Efektifitas KAP Sebagai Sebuah Strategi Komunikasi Anak Autis

Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Efektifitas KAP Sebagai Sebuah Strategi Komunikasi

KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Oleh karena itulah, KAP dipandang sebagai sebuah strategi dalam mencapai tujuan khususnya dalam merubah perilaku maupun watak seseorang. Menurut Kumar 2000: 121-122, lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut: 1. Keterbukaan openess 2. Empati empathy 3. Dukungan supportiveness 4. Rasa positif positiveness 5. Kesetaraan equality Selain itu, KAP sebagai sebuah strategi juga dilihat dari 2 teori yang dinamakan, Teori penyimpulan inference theory, orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri. Teori pengambilan Peran role taking theory, seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain. Kedua teori ini akan melahirkan proses empati komunikasi yang meliputi: 1. Kelayakan decentering Bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tersebut. 2. Pengambilan peran role taking Mengidentifikasi orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui orang lain. 3. Empati komunikasi emphatic communication Meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikapperilaku penerima.

2.2.6 Psikologi Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi communication berasal dari Bahasa Latin communicates atau communication atau communicare yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus Universitas Sumatera Utara bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda- tanda atau tingkah laku. Ada beberapa definisi tentang komunikasi yang dikemukakan para ahli:

1. Carl Hovland, Janis Kelley

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang komunikator menyampaikan stimulus biasanya dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya khalayak

2. Bernard Berelson Gary A. Steiner

Komunikasi adalah satu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata- kata, gambar, angka-angka dan lain-lain.

3. Harold Lasswell

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa mengatakan apa dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan akibat apa atau hasil apa. who says what in which channel to whom and with what effect.

4. Barnlund

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

5. Weaver

Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiraan seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.

