Cara Pengendalian Sosial

1. Cara Pengendalian Sosial

Supaya tercipta ketertiban sosial, masyarakat perlu menyikapi berbagai perilaku menyimpang di masyarakat. Upaya untuk mengem- balikan kondisi masyarakat itu dapat dilakukan melalui cara-cara berikut.

a. Pengendalian Sosial melalui Sosialisasi Perilaku orang dikendalikan dengan mensosiali- sasikan peran yang sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dilakukan melalui penciptaan kebiasaan dan rasa senang. Sosialisasi membentuk kebiasaan, keinginan, dan adat-istiadat. Para anggota masyarakat dididik dalam kebiasaan yang sama. Oleh karena itu, mereka cenderung menjadi alat ukur yang baik bagi perilaku seseorang dalam sebuah kelompok. Bilamana semua anggota masyarakat memiliki pengalaman sosialisasi yang sama, maka mereka secara sukarela

Sumber: Solo Pos, 24 November 2006

dan tanpa berpikir panjang akan berperilaku sama. Gambar 6.1 Polisi mensosialisasikan aturan Mereka akan menyesuaikan diri dengan harapan-

berlalu lintas kepada para penge- harapan sosial, tanpa menyadari bahwa mereka sedang mudi angkutan umum.

melaksanakan penyesuaian ataupun tanpa adanya pertimbangan yang serius.

Melalui sosialisasi, seseorang menginternalisasikan (meng- hayati) norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakatnya. Hal tersebut berarti menjadikannya sebagai bagian dari perilaku otomatis seseorang yang dilakukan tanpa berpikir. Orang yang menginternali- sasikan suatu nilai secara penuh akan menerapkan nilai tersebut meskipun tidak ada orang lain yang melihatnya. Keinginannya untuk melanggar nilai tersebut sangat kecil. Jika dia sungguh-sungguh tergoda, maka hati kecilnya akan mencegah pelanggaran tersebut.

b. Pengendalian Sosial melalui Tekanan Sosial Lapiere (1954) melihat pengendalian sosial terutama sebagai suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Ia mengatakan bahwa kelompok akan sangat berpengaruh jika anggotanya sedikit dan akrab, jika kita ingin tetap berada dalam kelompok itu untuk jangka waktu lama, dan kita sering berhubungan dengan para anggota kelompok tersebut. Kebutuhan manusia akan penerimaan kelompok merupakan alat penunjang yang paling hebat yang dapat dipakai untuk menerapkan keinginan kelompok demi pengejawantahan norma-norma kelompok. Anggota baru suatu kelompok lebih berhati-hati dalam menyesuaikan diri dan jauh lebih setia daripada anggota lama.

Pengendalian kelompok dibedakan sebagai berikut.

1) Pengendalian Kelompok yang Informal Primer Pengendalian dalam kelompok primer terjadi secara infor- mal, spontan, dan tanpa direncanakan. Para anggota kelompok bereaksi terhadap perilaku sesamanya. Bilamana seorang anggota kelompok menyakiti atau menyinggung perasaan ang- gota lainnya, maka mereka itu mungkin akan menunjukkan pera- saan ketidaksenangannya dengan jalan mengejek, menertawai,

Sosiologi Kelas X Sosiologi Kelas X

Manusia normal di mana saja memer- lukan dan berupaya memperoleh pengakuan dari orang lain, terutama dari orang-orang yang termasuk dalam kelompok primer. Kelompok primer memberikan keintiman manusiawi. Tun- tutan kebutuhan akan penerimaan dan penga- kuan semacam itu membuat kelompok primer berperanan sebagai lembaga pengendalian yang sangat hebat.

2) Pengendalian Kelompok Sekunder

Kelompok sekunder pada umumnya lebih Sumber: Pasific Friend, Vol. 29, No. 1 besar, lebih impersonal, dan mempunyai Gambar 6.2 Dalam kelompok primer, pe- ngendalian sosial bersifat spon- tujuan yang khusus. Kita tidak menggunakan

tan, informal, dan tidak

kelompok ini untuk memenuhi kebutuhan kita

direncanakan.

akan hubungan yang intim dan manusiawi. Tetapi kita mem- butuhkannya untuk membantu menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengendalian formal merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh kelompok sekunder, misalnya peraturan resmi dan tata cara yang distandardisasi; propaganda; hubungan masyarakat; rekayasa masyarakat; kenaikan golongan atau pangkat; pem- berian gelar, imbalan, dan hadiah; serta penjatuhan sanksi dan hukuman formal.

c. Pengendalian Sosial melalui Kekuatan Pada masyarakat yang memiliki penduduk dalam jumlah yang besar dan kebudayaan yang lebih kompleks diperlukan pemerintahan formal, peraturan hukum, dan pelaksanaan hukuman. Apabila sese- orang tidak mau menaati peraturan, maka kelompok akan mencoba memaksanya untuk taat pada peraturan tersebut. Namun pada ke- lompok yang besar, keberadaan individu terlalu sulit untuk dapat dikendalikan oleh tekanan kelompok secara informal. Itulah sebab- nya masyarakat konvensional kadang menggunakan kekuatan dalam bentuk peraturan hukum dan hukuman formal demi memaksakan terciptanya kadar konformitas minimum yang diperlukan. Kekuatan itu tidak selamanya berhasil, namun tetap dipergunakan pada setiap masyarakat yang kompleks.

Agar warga masyarakat berperilaku sesuai dengan norma sosial, Koentjaraningrat juga menyarankan beberapa cara yang bisa ditempuh. Pertama, dengan mempertebal keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat-istiadat yang ada. Jika warga yakin pada kelebihan yang terkandung dalam aturan sosial yang berlaku, maka dengan rela warga akan mematuhi aturan itu.

Pengendalian Sosial

Kedua, dengan memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang biasa taat. Pemberian ganjaran melambangkan penghargaan atas tindakan yang dilakukan individu. Selanjutnya, individu akan termotivasi untuk mengulangi tindakan tersebut.

Ketiga, mengembangkan rasa malu dalam jiwa masyarakat yang menyeleweng dari adat-istiadat. Individu yang menyimpang dari aturan dihukum agar jera dan tidak mengulanginya kembali.

Keempat, mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masya- rakat yang hendak menyeleweng dari adat-istiadat dengan berbagai ancaman dan kekuasaan. Rasa takut timbul dari pengalaman individu setelah dikenai sanksi, atau dari pengamatan terhadap penerapan sanksi atas orang lain. Rasa takut itu mencegah individu untuk melakukan pelanggaran aturan.

Di era reformasi, masyarakat kita berani bersikap kritis. Kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan akan dilawan. Mereka tidak segan mengancam akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana upaya pemerintah guna menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia? Apakah alternatif cara yang terlintas di benakmu?

Diskusikanlah bersama tiga orang temanmu. Tulislah hasilnya lalu presentasikan di depan kelas. Kelompok lain bertugas untuk menanggapi.