27 Selain itu juga perlu sikap mendahulukan yang terakhir, mengisyaratkan suatu proses
belajar yang terbalik. Jargon, “kita harus mendidik petani”, “memberantas kemiskinan masyarakat desa”, “membantu memberikan modal”, “memberdayakan mereka”,
sesungguhnya merupakan konsep orang luar dalam melakukan pemberdayaan dalam rangka
mengentaskan kemiskinan yang dialaminya. Namun, kita harus berfikir ulang dengan jargon yang pernah kita dengungkan tersebut, sebaliknya kita harus merendah dan belajar dari
bawah. Belajar dari bawah adalah cara belajar yang langsung dari orang desa, dengan
mencoba memahami sistem pengetahuan yang dimilikinya dan menggali ketrampilan
teknisnya. Selain itu, belajar dari bawah mengandung makna bahwa orang luar harus belajar
menghayati kehidupan orang miskin di perdesaan, mencoba merasakan kehidupan dari sisi orang yang menderita. Chambers, 1988
Dalam website resmi PTPN 2, tercantum beberapa keterangan mengenai jenis limbah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses daur ulang. Limbah tersebut antara
lain :
a. Limbah Bagasse Ampas
Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau dari aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah padat industri gula
biomassa yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagassse Saccharum officinarum L..Industri gula menghasilkan bagas yang cukup melimpah.PTPN II juga sangat
berpotensi untuk mengolah limbah baggasse menjadi “BIOETANOL” yang merupakan
sumber energi terbarukan dan sangat dibutuhkan oleh bangsa dan dunia.
28
b. Limbah Blotong Padat
Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong. Blotong merupakan serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Limbah ini
berbentuk padat mengandung air dan masih memiliki temperatur cukup tinggi panas, dan seperti tanah. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar, gula,
total abu, SiO
2
, CaO, P
2
O
5
dan MgO.
Berangkat dari limbah blotong ini, masyarakat daerah PTPN II dapat mengolahnya
menjadi “PUPUK ORGANIK”.Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah
dijemur selama beberapa minggu bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap
menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat.
c. Limbah Cair
Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula juga sangat bernilai ekonomis dalam program GreenPreneur. Limbah cair tetes ini dapat diolah dan
dimanfaatkan sebagai ”ALKOHOL”. Alkohol ini nantinya dapat digunakan sebagai
campuran kosmetik dan industri farmasi.
Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94-96. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat
menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk bagi pabrik gula, masyarakat daerah sekitar pabrik dan mampu berperan dalam meningkatkan
ekonomi daerah.
29 Dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk industri,maka hendaknya pabrik gula juga
memiliki komitmen dalam menjaga keseimbangan ekosistem setempat.Ekosistem dapat diartikan sebagai jalinan hubungan timbal balik antara unsur hayati dan unsur non-hayati
soedjiran, 1984
Keseimbangan ekosistem berarti kemampuan ekosistem dalam menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan ini diatur oleh berbagai faktor
yang sangat rumit. Keseimbangan dalam ekosistem ini dapat diciptakan dengan mengupayakan kegiatan industri yang berwawasan lingkungan serta menciptakan iklim usaha
yang mampu beretika terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.
1.7 .Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data