya, ayat (3) menegaskan bahwa Dinas Dalduk & KB menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis daerah di bidang pengendalian kuantitas penduduk dan keluarga berencana, ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

b. Pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian kuantitas penduduk, keluarga berencana, ketahanan dan kesejahteraan keluarga; b. Pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian kuantitas penduduk, keluarga berencana, ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

c. Pelaksanaan

pemanduan

dan

d. Pelaksanaan pemetaan perkiraan pengendalian penduduk;

e. Pelaksanaan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi

pengendalian kuantitas penduduk dan keluarga berencana;

f. Pelaksanaan pendayagunaan tenaga penyuluh KB/Petugas Lapangan KB dan Kader KB;

g. Pelaksanaan pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat dan obat kontrasepsi;

h. Pelaksanaan pelayanan KB;

i. Pelaksanaan pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam pelaksanaan pelayanan, pembinaan kesertaan ber-KB, pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

j. Penyelenggaraan urusan kesekretariatan; k. Pembinaan kelompok jabatan fungsional; dan l. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya. Secara rinci tugas dan fungsi masing-masing komponen dalam

susunan organisasi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo, adalah sebagai berikut :

1) Kepala dinas mempunyai tugas memimpin, melakukan koordinasi dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang 1) Kepala dinas mempunyai tugas memimpin, melakukan koordinasi dan pengendalian dalam penyelenggaraan kegiatan di bidang

2) Sekretariat mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam pengkoordinasian, penyusunan program dan pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu dan tugas pelayanan administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Dinas. Fungsi Sekretariat adalah sebagai berikut: (1) pelaksanaan tata usaha kantor, perlengkapan, urusan rumah tangga dinas, dan administrasi lingkungan dinas; (2) penyusunan rencana kegiatan tahunan di dinas; (3) pengkoordinasian penyusunan rencana strategis, program dan kegiatan dinas serta penyelenggaraan tugas-tugas bidang secara terpadu; (4) pengkoordinasian pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) di lingkup dinas; (5) penyiapan bahan evaluasi tugas-tugas bidang secara terpadu; (6) pelaksanaan urusan keuangan, umum, kepegawaian, aset dinas; (7) pelaksanaan kegiatan ketatausahaan; (8) pelaksanaan pelayan administrative kepada Kepala Dinas dan bidang-bidang di lingkungan Dinas; (9) pelaporan hasil pelaksanaan tugas; dan (10) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

3) Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan dan tata usaha kepegawaian. Fungsi yang

diselenggarakan meliputi: (1) pelaksanaan urusan rumah tangga dan protokol Dinas; (2) pelaksanaan pengadaan kebutuhan barang dan pengadministrasian barang-barang keperluan Dinas dan perbekalan lain; (3) pelaksanaan urusan surat menyurat; (4) penyusunan rencana kebutuhan barang keperluan DInas; (5) pencatatan dan pelaporan barang inventaris; (6) pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan; (7) pembuatan laporan inventarisasi barang (aset) Dinas; (8) penyelenggaraan tugas kepegawaian Dinas yang meliputi pengumpulan data kepegawaian,pembuatan Daftar Urut Kepangkatan, mempersiapkan usulan-usulan yang menyangkut kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, mutasi pegawai, pengangkatan dan pemberhentian pegawai, cuti pegawai, pemberian tanda penghargaan, penerbitan kartu pegawai, karti isteri/suami, kartu tabungan asuransi pension (TASPEN), Bapertarum dan kartu asuransi kesehatan; (9) penyelenggaraan kesejahteraan pegawai; (10) penyusunan Laporan Kepegawaian; (11) pelaksanaan ketatausahaan; (12) pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Sekretaris; dan (13) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4) Sub Bagian Penyusunan Program dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan kegiatan, ketatausahaan, dan tata usaha keuangan, evaluasi dan pelaporan. Fungsinya meliputi:

(1) penyusunan Renstra dan Renja dinas; (2) penyusunan dokumen rencana kegiatan dan anggaran serta dokumen pelaksanaan anggaran; (3) penyiapan rencana pelaksanaan anggaran dinas; (4) pelaksanaan administrasi keuangan dinas yang meliputi pembukuan, realisasi anggaran pendapatan dan belanja dinas serta pembayaran gaji pegawai; (5) penyiapan laporan pertanggungjawaban keuangan dinas; (6) pengurusan penyelesaian tuntutan ganti rugi dan biaya pengeluaran dinas; (7) pembuatan laporan bulanan realisasi fisik dan keuangan; (8) pengkoordinasian penyelenggaraan budaya kerja di lingkup dinas; (9) penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di lingkup dinas;

(10) penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah pada urusan pengendalian penduduk dan keluarga berencana; (11) penyusunan evaluasi kegiatan dinas; (12) penyelenggaraan sistem pengendalian intern dinas; (13) penyusunan Laporan Penyelenggaraan

(LPPD); (14) pelaksanaan ketatausahaan; (15) pembuatan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Sekretaris; dan (16) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai tugas dan fungsinya.

Pemerintahan

Daerah

5) Bidang Pengendalian Penduduk, Penyulihan, dan Penggerakan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merencanakan

pembinaan, memfasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, mengkoordinasikan, mengolah, memantau dan mengevaluasi program dan kegiatan di bidang pengendalian penduduk, penyuluhan, dan penggerakan. Fungsinya meliputi; (1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis daerah di bidang oengendalian penduduk, sistem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi, dan penggerakan; (2) pelaksanaan NSPK di bidang pengendalian penduduk, sisitem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi, dan penggerakan di bidang pengendalian penduduk dan KB; (3) pelaksanaan pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dalam rangka pengendalian kuantitas penduduk; (4) pelaksanaan pemetaan perkiraan (parameter) pengendalian penduduk

(5) pelaksanaan pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan di tingkat kebupaten di bidang pengendalian penduduk dan KB; (6) pelaksanaan pendayagunaan tenaga penyuluh KB (PKB/PLKB); (7) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk, sistem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi dan penggerakan; (8) pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk, sistem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi, dan penggerakan; (9) pelaksanaan koordinasi di bidang pengendalian penduduk, sistem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi dan

di Kabupaten Situbondo;

penggerakan; (10) pelaksanaan kegiatan ketatausahaan; (11) pelaporan hasil pelaksanaan tugas; dan (12) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

