Keadilan dan Kekuasaan dalam Ilmu Hukum
Bagian 5 Keadilan dan Kekuasaan dalam Ilmu Hukum
Keadilan dan kekuasaan adalah dua unsur penegakan hukum yang digunakan sebagai dasar pertimbangan oleh hakim, maka harus ditambah unsur kemanfaatan, yang selanjutnya diterapkan secara proporsional seimbang. Mengingat ketiga unsur tersebut sangat penting dalam penyelesaian kasus, maka dalam pembuatan undang- undang harus dirumuskan sedemikian rupa, sehingga masih memberi kesempatan hakim untuk menyelesaikan perkara dengan memperhatikan keadilan. Hukum tidak sama dengan kekuasaan, tetapi hukum dapat merupakan kekusaan. Kekuasan dapat bersumber pada wewenang formal atau dapat juga bersumber pada kekuatan. Dalam penegakan hukum diperlukan sanksi. Dalam kenyataannya tidak setiap orang yang melanggar hukum harus dihukum.
Capaian Mata Kuliah yang hendak dicapai dalan Bagian 5 Buku Ajar ini adalah mengenai Konsep Hukum dan Masyarakat yang mana sebagai tempat tumbuhnya keadilan dan kekuasaan.
A. Konsep Keadilan
Konsep keadilan dan hukum dapat kita kaji lebih dalam agar menjadi pembeda dari keduanya. Hukum merupakan suatu kaidah yang berlaku pada kehidupan masyarakat terlepas dari nilai baik atau buruknya kesepakatan bersama. Sedangkan keadilan suatu terwujudnya harapan yang dilandasi nilai dan moral manusia umumnya. Meskipun dari persepsi antara keadilan dan hukum berbeda, namun keduanya terdapat suatu hubungan yang berperan besar pembentuk konsep keilmuan.
Nilai keadilan tumbuh dalam konsep ilmu hukum, karena keadilan memiliki suatu takaran persepsi dari setiap individu di masyarakat. Misalnya mayoritas orang ingin adanya kejujuran, maka suatu konsensus Nilai keadilan tumbuh dalam konsep ilmu hukum, karena keadilan memiliki suatu takaran persepsi dari setiap individu di masyarakat. Misalnya mayoritas orang ingin adanya kejujuran, maka suatu konsensus
Apa yang telah disampaikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pembentuk aturan perundang-undangan harus sejalan dengan upaya mewujudkan nilai keadilan menggunakan sebuah alat yang dinamakan hukum. Pendistribusian peranan dalam membangun suatu bangunan hukum di masyarakat, salah satu upayanya adalah melalui peranan pengambil keputusan dalam persidangan atau hakim. Komitmen seorang hakim menjadi secercah harapan masyarakat dalam penerapannya menghadapi suatu permasalahan nyata, sedemikian rupa netralitas dan usaha mempertimbangkan keadilan dari berbagai sudut pandang.
