Pertimbangan Hukum Putusan Nomor 005P UU – IV2006 tentang pengujian

86 Agung untuk dilaksanakan atau paling tidak untuk dipertimbangkan. Menanggapi hal itu Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan menyatakan di Jakarta yang dikutip oleh beberapa koran, bukankah rekomendasi Komisi Yudisial itu terserah kami, apa kami mau masukan ke kotak sampah, terserah kami. Dapatlah dibayangkan betapa ucapan seorang Hakim Agung yang melecehkan undang-undang, padahal ketentuan Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tersebut menyatakan bahwa usul penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 23 ayat 1 beserta alasannya bersifat mengikat disampaikan oleh Komisi Yudisial kepada pimpinan Mahkamah Agung danatau Mahkamah Konstitusi.

f. Pertimbangan Hukum

Menurut Mahkamah Konstitusi pada dasarnya terdapat beberapa hal substansial yang harus dipertimbangkan. Yang menyangkut beberapa pengertian. Pengertian hakim Menyangkut perluasan pengertian hakim menurut Pasal 24 B ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945, Mahkamah Konstitusi 87 memberi pertimbangan bahwa hakim konstitusi tidak termasuk dalam pengertian hakim yang perilakunya diawasi Komisi Yudisial. Sedangkan menyangkut pengertian hakim menurut Pasal 24 B ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 apakah meliputi pengertian hakim agung atau tidak tidaklah dapat ditemukan dasar-dasar konstitusional yang meyakinkan. Dengan demikian untuk seleksi ulang hakim agung, oleh karena rekruitmennya tidak melibatkan Komisi Yudisial., maka terpulang pada pembentuk Undang-Undang yaitu Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan Presiden, untuk menentukan kebijakan hukum yang akan dipilih dalam rangka menjalankan perintah pasal 24B ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Konsep Pengawasan Undang-Undang Komisi Yudisial. terbukti tidak rinci mengatur mengenai prosedur pengawasan, tidak jelas dan tegas menentukan siapa subyek yang mengawasi, apa obyek yang diawasi, instrumen apa yang digunakan serta bagaimana proses pengawasan dilaksanakan. Tidak jelas dan tidak rincinya pengaturan mengenai pengawasan dalam Undang- Undang Komisi Yudisial. menyebabkan semua ketentuan 88 Undang-Undang Komisi Yudisial tentang pengawasan menjadi kabur obscure dan menimbulkan ketidakpastian hukum recht son zekerheid dalam pelaksanaannya. Konsepsi pengawasan yang terkandung dalam Undang-Undang Komisi Yudisial didasarkan atas paradigma konseptual yang tidak tepat, yaitu seolah-olah hubungan antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial berada dalam pola hubungan “checks and balances” antar cabang kekuasaan dalam konteks ajaran pemisahan kekuasaan separation of power sehingga menimbulkan penafsiran yang tidak tepat. Oleh karena itu segala ketentuan Undang-Undang Komisi Yudisial yang menyangkut pengawasan harus dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

B. Analisa

1. Kekuasaan Kehakiman dan fungsi pengawasan dalam

pandangan Mahkamah Agung. Kekuasaan Kehakiman yang merdeka dan dapat diartikan sebagai pelaksanaan peradilan yang bebas dan tidak memihak merupakan kelaziman tercantum dalam Undang-