Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan

(1)

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II). Di Sumatera Utara, PT. Perkebunan Nusantara II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara di bidang perkebunan yang sampai saat ini pasir sebagai produknya.

Pabrik Gula Kwala Madu awalnya merupakan salah satu dari unit produksi PT. Perkebunan IX (PTP IX). Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PT. Perkebunan IX juga memiliki pabrik gula lain yang juga memproduksi gula pasir yaitu Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Pabrik Gula Sei Semayang dalam pendiriannya lebih cepat setahun dari Pabrik Gula Kwala Madu. Oleh sebab itu ketika Pabrik Gula Kwala Madu selesai dibangun pabrik ini dinamakan Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II). Namun karena letaknya bukan di wilayah Kabupaten Deli Serdang melainkan di Kabupaten Langkat dan atas permintaan dari masyarakat sekitar maka Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II) kemudian diubah namanya menjadi Pabrik Gula Kwala Madu.

Latar belakang didirikannya Pabrik Gula Kwala Madu adalah pertimbangan akan kebutuhan gula pasir di kawasan pulau sumatera yang produksi gulanya tidak segencar pulau jawa mengingat jenis tanah di pulau sumatera kurang cocok untuk budidaya tanaman tebu,


(2)

9

oleh karena itu pemerintah memberlakukan program 1

1. Mengubah cara pengusahaan tebu yang selama ini berlaku sistem sewa oleh manajemen perusahaan yang dalam hal ini adalah PT.Perkebunan Nusantara II, dengan cara melibatkan petani yang mengusahakan secara mandiri tanaman tebu diatas lahan pertaniannya.

Tebu Rakyat Intensifikasi yang tujuannya antara lain adalah :

2. Menjamin peningkatan dan kemantapan produksi gula.

3. Meningkatkan produktifitas perusahaan dengan cara pengelolaan usaha tani yang lebih intensif yang juga diharapkan dapat memperbaiki penghasilan para petani tebu.

Dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi tersebut, diharapkan perusahaan dapat membina kerja sama yang baik dan intensif dengan masyarakat setempat yakni masyarakat Desa Sambirejo dan desa kwala begumit yang secara administratif kebun/pabrik gula kwala madu berada di wilayah kedua desa ini.

Di Sumatera Utara, program Tebu Rakyat Intensifikasi mulai diterapkan sekitar tahun 1986, yaitu di Kabupaten Langkat dan meluas di Kabupaten Deli Serdang sekitar tahun 1988. Dalam program ini, pemerintah mengalihkan sistem penyewaan lahan petani menjadi pengusahaan sendiri oleh petani di bawah bimbingan pabrik gula (PG) dan Bank Rakyat Indonesia sebagai institusi bantuan permodalan (dalam bentuk kredit).Dalam kenyataannya Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang letaknya secara geografis memang bersebelahan dan wilayah kebun kwala madu terletak di sekitar perbatasan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat (meskipun secara administratif kebun/pabrik gula kwala madu terletak di wilayah Kabupaten Langkat). Di antara kedua kabupaten inilah terdapat

1 TRI atau Tebu Rakyat Intensifikasi diatur dalam Inpres No. 9 tahun 1975 yang dikeluarkan tanggal 22 April 1975. Lihat dalam Mubyarto dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991


(3)

10

Pabrik Gula Kwala Madu yang letaknya di Kebun Kwala Begumit Desa Kwala Begumit Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu terdapat areal persawahan milik penduduk Desa Sambi Rejo dan Desa Sendang Rejo. Persawahan tersebut ditanami padi dan diselingi tanaman palawija. Sebagai salah satu unit PT Perkebunan Nusantara II yang bergerak di bidang produksi gula, maka Pabrik Gula Kwala Madu tentunya memiliki komitmen dalam menjalankan bisnis yang mengedepankan prinsip kemitraan dengan masyarakat setempat. Seperti yang selama ini banyak diberitakan oleh media cetak seperti surat kabar maupun media elektonik bahwa pihak PTPN II kerap melaksanakan kegiatan PKBL ( Program Kemitraan Bina Lingkungan ) dan selain itu PTPN II juga pernah dikabarkan memperoleh penghargaan seperti yang diberitakan oleh media cetak Tribun medan, Bupati Langkat Haji Ngogesa Sitepu SH yang diwakil Kadisnaker Langkat H.Syaiful Abdi SH,SE dalam sambutannya mengatakan, pemkab Langkat bersama PTPN 2 saling berkaitan, karena areal perkebunan PTPN 2 sangat luas di Kabupaten Langkat. Pada kesempatan ini Bupati menyambut baik penerimaan penghargaan ISO 9001 kepada PTPN 2 PG Kwala Madu, mudah mudahan dengan diterimanya ISO ini meningkatkan kinerja PGKM. Ngongesa menjelaskan keberadaan Pabrik Gula Kwala Madu telah mampu memberikan efek positif bagi peningkatan hasil panen masyarakat khususnya masyarakat Desa Sidomulyo, Sambirejo dan Sendangrejo yang ketiganya berada di Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat atas pemanfaatan sirkulasi air kondensor yang mengairi sawah petani kurang lebih mencapai 1.250 Ha. Selain itu pabrik gula kwala madu juga melibatkan pemanfaatan tenaga kerja masyarakat lokal, dan memperoleh penghargaan di bidang pengelolaan limbah.