6. Gode

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang monopoli seseorang menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Universitas Sumatera Utara Definisi Hovland Cs memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku. Definisi Berelson dan Steiner menekankan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. − Definisi Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang 5 komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu: − Siapa pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber − Mengatakan apa isi informasi yang disampaikan − Kepada siapa pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima − Melalui saluran apa alatsaluran penyampaian informasi − Dengan akibathasil apa hasil yang terjadi pada diri penerima Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: 1. Sumber source, sering disebut juga pengirim sender, penyandi encoding, komunikator, pembicara speaker atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau negara. 2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan mempunyai 3 komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan pesan, dan bentuk atau organisasi pesan. 3. Saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara. Universitas Sumatera Utara Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung tatap muka atau lewat media cetak dan elektronik. 4. Penerima receiver sering juga disebut sasaarantujuan destination, komunikate, penyandi balik decoder atau khalayak, pendengar listener, penafsir interpreter, yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola piker, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan seperangkat symbol verbal dan nonverbal yang ia terima. 5. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau bahkan perubahan perilaku. Riswandi, 2013:1-3 Dengan komunikasi orang dapat membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan ilmu pengetahuan, dana melestarikan peradaban. Begitupun sebaliknya dengan komunikasi juga bisa menimbulkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, menghalangi kemajuan, dan menghambat pemikiran. Begitu penting dan begitu akrab komunikasi dengan diri kita sehingga kita terkadang merasa tidak perlu lagi mempelajari komunikasi. Komunikasi ada dimana-mana. Dirumah misalnya, ketika anggota-anggota keluarga berbicang dimeja makan. Di kampus, ketika mahasiswa-mahasiswa mendiskusikan hasil tentamen. Di kantor, ketika pimpinan mengadakan pembagian tugas ke bawahannya. Di Mesjid, ketika Muballigh berkhotbah. Atau ditaman-taman misalnya, ketika seorang pencinta mengungkapkan rindunya. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70 waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup manusia. Kualitas hidup manusia, hubungan manusia dengan sesama manusia dapat ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki komunikasi yang dilakukan. Orang dapat mempelajari berbagai tinjauan tentang komunikasi, tetapi penghampiran psikologi adalah yang paling menarik. Psikologi menukik ke dalam proses yang mempengaruhi perilaku dalam komunikasi, membuka “topeng- Universitas Sumatera Utara topeng” manusia, dan menjawab pertanyaan ”mengapa”. Psikologi melihat komunikasi sebagai perilaku manusiawai, menarik, dan melibatkan siapa saja dan dimana saja. Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti ‘sama’. Communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama make to common. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi tergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya communication depends on our ability to understand one another. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan Effendy, 2000:13 Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain Handoko,2002:30. Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi: pentransferan makna diantara anggota- anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami Robbins, 2002: 310 Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Universitas Sumatera Utara Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal Khairani, 2015: 4-7. Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologi menurut arti kata psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam- macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya, atau disebut ilmu jiwa. Psikologi sendiri mempunyai banyak pengertian, diantaranya: 1. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku. 2. Menurut Ernest Hilgert 1957 psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya. 3. Menurut George A. Miller psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku. 4. Menurut Clifford T. Morgan psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. 5. Menurut Chaplin psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organism dalam segala ragam dan kerumitannya ketika merespon alam sekitar dan peristiwa- peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan. 6. Menurut Dr. Singgih Gunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. 7. Menurut Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakekat jiwa serta prosesnya. Riswandi, 2013: 4- 5 Universitas Sumatera Utara James Drever “Psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan dapat didefinisikan dalam berbagai variasi, menurut metode khusus atau lapangan ilmu yang dipelajari oleh ahli psikologi yang membuat definisi itu”. Diantara para sarjana yang mengemukakan definisi psikologi, antara lain: Robert S.Woodworth and Donald G Marquis “Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu”. Garden Murphy “Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya”. Ernes Hilgert “Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan makhluk lainnya”. Sarlito Wirawan Sarwono “Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dalam hubungan dengan lingkungannya” Khairani, 2015: 3 Kamus psikologi, Dictionary Of Behavioral Science menyebutkan 6 definisi komunikasi sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. 2. Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme. 3. Komunikasi adalah pesan yang disampaikan 4. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan. 5. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah pribadi pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah yang lain. 6. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psiko- terapi. Universitas Sumatera Utara Kata komunikasi dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energy dari alat-alat indera ke otak, peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, pada proses saling mempengaruhi diantara berbagai sistem dalam diri organisme dan diantara organisme. Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu; bagaimana pesan dari satu individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain. Psikologi bahkan meneliti lambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok. Ruang lingkup psikologi komunikasi adalah: 1. Sistem komunikasi interpersonal Dalam sistem komunikasi interpersonal, antara lain membahas tentang karakteristik manusia komunikan, faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya, sistem memori dan berpikir dan sifat-sifat psikologi komunikator 2. Komunikasi interpersonal Dalam sistem komunikasi interpersonal, antara lain dibahas tentang proses persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal 3. Sistem komunikasi kelompok Dalam sistem komunikasi kelompok, antara lain dibahas tentang kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi, faktor –faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok dan bentuk-bentuk komunikasi kelompok. Universitas Sumatera Utara 4. Sistem komunikasi massa Dalam komunikasi massa, antara lain dibahas tentang motivasi atau faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa, efek komunikasi massa, dan psikologi komunikator. Ilmu psikologi komunikasi pada dasarnya dibangun berdasarkan berbagai teori yang berupaya menjelaskan bagaimana individu berinteraksi satu sama lain berdasarkan tinjauan psikologi. Dengan perkataan lain, psikologi komunikasi adalah ilmu yang mempelajari proses komunikasi antar manusia dengan menggunakan psikologi sebagai sudut pandangperspektif dengan tujuan untuk mencapai komunikasi efektif. Riswandi, 2013: 5-7 George A. Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya: Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah “internal meditation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Dan psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang Khairani, 2015: 9.

