Ruang Lingkup dan Tujuan

Bagian 3 Ruang Lingkup dan Tujuan

Hukum mempunyai fungsi khusus untuk melindungi kepentingan- kepentingan manusia dalam hidup bermasyarakat. Hukum juga mengatur hubungan antara manusia yang sama dengan manusia yang lain dalam hidup bermasyarakat agar tercipta kedamaian hidup bersama. Kedamaian bersama tersebut tentunya juga diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan hidup pribadi dan antar pribadi. Mengingat dalam hidup bermasyarakat tidak selamanya berjalan lancar, bahkan sering terjadi pelanggaran hukum, maka harus juga dipelajari kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan hukum.

Untuk mengetahui, memahami dan dapat menghayati hukum, kita harus mengetahui ruang lingkup dan tujuan suatu kaidah hukum. Setelah mempelajari Bagian 4 Buku Ajar ini, setidaknya telah mempunyai dasar untuk mempelajari hukum ke tahapan selanjutnya.

A. Sistem Hukum

Sistem hukum adalah satu kesatuan komponen-komponen pemebentuk tatanan hukum, dimana kesemuanya saling terkoneksi dan memiliki peranan yang saling mendukung. Hal tersebut merupakan identitas khusus suatu tatanan sistem, adanya hubungan fungsional demi mencapai tujuan yang sama dan berjalan mengikuti mekanisme. Olehkarenanya penting dilakukan penyusunan suatu struktur dan pendistribusian peranan.

Sebagai satu kesatuan yang terdapat berbagai komponen penyusunnya, suatu sistem diharapkan selalu berjalan selaras dan mempunyai visi yang sama. Namun tidak menutup kemungkinan kadang Sebagai satu kesatuan yang terdapat berbagai komponen penyusunnya, suatu sistem diharapkan selalu berjalan selaras dan mempunyai visi yang sama. Namun tidak menutup kemungkinan kadang

1. Apabila terjadi konflik di antara peraturan perundang-undangan maka haruslah diselesaikan oleh asas-asas peraturan perundang- undangan juga;

2. Apabila terjadi konflik antara peraturan perundang-undangan dengan norma adat masyarakat maka harus diselesaikan dengan berlandaskan pada sifat kaidah hukum peraturan perundang- undangan. Sehingga kemungkinan keduanya kalah dan menang adalah sama;

3. Apabila terjadi konflik antara peraturan perundang-undangan dengan suatu putusan pengadilan, maka putusan hakim tentunya yang akan memenangkan. Alasannya berdasar pada asas res judicata pro veritae habitur yakni suatu putusan hakim hanya bisa dikalahkan oleh putusan hakim diatasnya.

Konflik dalam suatu sistem hukum adalah hal yang bisa ditemui kapanpun, selama perkembangan sistem hukum terus berlanjut. Pemecahan masalah terhadap konflik tersebut haruslah berasal dari dalam sistem hukum itu sendiri. Hingga dirasakan tidak terdapat suatu pemecahan masalah dari dalam, maka wajib mencari temua di luar sistem itu sendiri atau akan merusak dan mengacaukan sistem yang telah ada. Prosesnya pencarian jalan keluar tersebut menggunakan proses interpretasi, argumentasi hingga mengkontruksi hukum.

Sistem hukum yang terdiri dari berbagai komponen penyusunnya berkembang dan hilang sebagai satu kesatuan, sesuai dengan kondisi masyarakat. Mertokusumo (1990) mengungkapkan bahwa sistem hukum Sistem hukum yang terdiri dari berbagai komponen penyusunnya berkembang dan hilang sebagai satu kesatuan, sesuai dengan kondisi masyarakat. Mertokusumo (1990) mengungkapkan bahwa sistem hukum

Sistem hukum meliputi keseluruhan hukum yang ada dan berlaku, secara tersurat ataupun tersirat di berbagai elemen masyarakat sehingga terdapatlah berbagai unsur pembentuknya, yaitu:

1. Undang-undang, mencakup aturan yang disusun oleh pemimpin/penguasa berkompeten di bidangnya, dan dikodifikasi berupa tulisan pada perundang-undangan;

2. Adat/kebiasaan, merupakan pola perilaku masyarakat secara teratur dalam kurun waktu yang lama dan menciptakan tatanan kehidupan ideal;