Terdapat persinggungan antara konsep keadilan dengan kepastian hukum. Karena keduanya mempunyai konsep tersendiri, terkadang dapat berjalan searah namun berseberangan pun tak terelakkan. Terkadang jika terlalu ambisius mengejar kepastian hukum, maka konsep keadilan ditinggalkan. Dan jika terlalu mengejar konsep keadilan maka kepastian hukum yang menjadi korban. Maka dari itu muatan dalam hukum haruslah bersifat umum dan tidak menguntungkan hanya salah satu pihak atau kelompok. Hukum dibangun demi keuntungan seluruh komponen masyarakat. Begitupun konsep keadilan menginginkan dalam berbagai putusan setiap permasalahan-permasalahan hukum dihasilkan berdasar objektivitas nilai dan norma masyarakat. Seorang pembuat keputusan/ hakim tidak jarang mengesampingkan suatu kepastian hukum, konsep keadilan dan kemanfaatan. Karena kondisi tertentu, seorang penegak hukum diperbolehkan melanggar aturan hukum. Misalnya seorang polisi Terdapat persinggungan antara konsep keadilan dengan kepastian hukum. Karena keduanya mempunyai konsep tersendiri, terkadang dapat berjalan searah namun berseberangan pun tak terelakkan. Terkadang jika terlalu ambisius mengejar kepastian hukum, maka konsep keadilan ditinggalkan. Dan jika terlalu mengejar konsep keadilan maka kepastian hukum yang menjadi korban. Maka dari itu muatan dalam hukum haruslah bersifat umum dan tidak menguntungkan hanya salah satu pihak atau kelompok. Hukum dibangun demi keuntungan seluruh komponen masyarakat. Begitupun konsep keadilan menginginkan dalam berbagai putusan setiap permasalahan-permasalahan hukum dihasilkan berdasar objektivitas nilai dan norma masyarakat. Seorang pembuat keputusan/ hakim tidak jarang mengesampingkan suatu kepastian hukum, konsep keadilan dan kemanfaatan. Karena kondisi tertentu, seorang penegak hukum diperbolehkan melanggar aturan hukum. Misalnya seorang polisi
Hukum dan keadilan keduanya sama-sama mengisi dan menunjang keberlangsungannya. Pertama adalah Summum ius summa iniuria, maksudnya keadilan yang tertinggi adalah ketidakadilan yang tertinggi, jadi semakin banyak keadilan itu dituntut maka akan besar kemungkinan justru ketidakadilan yang terwujud. Kedua Lex dura sed tamen scripta, mempunyai arti bahwa undang-undang adalah hanyalah sebuah kertas, namun apa yang tertulis padanya akan memiliki kekuatan. Apabila kita membaca dan memaknai suatu pasal dalam perundang-undangan, kita dapat menilai bahwa undang-undang tersebut memiliki suatu kesungguhan konsep ideal, tegas, memihak kepada seluruh pihak, dan berlaku kepada siapapun, namun ternyata realitanya adalah terwujud suatu ketidakadilan. Sehingga realita tersebut sejalan dengan teori diatas, semakin tajam dan tepatnya aturan hukum, maka akan semakin tersudutkan konsep keadilan tersebut. Oleh karenanya undang-undang perlu memberikan kewenangan pada hakim untuk menafsirkan peraturan perundang-undangan sedemikian rupa sehingga konsep keadilan dan azas kebermanfaatan dapat dipertimbangkan.
Misalkan dalam pasal 338 KUHP menyebutkan “Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Pada pasal tersebut dirumuskan ancaman paling tinggi atau paling lama, berarti secara tidak langsung memberika kewenangan kepada pembuat Misalkan dalam pasal 338 KUHP menyebutkan “Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain diancam karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. Pada pasal tersebut dirumuskan ancaman paling tinggi atau paling lama, berarti secara tidak langsung memberika kewenangan kepada pembuat
Dalam dunia peradilan kita kenal adanya tokoh Dewi Keadilan, rupa sesosok wanita yang kedua tangannya memegang pedang dan timbangan, dengan mata ditutup sehelai kain mencerminkan jaminan pertimbangan yang tidak memihak dan tidak memandang siapapun yang diadilinya. Konsep keadilan yang diharapkan terwujud pada dunia peradilan adalah sikap yang netral, karena semua orang di mata hukum adalah sama dalam perlakuannya (equality of treatment). Berarti konsep keadilanpun harus sikap yang tidak memihak dan persamaan dalam perlakuan. Konsep bahwa hukum menuju suatu keadilan, setidaknya dapat dinilai karena hal berikut:
1. Undangundang selalu memberikan ketentuan yang bersifat umum, artinya semua orang sejajar dan sama di mata hukum (equality before the law );
2. Pada proses peradilan barlaku suatu asas bahwa semua pihak didengar dan mendapat perlakuan sama di depan hakim (audi et alteram partem ).