Bagaimanapun CSR dalam bentuk pengelolaan lingkungan adalah penting,sejalan dengan isu lingkungan hidup seperti ISPO ( International Sustainable Palm Oil ) dan permasalahan yang berhubungan dengan limbah industri yang sudah semakin


(4)

11

mengkhawatirkan. Hal tersebut berkaitan dengan landasan hukum yang menjelaskan keutamaan prinsip pengelolaan sumber daya alam dengan pendekatan ekologi telah ditegaskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) 1973, yang mengatakan bahwa “Sumber daya alam harus digunakan secara nasional dan penggunaanya harus diusahakan

agar tidak merusak lingkungan hidup, dilaksanakandengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang” .

Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972.Seiring dengan petambahan penduduk dan perkembangan berbagai industri, maka isu lingkungan telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh manusia. Pentingnya pengendalian lingkungan ataupun pengelolaan lingkungan, mengingatkan bahwa manusia memerlukan materi, energi dan informasi dari alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup (pangan-sandang-papanatau sustenance needs) mereka. Sementara itu alam, lebih banyak mendapatkan energi, materi dan informasi dari manusia dalam bentuk waste and pollutant (termasuk radio-active waste) yang lebih banyak mendatangkan kerugian bagi kehidupan seluruh penghuni planet bumi.

Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak di bidang lingkungan sudah sangat ngeri membayangkan bencana besar yang akan melanda umat manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum merata di tengah umat manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran masyakat di negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata. Pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20


(5)

12

kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan industri yang tidak ramah lingkungan.”

Bagaimanapun juga, lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Fiennes 2

Lebih lanjut Ahimsa Putra (1994) menjelaskan bahwa menurut perspektif ekologi budaya unsur-unsur pokok adalah "pola-pola perilaku" (behavior patterns), yakni kerja (1964), lebih jauh lagi mengajukan pendapatnya bahwa penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan berkembangnya pemukiman penduduk yang padat.Dapat menjadi perhatian kita bersama bahwa pentingnya pola perilaku dalam pengelolaan lingkungan dapat mempengaruhi kesejahteraan umat manusia, lebih jauh lagi juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Ada tiga langkah dasar yang perlu diikuti dalam studi antropologi ekologi, yakni :

(1) Melakukan analisis atas hubungan antara lingkungan dan teknologi pemanfaatan dan produksi;

(2) Melakukan analisis atas "pola-pola perilaku dalam eksploitasi suatu kawasan tertentu yang menggunakan teknologi tertentu."

(3) Melakukan analisis atas "tingkat pengaruh dari pola-pola perilaku dalam pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek lain dari kebudayaan"

(Steward dalam Putra, Ahimsa. 1994).

Selanjutnya Steward juga mengatakan bahwa beberapa sektor kebudayaan lebih erat kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan daripada sektor-sektor yang lain.

2 Lebih jelas lihat Dampak Lingkungan Terhadap Penyakit oleh Fiennes dalam Foster dan Anderson, Antropologi Kesehatan, Jakarta : Grafiti, 1986


(6)

13

(work) dan teknologi yang dipakai dalam proses pengolahan atau pemanfaatan lingkungan.

Dengan demikian studi ekologi budaya pertama-tama adalah mengenai "the process of work,

its organization, its cycles and rhythms and its situational modalities "(Murphy, 1970 : 155).

Perhatian baru diarahkan pada lingkungan, yakni bagaimana lingkungan mempengaruhi atau menetukan pola-pola tingkah-laku atau organisasi kerja.

Secara keseluruhan mekanisme-mekanisme adaptif (adaptive mechanism) yang ada tersebut menghasilkan akibat yang sama, yaitu: cenderung terus-menerus menggerus sumberdaya alam secara cepat, memperlemahdaya dukung lingkungan (weakening the carrying capacity of the ecosphere) yang mengarah pada terjadinya krisis ekologi (ecological crisis) secara berkepanjangan 3

3

Lebih jelas lihat Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan Pertautan Keilmuan Ekologi Manusia,Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik ,Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan

Ekologi Manusia Vol. 01, No. 01

. Krisis ekologi di planet bumi yang sangat tampak nyata itu antara lain direpresentasikan oleh situasi seperti:

(1) Kelangkaan sumber pangan yang mengakibatkan bencana kelaparan dan insiden gizi-buruk yang makin meluas.

(2) Kelangkaan sumber energi, pasca habisnya fosil-fuel energy yang makin serius.

(3) Pemburukan kualitas kehidupan akibat polusi dan ledakan penduduk di atas habitat yang makin sempit.

(4) Eskalasi erosi, banjir, dan longsor akibat ekspansi kegiatan manusia hingga ke kawasan rawan bencana alam.


(7)

14

(6) Kriminalitas, perilaku menyimpang, dan masalah sosial lain akibat tingginya kompetisi karena terbatasnya relung kehidupan yang memadai bagi kehidupan lestari.

Dari perspektif krisis ekologi, yang bermula dari jumlah penduduk manusia di planet bumi yang terus meningkat secara signifikan (dari dua milyar jiwa di akhir abad 19 menjadi sekitar enam milyar jiwa di akhir abad 20), yang manaledakan populasi manusia itu menyebabkan interaksi manusia dan alam mengalami dinamika yang luar biasa. Dinamika itu menghasilkan perubahan status stabil ke status instabil sebuah ekosistem yang sangat cepat, dimana sebagai konsekuensinya alam mengalami tekanan ekologis yang luar biasa atas perubahan-perubahan tersebut.