3. Yurisprudensi, merupakan proses penciptaan aturan-aturan hukum oleh hakim guna menghadapi berbagai persoalan di masyarakat;

4. Traktat, ruang lingkupnya sangat terbatas hanya sebatas perjanjian- perjanjian pihak tertentu dan tidak selalu mengikat untuk umum;

5. Ilmiah, seperti halnya traktat hanya mencakup proses pencarian kebenaran para ahli hukum.

B. Asas Hukum

Sistem hukum dilengkapi dengan asas-asas hukum, dengan demikian akan membuat sistem hukum ini menjadi hidup karena asas-asas hukum mmengandung tuntutan etis. Asas hukum merupakan penghubung antara peraturan hukum dan hukum yang berlaku terhadap harapan, tujuan serta pandangan masyarakat.

Asas hukum merupakan alasan umum yang menjadi dasar kelahiran suatu peraturan hukum. dengan demikian peraturan-peraturan hukum yang ada, pada akhirnya kembali pada asas-asasnya. Dalam pembentukan perundang-undangan terdapat beberapa asas yang harus menjadi acuan. Pertama adalah asas hukum umum, sebagai asas asas kesusilaan yang tidak terikat tempat dan waktu. Kedua adalah asas hukum sebagai jiwa kebangsaan, untuk mencapai cita-cita luhur bangsa harus selaras dengan apa yang menjadi pandangan hidup dasar negara. Ketiga adalah asas hukum pembentukan perundang-undangan, sebagai pondasi awal pembentukan maka kesatuan tekad dan kebersamaan yang kuat akan menjadikan struktur perundang-undangan kokoh dalam menghadapi berbagai realitas hukum di masyarakat.

Meskipun atura-aturan hukum telah hadir, asas-asas hukum tidak akan terlupakan. Asas-asas hukum merupakan salah satu nilai yang hidup, tumbuh, dan berkembang seiring berkembangnya masyarakat. Dengan demikian asas hukum mempunyai suatu peranan yang penting dalam pembentukan hukum, karena asas hukum yang mengarahkan pada pembentuk perundang-undangan sehingga ditetapkan. Setelah memahami asas hukum tersebut, dapat difahami tujuan yang dikehendaki, dan asas hukum akan sangat dibutuhkan bagi:

1. Pembentuk perundang-undangan, karena asas hukum memberikan dasar dan alasan dalam proses pembentukan hukum;

2. Hakim, karena asas hukum memberi bahan dalam menafsirkan undang-undang dan juga dalam melaksanakan undang-undang sesuai dengan cita-cita dan pandangan hidup masyarakat;

3. Ilmu pengetahuan, karena asas hukum adalah modifikasi peraturan-peraturan hukum yang di atasnya.

Selain itu, asas hukum ternyata dapat kita jumpai di berbagai peraturan hukum konkrit, kemudian secara rinci dijabarkan kedalam pasal- pasal maupun bagian penjelas umum suatu perundang-undangan. Tetapi tidak menutup kemungkinan asas hukum juga tidak dimuat secara nyata dalam perundang-undangan.

C. Tujuan

Tujuan hukum mengarah kepada sesuatu yang hendak dicapai. Oleh karena itulah, tidak dapat disangkal kalau tujuan hukum merujuk kepada sesuatu yang ideal sehingga dirasakan abstraknya. Pemikir Yunani beberapa diantaranya yang memikirkan tentang tujuan hukum adalah Aristoteles. Filsuf ini melihat realita bahwa secara alamiah manusia adalah binatang politik (zoon politicon) atau diperhalus dengan istilah makhluk bermasyarakat. Ia mengemukakan bahwa suatu negara didasarkan atas hukum sebagai satu-satunya sarana yang tepat dan dapat digunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik yang merupakan tujuan suatu organisasi.

Gambar 3.1. Patung Aristoteles sebagai salah seorang filsuf terkenal

(sumber: http://w ://www,wikipedia.org)

Akan tetapi Aristoteles menya yadari bahwa pelaksanaan hukum bukan tidak mungkin untuk kasus-kasus konkret akan terjadi kesulitan akibat penerapan hukumyang kaku.untuk me tuk mengatasi masalah tersebut Aristoteles mengusulkan adanya equity. Ia me mendefinisikan equity sebagai “koreksi tehadap hukum apabila hukum itu itu kurang tepat karena bersifat umum”. Biasanya hukum mempertimbangka kan sebagian besar peristiwa yang situasi dan tipenya bersifat biasa, yakni buk bukan peristiwa yang aneh.