2.2.7 Anak Autis

Autisme autism, gangguan autistic, adalah salah satu gangguan terparah di masa kanak-kanak. Autisme bersifat kronis dan berlangsung sepanjang hidup. Kata autisme berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti “self”. Istilah ini digunakan pertama kali pada tahun 1906 oleh psikiater Swiss, Eugen Bleuler, untuk merujuk pada gaya berpikir yang aneh pada penderita skizofrenia autisme adalah salah satu dari “empat A” Bleuler. Cara berpikir autistik adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya bahwa kejadian-kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Pada tahun 1943, psikiater lain, Leo Kanner, menerapkan diagnosis “autisme infantil awal” kepada Universitas Sumatera Utara sekelompok anak yang terganggu yang tampaknya tidak dapat berhubungan dengan orang lain, seolah-olah mereka hidup dalam dunia mereka sendiri. Berbeda dari anak-anak dengan retardasi mental, anak-anak ini tampaknya menutup diri dari setiap masukan dunia luar, menciptakan semacam “kesendirian autistik” Kanner, 1943 Mereka yang bergerak dibidang kesehatan saat ini yakin bahwa autisme lebih sering muncul daripada yang diyakini dahulu, yaitu menyerang sekitar 2 sampai 20 orang dari 10.000 orang dalam populasi APA, 2000; Fox, 2000. Gangguan yang lebih banyak terjadi pada anak laki-laki ini umumnya mulai tampak pada anak usia 18-30 bulan Rapin, 1997. Namun demikian, barulah pada usia sekitar 6 tahun rata-rata anak yang mengalami gangguan ini untuk pertama kali memperoleh diagnosis Fox, 2000. Keterlambatan dalam diagnosis dapat merugikan, karena anak-anak autistik umumnya akan menjadi lebih baik bila memperoleh diagnosis dan penanganan lebih awal Fox, 2000. Anak-anak autistik sering digambarkan oleh orang tua mereka sebagai “bayi yang baik” di awal masa balita. Ini biasanya berarti mereka tidak banyak menuntut. Namun, setelah mereka berkembang, mereka mulai menolak afeksi fisik seperti pelukan dan ciuman. Perkembangan bahasanya berada di bawah standar. Ciri-ciri klinis dari gangguan ini muncul sebelum usia 3 tahun APA, 2000. Autisme merupakan gangguan yang empat sampai lima kali lebih sering terdapat pada anak laki-laki dibanding anak perempuan APA, 2000 dalam buku Nevid, 2005:145-146. Anak autis seringkali ditemukan kemiripan dengan anak tunagrahita, karena umumnya anak autis sering didiagnosa dari karakteristik perilaku yang nampak dan tidak jarang guru SLB sulit untuk membedakan antara anak autis dengan anak tunagrahita. Untuk memudahkan pemahaman tentang anak autis berikut ini akan dijelaskan beberapa pendapat yang mendeskripsikan tentang pengertian anak autis sebagai berikut: 1. Leo Kanner dalam Handoyo 2004:12 menyatakan “autisma berasal dari kata auto yang berarti sendiri, penyandang autis seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri”. Berdasarkan pendapat Kanner ini banyak guru Universitas Sumatera Utara dan orangtua menganggap anak yang tidak dapat melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar diidentikkan sebagai anak autis, padahal tidak sedikit anak tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan disebabkan oleh masalah-masalah yang bersifat psikologis. 2. Bonny Danuatmaja 2003:2 menjelaskan bahwa “autis merupakan suatu kumpulan sindrom gejala-gejala akibat kerusakan syaraf, dan mengganggu perkembangan anak”. 3. Mif Baihaqi Dan Sugiarmin 2005:135, menjelaskan “autis merupakan suatu gangguan yang kompleks dan berbeda-beda dari yang ringan sampai berat dan mengalami tiga bidang kesulitan, yaitu komunikasi, imajinasi, sosialisasi”. 4. Sumarna 2004:3 mendeskripsikan pengertian autis sebagai berikut “autis merupakan bagian dari anak berkelainan dan mempunyai tingkah laku yang khas, memiliki pikiran yang terganggu dan terpusat pada diri sendiri serta hubungan yang miskin terhadap realitas eksternal”. 