6) Seksi Advokasi dan Penggerakan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan dalam menyiapkan bahan pembinaan, pembimbingan, dan pelaksanaan kebijakan teknis, standar, prosedur dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang advokasi dan penggerakkan. Fungsi yang diselenggarakan meliputi: (1) penyiapan bahan pembinaan, bimbingan dan pelaksanaan kebijakan teknid NSPK di bidang KIE advokasi dan pengerakkan; (2) perumusan kebijakan teknis di bidang KIE advokasi dan penggerakkan; (3) pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang KIE advokasi dan penggerakkan; (4) pelaksanaan kebijakan teknis di bidang KIE bagi keluarga dan masyarakat; (5) pelaksanaan fasilitasi pembentukan pusat pelayanan advokasi,konseling, konsultasi bagi keluaraga dan masyarakat; (6) pengembangan prototype sarana media advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi dalam membangun keluarga berkualitas; (7) pelaksanaan evaluasi dan pembuatan laporan atas program kegiatan advokasi dan KIE; (8) pelaksanaan advokasi dan kemitraan program KB bersama mitra kerja (TNI, POLRI, PKK, dan lain-lain); (9) pelaksanaan

pendayagunaan tenaga penyuluh KB; (10) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk, sistem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi dan penggerakan; (11) pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk, sistem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi dan penggerakkan; (12) pelaksanaan koordinasi di bidang pengendalian penduduk, sistem informasi keluarga, penyuluhan, advokasi dan penggerakkan; (13) pelaksanaan kegiatan ketatausahaan; (14) pelaporan hasil pelaksanaan tugas; dan (15) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

7) Seksi Advokasi dan Penggerakan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan dalam menyiapkan bahan pembinaan, pembimbingan, dan pelaksanaan kebijakan teknis, standar, prosedur, dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan di bidang advokasi dan penggerakan. Fungsi yang diselenggarakan ialah: (1) penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, dan pelaksanaan kebijakan teknis NSPK di bidang KIE advokasi dan penggerakan; (2) perumusan kebijakan teknis di bidang KIE advokasi dan penggerakan; (3) pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang KIE advokasi dan penggerakan; (4) pelaksanaan kebijakan teknis di bidang KIE

bagi keluarga dan masyarakat; (5) pelaksanaan fasilitasi pembentukan pusat pelayanan advokasi, konseling, konsultasi bagi keluarga dan masyarakat; (6) pengembangan prototype sarana media advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi dalam membangun keluarga berkualitas; (7) pelaksanaan evaluasi dan pembuatan laporan atas program kegiatan advokasi dan KIE; (8) pelaksanaan advokasi dan kemitraan program KKB bersama mitra kerja (TNI, POLRI, PKK, IBI); (9) pelaksanaan kegiatan ketatausahaan; (10) pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan, dan Penggerakan; dan (11) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8) Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kebijakan teknis di bidang pelaksanaan keluarga berencana, ketahanan, dan kesejahteraan keluarga. Fungsi bidang tersebut ialah: (1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis daerah di bidang keluarga berencana, ketahanan dan kesejahteraan keluarga; (2) pelaksanaan penyelenggaraan norma, standar prosedur dan kriteria di bidang keluarga berencana, ketahanan dan kesejahteraan keluarga; (3) pelaksanaan

penerimaan, penyimpanan, pengendalian dan pendistribusian alat obat kontrasepsi; (4) pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana; (5) pelaksanaan kebijakan teknis daerah di bidang pembinaan ketahanan remaja; (6) pelaksanaan kebijakan teknis daerah di bidang Bina Keluarga Lansia dan rentan; (7) pelaksanaan kebijakan teknis daerah di bidang pemberdayaan keluarga sejahtera melalui usaha mikro keluarga; (8) pelaksanaan pembinaan kesertaan ber-KB; (9) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang keluarga berencana, ketahanan, dan kesejahteraan keluarga; (10) pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang keluarga berencana, ketahanan dan kesejahteraan keluarga; (11) pelaksanaan koordinasi dalam pelaksanaan tugasnya; dan (12) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

9) Seksi Jaminan ber-KB mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang KB, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga dalam menyiapkan bahan pembinaan, pembimbingan dan pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang jaminan ber-KB. Fungsinya meliputi: (1) penyususnan rencana kegiatan dan anggaran, kebijakan, operasional dalam pelayanan program KB; (2) penyusunan program dan rencana operasional serta

pengendalian pelaksanaan program pelayanan KB; (3) pelaksanaan koordinasi dan kerjasama baik dengan lintas sektoral di bidang pelayanan KB dan pendistribusian alat kontrasepsi; (4) penyusunan pedoman petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam melaksanakan kebijakan operasional pada kegiatan pelayanan KB dan pendistribusian alat kontrasepsi; (5) penyelenggaraan pelayanan KB serta pelaksanaan jaminan dalam pelayanan KB dan pendistribusian alat kontrasepsi; (6) pelaksanaan kebijakan nasional tentang pelayanan KB di Kabupaten; (7) pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur dan kriteria dalam pendistribusian alat kontrasepsi; (8) pelaksanaan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan pelayanan KB dan pendistribusian alat kontrasepsi; (9) pembuatan laporan secara administrasi tentang kegiatan pelayanan KB dan pendistribusian alat kontrasepsi; (10) pelaksanaan kegiatan ketatausahaan; (11) pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan, dan Kesejahteraan Keluarga; dan (12) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga sesuai dengan tugas dan fungsinya.

10) Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Keluarga Berencana,

Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga dalam menyiapkan bahan pembinaan,pembimbingan dan pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemantapan dan evaluasi di bidang pembinaan kesertaan ber-KB. Fungsi yang diselenggarakan meliputi: (1) pelaksanaan

penyusunan perencanaan kerja di bidang pembinaan dan upaya peningkatan kesertaan KB; (2) pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur dan kriteria dalam pembinaan dan peningkatan kesertaan KB; (3) pelaksanaan penyiapan bahan pembinaan kesehatan reproduksi (Kespro), Pasangan Usia Produktif (PUP), kelangsungan hidup bayi dan anak (KHIBA) dan penyuluhan kepada masyarakat; (4) pelaksanaan penyiapan bahan pembinaan dan peningkatan kesertaan KB; (5) pelaksanaan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kesertaan KB; (6) pembuatan laporan secara adminstrasi tentang kegiatan pembinaan dan peningkatan kesertaan KB; (7) pelaksanaan pelayanan KB secara gratis kepada masyarakat miskin; dan (8) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga sesuai dengan tugas dan fungsinya.