Dari apa yang disimpulkan te n tersebut, apa yang menjadi pemikiran Aristoteles bahwa untuk mencapai pai kehidupan yang baik adalah melalui tujuan hukum. dalam bentuk kehidupan apapun yang menjadi permasalahan bukan hanya suatu tu tata tertib, melainkan keadilan dan kepentingan dalam hidup bermasya syarakat. Pandangan tersebut kemudian diadopsi oleh Thomas Aquinas da dan dikembangkan kembali pada abad pertengahan. Sebagaimana Aristote oteles menyatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai kehidupan y n yang lebih baik, Aquinas menyatakan Dari apa yang disimpulkan te n tersebut, apa yang menjadi pemikiran Aristoteles bahwa untuk mencapai pai kehidupan yang baik adalah melalui tujuan hukum. dalam bentuk kehidupan apapun yang menjadi permasalahan bukan hanya suatu tu tata tertib, melainkan keadilan dan kepentingan dalam hidup bermasya syarakat. Pandangan tersebut kemudian diadopsi oleh Thomas Aquinas da dan dikembangkan kembali pada abad pertengahan. Sebagaimana Aristote oteles menyatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai kehidupan y n yang lebih baik, Aquinas menyatakan

Manusia adalah bagian tatana tanan masyarakat, sehingga hukum harus ditujukan untuk kesemua kompon mponen masyarakat tersebut. Manusia memiliki suatu nalar yang dig digunakan sebagai kekuatan untuk menggerakkan suatu kehendak. A Argumen lain Aquinas adalah bahwa hukum tidak lain daripada pengatur turan secara rasional untuk kesejahteraan dan sentosa masyarakat secara k keseluruhan tidak peduli siapa yang membuatnya, baik penguasa ataupun upun rakyat. Sehingga kesimpulan akhir yang diujarkan adalah akibat ya yang diharapkan dari hukum adalah membimbing orang-orang yang dia diaturnya ke arah kebajikan. Dengan demikian, dasar yang benar satu-satun satunya bagi pembentuk undang-undang adalah niatnya untuk menjamin keba kebaikan umum sesuai dengan keadilan.

Gam ambar 3.2. Thomas Hobbes sebagai Tokoh koh Pemikir Hukum Periode Pertama

(Sumber: http://www.d.umn.edu)

Tujuan ilmu hukum tidak terlepas dari periode awal mula abad modern yang didominasi oleh bentuk baru pandangan hukum alam yang biasanya disebut sebagai aliran hukum alam klasik. Terdapat tiga periode yang menjadi rumusan awal tujuan ilmu hukum di masa perkembangannya. Periode pertama adalah pada sesaat setelah. Renaissance dan Reformasi merupakan proses emansipasi terhadap teologi dan feodalis di abad pertengahan. Bangkitnya kepercayaan masyarakat di bidang religius, munculnya kerajaan-kerajaan yang absolut, dan ekonomi yang meningkat. Berbagai ahli terlahir dari periode ini diantaranya Thomas Hobbes, Samuel Pufendorf, dll.

Periode kedua mengganti bersamaan dengan tercetusnya revolusi puritan Inggris ditandai dengan arah kebijakan menuju kapitalis di bidang politik dan ekonomi. Para pemikir seperti Montesquieu dan John Locke hadir untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut. Dan periode ketiga muncul saat masyarakat mulai meyakini konsep demokrasi. Tujuan ilmu hukum dalam konsep masyarakat demokrasi, terkenal tokoh Jean-Jecques Rousseau yang menampik hukum alam tidak hanya General Will melainkan lebih sesuai Volonte General dan keputusan mayoritas rakyat.