5. Melly Budiman dalam Sumarna 2004:4 menjelaskan “autis adalah gangguan perkembangan pada anak, oleh karena itu diagnosis ditegakkan dari gejala-gejala yang nampak dan menunjukkan adanya penyimpangan dari perkembangan yang normal sesuai umurnya”. 6. Rudi Sutadi 2002:1 menyatakan “autis adalah gangguan perkembangan berat yang antara lain mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan bereaksi berhubungan dengan orang lain, karena penyandang autis tidak mampu berkomunikasi verbal maupun non-verbal. Dari kesimpulan diatas, autis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: “anak yang mengalami gangguan perkembangan yang khas mencakup persepsi, linguistik, kognitif, komunikasi dari yang ringan sampai yang berat, dan seperti hidup dalam dunianya sendiri, ditandai dengan ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal dan non-verbal dengan lingkungan eksternalnya”dalam buku Koswara, 2013: 10-11. Universitas Sumatera Utara Secara umum anak autis dari sisi kecerdasan dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu anak dengan kecerdasan rata-rata, dibawah rata-rata, dan diatas rata-rata. Di Sekolah Luar Biasa SLB yang menangani anak autis, umumnya terdiri dari anak-anak autis yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata atau lebih dikenal anak autis dengan hambatan kecerdasan. Dengan melihat kondisi aktual anak autis, anak autis dalam layanan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu layanan pembelajaran bagi anak autis dengan hambatan kecerdasan dan layanan pembelajaran anak autis tanpa hambatan kecerdasan Koswara, 2013:2. Anak autis memiliki karakteristik yang khas bila dibandingkan dengan anak berkebutuhan khusus lainnya. Secara umum anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Tidak memiliki kontak matakontak mesra dengan orang lain atau lingkungannya. Yang dimaksud dengan kontak mata atau kontak mesra, anak autis umumnya tidak dapat melakukan kontak mata atau menatap guru, orang tua atau lawan bicaranya ketika melakukan komunikasi. b. Selektif berlebihan terhadap rangsang, anak autis diantaranya sangat selektif terhadap rangsang, seperti tidak suka dipeluk, merasa seperti sakit ketika dibelai guru atau orangtuanya. Beberapa anak ada yang sangat terganggu dengan warna-warna tertentu. c. Respon stimulasi diri yang mengganggu interaksi sosial. Anak autis seringkali melakukan atau menunjukkan sikap seperti mengepak- ngepakkan tangan, memukul-mukul kepala, menggigit jari tangan ketika merasa kesal atau panik dengan situasi lingkungan yang baru dimasukinya d. Ketersendirian yang ekstrim. Anak autis umumnya senang bermain sendiri, hal ini karena anak tidak melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Anak akan menjadi lebih parah bila mereka dibiarkan bermain sendiri. e. Melakukan gerakan tubuh yang khas, seperti menggoyang-goyangkan tubuh, jalan berjinjit, menggerakkan jari ke meja. Universitas Sumatera Utara Dalam kemampuan komunikasi dan bahasa anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Ekspresi wajah yang datar, pada beberapa anak seringkali guru dan orangtua sangat sulit membedakan apakah anak sedang merasa senang, sedih ataupun marah. b. Tidak menggunakan bahasaisyarat tubuh. c. Jarang sekali memulai komunikasi. d. Tidak meniru aksi atau suara e. Bicara sedikit atau tidak ada. f. Membeo kata-kata kalimat atau nyanyian. g. Intonasi ritme vokal yang aneh. h. Tampak tidak mengerti arti kata. i. Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas. j. Pemahaman bahasa kurang. k. Tidak melakukan kontak mata saat bicara Koswara, 2013: 12-13 Ciri autisme yang paling menonjol adalah kesendirian yang amat sangat. Ciri-ciri lain mencakup masalah dalam bahasa, komunikasi, dan perilaku ritualistik atau stereotip. Anak dapat pula tidak bicara, atau bila terdapat keterampilan berbahasa, biasanya digunakan secara tidak lazim seperti dalam ekolalia mengulang kembali apa yang didengar dengan nda suara tinggi dan monoton; penggunaan kata ganti orang secara terbalik menggunakan “kamu” atau “dia”, bukan “saya”; menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti artinya oleh mereka yang kenal dekat dengan si anak; dan kecenderungan untuk meninggikan nada suara diakhir kalimat, seolah-olah mengajukan pertanyaan. Dapat pula hendaya komunikasi nonverbal, misalnya anak autistik tidak dapat melakukan kontak mata atau menunjukkan ekspresi wajah. Mereka juga berespons secara lambat terhadap orang dewasa yang berusaha mendapatkan perhatian mereka, itu juga jika mereka mau memperhatikan Leekam Lopez, 2000. Walaupun mereka tidak responsif terhadap orang lain, para peneliti menemukan bahwa mereka dapat memperlihatkan emosi-emosi yang kuat, Universitas Sumatera Utara terutama emosi negatif seperti marah, sedih, dan takut Capps dkk., 1993; Kasari dkk., 1993. Ciri utama dari autisme adalah gerakan stereotip berulang yang tidak memiliki tujuan – berulang-ulang memutar benda, mengepakkan tangan, berayun kedepan dan kebelakang dengan lengan memeluk kaki. Sebagian anak autistik menyakiti diri sendiri, bahkan saat mereka berteriak kesakitan. Mereka mungkin membenturkan kepala, menampar wajah, menggigit tangan dan pundak, atau menjambak rambut mereka. Mereka dapat pula menjadi tantrum atau merasa panik secara tiba-tiba. Ciri lain dari autisme adalah menolak perubahan pada lingkungan – ciri yang diberi istilah “penjagaan kesamaan”. Bila ada objek-objek yang dikenal dan digeser dari tempatnya, walaupun sedikit, anak autistik dapat menjadi tantrum atau menangis terus-menerus sampai objek tersebut dikembalikan pada tempatnya. Anak autistik dikuasai oleh ritual Nevid, 2005: 146-147. Masalah belajar pada anak autis sangat kompleks dan luas, dimana satu masalah dapat menjadi pencetus atau member pengaruh pada masalah lainnya. Terdapat tiga masalah besar dalam belajar yang dihadapi anak autis, yaitu: 1 Komunikasi, 2 Interaksi sosial, 3 Perilaku. Masalah komunikasi bagi anak autis dalam belajar akan terus menjadi masalah anak, apabila tidak dilakukan intervensi sejak dini. Masalah komunikasi ini akan terus menjadi masalah anak khususnya dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang. Proses belajarpembelajaran merupakan proses interaksi sosial antara anak sebagai peserta didik dengan guru ataupun orangtua. Kegagalan dalam melakukan interaksi dalam proses pembelajaran umumnya berdampak pada masalah perilaku anak di kelas, baik untuk anak itu sendiri maupun teman lain di kelasnya. Kemampuan dan keberhasilan anak autis dalam melakukan interaksi sosial sangat ditentukan kemampuan anak melakukan komunikasi. Perilaku autis umumnya disebabkan oleh keterbatasan anak dalam melakukan interaksi sosial atau komunikasi. Perilakusikap anak sering juga digunakan sebagai alat komunikasi anak dalam berkomunikasi dan breinteraksi dengan lingkungannya, misalnya anak menarik-narik tangan orang tua atau Universitas Sumatera Utara gurunya ketika menginginkan sesuatu, atau anak memberikan piring pada ibunya ketika meminta makan dan perilaku lainnya yang sangat personal dan hanya dapat dipahami oleh lingkungan terdekatnya. Perilaku yang dimunculkan anak seperti dijelaskan diatas sesungguhnya merupakan peluang bagi orang tua dan guru untuk memulai pembelajaran komunikasi dengan anak. Banyak guru dan orangtua membuang peluang tersebut, karena tidak sabar dan langsung memberikan benda atau apa yang diinginkan anak, sehingga anak setelah mendapat apa yang diinginkannya