11) Seksi Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga mempunyai tugas yaitu menyiapkan bahan pembinaan, pembimbingan dan

pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Fungsi yang diselenggarakan meliputi: (1) penyusunan rencana kerja kegiatan bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga; (2) pelaksanaan kegiatan di bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga agar terwujud kesejahteraan keluarga; (3) pelaksanaan koordinasi dengan instansi berkaitan dengan urusan di bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga; (4) pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan yang berfokus kepada keluarga dan kelompok melalui UPPKS baik dari segi peningktan pendapatan keluarga; (5) pelaksanaan pemantauan atas program dan kegiatan tentang ketahanan dan kesejahteraan keluarga; (6) pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan atsa program kegiatan bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga; (7) pelaksanaan koordinasi lintas sektoral terkait tentang kegiatan terpadu holistic integratif; (8) pelaksanaan kegiatan yang berfokus pada pembinaan Bina Keluarga Balita (BKB), anak, Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL); (9) pelaksanaan pembinaan dan motivasi kepada keluarga balita, anak, remaja dan lansia dalam kegiatan secara berkala; (10) penyusunan petunjuk teknis tentang pelaksanaan program dan kegiatan tentang ketahanan keluarga balita, anak, remaja, dan lansia; (11)

pelaksanaan kebijakan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) program kegiatan tentang ketahanan keluarga balita, anak, remaja, dan lansia; (12) pelaksanaan pemantauan atas program dan kegiatan tentang ketahanan keluarga, balita, anak, remaja dan lansia; (13) pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan atas program kegiatan ketahanan keluarga, balita, anak, remaja, dan lansia; (14) pelaksanaan sosialisasi dan kegiatan Pusyan Gatra; (15) pelaksanaan kegiatan ketatusahaan; (16) pelaporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga; dan (17) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.2 Analisis Fokus Magang dari Perspektif Normatif

Pembangunan kependudukan dan Keluarga Berencana mengacu pada Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dimana kewenangan BKKBN tidak hanya terbatas pada masalah pembangunan keluarga berencana dan keluarga sejahtera saja tetapi juga menyangkut masalah pengendalian penduduk. Kemudian, dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional maka semua tugas dan fungsi BKKBN telah

tercermin dalam struktur organisasi masing-masing unit kerja dan kemudian dituangkan ke dalam Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana tahun 2010-2014 (RENSTRA BKKBN) sebagai penjabaran RPJMN 2010-2014 bidang Kependudukan dan KB serta menjadi pedoman pengelolaan Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana selama 5 tahun. Berdasarkan payung hukum tersebut di atas, BKKBN mempunyai fungsi perumusan kebijakan nasional, penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK), pelaksanaan advokasi dan koordinasi, penyelenggaraan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi, pemantauan dan evaluasi serta pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi penyerasian kebijakan pengendalian kuantitas penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

Dalam magang yang telah dilaksanakan, penulis menemukan berbagai fenomena empirik yang terjadi di lokasi magang. Pada subbab ini, akan dikaji dan dianalisis oleh penulis berdasarkan data yang diperoleh dari lokasi magang melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, khususnya analisis tentang fakta yang terjadi di lapangan dengan regulasi yang telah disahkan.

4.2.1 Keluarga Berencana

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup baik berupa daya dukung alam maupun daya Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup baik berupa daya dukung alam maupun daya

Keluarga Berencana pertama kali dicanangkan pada tahun 1968 berdasarkan Inpres Nomor 26 Tahun 1968 yang disebut Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Pada tahun 1970 dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 yang merupakan perubahan nomenklatur dari LKBN. Pada tahun 2009, terbentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional melalui Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009. Program Keluarga Berencana nasional mempunyai target-target kuantitatif penurunan angka kelahiran (fertilitas) yang diupayakan dapat dicapai dengan menggunakan berbagi strategi, yang diharapkan dapat membawa perubahan seiring dengan terlaksananya Program Keluarga Berencana secara optimal demi kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Keluarga Berencana di Kabupaten Situbondo dilaksanakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo baru terbentuk pada tahun 2016. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana awalnya merupakan Kantor Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo yang kemudian menjadi berbentuk Dinas berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor

163 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur, Tugas dan Fungsi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi, Kabupaten dan Kota. Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN tersebut, maka ditetapkan Peraturan Bupati tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo. Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang merupakan dinas yang tingkat intensitas dan beban kerja yang sedang.

Program KB di Kabupaten Situbondo masih belum terlaksana secara optimal dan menyeluruh. Hal ini terlihat pada table berikut:

Tabel 4.6 Jumlah PUS dan Peserta KB Tahun 2016

No Tahun

PUS

KB Aktif

Belum KB

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kab. Situbondo

Masih banyak PUS di Kabupaten Situbondo yang belum mengikuti program KB dengan berbagai macam kontrasepsi yang tersedia. Pada tahun terakhir, 2016, terdapat 26,9% PUS yang belum mengikuti KB.

4.2.1.1 Upaya Peningkatan KB Baru

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Situbondo melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan partisipasi dalam ber-KB. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat. Pasal 5 Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 menyebutkan bahwa penduduk mempunyai hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi kependudukan dan keluarga yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya.

