Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun bangun-bangun menunjukkan adanya kandungan saponin, flavonoid, glikosida dan steroidtriterpenoid. Hasil
karakterisasi ekstrak etanol daun bangun-bangun yaitu penetapan kadar air
9,95
, kadar sari yang larut dalam air
35,43, kadar sari yang larut dalam etanol 32,33
. Standarisasi ekstrak eatanol daun bangun-bangun belum tertera pada monografi buku Materia Medika Indonesia, sehingga diharapkan dari hasil
karakterisasi ini dapat dapat digunakan sebagai pembanding dalam pembuatan ekstrak daun bangun-bangun. Hasil karakterisasi ekstrak etanol daun bangun-
bangun dan skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.3 Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Bangun-bangun
No. Parameter
Hasil 1.
Penetapan kadar air 9,95
Tabel 4.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Bangun-bangun
No. Skrining
Hasil 1.
Alkaloid -
2. Flavonoid
+ 3.
Glikosida +
4. Saponin
+ 5.
Tanin -
6. Steroidtriterpenoid
+ Keterangan:
+ = mengandung golongan senyawa - = tidak mengandung golongan senyawa
Ekstrak cair dari 700 g serbuk simplisia daun bangun-bangun yang dimaserasi, dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator diperoleh ekstrak
kental 55,16 gram rendemen 7,88.
4.2 Pengujian Efek Antialergi
Pada penelitian ini pengujian efek antialergi ekstrak etanol daun bangun-bangun dilakukan dengan metode isolasi mastosit dari carian peritoneal
Universitas Sumatera Utara
secara in vitro yang digunakan untuk melihat pengaruh ekstrak terhadap aktivitas penghambatan degranulasi mastosit yang tersensitisasi aktif.
Pengujian dilakukan dengan cara menginduksi mastosit mencit dengan putih telur ayam konsentrasi 50 sebagai antigen secara intraperitoneal pada
hari ke-1. Hal ini ditujukan agar proses pengenalan antigen lebih cepat oleh sel limfosit. Proses pengenalan ini dilakukan oleh sel makrofag, karena sel ini
merupakan antigen precenting cell APC dan banyak terdapat pada rongga perut, kemudian pada hari ke 3 dan ke 5 penginduksian diulangi secara
intraplantar. Tujuan pembosteran ini adalah untuk memperbanyak terbentuknya antibodi IgE, sehingga reaksi alerginya semakin hebat Alvianti, dkk., 2012.
Antigen adalah zat yang dapat bereaksi dengan produk imun spesifik dan merupakan sasaran respon imun Baratawidjaja,1996. Protein merupakan
antigen. Protein jika disuntikan ke dalam tubuh hewan, dapat terjadi respon imun. Ini menunjukkan bahwa dalam molekul protein terdapat bagian yang
dikenal asing oleh hewan Subowo, 2009. Ketika sel mastosit diaktifkan oleh antigen yang berikatan dengan IgE, maka akan terjadi pemasukan ion Ca
2+
dengan cepat yang akan mengaktifkan enzim fosfodiesterase yang akan memecah cAMP siklik adenosin monofosfat, sehingga kadar cAMP menurun.
Kadar cAMP rendah menyebabkan degranulasi sel mastosit Akip, 2010. Identifikasi sel mastosit bisa dilakukan dengan beberapa pewarnaan,
misalnya dengan biru toluidin, alcian blue, safranin dan lain-lain. Pewarnaan sel mast yang sering digunakan toluidin dan alcian blue. Sel akan teramati
cukup jelas pada pewarnaan biru toluidin dibanding alcian blue. Oleh karena
Universitas Sumatera Utara
itu pada penelitian ini digunakan biru toluidin. Biru toluidin akan mewarnai sel mast dengan warna merah-ungu pewarnaan metakromatik Nugroho, 2011.