kembali masuk pada dunianya sendiri Koswara, 2013:14-16. Pada komunikasi dengan anak autis seorang guru harus mengembangkan kemampuan tidak hanya bicara, tetapi perlu dikembangkan kemampuan anak dalam mengekspresikan apa yang dikomunikasikannya dengan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh yang lain untuk menegaskan apa yang dikomunikasikan. Komunikasi bagi anak autis lebih ditekankan pada bagaimana bentuk-bentuk pemancaran dan pengekspresian pesan secara baik dan serasi. Komunikasi yang harus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi harus melibatkan unsur kemampuan berpikir anak sehingga simbol- simbol bahasa dapat dipahami anak dan lawan bicaranya yang dirumuskan dalam tatanan bunyi bahasa sehingga terangkai menjadi jalinan kata dan kalimat yang baik serta bermakna bagi anak dan lawan bicaranya Koswara, 2013:27-28. Anak autis umumnya mengalami kesulitan dalam pragamatik atau mengalami kesulitan menginterpretasikan bahasa dalam konteks sosial, fisik maupun linguistik. Anak autis yang mengalami kesulitan dalam pragmatik, seperti yang dijelaskan Kanner 1946 dalam Kathleen An 2001:51 “anak autis tidak dapat memulai percakapan walaupun ia bisa berbicara, kalau sedang berbicara ia cenderung meminta objek atau mainan”. Pada anak nonverbal seringkali merespon pertanyaan dengan gambar, misalnya guru bertanya “ade mau apa?” anak menjawab dengan menunjukkan gambar kue, atau menunjuk pada objek tertentu. Guru dituntut mampu membantu anak merespon dalam komunikasi tidak hanya sebatas melakukan intervensi Koswara, 2013:39. Universitas Sumatera Utara Secara umum penyandang autis menunjukkan gangguan komunikasi yang menyimpang dari anak-anak pada umumnya. Gangguan komunikasi tersebut dapat terlihat dalam bentuk keterlambatan bicara, tidak bicara, bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain, atau dapat bicara hanya dengan meniru saja echolalia. Selain gangguan komunikasi anak autis juga umumnya menunjukkan gangguan interaksi dengan orang lain yang ada disekitar baik anak sebaya maupun orang dewasa Koswara, 2013:43. Kemampuan berbahasa merupakan proses paling kompleks diantara semua proses perkembangan manusia. Kemampuan berbahasa bersama kemampuan perkembangan pemecahan masalah visio motor merupakan petunjuk baik dari ada tidaknya gangguan intelegensi pada seorang anak. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif yang sejalan dan seimbang. Fungsi ekspresif merupakan kemampuan anak mengutarakan pikirannya dimulai dengan komunikasi nonverbal, komunikasi dengan ekspresi wajah atau mimic, gerakan tubuh dan akhirnya komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Selain bicara ekspresif, anak autis juga mempunyai kesulitan mengartikan ucapan orang lain, terutama yang bersifat abstrak. Anak autis seringkali salah mengartikan pertanyaan, komentar atau cerita yang panjang Koswara, 2013:62- 63.

2.2.8 Temper Tantrum

Dokumen yang terkait

Pola Pendidikan pada Anak Autis (Studi Deskriptif: Anak Autis di Sekolah Luar Biasa Al-Azhar Medan)

24 156 106

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

5 96 97

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK AUTIS DI SLB AGCA Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada Anak Autis Di Slb Agca Center Surakarta.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK AUTIS DI SLB AGCA Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper Tantrum Pada Anak Autis Di Slb Agca Center Surakarta.

0 4 17

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 11

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 1

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 4

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 2

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

0 0 11