Menurut wawancara yang telah dilakukan pada Penyuluh KB Kecamatan Kapongan, Ibu Titik Purwanti pada hari Selasa, 10 Januari 2017, sosialisasi dilakukan tidak hanya dari penyuluh KB tapi juga dibantu oleh PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa). PPKBD adalah seseorang atau beberapa orang kader dalam wadah organisasi yang secara sukarela berperan aktif dalam melaksanakan/mengelola program Kependudukan dan KB Nasional di tingkat Desa/Kelurahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 menyebutkan bahwa peran masyarakat paling sedikit ialah penyuluhan Keluarga Berencana dan kesertaan ber-KB. Kabupaten Situbondo seperti yang telah dijelaskan di atas memang masih kurang kesadaran masyarakat khususnya PUS untuk mengikuti KB. Namun, masyarakat Situbondo yang telah mengikuti KB sudah cukup berperan aktif dalam penyuluhan KB. Masyarakat yang telah menjadi akseptor KB menjadi kader KB yang juga Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 menyebutkan bahwa peran masyarakat paling sedikit ialah penyuluhan Keluarga Berencana dan kesertaan ber-KB. Kabupaten Situbondo seperti yang telah dijelaskan di atas memang masih kurang kesadaran masyarakat khususnya PUS untuk mengikuti KB. Namun, masyarakat Situbondo yang telah mengikuti KB sudah cukup berperan aktif dalam penyuluhan KB. Masyarakat yang telah menjadi akseptor KB menjadi kader KB yang juga

4.2.1.2 Tujuan Kebijakan Keluarga Berencana

Kebijakan keluarga berencana diatur pada Undang-undang Nomor

52 Tahun 2009 Pasal 21. Kebijakan keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang:

1. Usia ideal perkawinan; Pernikahan dini masih sering terjadi di Kabupaten Situbondo. Pernikahan dini yang dimaksud tidak hanya suami dan istri yang masih di bawah umur, tapi juga istri yang masih dibawah umur. Kasus ini terjadi di Kecamatan Banyuglugur dimana suami berumur 50 tahun dan istrinya berumur 15 tahun.

Kabupaten Situbondo menyadari hal tersebut dan beberapa bulan belakangan ini mulai memperhatikan hal ini. Di beberapa tempat umum di Kabupaten Situbondo, seperti alun-alun dan perbatasan Kabupaten Situbondo, sudah dipasang baliho dan poster tentang penolakan terhadap pernikahan dini. Dalam beberapa kasus, suami adalah pria yang berusia diatas 50 tahun, sedangkan istrinya berusia 15 tahun. Hanya saja upaya pencegahan terhadap pernikahan dini ini belum menjadi perhatian Kabupaten Situbondo menyadari hal tersebut dan beberapa bulan belakangan ini mulai memperhatikan hal ini. Di beberapa tempat umum di Kabupaten Situbondo, seperti alun-alun dan perbatasan Kabupaten Situbondo, sudah dipasang baliho dan poster tentang penolakan terhadap pernikahan dini. Dalam beberapa kasus, suami adalah pria yang berusia diatas 50 tahun, sedangkan istrinya berusia 15 tahun. Hanya saja upaya pencegahan terhadap pernikahan dini ini belum menjadi perhatian

2. Usia ideal untuk melahirkan; Kelahiran merupakan faktor langsung peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Situbondo. Kabupaten Situbondo madih kurang dalam melaksanakan tanggung jawab yang berkaitan dengan usia ideal untuk melahirkan. Sebab, belum ada pelayanan seperti sosialisasi kepada masyarakat tentang usia ideal untuk melahirkan. Baik itu sosialisasi yang dilakukan langsung oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan KB ataupun bekerja sama dengan pihak lain seperti Dinas Kesehatan atau Rumah Sakit.

3. Jumlah ideal anak; Jumlah keluarga di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Jumlah Keluarga Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Keluarga Tahun 2015

Pra

No. Kecamatan

Sejahtera

Jumlah

Sejahtera

(1)

(5) 1. Sumbermalang

(2)

(3)

(4)

10395 2. Jatibanteng

6578

3817

9008 3. Banyuglugur

4847

4161

8097 4. Besuki

4847

3250

22464 5. Suboh

2616

19848

9706 6. Mlandingan

4003

5703

9706 7. Bungatan

4354

5352

8571 8. Kendit

2909

5662

11599 9. Panarukan

2781

8818

18132 10. Situbondo

3324

14808

2592

11658

14250

Sumber: Situbondo Dalam Angka 2016 Jumlah keluarga di Kabupaten Situbondo tergolong banyak.

Menurut hasil wawancara pada Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, H. Marjulis, SE, M.Si pada 16 Januari 2017, apabila di rata-rata, setiap keluarga mempunyai 2-4 orang anak. Pemberian sosialisasi ini juga memang belum maksimal dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Situbondo.

4. Jarak ideal kelahiran anak; Pemerintah telah mengadakan beberapa sosialisasi kepada masyarakat mengenai jumlah ideal kelahiran anak. Sayangnya, sosialisasi ini diberikan kepada masyarakat yang tinggal di kota, sedangkan banyak masyarakat yang mempunyai anak dengan jarak usia yang dekat tinggal di pinggiran kota atau desa. Oleh karena itu, hal ini dinilai masih kurang efektif.

5. Penyuluhan kesehatan reproduksi; Penyuluhan kesehatan reproduksi tidak hanya diberikan kepada PUS tapi juga usia remaja.

Dinas Pengendalian Penduduk dan KB memberikan sosialisasi ke SMP-SMP. Namun, tidak semua SMP didatangi berkaitan dengan jumlah muridnya. Dikatakan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, H. Marjulis, SE, M.Si pada tanggal 16 Januari 2017 bahwa setiap kecamatan, 1 SMP didatangi kecuali Kecamatan Situbondo yang lebih dari 1 SMP.

4.2.1.3 Sarana dan Prasarana

Kantor Penyuluh KB di Kabupaten Situbondo sudah terdapat pada

17 kecamatan. Tidak ada lagi kantor penyuluh KB di tingkat kecamatan yang gedungnya bergabung dengan kantor kecamatan. Hanya saja, kantor penyuluh KB masih satu lahan dengan kantor kecamatan. Hal ini didasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis. Setiap penyuluh KB di tingkat kabupaten maupun kecamatan diberikan kendaraan dinas (sepeda motor). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah para penyuluh KB dalam menjalan tugas pokok dan fungsinya sesuai harapan dan dapat mencapai target. Pemberian kendaraan dinas di Kabupaten Situbondo kepada setiap penyuluh juga merupakan pemenuhan atas hak penduduk untuk memperoleh informasi perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga dengan menggunakan sarana yang tersedia.

Kendaraan dinas yang beroperasional di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo belum memadai dikarenakan masih ada beberapa staf di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB

Kabupaten Situbondo yang belum mendapatkan kendaraan dinas. Kendaraan dinas yang lainnya yang tersedia di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo adalah berupa mobil dinas untuk kepala dinas dan mobil lain yang dioperasionalkan untuk melaksanakan pelayanan KB dan saat penyaluran alat kontrasepsi.