Bentuk mastosit normal di bawah mikroskop terlihat warna ungu dan di bagian tengah bergranul. Gambar mastosit dapat dilihat pada Lampiran 7. Mastosit
yang telah terdegranulasi tidak terlihat lagi karena telah hancur dan tidak mengikat zat warna lagi. Semakin banyak sel yang terdegranulasi maka
semakin sedikit sel yang terlihat. Untuk melihat kemampuan penghambatan degranulasi mastosit oleh
ekstrak etanol daun bangun-bangun sebagai pembanding dipilih aminofilin. Pemilihan aminofilin didasarkan kepada senyawa ini telah diketahui
mekanismenya dalam menghambat degranulasi mastosit dan disamping itu senyawa ini mudah didapat. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan oleh
Handayani, dkk., 2008, didapatkan bahwa efek maksimal aminofilin dalam menghambat degranulasi mastosit adalah pada konsentrasi 100 µgml.
Dalam pengujian penghambatan degranulasi mastosit oleh ekstrak etanol daun bangun-bangun Plectranthus amboinicus, Lour. Spreng, dilakukan
terlebih dahulu uji pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi terkecil dan konsentrasi terbesar yang dapat menghambat degranulasi. Dari
hasil pendahuluan tersebut diperoleh konsentrasi terkecil 2 µgml dan konsentrasi terbesar adalah 6 µgml. Variasi konsentrasi pengujian ditetapkan
dengan menggunakan persamaan Thompson Handayani, 2008, dan diperoleh konsentrasi pengujian tersebut yaitu 2 µgml, 3 µgml, 4 µgml, 5 µgml, dan 6
µgml. Perhitungan terlampir pada Lampiran 8.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu melakukan evaluasi sitotoksisitas ekstrak tanaman pada mastosit yaitu dengan uji ketahanan sel
cell viability test. Metode pewarnaan yang tradisional digunakan untuk uji ketahanan sel adalah dengan trypan blue. Trypan blue adalah pewarna yang
tertinggal pada sel yang mati dengan warna biru yang khas ketika dilihat di bawah mikroskop, sedangkan sel yang sehat tidak menunjukkan warna. Sel
yang sehat memiliki membran sel yang utuh karenanya tidak menyerap medium disekitarnya. Di sisi lain, sel yang tidak sehat tidak mempunyai
membran yang utuh dan menyerap medium di sekitarnya Louis, 2011. Dosis 6 µgml menunjukkan ketahanan hidup mastosit setelah diinkubasi selama 1
jam adalah 90,476 90 Anonim
b
, 2013. Data yang diperoleh dari hasil pengujian degranulasi mastosit
dinyatakan dalam bentuk persen degranulasi, yaitu perbandingan jumlah sel sebelum perlakuan dikurangi jumlah sel sesudah perlakuan. Persentase
degranulasi mastosit dihitung dengan cara sebagai berikut Handayani, dkk., 2008:
Degranulasi =
100 x
p s
p
Dimana: P = jumlah sel mast sebelum perlakuan.
S = jumlah sel mast sesudah perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
Grafik persen degranulasi mastosit sebagai respon penghambatan degranulasi mastosit yang tersensitisasi aktif dapat dilihat pada Gambar 4.1:
Gambar 4.1 Grafik Persen Degranulasi Mastosit pada berbagai
perlakuan Rerata ± SEM. Keterangan:
= Berbeda signifikan dengan DMSO 1 sebagai kontrol negatif p 0,05.
Pada Gambar 2 tampak bahwa EEDBB dosis 2, 3, 4, 5, dan 6 µgml, dan aminofilin dosis 100 µgml menunjukkan persen degranulasi yang lebih
kecil dan jauh berbeda dengan DMSO 1 sebagai kontrol negatif. Ekstrak etanol daun bangun-bangun dosis 2 µgml, 3 µ gml, 4 µgml, 5
µgml, dan 6 µgml dengan persen degranulasi mastosit 82,79, 71,66, 60,07, 48,42, dan 33,69. Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya
hubungan antara peningkatan dosis dengan persen degranulasi mastosit yaitu semakin besar peningkatan dosis maka mastosit yang terdegranulasi juga akan
semakin sedikit.
20 40
60 80
100
Ju m
lah m
as tos
it t
er d
egr an
u las
i
DMSO 1 Dosis 2 µgml
Dosis 3 µgml Dosis 4 µgml
Dosis 5 µgml Dosis 6 µgml
Aminofilin 100 µgml
perlakuan
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Analisis Statistik