B. Konsep Kekuasaan
Hukum mempunyai suatu kaidah-kaidah yang berupa suatu akibat hukum, secara langsung ataupun tidak langsung mejadikan keadaan baru yang bersifat memaksa, mau tidak mau harus menerima konsekuensi. Dalam mewujudkannya tentu dibuthukan suatu kekuatan, dalam hal ini adalah kewenangan sebagai perwujudan kekuasaan. Namun kekuasaan bukan merupakan syarat mutlak dalam mewujudkan suatu kepastian hukum, terkadang hukum dapat terwujud tanda adanya kekuasaan.
Kekuasaan hanyalah salah satu unsur pendukung apabila terjadi suatu kondisi dimana suatu akibat hukum tidak berjalan dengan baik, banyak pertentangan, sehingga perlu adanya kekuatan untuk memastikan kesesuaian suatu putusan yang bersifat memaksa.
Konsep kekuasaan sebetulnya merupakan bagian dari ilmu politik, sama-sama bentuk usaha melalui kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat menurut apa yang dikehendaknya. Sehingga apa yang menjadi sikap ataupun pandangannya sesuai dengan instruksi. Lebih jelas konsep kekuasaan terbagi atas, pertama berupa yang terlihat dan terasa secara fisik, dan yang kedua adalah yang tidak terlihat secara fisik namun dapat terasa kekuasaan tersebut karena adanya legalitas dari konsensus masyarakat, pejabat/ atasan, yang telah diberikan suatu kewenangan tertentu (authority).
Kadang di masyarakat terdapat orang yang punya kekuatan fisik sehingga mempunyai suatu kekuasaan. Namun tidak selalu kekuasaan itu muncul dari kekuasaan fisik, namun beberapa orangpun mempunyai kekuasaan atas pemberian suatu kewenangan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya, atau disebut wewenang formal. Setiap apa yang dilakukan berdasarkan kekuasaan formal tersebut adalah bersumber pada hukum. Kekuasaan yang muncul dari kekuatan biasanya berbentuk revolusi, ini merupakan akibat hukum karena anggapan ketidaksesuaian realita dengan konsep ideal yang seharusnya. Secara aturan revolusi adalah menyalahi karena keinginan untuk membentuk sistem hukum baru yang dirasa lebih ideal.
Revolusi yang terjadi pada kehidupan masyarakat akan menjadikan suatu kondisi baru dengan kemungkinan opsinya adalah, pertama jika revolusi sukses terlaksana berarti sistem hukum yang sebelumnya dirasa Revolusi yang terjadi pada kehidupan masyarakat akan menjadikan suatu kondisi baru dengan kemungkinan opsinya adalah, pertama jika revolusi sukses terlaksana berarti sistem hukum yang sebelumnya dirasa
Opsi kedua adalah revolusi tidak terlaksana alias gagal, keadaan tersebut dikarenakan tidak mendapat dukungan mayoritas ataupun konsensus masyarakat. Masyarakat menganggap hal tersebut dilaksanakan tidak berdasarkan kesadaran hukum masyarakat , sehingga revolusi tidak terjadi dan bukan mejadi sebuah sumber hukum untuk membentuk peraturan-peraturan hukum baru yang dirasa lebih ideal.
Kemudian untuk memahami kekuasaan berdasarkan kewenangan, contohnya adalah memiliki suatu barang dengan cara yang legal. Orang tersebut mempunyai kekuasaan penuh terhadap barang tersebut karena cara yang dilakukan untuk memperolehnya adalah sah dan tentunya dilindungi oleh hukum. Berbeda cerita jika orang yang memperoleh barang tersebut dengan cara mencuri, meskipun memilik kuasa penuh atas barang tersebut tapi cara yang dilakukannya tidak legal sehingga tidak mendapat perlindungan hukum dan tidak berhak atas penguasaan barang tersebut.