4.2.1.4 Biaya

Dana pelayanan keluarga berencana di Kabupaaten Situbondo bersumber dari APBN dan APBD. Setiap tahunnya, apabila dana APBD yang dibantu juga dengan dana APBN telah keluar, maka Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo khususnya para penyuluh KB di setiap kecamatan melakukan pendekatan dengan masyarakat agar masyarakat lebih mengenal tujuan dari Keluarga Berencana itu sendiri.

Dana yang telah dianggarkan untuk kegiatan keluarga berencana di Kabupaten Situbondo belum berjalan lancar. Pada awal tahun, pelayanan di Kabupaten Situbondo tidak berjalan dikarenakan dana APBD dan APBN yang belum cair. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB masih membuat SPJ dana tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari observasi yang dilakukan dan wawancara bersama Kasie Pembinaan Kesertaan Ber-KB, Drs. Nur Abdul Muktas, M.Si pada tanggal 16 Januari 2017 yang dapat dilihat pada lampiran.

4.2.2 Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana

Keluarga Berencana mempunyai berbagai macam kontrasepsi yang dapat diaplikasikan kepada masyarakat di Indonesia. Kontrasepsi terbagi menjadi dua yaitu, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP. MKJP terdiri dari Medis Operatif Pria (MOP)/ Vasektomi, Medis Operatif Wanita (MOW)/ Tubektomi, dan lainnya, sedangkan Non MKJP terdiri dari kondom, pil, suntik, dan lainnya. MKJP dinilai lebih efektif untuk mencegah fertilitas pada wanita karena jangka waktu yang panjang yaitu lebih dari 5 tahun.

Pada penelitian ini, MOP/ Vasektomi menjadi konsentrasi peneliti. Vasektomi sendiri adalah metode kontrasepsi pria yang efektif untuk mencegah kehamilan. Vasektomi adalah pengikatan vas deferens yang merupakan saluran spermatozoa sehingga ketika ejakulasi tidak mengandung spermatozoa.

Pria dulu berperan pasif yang artinya cukup dengan mendukung atau mengingatkan sang istri untuk mengikuti KB, kini dapat berperan aktif dalam KB dengan menjadi akseptor kontrasepsi, khususnya MOP/ Vasektomi. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 Pasal 21 ayat (2) menyebutkan bahwa kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana.

Kabupaten Situbondo setiap tahunnya sejak 10 tahun belakangan selalu mendapatkan akseptor KB baru dalam MOP/ Vasektomi. Berikut Kabupaten Situbondo setiap tahunnya sejak 10 tahun belakangan selalu mendapatkan akseptor KB baru dalam MOP/ Vasektomi. Berikut

Tabel 4.8

Akseptor MOP/ Vasektomi Aktif Kabupaten Situbondo

Tahun

No Kecamatan

4690 5002 4733 4763 4521 Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kab. Situbondo

Pada table diatas, dapat dilihat bahwa akseptor MOP/ Vasektomi di Kabupaten Situbondo tinggi. Menyadari hal tersebut, Museum Rekor Indonesia memberikan Rekor MURI kepada Kabupaten Situbondo sebagai Akseptor MOP/ Vasektomi terbanyak pada tahun 2010 dan 2011.

Pemerintah daerah Kabupaten Situbondo memberikan perhatian khusus kepada masyarakat Situbondo untuk menjadi akseptor KB.

Kasus yang muncul ketika banyak pria yang ingin menjadi akseptor MOP/ Vasektomi adalah pria-pria yang telah berumur lebih dari

50 tahun. Hal ini menimbulkan rumor yang mengatakan bahwa para pria/suami yang ingin menjadi akseptor vasektomi hanya menginginkan imbalan berupa uang 150 ribu dari pemerintah. Menurut Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB, Drs. Nur Abdul Muktas, M.Si., pada wawancara tanggal 16 Januari 2017, alasan pria yang berumur diatas 50 tahun yang ikut MOP/ Vasektomi bukan karena menginginkan imbalan yang diterima akseptor tapi juga dikarenakan istri yang masih produktif atau belum menopause. Namun, Kasie Pembinaan Kesertaan Ber-KB tidak menutup kemungkinan bahwa alasan utama atau alasan lain para pria menjadi akseptor vasektomi karena ingin uang yang diberikan kepada akseptor.

Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Pasal 18 ayat (2), kebijakan keluarga berencana dilakukan melalui upaya pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat. MOP/ Vasektomi menuai kontroversi sampai sekarang ini. MOP/ Vasektomi dinilai melanggar aturan agama karena dianggap melanggar kodrat untuk menghasilkan keturunan. MOP/ Vasektomi dianggap tidak sesuai dengan aturan agama karena KB permanen. Dalam kenyataannya, MOP/

Vasektomi tidak permanen. Bagi akseptor yang ingin mempunyai anak lagi setelah menjadi akseptor dapat membuka kembali ikatan vas deferensnya melalui operasi.

Pihak yang saat ini sering menjalankan keluarga berencana dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi yang tersedia adalah perempuan. Sementara pria ber-KB, tampaknya masih belum bisa dikatakan membudaya dan masih dianggap sesuatu yang tabu. Data satatistik menunjukkan wanita lebih dominan dalam aktivitas mengontrol angka kelahiran ketimbang laki-laki. Partisipasi laki-laki untuk memasang alat kontrasepsi (ber-KB) dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB) di Indonesia masih rendah. Faktor kultur masyarakat dan juga pandangan tafsir agama diduga sebagai salah satu penyebab utama. Minimnya informasi medis sekitar problem vasektomi menyebabkan lahirnya pandangan yang keliru tentang masalah ini.

Melihat pandangan masyarakat yang masih takut untuk menjadi akseptor MOP/ Vasektomi, Kabupaten Situbondo bekerja sama dengan Institut Agama Islam Ibrahimi Situbondo yang kemudian dilanjutkan dengan BKKBN Provinsi Jawa Timur untuk mengkaji permasalahan ini dari segi agama. Kerjasama tersebut menjadi acuan bagi sebagian masyarakat

menjadi akseptor MOP/Vasektomi. Kajian tersebut dimaksudkan untuk mengungkap problem KB pria dengan pendekatan hukum Islam atau fiqih tentang merencanakan keluarga dan Keluarga Berencana.