Kaitannya perkembangan periodesasi tersebut dengan tujuan ilmu hukum, diantanya pertama adalah periode masanya Hobbes. Pandangannya sering disalahtafsirkan sebagai suatu pandangan yang eakan-akan sudah diterima sebagai pandangan yang berlaku umum. Menurut pandangan Hobbes, tujuan hukum adalah untuk ketertiban sosial. Hal tersebut karena Hobbes lahir dari kondisi dan lingkungan yang kelam. Hobbes menyaksikan bagaimana peristiwa perang saudara di Inggris. Sehingga ia berspekulasi bahwa pada situasi naturalis, manusia bersifat Kaitannya perkembangan periodesasi tersebut dengan tujuan ilmu hukum, diantanya pertama adalah periode masanya Hobbes. Pandangannya sering disalahtafsirkan sebagai suatu pandangan yang eakan-akan sudah diterima sebagai pandangan yang berlaku umum. Menurut pandangan Hobbes, tujuan hukum adalah untuk ketertiban sosial. Hal tersebut karena Hobbes lahir dari kondisi dan lingkungan yang kelam. Hobbes menyaksikan bagaimana peristiwa perang saudara di Inggris. Sehingga ia berspekulasi bahwa pada situasi naturalis, manusia bersifat

Berbeda hal sebelumnya, pada pada periode kedua yang ditandai dengan usaha membangun perlindungan yan yan efektif terhadap pelanggaranhak-hak oleh penguasa. Hukum di periode ini iode ini dipandang terutama sebagai sarana untuk melindungi pribadi-pribadi da di dari kekuasaan yang bersifat otokratis dan sewenang-wenang. Kemuncula ulan berbagai penguasa yang absolut di berbagai daerah di Eropa pada pada masanya, membuktikan bahwa perlindungan terhadap kebebasan pr pribadi dari kedzaliman penguasa sangat diharapkan masyarakat.

Gambar 3.3. Perang Saudara di a di Inggis sebagai masa yang kelam

(sumber: http://ww /www,kompasiana.com)

D. Klasifikasi Hukum

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih konkrit perihal hukum, maka terhadap hukum yang banyak segi dan demikian luas dilakukan pengklasifikasian berdasarkan kriteia tertentu. Adanya suatu klasifikasi hukum akan sangat membantu dan mempermudah dalam mempelajari hukum. Setidaknya para pembelajar hukum dapat mempeoleh suatu pengertian yang lebih baik dan mudah dalam menerapkan hukum pada masyarakat.

Klasifikasi hukum dipengaruhi oelh unsur-unsur historis dan sosiologis, oleh karenanya faktor tempat dan waktu ikut mempengaruhinya. Hal ini berakibat, untuk adanya prinsip klasifikasi hukum yang sama diantara negara satu dengan negara lainnya adalah sangat sulit terjadi. Untuk mengklasifikasikan hukum perlu ditetapkan dahulu kriteria yang akan digunakan. Kemudian setelah kriteria tersebut ditetapkan barulah hukum diklasifikasikan. Adanya klasifikasi hukum itu tidak berarti antara klasifikasi yang satu menjadi terpisah dengan klasifikasi lainnya.

Hal tersebut berarti untuk suatu bidang hukum tertentu dan menggunakan kriteria-kriteria tertentu dapat dimasukkan dalam beberapa klasifikasi hukum. adapun kriteria yang digunakan dalam mengklasifikasi hukum diantaranya adalah:

Berdasar Sumber Berlakunya

1. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undanan;

2. Hukum Kebiasaan/Adat, yaitu hukum yang secara tersirat berlaku di masyarakat dapat dirasakan kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari;

3. Hukum traktat, yaitu hukum yang dilegalkan oleh pemerintah berdasarkan suatu perjanjian;

4. Hukum yurisprudensi, hukum yang tercipta dari putusan hakim;

5. Hukum perjanjian, hukum yang berlaku pada pihak yang melakukan perjanjian;

6. Hukum doktrin, hukum yang terdapat pada pemberian konsep berfikir masyarakat.

Berdasar Bentuknya

1. Hukum tertulis, yaitu hukum dimuat ke dalam peraturan

perundang-undangan dan dapat dicermati secara visual;

2. Hukum tidak tertulis, yaitu berupa kebiasaan dan perilaku sehari- hari masyarakat sehingga menjadi suatu acuan dalam memutuskan suatu keputusan.

Berdasar Sifatnya Dalam klasifikasi hukum berdasarkan sifat, atau penggunaanya

terbagi kedalam: Hukum yang bersifat mengatur, adalah hukum yang dalam keadaan

tertentu dapat dikesampingkan oleh pihak tertentu. Hukum ini awalnya sebagai pengisi kekosongan hukum, sehingga nantinya hanya sebatas pelengkap dari hukum yang sudah ada. Ketentuan hukum ini berlaku saat dalam ketentuan hukum yang ada tidak mengatur sesuatu hal.

