86 Agung untuk dilaksanakan atau paling tidak untuk
dipertimbangkan. Menanggapi hal itu Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan menyatakan di Jakarta yang dikutip
oleh beberapa koran, bukankah rekomendasi Komisi Yudisial itu terserah kami, apa kami mau masukan ke
kotak sampah, terserah kami. Dapatlah dibayangkan betapa ucapan seorang Hakim Agung yang melecehkan
undang-undang, padahal ketentuan Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tersebut
menyatakan bahwa usul penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 23 ayat 1 beserta alasannya
bersifat mengikat disampaikan oleh Komisi Yudisial kepada pimpinan Mahkamah Agung danatau Mahkamah
Konstitusi.
f. Pertimbangan Hukum
Menurut Mahkamah Konstitusi pada dasarnya terdapat beberapa hal substansial yang harus dipertimbangkan. Yang
menyangkut beberapa pengertian.
Pengertian hakim
Menyangkut perluasan pengertian hakim menurut Pasal 24 B ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945, Mahkamah Konstitusi
87 memberi pertimbangan bahwa hakim konstitusi tidak
termasuk dalam pengertian hakim yang perilakunya diawasi Komisi Yudisial.
Sedangkan menyangkut pengertian hakim menurut Pasal 24 B ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 apakah meliputi
pengertian hakim agung atau tidak tidaklah dapat ditemukan dasar-dasar konstitusional yang meyakinkan. Dengan demikian
untuk seleksi ulang hakim agung, oleh karena rekruitmennya tidak melibatkan Komisi Yudisial., maka terpulang pada
pembentuk Undang-Undang yaitu Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan Presiden, untuk menentukan kebijakan
hukum yang akan dipilih dalam rangka menjalankan perintah pasal 24B ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.
Konsep Pengawasan
Undang-Undang Komisi Yudisial. terbukti tidak rinci mengatur mengenai prosedur pengawasan, tidak jelas dan
tegas menentukan siapa subyek yang mengawasi, apa obyek yang diawasi, instrumen apa yang digunakan serta bagaimana
proses pengawasan dilaksanakan. Tidak jelas dan tidak rincinya pengaturan mengenai pengawasan dalam Undang-
Undang Komisi Yudisial. menyebabkan semua ketentuan
88 Undang-Undang Komisi Yudisial tentang pengawasan menjadi
kabur obscure dan menimbulkan ketidakpastian hukum recht son zekerheid dalam pelaksanaannya. Konsepsi
pengawasan yang terkandung dalam Undang-Undang Komisi Yudisial didasarkan atas paradigma konseptual yang tidak
tepat, yaitu seolah-olah hubungan antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial berada dalam pola hubungan “checks and
balances” antar cabang kekuasaan dalam konteks ajaran pemisahan kekuasaan separation of power sehingga
menimbulkan penafsiran yang tidak tepat. Oleh karena itu segala ketentuan Undang-Undang Komisi Yudisial yang
menyangkut pengawasan harus dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat.
B. Analisa
1. Kekuasaan Kehakiman dan fungsi pengawasan dalam
pandangan Mahkamah Agung.
Kekuasaan Kehakiman yang merdeka dan dapat diartikan sebagai pelaksanaan peradilan yang bebas dan tidak
memihak merupakan kelaziman tercantum dalam Undang-