Kabupaten

Situbondo

untuk

Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan

mencapai pembangunan berkelanjutan, hal ini diselenggarakan melalui pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia. Karakteristik pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga berencana, dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk, melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas dan mobilitas penduduk. Peran pemuda/ pria dalam pembangunan ini sangatlah penting.

langkah

penting dalam

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009, partisipasi pria dalam ber-KB menjadi indikator keberhasilan program KB. Indonesia telah mulai melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada kesetaraan dan keadilan gender dalam hal KB. Namun, partisipasi pria dalam mengikuti KB masih rendah yaitu sekitar 1,3 persen (SDKI 2002-2003). Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan macam dan jenis alat kontrasepsi laki-laki, juga oleh keterbatasan pengetahuan mereka akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. Demikian pula, penyelenggaraan KB masih belum mantap dalam memperhatikan aspek kesetaraan dan keadilan gender.

Partisipasi pria di Kabupaten Situbondo dalam ber-KB juga masih rendah. Hal ini dibuktikan dari data perbandingan antara PUS dan peserta aktif MOP/ Vasektomi berikut ini:

Tabel 4.9 Perbandingan PUS dan KB Aktif MOP Kabupaten Situbondo Tahun 2010 s.d 2016

Perbandingan No.

KB Aktif

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kab. Situbondo

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa akseptor MOP/ Vasektomi di Kabupaten Situbondo masih kurang peminat. Walaupun, tidak bisa dipungkiri bahwa PUS Situbondo mengikuti KB bukan hanya kontrasepsi pria (MOP/ Vasektomi).

4.3 Analisis Fokus Magang dari Perspektif Teoretis

Weimer dan Vinning dalam Subarsono (2011) mengatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan dipengaruhi oleh 3 (tiga) kelompok variabel. Variabel tersebut adalah logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dilaksanakan, dan kemampuan implementasi kebijakan. Logika kebijakan dapat diartikan sebagai bagaimana cara atau upaya apa saja yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Lingkungan yang dimaksud ppada variabel kedua adalah faktor pendukung dan penghambat apa saja Weimer dan Vinning dalam Subarsono (2011) mengatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan dipengaruhi oleh 3 (tiga) kelompok variabel. Variabel tersebut adalah logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dilaksanakan, dan kemampuan implementasi kebijakan. Logika kebijakan dapat diartikan sebagai bagaimana cara atau upaya apa saja yang dilakukan untuk mencapai tujuan bersama. Lingkungan yang dimaksud ppada variabel kedua adalah faktor pendukung dan penghambat apa saja

Dalam proses pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, ditemukan berbagai macam fenomena yang terjadi, dan pada bab ini akan akan dikaji oleh penulis berdasarkan data yang terkumpul melalui hasil dokumentasi dan wawancara yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan magang. Adapun yang menjadi informan pada saat pelaksanaan wawancara adalah:

a. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo

b. Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB

c. Dokter yang Menangani Masalah MOP/ Vasektomi

d. Penyuluh di Kecamatan Kapongan, Situbondo, dan Bungatan.

e. Pria Akseptor sebanyak 15 orang

f. Pria Non Akseptor sebanyak 15 orang Akseptor vasektomi di Kabupaten Situbondo memang tergolong

banyak jika dibandingkan dengan daerah-daerah sekitar Kabupaten Situbondo. Kabupaten Situbondo sudah mendapatkan rekor MURI 2 kali pada 2 tahun berturut-turut yaitu 2010 dan 2011. Pemecahan rekor MURI dalam akseptor KB Baru terbanyak. Dalam wawancara yang dilakukan kepada penyuluh KB di tingkat kecamatan, Bapak Suhartono, pada tanggal 18 Januari 2017 mengatakan bahwa upaya pemerintah

Kabupaten Situbondo khususnya Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo sangat optimal terutamapada tahun pengejaran target 2010 dan 2011. Pada tahun-tahun tersebut, Bupati Situbondo mengedarkan Surat Edaran kepada seluruh kecamatan di Situbondo untuk memberikan minimal 10 akseptor ketika pelaksanaan rekor MURI. Ternyata antusias masyarakat lebih dari perkiraan. Pada tahun 2010 peserta MOP/ Vasektomi mencapai 1.552 akseptor.

4.3.1 Faktor Penghambat

Dari hasil pengumpulan data dan analisa data di lapangan, faktor- faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan program KB MOP/Vasektomi di Kabupaten Situbondo secara umum adalah rumor yang beredar di masyarakat tentang bahaya vasektomi, aturan agama, dan biaya operasi. Pembahasan lengkap untuk kedua hal tersebut adalah diuraikan sebagai berikut:

a. Melanggar Aturan Agama Masyarakat Kabupaten Situbondo menganggap bahwa vasektomi tidak boleh dilakukan karena melanggar aturan agama. Vasektomi masih dipandang sebelah mata karena anggapan bahwa vasektomi sama dengan dikebiri. Pada kenyataannnya, vasektomi tidak sama dengan di kebiri. Vasektomi tidak bersifat permanen, sehingga tidak dapat disamakan dengan di kebiri.

Menurut beberapa informan yang tidak mengikuti vasektomi atau bukan akseptor vasektomi mengatakan bahwa mereka tidak Menurut beberapa informan yang tidak mengikuti vasektomi atau bukan akseptor vasektomi mengatakan bahwa mereka tidak

b. Bahaya untuk Kesehatan Rumor lainnya yang beredar di Kabupaten Situbondo adalah vasektomi dapat berbahaya untuk kesehatan, utamanya kesehatan hubungan suami istri. Logika masyarakat ialah apabila hubungan suami istri terganggu, maka akan berdampak pada keretakan rumah tangga. Hal ini diperoleh dari keterangan informan bukan akseptor vasektomi yang telah diwawancarai.

c. Biaya Operasi Bagi masyarakat Kabupaten Situbondo yang tergolong pra sejahtera mengalami kendala mengenai biaya yang dikenakan pada saat operasi. Masyarakat menganggap bahwa apabila melakukan operasi akan memakan biaya yang banyak. Selain itu, pasca operasi, akseptor tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan berat seperti mengayuh sepeda atau becak, mengangkat beban berat, dan lain sebagainya selama beberapa hari. Oleh karena itu, bagi keluarga pra sejahtera merasa rugi apabila mengikuti vasektomi karena tidak dapat menghasilkan uang selama beberapa hari.

