Tanah Hak Milik adalah tanah turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan yang
tercantum dalam Pasal 6 UUPA yaitu mengenai tanah yang berfungsi sosial. HGB atas tanah Hak Milik terjadi dengan pemberian oleh
pemegang hak milik dengan akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Pemberian HGB atas tanah negara dan tanah hak pengelolaan didaftar dalam buku tanah pada Kantor Pertanahan dan terjadinya HGB tersebut sejak
didaftar oleh Kantor Pertanahan. Begitu juga pemberian HGB atas Hak Milik wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan dan HGB atas hak milik tersebut
mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan.
4. Kewajiban dan Hak Pemegang HGB
Kewajiban pemegang HGB diatur dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. Kewajiban pemegang HGB
adalah: a.
Membayar uang pemasukan yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya.
b. Menggunakan tanah sesuai dengan peruntukannya dan persyaratan
sebagaimana yang ditetapkan dalam keputusan perjanjian pemberiannya. c.
Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada diatasnya serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.
d. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan HGB kepada negara,
pemegang hak pengelolaan atau pemegang hak milik sesudah hak guna bangunan hapus.
e. Menyerahkan sertifikat HGB yang telah hapus kepada Kepala Kantor
Pertanahan. Jika tanah HGB karena keadaan geografis atau lingkungan atau sebab-
sebab lain letaknya sedemikian rupa sehingga mengurung atau menutup pekarangan atau sebidang tanah lain dari lalu lintas umum atau jalan air,
pemegang HGB wajib memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah yang terkurung.
Hak pemegang HGB diatur dalam Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. Hak-hak pemegang HGB adalah:
a. Berhak menguasai dan mempergunakan tanah yang diberikan dengan HGB
selama waktu tertentu untuk mendirikan dan mempunyai bangunan untuk keperluan pribadi atau usahanya, serta,
b. Untuk mengalihkan hak tersebut kepada pihak lain; dan
c. Membebaninya.
5. Pembebanan HGB
HGB dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan, demikian dinyatakan dalam Pasal 39 UUPA jo Pasal 33 ayat 1 Peraturan
Pemerintah No.40 Tahun 1996. Hal tersebut sesuai dengan yang ditetapkan Pasal 4 ayat 1 UUHT bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan
adalah HM, HGU dan HGB.
Sertifikat HGB yang telah diterbitkan oleh menteri atau pejabat yang berwenang dapat dijadikan jaminan hutang pada lembaga perbankan dengan
dibebani hak tanggungan. Hak tanggungan hapus dengan hapusnya HGB Pasal 33 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.
Untuk melindungi kepentingan pemegang hak tanggungan HGB pada saat berakhirnya jangka waktu HGB, maka pemegang hak tanggungan diberi
kewenangan untuk mengurus perpanjangan hak atas tanah yang dijadikan obyek hak tanggungan.
6. Hapusnya HGB