Hukum yang bersifat memaksa, adalah hukum yang dalam keadaan tertentu tidak dapat dikesampingkan oleh hal apapun. Kaidah dalam hukum tersebut bersifat mengikat terhadap segala sesuatu unsur yang ada didalamnya. Biasanya untuk kepentingan umum berlaku hukum yang bersifat memaksa. Karena suatu kondisi yang ideal sesuai kesepakatan Hukum yang bersifat memaksa, adalah hukum yang dalam keadaan tertentu tidak dapat dikesampingkan oleh hal apapun. Kaidah dalam hukum tersebut bersifat mengikat terhadap segala sesuatu unsur yang ada didalamnya. Biasanya untuk kepentingan umum berlaku hukum yang bersifat memaksa. Karena suatu kondisi yang ideal sesuai kesepakatan

Suatu ketentuan hukum yang sifatnya mengatur kadang dapat berubah sifatnya jadi memaksa. Keadaan yang menjadikan hal tersebut karena para pihak yang melakukan perjanjian secara tegas patuh terhadap aturan yang ada. Tetapi meskipun para pihak tersebut menyatakan untuk tidak patuh terhadap hukum yang bersifat mengatur, melainkan membuat suatu aturan sendiri dan terjadi suatu kekosongan hukum maka sifat hukum yang memaksa tidak bisa mereka hindari.

Berdasar Luas Berlakunya Pembagian dalam hal ini dibedakan menjadi hukum umum dan

hukum khusus. Hukum umum adalah peraturan hukum yang berlaku bagi setiap orang. Sedangkan hukum khusus dibagi ke dalam beberapa bagian berikut:

1. Khusus untuk tempat tertentu, merupakan kekhususannya

berdasarkan suatu tempat dengan adanya suatu batasan;

2. Khusus untuk hal-hal tertentu, hanya terhadap suatu peristiwa atau kejadian tertentu saja hukum itu berlaku.

Terdapat suatu hubungan antara hukum umum dengan hukum khusus, yaitu dikenal dengan istilah lex spesialis derogat legi generale dalam bahasa Indonesia berarti hukum khusus mengesampingkan berlakunya hukum umum, dengan syarat apabila keduanya mengatur materi yang sama tapi ternyata isinya saling bertentangan.

Berdasar Fungsinya

Bagaimana cara penggunaan suatu hukum, maupun dipandang dari dari posisinya dibedakan menjadi:

Hukum materiil, adalah aturan yang mengatur berbagai kepentingan serta hubungan-hubungan hukum. Adanya suatu keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan, secara lebih jelas dikatakan penentu antara hak dan kewajiban, intinya dapat dirasakan keberadaannya oleh panca indera.

Hukum formil, adalah aturan hukum dalam mengatur bagaimana menjamin ditaatinya suatu hukum materiil. Hukum formil dikenal sebagai hukum acara sehingga baru dipakai pada saat telah terjadi suatu pelanggaran hukum materiil.

Umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa hukum materiil hanya terjadi saat beracara di pengadilan, tidak banyak diketahui hal lainnya yaitu dalam penyelesaian arbitrase, meminta bantuan terhadap akta notaris, dll. Jika hukum perdata materiil dilanggar, maka penyelesaiannya ditentukan hanya oleh para pihak yang bersangkutan. Tentunya harus secara fair dan tidak ada yang dirugikan, tidak main hakim sendiri. Namun ketika tidak terselesaikannya hukum tersebut, maka hukum acara memfasilitasi untuk diselesaikannya masalah tersebut yang putusannya mengikat keduanya.

Berdasar Isinya Hukum publik, berarti peraturan dengan suatu objeknya adalah

kepentingan umum. Pengertian lebih sempit membatasi hanya aturan hukum dalam mengatur hubungan negara dengan warganya, ataupun hubungan negara dengan alat kelengkapannya. Karena hukum publik dilaksanakan demi kepentingan orang banyak, maka subyek hukumnya adalah penguasa/pemerintah.

Hukum privat, adalah aturan hukum dengan objeknya suatu kepentingan perseorangan atau individu saja tidak termasuk kepentingan lainnya. Dapat juga diartikan sebagai peraturan yang mengatur hubungan antar individu, ruang lingkupnya tidak terbatas selama hanya berhubungan sesama individu. Hukum privat sepenuhnya diatur oleh para pihak individu yang berkepentingan.