d. Keenganan Pria ber-KB

Tabel 4.10

Jumlah Peserta KB Aktif Per Mix Kontrasepsi

Menurut PUS Sampai Tahun 2016

Mix Kontrasepsi

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

Akseptor KB pada metode vasektomi di Kabupaten Situbondo masih sedikit. Pada Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi KB yang paling banyak digunakan di Kabupaten Sumbawa adalah pada jenis suntikan, pil, implant, dan IUD. Dapat dilihat bahwa jumlah pengguna alat kontrasepsi pada metode suntik di Kabupaten Sumbawa mencapai 40.002 orang, sedangkan pada jenis pil sebanyak 31.8002 orang, jenis implant sebanyak 21.944 orang dan jenis IUD 6.456 orang. Oleh karena Akseptor KB pada metode vasektomi di Kabupaten Situbondo masih sedikit. Pada Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi KB yang paling banyak digunakan di Kabupaten Sumbawa adalah pada jenis suntikan, pil, implant, dan IUD. Dapat dilihat bahwa jumlah pengguna alat kontrasepsi pada metode suntik di Kabupaten Sumbawa mencapai 40.002 orang, sedangkan pada jenis pil sebanyak 31.8002 orang, jenis implant sebanyak 21.944 orang dan jenis IUD 6.456 orang. Oleh karena

4.3.2 Upaya yang Dilakukan

Pelaksanaan program keluarga berencana dengan metode vasektomi tidak langsung berjalan lancar. Pemerintah Kabupaten Situbondo melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan akseptor KB khususnya vasektomi. Beberapa upaya yang dilakukan yaitu:

a. Kerjasama dengan Tokoh Agama Pemerintah Kabupaten Situbondo menyikapi permasalahan di masyarakat yang mengatakan bahwa vasektomi dilarang agama dengan cara mengadakan pertemuan dengan tokoh agama. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo dan BKKBN Provinsi Jawa Timur mengadakan suatu kajian bersama dengan tokoh agama Institut Agama Islam Ibrahimi Situbondo dan Lembaga Bahtsul Masa’il Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.

Vasektomi tidak dilarang oleh agama karena tidak bersifat permanen. Sebab, secara medis seorang pria yang telah menjadi akseptor vasektomi dapat dipulihkan kembali dengan dilakukan Vasektomi tidak dilarang oleh agama karena tidak bersifat permanen. Sebab, secara medis seorang pria yang telah menjadi akseptor vasektomi dapat dipulihkan kembali dengan dilakukan

Perbedaan antara pro dan kontra terhadap vasektomi berangkat dari perbedaan dalam menentukan vasektomi bersifat permanen atau tidak permanen. Pihak kontra mengatakan vasektomi haram apabila tidak dapat dipulihkan kembali. Sedangakan pihak yang lainnya mengatakan bahwa vasektomi dapat dipulihkan kembali walaupun pada kenyataannya sangat jarang PUS menginginkan rekanalisasi kembali. Dalam buku yang dikeluarkan dari hasil kajian tersebut juga sudah terdapat beberapa sumber pustaka yang menguatkan pernyataan bahwa vasektomi tidak haram.

Tokoh agama berperan dalam meningkatkan akseptor vasektomi tidak hanya kajian fikih saja tapi juga mau membantu pemerintah dalam melakukan penyuluhan. Tokoh agama menjadi pembicara atau narasumber untuk peserta penyuluhan vasektomi.

b. Sosialisasi Penyuluh-penyuluh KB di tingkat kecamatan juga sering melalukan sosialisasi baik secara formal maupun nonformal. Formal maksudnya ialah mengadakan sosialisasi di kantor kecamatan dengan pemaparan seperti suasana formal, sedangkan nonformal maksudnya ialah mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk mengadakan diskusi dengan suasana santai. Diskusi b. Sosialisasi Penyuluh-penyuluh KB di tingkat kecamatan juga sering melalukan sosialisasi baik secara formal maupun nonformal. Formal maksudnya ialah mengadakan sosialisasi di kantor kecamatan dengan pemaparan seperti suasana formal, sedangkan nonformal maksudnya ialah mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk mengadakan diskusi dengan suasana santai. Diskusi

Sosialisasi yang dilakukan untuk program vasektomi juga dijalankan, utamanya pada tahun 2010 dan 2011 untuk mengejar target MURI. Sosialisasi dilaksanakan dengan menjadikan tokoh agama dan akseptor vasektomi untuk menjadi narasumber. Dengan adanya narasumber dari tokoh agama dapat meyakinkan masyarakat bahwa vasektomi tidak haram. Akseptor sebagai narasumber dapat meyakinkan masyarakat tentang rumor bahwa vasektomi berdampak buruk pada kesehatan hubungan suami istri adalah salah. Menurut beberapa informan yang merupakan akseptor, vasektomi justru berdampak baik untuk kesehatan pria dan hubungan suami istri.

c. Biaya Vasektomi adalah kontrasepsi yang memerlukan operasi, walaupun hanya operasi kecil. Menurut masyarakat, operasi untuk vasektomi memerlukan biaya. Pemerintah mengatasi hal ini dengan memberikan pelayanan vasektomi gratis kepada masyarakat. Dari c. Biaya Vasektomi adalah kontrasepsi yang memerlukan operasi, walaupun hanya operasi kecil. Menurut masyarakat, operasi untuk vasektomi memerlukan biaya. Pemerintah mengatasi hal ini dengan memberikan pelayanan vasektomi gratis kepada masyarakat. Dari

Pasca operasi, akseptor baru vasektomi diwajibkan untuk tidak melakukan kegiatan berat seperti mengayuh sepeda, becak, dan mengangkat beban berat selama 3 hari. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Situbondo memberikan uang kontribusi atau uang pengganti untuk menggantikan upah per harinya. Pemerintah memberikan uang Rp 150.000,- per akseptor. Selain itu diberikan kondom gratis kepada akseptor karena pasca operasi dianjurkan untuk menggunakan kondom selama beberapa hari.

d. Keterlibatan Tokoh Masyarakat Demi menyukseskan vasektomi di Kabupaten Situbondo khususnya pada tahun 2010 dan 2011, pemerintah Kabupaten Situbondo menyertakan tokoh masyarakat untuk menjadi akseptor vasektomi. Sasaran vasektomi sendiri memang untuk keluarga pra sejahtera dengan pertimbangan dapat menekan juga angka kemiskinan. Dengan jumlah anak yang sedikit, maka tanggung jawab membesarkan dan merawat anak akan lebih intensif. Menyadari hal tersebut, maka para tokoh masyarakat terlibat menjadi akseptor dengan harapan akan dijadikan contoh oleh masyarakat lainnya. Camat, Kapolsek, dan Danramil di Kecamatan Kapongan menjadi akseptor vasektomi.

e. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kabupaten Situbondo tidak lepas dari peran dan upaya pemerintah dalam hal ini Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo yang bekerja keras dalam meningkatkan jumlah akseptor KB dengan cara menyediakan sarana dan prasarana, pelayanan mobil KB, dan tersedianya alat-alat kontrasepsi gratis.