Destabilitas kesetimbangan ekosistem itu bisa dijelaskan oleh sifat hubungan interaksional antara manusia dan alam yang lebih banyak berada dalam mekanisme pertukaran yang timpang jika dibandingkan dengan beberapa abad yang lalu manakala jumlah penduduk masih terbatas. Makin terbatasnya ruang kehidupan (Lebensraum) sebagai akibat tekanan penduduk, telah memaksa manusia untuk mengembangkan proses pemanenan energi dan materi yang semakin eksploitatif. Alam dipaksa untuk terus berkompromi terhadap kehadiran manusia yang semakin berlipat jumlahnya. Dua akibat yang pasti dari proses ini adalah: kehancuran lingkungan dan kemiskinan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sangat penting agar diketahui jalannya suatu penelitian.Hal ini juga berlaku bagi penulisan tentang “Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Pengelolaan

Lingkungan : Studi Deskriptif Pada PT.Perkebunan Nusantara II, Pabrik Gula Kwala Madu, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. “


(8)

15

Yang mana tulisan ini akan melihat seberapa jauh bentuk tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan di sekitar lokasi unit usaha Pabrik Gula Kwala Madu yang tentunya berimplikasi terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi unit usaha Pabrik Gula Kwala Madu, khususnya konsep CSR, mengenai wujud tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, akan dideskriptifkan secara rinci sebagai wujud tanggung jawab PT.Perkebunan Nusantara II dalam menjalankan bisnis perkebunan yang berwawasan lingkunganserta dianalisis dalam lingkup Antropologi melalui penyajian foto etnografi dan pemaparan secara deskriptif.

Adapun permasalahan yang menjadi esensi penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Apa dan bagaimana program kemitraan bina lingkungan sebagai wujud tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat di sekitar lokasi Pabrik Gula Kwala Madu ?

2. Bagaimana implikasi program Corporate Social Responsibility ( CSR ) bidang lingkungan terhadap masyarakat sekitar Pabrik Gula Kwala Madu ?

1.3. Batasan Masalah

Pembatasan dilakukan dengan cara hanya memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun kepustakaan yang memiliki kaitan langsung dengan masalah penelitian.


(9)

16

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana program kemitraan bina lingkungan yang dilaksanakankan di lingkungan Pabrik Gula Kwala Madu, PT Perkebunan Nusantara 2, dan diharapkan penelitian ini akan bermanfaat sebagai salah satu bentuk studi antropologis. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai implikasi terhadap penerapan program CSR perusahaan yang dalam hal ini adalah tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Sebagai suatu penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak ramai, masyarakat Kabupaten Langkat dan masyarakat di lingkungan PT perkebunan Nusantara II khususnya.

Penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya deskriptif, yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang wujud tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan di unit usaha Pabrik Gula Kwala Madu. Dalam penelitian ini, hal yang penulis anggap menarik adalah program kemitraan yang


(10)

17

dijalin serta proses yang terjadi ketika pihak perusahaan menjalankan kegiatan dan aktivitasnya sebagai wujud tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan, dan hal tersebut merupakan salah satu wujud peran CSR dalam dunia usaha. Hal ini telah diungkapkan oleh Forum CSR bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, 2007).

Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah :

1. Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai penggunaan foto etnografi dalam studi antropologi ekologi.

2. Pada pihak PT Perkebunan Nusantara II, penelitian ini diharapkan dapat merekomendasikan kegiatan yang meningkatkan hubungan baik antar pihak karyawan perusahaan dengan masyarakat setempat.

3. Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah khasanah penelitian bidang antropologi ekologi.

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara II, Pabrik Gula Kwala Madu, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu ini sendiri berjarak 36 Km dari kota Medan, tepatnya di desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Selain itu penelitian juga akan dilaksanakan di Desa Sambirejo, dikarenakan pipa


(11)

18

air buangan Pabrik Gula Kwala Madu yang dimanfaatkan untuk irigasi persawahan menuju ke desa ini yang memang letaknya tepat di belakang Pabrik Gula Kwala Madu

1.6. Tinjauan Pustaka

Antropologi adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia, masa lalu dan kini, yang

menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu alam. Antropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial, dan ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan artinya menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu alam, termasuk penemuan tentang asal-usul dan evolusi Homo sapiens, ciri-ciri fisik manusia, perilaku manusia serta variasi di antara berbagai kelompok manusia.

Menurut Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari anek

Sedangkan menurut William AHaviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah mempengaruhi organisasi dan budaya sosial,termasuk di dalam itu adalah konsentrasi mengenai antropologi ekologi sebagai cabang antropologi terapan.


(12)

19

Antropologi ekologi merupakan salah satu bidang studi yang menekankan pada hubungan-hubungan yang terjadi antar populasi yang sangat dinamis, serta melihat organisasi sosial dan budaya dalam populasi t e r s e b u t s e r t a b a g a i m a n a m e r e k a m e m a n d a n g d a n m e m p e r l a k u k a n lingkungan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Selain itu juga melakukan dengan analisis sinkronik dan diakronik. Dalam perkembangannya a n t r o p o l o g i e k o l o gi m e n g a l a m i b e b e r a p a t a h a p a n pandangan terhadap hubungan populasi tersebut dengan lingkungannya.

Ada tiga langkah dasar yang perlu diikuti dalam studi antropologi ekologi 4

Selanjutnya Steward juga mengatakan bahwa beberapa sektor kebudayaan lebih erat kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan daripada sektor-sektor yang lain. Lebih lanjut Ahimsa Putra (1994) menjelaskan bahwa menurut perspektif ekologi budaya unsur-unsur pokok adalah "pola-pola perilaku" (behavior patterns), yakni kerja (work) dan teknologi yang dipakai dalam proses pengolahan atau pemanfaatan lingkungan. Dengan demikian studi

ini, yakni: (1) Melakukan analisis atas hubungan antara lingkungan dan teknologi pemanfaatan dan

produksi;

(2) Melakukan analisis atas "pola-pola perilaku dalameksploitasi suatu kawasan tertentu yang menggunakan teknologi tertentu."

(3) Melakukan analisis atas "tingkat pengaruh dari pola-pola perilaku dalam pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek lain dari kebudayaan"

(Steward, 1955 : 40 - 41).

4

Lebih jelas lihat Putra, Ahimsa. 1994. Antropologi Ekologi: Beberapa Teori dan Perkembangannya dalam


(13)

20

ekologi budaya pertama-tama adalah mengenai "the process of work, its organization, its

cycles and rhythms and its situational modalities "(Murphy, 1970 : 155). Perhatian baru

diarahkan pada lingkungan yakni bagaimana lingkungan mempengaruhi atau menetukan pola-pola tingkah-laku atau organisasi kerja.

Kepustakaan sangat diperlukan sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi literatur yang digunakan menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian. Perspektif Budaya :Bagian lima,kebudayaan dan lingkungan merupakan referensi penting dalam penelitian ini karena isinya berkonsentrasi pada peranan CSR sebagai salah satu tuntutan yang harus dijalankan perusahaan dalam membina kesinambungan usaha termasuk dalam pelestarian lingkungan. Buku yang diredaksi ole mengedepankan pentingnya penerapan CSR dalam dunia usaha atau industri yang berwawasan lingkungan. Studi gabungan yang terdapat di dalam buku ini sangat membantu penulis dalam menggunakan pendekatan penelitian yang dilakukan.

Melihat posisi manusia dalam lingkungan , seorang ahli filsafat Australia, Waewick fox (Widianto, 2006 ) melihat bahwa hubungan manusia dengan lingkungan sebagai spektrum yang terentang dari eksploitasi sumber daya yang menggali semaksimal mungkin ( resources exploitation ) bergerak menuju konservasi sumber daya ( resources conservation ) yang mengadakan konservasi untuk produksi kembali dan akhirnya pada proteksi lingkungan ( resources preservation ) yang memanfaatkan lingkungan dengan sangat hati-hati dan sangat menjaga keasliannya.


(14)

21

Hubungan manusia dengan manusia yang lainnya dijalin oleh sejumlah kesepakatan melalui negosiasi,namun kegagalan dalam menjalin relasi sosial termasuk kegagalan dalam menjaga keseimbangan alam akan dapat mengakibatkan kekacauan dan ketidakseimbangan yang dapat berdampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Kesadaran akan keterbatasan manusia memunculkan kehati-hatian dengan sejumlah alasan yang tercermin dalam kearifan lingkungan. Kehati-hatian ini tercermin dalam wujud pantangan maupun kewajiban yang bertujuan memelihara kelestarian ekosistem.Pemanfaatan lingkungan yang berpengaruh pada prinsip konservasi dan preservasi berlawanan dengan pemanfaatan lingkungan yang eksploitatif. Chalid Muhammad melihat bahwa keadaan lingkungan di Indonesia berada pada kondisi krisis akut menyeramkan akibat eksploitasi lingkungan yang tidak mengenal batas dan etika. Salah satu solusi yang tepat untuk industri adalah melalui program kemitraan bina lingkungan.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate

Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini

sebagai bukti bahwa CSR tidak hanya menjadi isu perusahaan swasta tetapi juga menjadi bagian dari komitmen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sejalan dengan Good

Coorporate Governance sebagai aplikasi dari Undang-Undang (UU) Perseroan Terbatas no

40 tahun 2007, UU Penanaman Modal No 25 tahun 2007, UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009, dan UU BUMN No 19 tahun 2003.

Menurut beberapa ahli, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dapat menjadi salah satu program andalan dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang diupayakan oleh pabrik gula. Kegiatan kampanye ataupun gerakan sosial kemasyarakatan yang fokus terhadap pengelolaan lingkungan menjadi indikasi kepedulian sebagai bentuk tanggung jawab moral


(15)

22

untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat ditimbulkan dari proses produksi. Selain itu juga program CSR (corporate social responsibility) yang dialokasikan untuk menangani dampak sosial dan lingkungan yang mungkin terjadi akibat operasional pabrik gula harus dipandang sebagai bentuk investasi wajib yang dianggarkan. Kegiatan ini juga dapat secara aktif meningkatkan perekonomian warga sekitar, peningkatan ketrampilan warga dalam bidang tertentu bisa membuat mereka mempunyai keahlian dalam menciptakan lapangan kerja baru, didukung dengan pemberian kredit dengan bunga murah serta pembangunan sarana dan prasarana warga, semisal perbaikan masjid, jalan, jembatan atau fasilitas umum lainnya melalui program PKBL juga secara langsung bisa menyerap tenaga kerja dari masyarakat disekitar pabrik gula, hal ini juga merupakan pendorong perekonomian daerah sekitar. selain itu pabrik gula juga mempunyai produk sampingan yang antara lain berupa listrik (co-generation), bioetanol, serta pupuk. Jika produk-produk ini menjadi kesatuan integrasi dengan pabrik gula, tentu akan semakin efisien dan semakin memberdayakan masyarakat daerah. Konsep integrasi tersebut telah dilakukan di India. Pabrik gula disana telah didesain terintegrasi dengan memproduksi gula, listrik, dan etanol. Nilai rendemennya mencapai 10 persen. Listrik yang dihasilkan 30 MW, dan etanol 120 kiloliter per hari (Wibowo, 2012).

Noke kiroyan berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility ( CSR ) mulai diperbincangkan di Indonesia menjelang akhir dasawarsa 1990-an terutama di kalangan industri sumber daya alam sejalan dengan semakin besarnya perhatian internasional terhadap isu ini dan meningkatnya tuntutan masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan-perusahaan dalam sektor sumber daya alam. Perhatian yang lebih besar kepada CSR didorong antara lain oleh advokasi kalangan LSM.Tekanan-tekanan LSM internasional yang juga diikuti oleh LSM di Indonesia menuntut agar perusahaan tambang dan perkebunan mengurangi dampak negatif operasinya terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.


(16)

23

Kaitan erat dengan dunia internasional telah menjadikan CSR dan salah satu pengejawantahannya berupa community development telah menjadi bagian dari praktek industri.

Diantara beberapa ahli yang mendefinisikan Corporate Social Responsibility ( CSR ) antara lain adalah definisi yang dikemukakan oleh Sonny Sukada yaitu :

“ CSR adalah upaya perusahaan dalam bertanggung jawab dengan cara meminimumkan dampak negatif akibat operasinya ( baik sosial maupun lingkungan ); dan memaksimumkan dampak positif,telah diterima secara umum dan didorong menjadi anutan umum dunia usaha di seluruh belahan dunia, bahwa CSR harus terintegrasi dalam kebijakan dan strategi perusahaan. ”

Dari berbagai sumber kepustakaan, maka bank dunia juga mendefinisikan CSR yang juga masih senada dengan definisi diatas.Bank dunia mendefinisikan CSR sebagai berikut :

“ CSR adalah komitmen untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembanguanan berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan maupun masyarakat pada umumnya “

Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai CSR (Budi Untung, 2008, h.89) diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan. Dalam Undang-undang PT Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 ini, mengisyaratkan bahwa CSR awalnya bersifat sukarela menjadi sebuah tanggung jawab yang diwajibkan. Salah satu bentuk program CSR pada BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Secara konsep Program Kemitraan dan Bina


(17)

24

Lingkungan (PKBL) yang dilaksanakan BUMN tidak jauh berbeda dengan kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan BUMN.

PKBL memiliki 2 (dua) program, pertama adalah Program KemitraanBUMN dengan Usaha Kecil dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuanusaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Kedua adalah Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan danadari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. Sedangkan menurut Asisten Deputi Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan,Kementrian BUMN (2010), sebenarnya peran PKBL BUMN mempunyai cakupanyang lebih luas dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swastakarena PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utamapembangunan (triple tracks), yaitu: (1) pengurangan jumlah pengangguran (2) pengurangan jumlah penduduk miskin; dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu diharapkan, melalui PKBL dapat terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan, ( Rukminto, 2003 ).

Program Kemitraan Bina Lingkungan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat mewujudkan diri sebagai usaha kesejahteraan sosial yang dikembangkan untuk membantu, mengembangkan, dan mendukung terciptanya peningkatan taraf hidup individu, keluarga ataupun masyarakat. Program kesejahteraan


(18)

25

masyarakat baik sebagai gerakan maupun kegiatan merupakan upaya pembangunan sosial, karena inti dari pembangunan yang dilakukan adalah mengembangkan ataupun membangun masyarakat sebagai suatu institusi sosial, termasuk unit-unit kebudayaan di dalamnya, seperti penghargaan terhadap kearifan lingkungan masyarakat setempat, dan bukan sekedar menekankan pada aspek pembangunan fisik semata.( Rukminto, 2003 )

Dalam prinsip pemberdayaan masyarakat pedesaan, untuk membantu mereka keluar dari ketidakberdayaannya, sesungguhnya tergantung pada mereka sendiri. Namun demikian, bagaimana mereka bisa memulainya, tentu peran orang luar sangat diperlukan.Bisa birokrat, relawan, ilmuwan, tenaga profesional, dan lainnya, untuk melakukan prakarsa, karena orang luar tersebut memiliki kekuatan, kemampuan, sumber daya yang lebih dan dapat digunakan untuk memobilisir dalam memberdayakan orang miskin di perdesaan. Orang-orang luar tersebut dapat melakukan sesuatu sesuai dengan porsi dan kemampuannya untuk membantu masyarakat miskin di berbagai wilayah perdesaan.( Chambers, 1988 )

Menurut Chambers, masyarakat perdesaan yang miskin mempunyai tipologi sebagai berikut: (1) rumah tangga yang miskin. Dalam rumah tangga demikian tidak mempunyai sedikitpun kekayaan, tempat tinggalnya terbuat dari bambu, tanah liat, jerami, alang-alang, dilengkapi dengan sedikit perabot rumah tangga, ranjangnya tikar, dan kondisi sanitasinya sangat minim. (2) Rumah tangga yang lemah jasmani. Di dalam rumah tangga demikian tanggungan keluarganya sangat banyak sedangkan pencari nafkahnya seorang kepala rumah tangga saja. Selain itu, anggota keluarganya ada yang sakit kronis, menahun, dan tua yang tidak produktif sama seklai. (3) rumah tangga yang tersisih dari kehidupan. Dalam kelompok ini adalah rumah tangga yang terisolasi dari dunia luar, terpencil, di pinggir hutan, terkadang buta huruf. (4) rumah tangga yang rentan. Adalah rumah tangga yang tidak memilki


(19)

26

penyangga untuk memenuhi kebutuhan yang tiba-tiba.Misalnya keluarganya jatuh sakit, kena musibah, gagal panen, kecelakaan, kematian, dan lain sebagainya. (5) Rumah tangga tidak berdaya. Dalam kelompok ini rumah tangga rentan mendapatkan perlakuan yang tidak adil, diperas, diintimidasi, dan tindakan kriminal lainnya.

Orang luar, hanya bisa membantu membuat rencana-rencana pembangunan perdesaan yang didasarkan atas masalah yang muncul dan keberadaan potensi yang ada di wilayah yang bersangkutan.Karena pada umumnya suatu proyek pembangunan yang direncanakan oleh suatu pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat, dan secara tidak langsung mengentaskan kemiskinan.Selain itu, orang luar dapat membantu menemukan dan menciptakan peluang berdasarkan potensi masyarakat dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya.Misalnya, pemanfaatan sumberdaya milik bersama (hutan, bantaran sungai, sungai, dan lainnya); memperbaiki alat-alat untuk proses produksi; membuka lapangan kerja musiman; membantu rumah tangga miskin dengan modal yang kecil; membangun prasarana dan sarana pertanian di perdesaan; memanfaatkan budi daya air; mengembangkan varietas tanaman yang lebih produktif, dan lainnya. Selain itu, agar kita dapat memahami kondisi kemiskinan masyarakat perdesaan perlu dikembangkan sikap positif, terutama bagi para profesional dan ilmuwan yang berkecimpung di dalam pembangunan desa. Misalnya, (1) harus menghilangkan sikap anti kemiskinan, artinya kita harus berusaha membantu orang miskin keluar dari jerat kemiskinannya; (2) tinggal bersama lebih lama. Dengan tinggal lebih lama pada kehidupan masyarakat miskin, maka dapat merasakan dan memahami kondisi kemiskinan mereka; (3) Berlakulah seperti orang kecil atau miskin. Jangan menjaga jarak dengan mereka, cara berpakaian, cara makan, berbicara, dan lain sebagainya. ( Chambers, 1988 )


(20)

27

Selain itu juga perlu sikap mendahulukan yang terakhir, mengisyaratkan suatu proses belajar yang terbalik. Jargon, “kita harus mendidik petani”, “memberantas kemiskinan masyarakat desa”, “membantu memberikan modal”, “memberdayakan mereka”, sesungguhnya merupakan konsep orang luar dalam melakukan pemberdayaan dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang dialaminya. Namun, kita harus berfikir ulang dengan jargon yang pernah kita dengungkan tersebut, sebaliknya kita harus merendah dan belajar dari bawah. Belajar dari bawah adalah cara belajar yang langsung dari orang desa, dengan mencoba memahami sistem pengetahuan yang dimilikinya dan menggali ketrampilan teknisnya. Selain itu, belajar dari bawah mengandung makna bahwa orang luar harus belajar menghayati kehidupan orang miskin di perdesaan, mencoba merasakan kehidupan dari sisi orang yang menderita.( Chambers, 1988 )

Dalam website resmi PTPN 2, tercantum beberapa keterangan mengenai jenis limbah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses daur ulang. Limbah tersebut antara lain :

a. Limbah Bagasse (Ampas)

Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau dari aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah padat industri gula (biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagassse (Saccharum

officinarum L.).Industri gula menghasilkan bagas yang cukup melimpah.PTPN II juga sangat

berpotensi untuk mengolah limbah baggasse menjadi “BIOETANOL” yang merupakan sumber energi terbarukan dan sangat dibutuhkan oleh bangsa dan dunia.


(21)

28

b. Limbah Blotong (Padat)

Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong. Blotong merupakan serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Limbah ini berbentuk padat mengandung air dan masih memiliki temperatur cukup tinggi (panas), dan seperti tanah. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar, gula, total abu, SiO2, CaO, P2O5 dan MgO.

Berangkat dari limbah blotong ini, masyarakat daerah PTPN II dapat mengolahnya menjadi “PUPUK ORGANIK”.Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat.

c. Limbah Cair

Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula juga sangat bernilai ekonomis dalam program GreenPreneur. Limbah cair tetes ini dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai ”ALKOHOL”. Alkohol ini nantinya dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi.

Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk bagi pabrik gula, masyarakat daerah sekitar pabrik dan mampu berperan dalam meningkatkan ekonomi daerah.


(22)

29

Dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk industri,maka hendaknya pabrik gula juga memiliki komitmen dalam menjaga keseimbangan ekosistem setempat.Ekosistem dapat diartikan sebagai jalinan hubungan timbal balik antara unsur hayati dan unsur non-hayati ( soedjiran, 1984 )

Keseimbangan ekosistem berarti kemampuan ekosistem dalam menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan ini diatur oleh berbagai faktor yang sangat rumit. Keseimbangan dalam ekosistem ini dapat diciptakan dengan mengupayakan kegiatan industri yang berwawasan lingkungan serta menciptakan iklim usaha yang mampu beretika terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.

1.7 .Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.7.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang ilmiah ataupun langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi untuk mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini penulis terkonsentrasi pada penelitian bidang antropologi ekologi dan Pemberdayaan Masyarakat. Penulis beranggapan skripsi ini terkonsentrasi pada bidang antropologi ekologi karena Antropologi ekologi merupakan salah satu bidang studi yang menekankan pada hubungan-hubungan yang terjadi antar populasi yang sangat dinamis, serta melihat organisasi sosial dan budaya dalam populasi tersebut serta bagaimana mereka memandang dan memperlakukan lingkungan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam skripsi ini, metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Metode Penelitian Kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan termasuk ke dalam studi deskriptif. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan


(23)

30

batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. Selain hal tersebut, penelitian ini adalah juga termasuk ke dalam penelitian lapangan ( field research ). Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lokasi penelitian dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam sebuah penelitian selain itu penelitian ini juga didukung oleh kepustakaan yang berhubungan dengan aktivitas di Pabrik Gula Kwala Madu ( PGKM ), PT Perkebunan Nusantara II.

Dalam penelitian ini, Peneliti akan memperoleh data dari dua sumber, yaitu sumber primer (sumber pertama) dan sumber sekunder.

• Data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber asli yang terlibat langsung, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak PTPN 2 yang diwakili Manajer Pabrik Gula Kwala Madu, Asisten teknik yang berkaitan langsung dengan pengelolaan limbah serta beberapa tokoh masyarakat Desa Sambirejo.

• Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ditulis oleh peneliti terdahulu, sumber kedua dibuat berdasarkan sumber pertama.Data sekunder dapat berupa buku-buku atau dokumen yang relevan dengan kondisi lokasi penelitian.Dalam hal ini data sekunder adalah buku-buku atau dokumen yang terkait dengan CSR pada BUMN, khususnya Pada Perusahaan Perkebunan Negara.


(24)

31

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.Untuk itu, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data.Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain sebagai berikut :

A. Penelitian Lapangan

Data atau sumber yang akan diperoleh yaitu data langsung dari masyarakat dengan melakukan penelitian lapangan, dengan melakukan wawancara pada para informan. Ada tiga jenis informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini, antara lain:

1. Informan Pangkal, yaitu seseorang yang memberi informasi sebelum kegiatan wawancara dilakukan. Informan ini merupakan orang pertama yang akan peneliti temui sebagai langkah awal pengumpulan informasi. Dari informan pangkal ini nantinya peneliti akan memperoleh informasi tentang siapa-siapa saja yang lebih mengetahui masalah yang akan diangkat atau diteliti. Informan pangkal disini adalah kepala desa dan manajer pabrik gula kwala madu karena beliau-beliau ini dianggap memiliki kewenangan di tempat penelitian dilaksanakan.

2. Informan Kunci, yaitu seseorang atau beberapa orang yang mengetahui secara mendalam dan detail tentang masalah yang diteliti, juga merupakan informan utama. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas jumlah informannya berkisar enam orang yang merupakan tokoh-tokoh masyarakatseperti misalnya ketua kelompok tani dan para staf PTPN II yang terlibat dalam manajemen pengelolaan program kemitraan bina lingkungan yang juga sangat paham akankondisi perusahaan yang terkait.


(25)

32

3. Informan Biasa, yaitu seseorang yang sekedar atau hanya mengetahui sedikit mengenai masalah yang diteliti. Informan biasa ini adalah masyarakat desa yang juga mengetahui tentang masalah yang sedang diteliti. Jumlahnya dibatasi karena begitu banyak masyarakat yang hanyasekedar atau minim pengetahuannya mengenai kondisi perusahaan.

B.Wawancara

Wawancara merupakan proses penggalian informasi melalui Tanya jawab antara pewawancara ( peneliti ) dengan narasumber ( informan ).Tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk mendapatkan informasi dari narasumber/informan untuk keperluan proses pengambilan gambaran umum mengenai perilaku suatu masyarakat atau organisasi tertentu.Selama penelitian berlangsung peneliti mewawancarai beberapa informan.Untuk bagian Pogram kemitraan bina lingkungan peneliti mewawancarai manajer Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun dalam pengumpulan data ini peneliti akan menggunakan beberapa teknik wawancara untuk mendapatkan data dari informan, yaitu:

1. Wawancara mendalam (deep interview)

Dalam penelitian ini wawancara mendalam (deep interview)digunakan untuk memperoleh data dengan berpedoman kepada interview guide sebagai acuan dalam wawancara

2. Wawancara tak terstruktur

Wawancara ini dilakukan tanpa ada persiapan terlebih dahulu dan biasanya apabila si peneliti secara kebetulan berjumpa dengan si informan. Kedua wawancara tadi akan


(26)

33

didukung pula oleh alat-alat pengumpulan data lainnya, seperti kuisioner, tape recorder, dan kamera sebagai alat dokumentasi.

1.8 Analisa Data

Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Analisa data dimulai dengan mengelola

data yang dikumpulkan serta dicatat pada kertas buram ( verbatim notes ), langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data atau melakukan abstraksi terhadap data hasil wawancara mendalam dan pengamatan peneliti. Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu sama lain dan di interpretasikan secara kualitatif.


(1)

28 b. Limbah Blotong (Padat)

Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong. Blotong merupakan serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Limbah ini berbentuk padat mengandung air dan masih memiliki temperatur cukup tinggi (panas), dan seperti tanah. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar, gula, total abu, SiO2, CaO, P2O5 dan MgO.

Berangkat dari limbah blotong ini, masyarakat daerah PTPN II dapat mengolahnya menjadi “PUPUK ORGANIK”.Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat.

c. Limbah Cair

Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula juga sangat bernilai ekonomis dalam program GreenPreneur. Limbah cair tetes ini dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai ”ALKOHOL”. Alkohol ini nantinya dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi.

Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk bagi pabrik gula, masyarakat daerah sekitar pabrik dan mampu berperan dalam meningkatkan ekonomi daerah.


(2)

29

Dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk industri,maka hendaknya pabrik gula juga memiliki komitmen dalam menjaga keseimbangan ekosistem setempat.Ekosistem dapat diartikan sebagai jalinan hubungan timbal balik antara unsur hayati dan unsur non-hayati ( soedjiran, 1984 )

Keseimbangan ekosistem berarti kemampuan ekosistem dalam menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan ini diatur oleh berbagai faktor yang sangat rumit. Keseimbangan dalam ekosistem ini dapat diciptakan dengan mengupayakan kegiatan industri yang berwawasan lingkungan serta menciptakan iklim usaha yang mampu beretika terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.

1.7 .Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.7.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang ilmiah ataupun langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi untuk mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini penulis terkonsentrasi pada penelitian bidang antropologi ekologi dan Pemberdayaan Masyarakat. Penulis beranggapan skripsi ini terkonsentrasi pada bidang antropologi ekologi karena Antropologi ekologi merupakan salah satu bidang studi yang menekankan pada hubungan-hubungan yang terjadi antar populasi yang sangat dinamis, serta melihat organisasi sosial dan budaya dalam populasi tersebut serta bagaimana mereka memandang dan memperlakukan lingkungan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam skripsi ini, metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Metode Penelitian Kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan termasuk ke dalam studi deskriptif. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan


(3)

30

batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. Selain hal tersebut, penelitian ini adalah juga termasuk ke dalam penelitian lapangan ( field research ). Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lokasi penelitian dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam sebuah penelitian selain itu penelitian ini juga didukung oleh kepustakaan yang berhubungan dengan aktivitas di Pabrik Gula Kwala Madu ( PGKM ), PT Perkebunan Nusantara II.

Dalam penelitian ini, Peneliti akan memperoleh data dari dua sumber, yaitu sumber primer (sumber pertama) dan sumber sekunder.

• Data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber asli yang terlibat langsung, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak PTPN 2 yang diwakili Manajer Pabrik Gula Kwala Madu, Asisten teknik yang berkaitan langsung dengan pengelolaan limbah serta beberapa tokoh masyarakat Desa Sambirejo.

• Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ditulis oleh peneliti terdahulu, sumber kedua dibuat berdasarkan sumber pertama.Data sekunder dapat berupa buku-buku atau dokumen yang relevan dengan kondisi lokasi penelitian.Dalam hal ini data sekunder adalah buku-buku atau dokumen yang terkait dengan CSR pada BUMN, khususnya Pada Perusahaan Perkebunan Negara.


(4)

31

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.Untuk itu, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data.Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain sebagai berikut :

A. Penelitian Lapangan

Data atau sumber yang akan diperoleh yaitu data langsung dari masyarakat dengan melakukan penelitian lapangan, dengan melakukan wawancara pada para informan. Ada tiga jenis informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini, antara lain:

1. Informan Pangkal, yaitu seseorang yang memberi informasi sebelum kegiatan wawancara dilakukan. Informan ini merupakan orang pertama yang akan peneliti temui sebagai langkah awal pengumpulan informasi. Dari informan pangkal ini nantinya peneliti akan memperoleh informasi tentang siapa-siapa saja yang lebih mengetahui masalah yang akan diangkat atau diteliti. Informan pangkal disini adalah kepala desa dan manajer pabrik gula kwala madu karena beliau-beliau ini dianggap memiliki kewenangan di tempat penelitian dilaksanakan.

2. Informan Kunci, yaitu seseorang atau beberapa orang yang mengetahui secara mendalam dan detail tentang masalah yang diteliti, juga merupakan informan utama. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas jumlah informannya berkisar enam orang yang merupakan tokoh-tokoh masyarakatseperti misalnya ketua kelompok tani dan para staf PTPN II yang terlibat dalam manajemen pengelolaan program kemitraan bina lingkungan yang juga sangat paham akankondisi perusahaan yang terkait.


(5)

32

3. Informan Biasa, yaitu seseorang yang sekedar atau hanya mengetahui sedikit mengenai masalah yang diteliti. Informan biasa ini adalah masyarakat desa yang juga mengetahui tentang masalah yang sedang diteliti. Jumlahnya dibatasi karena begitu banyak masyarakat yang hanyasekedar atau minim pengetahuannya mengenai kondisi perusahaan.

B.Wawancara

Wawancara merupakan proses penggalian informasi melalui Tanya jawab antara pewawancara ( peneliti ) dengan narasumber ( informan ).Tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk mendapatkan informasi dari narasumber/informan untuk keperluan proses pengambilan gambaran umum mengenai perilaku suatu masyarakat atau organisasi tertentu.Selama penelitian berlangsung peneliti mewawancarai beberapa informan.Untuk bagian Pogram kemitraan bina lingkungan peneliti mewawancarai manajer Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun dalam pengumpulan data ini peneliti akan menggunakan beberapa teknik wawancara untuk mendapatkan data dari informan, yaitu:

1. Wawancara mendalam (deep interview)

Dalam penelitian ini wawancara mendalam (deep interview)digunakan untuk memperoleh data dengan berpedoman kepada interview guide sebagai acuan dalam wawancara

2. Wawancara tak terstruktur

Wawancara ini dilakukan tanpa ada persiapan terlebih dahulu dan biasanya apabila si peneliti secara kebetulan berjumpa dengan si informan. Kedua wawancara tadi akan


(6)

33

didukung pula oleh alat-alat pengumpulan data lainnya, seperti kuisioner, tape recorder, dan kamera sebagai alat dokumentasi.

1.8 Analisa Data

Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Analisa data dimulai dengan mengelola data yang dikumpulkan serta dicatat pada kertas buram ( verbatim notes ), langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data atau melakukan abstraksi terhadap data hasil wawancara mendalam dan pengamatan peneliti. Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu sama lain dan di interpretasikan secara kualitatif.