4.3.3 Biaya

Pelayanan program KB di Kabupaten Situbondo bersumber dari dana APBN dan APBD. Bendahara APBN dan APBD di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo adalah orang yang berbeda. Menurut Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo, H. Marjulis, SE, M.Si, bendahara dibedakan dengan maksud untuk mempermudah pertanggungjawaban dana tersebut. Apabila bendahara hanya 1 orang, maka dana APBN dan APBD akan bercampur dan justru akan menyusahkan perangkat dinas lainnya. .

Dalam pembiayaan segala pra dan pasca pelayanan MOP/ Vasektomi dibebankan pada APBN dan APBD Kabupaten Situbondo. Akseptor tidak perlu membayar ketika melakukan operasi. Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo tidak mau terlalu terbuka masalah dana yang diterima dan dipertanggungjawabkan.

4.3.4 Jumlah Akseptor Menurun

Vasektomi di Kabupaten Situbondo tergolong banyak peminat. Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah akseptor vasektomi yang banyak ini karena adanya target yang dikejar untuk mencapai rekor MURI. Namun dalam Tabel 4.9, terlihat bahwa akseptor KB aktif vasektomi menurun. Hal ini dikarenakan drop out. Drop out terjadi karena adanya akseptor yang sudah meninggal, pindah ke daerah luar Kabupaten Situbondo, dan cerai.

Peserta KB Baru vasektomi di Kabupaten Situbondo semakin lama semakin menurun. Berikut tabel peserta KB Baru vasektomi:

Tabel 4.11 Peserta KB Baru Vasektomi Tahun 2010 s.d 2015

No.

Tahun

KB Baru

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

Peserta KB Baru vasektomi semakin menurun karena pelayanan yang diberikan juga semakin lama semakin menurun. Ini juga dikemukakan oleh Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB yang mengatakan bahwa vasektomi akhir-akhir ini sudah bukan menjadi target utama. Pelayanan seperti sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat tidak se-intensif yang dulu. Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB,

Drs. Nur Abdul Muktas, M.Si pada 16 Januari 2017 menyadari bahwa pelayanan sosialisasi yang dilakukan untuk mendapatkan akseptor KB baru vasektomi semakin lama semakin menurun karena tidak ada target akseptor dari pemerintah Kabupaten Situbondo.

KB Baru untuk vasektomi yang semakin menurun jumlahnya akan berakibat pada daya tarik masyarakat khususnya kaum pria. Apabila calon akseptor semakin sedikit, maka akan mengurungkan niat calon akseptor lain yang awalnya ingin mengikuti KB vasektomi ini.

4.3.5 Angka Kelahiran

Angka kelahiran untuk Kabupaten Situbondo pada tahun 2015 mencapai angka 1,9. Berikut perkembangan angka kelahiran Kabupaten Situbondo:

Tabel 4.12 Angka Kelahiran Kabupaten Situbondo tahun 2010 s.d 2015

No.

Tahun

Angka Kelahiran

Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kab. Situbondo

Angka kelahiran Kabupaten Situbondo tergolong sedang, walaupun angka tersebut di bawah target BKKBN pusat yaitu 2,4. Angka Angka kelahiran Kabupaten Situbondo tergolong sedang, walaupun angka tersebut di bawah target BKKBN pusat yaitu 2,4. Angka

Angka kelahiran Kabupaten Situbondo yang tergolong sedang tersebut bukan semata-mata karena program vasektomi yang berjalan di Kabupaten Situbondo. Pernyataan yang dikemukakan oleh Kepala Seksi Pembinaan Kesertaan Ber-KB pada 16 Januari 2017 mengatakan bahwa angka kelahiran kabupaten Situbondo tersebut bukan hanya karena vasektomi saja, tapi juga kontrasepsi lain. Namun, tidak dipungkiri bahwa vasektomi juga turut andil dalam mengendalikan angka kelahiran di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

4.4 Keterampilan dan Keahlian yang Diperoleh

Pelaksanaan magang dan penelitian yang dilaksanakan oleh Wasana Praja pada tahun ajaran 2016/2017 memberikan beberapa keahlian atau praktik langsung pada masyarakat. Praktik langsung pada masyarakat ini sangat diperlukan oleh seorang Praja. Hal ini berkaitan dengan Praja yang nantinya diharapkan dapat menjadi seorang pelayan masyarakat. Magang ini juga dilaksanakan agar Praja dapat mempunyai bekal pengetahuan sesuai dengan jurusannya melalui magang ini.

Pada pelaksanaan magang ini, hal-hal yang telah dikerjakan adalah membantu pelayanan yang dilakukan di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo. Pelayanan yang dilakukan Pada pelaksanaan magang ini, hal-hal yang telah dikerjakan adalah membantu pelayanan yang dilakukan di Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo. Pelayanan yang dilakukan

Pelayanan yang belum maksimal ini juga diakibatkan karena perubahan nomenklatur yang diikuti juga dengan perubahan struktur dan lainnya. Pada awalnya, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Situbondo masih berbentuk kantor yaitu Kantor Keluarga Berencana. Setelah diubah menjadi dinas, maka ada perubahan pada struktur organisasinya juga.

Keahlian lain yang didapat adalah bagaimana cara menyusun Surat Pertangungjawaban (SPJ) APBD. Apabila SPJ tidak dilaksanakan dengan baik, maka akan dijadikan temuan oleh KPK. Selain itu, dalam pelaksanaan magang ini, peneliti belajar tentang bagaimana hubungan antara KB dan angka kelahiran. Angka kelahiran di Kabupaten Situbondo yang sudah 1,9 merupakan pencapaian yang luar biasa. Target Indonesia adalah 2,4 sedangkan Kabupaten Situbondo bisa di bawah itu.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN