Managemen Disk; Swap, Struktur RAID; Kaitan

7.5. Managemen Disk; Swap, Struktur RAID; Kaitan

Langsung dan Jaringan; Implementasi Penyimpanan Stabil.

7.5.1. Managemen Disk

Beberapa aspek yang termasuk aspek penting dalam Managemen Disk:

1. Format Disk Disk adalah salah satu tempat penyimpanan data. Sebelum sebuah disk dapat digunakan, disk harus

dibagi-bagi dalam beberapa sektor. Sektor-sektor ini yang kemudian akan dibaca oleh pengendali. Pembentukan sektor-sektor ini disebut low level formatting atau physical formatting. Low level formatting juga akan mengisi disk dgn beberapa struktur data penting seperti header dan trailer. Header dan trailer mempunyai informasi seperti nomor sektor, dan Error Correcting Code (ECC). ECC ini berfungsi sebagai correcting code karena mempunyai kemampuan untuk mendeteksi bit yang salah, menghitung nilai yang benar dan kemudian mengubahnya. Ketika proses penulisan, ECC di-update dengan menghitung bit di area data. Pada proses pembacaan, ECC dihitung ulang dan dicocokan dengan nilai ECC yang tersimpan saat penulisan. Jika nilainya berbeda maka dipastikan ada sektor yang terkorup.

Agar dapat menyimpan data, OS harus menyimpan struktur datanya dalam disk tersebut. Proses itu dilakukan dalam dua tahap, yaitu partisi dan logical formatting. Partisi akan membagi disk menjadi beberapa silinder yang dapat diperlakukan secara independen. Logical formatting akan membentuk sistem berkas disertai pemetaan disk. Terkadang sistem berkas ini dirasakan menggangu proses alokasi suatu data, sehingga diadakan sistem partisi lain yang tidak mengikutkan pembentukan sistem berkas, disebut raw disk.

2. Boot Block Saat sebuah komputer dijalankan, sistem akan mencari sebuah initial program yang akan memulai segala

sesuatunya. Initial program-nya (initial bootstrap) bersifat sederhana dan akan menginisialisasi seluruh aspek yang diperlukan bagi komputer untuk beroperasi dengan baik seperti CPU registers, controller, dan yang terakhir adalah Sistem Operasinya. Pada kebanyakan komputer, bootstrap disimpan di ROM (read only memory ) karena letaknya yang tetap dan dapat langsung dieksekusi ketika pertama kali listrik dijalankan. Letak bootstrap di ROM juga menguntungkan karena sifatnya yang read only memungkinkan dia untuk tidak terinfeksi virus. Untuk melakukan tugasnya, bootstrap mencari kernel di disk dan me-load kernel ke memori dan kemudian loncat ke initial address untuk memulai eksekusi OS.

Untuk alasan praktis, bootstrap sering dibuat berbentuk kecil (tiny loader) dan diletakkan di ROM, yang kemudian akan men- load full bootstrap dari disk bagian disk yang disebut boot block. Perubahan menjadi bentuk simple ini bertujuan jika diadakan perubahan pada bootstrap, maka struktur ROM tidak perlu dirubah semuanya.

3. Bad Block Bad block adalah satu atau lebih sektor yang cacat atau rusak. Kerusakan ini dapat diakibatkan karena

kerentanan disk jika sering dipindah-pindah atau kemasukan benda asing. Dalam disk sederhana seperti IDE controller , bad block akan ditangani secara manual seperti dengan perintah format pada MS-DOS yang akan mencari bad block dan menulis nilai spesial ke FAT entry agar tidak mengalokasikan branch routine ke blok tersebut.

SCSI mengatasi bad block dengan cara yang lebih baik. Daftar bad block-nya dipertahankan oleh controller pada saat low level formatting, dan terus diperbarui selama disk itu digunakan. Low level formatting akan memindahkan bad sector itu ke tempat lain yang kosong dengan algoritma sector sparing atau forwarding. Sector sparing dijalankan dengan ECC mendeteksi bad sector dan melaporkannya ke OS, sehingga saat sistem dijalankan sekali lagi, controller akan menggantikan bad sector tersebut dengan sektor kosong.

algoritma lain yang sering digunakan adalah sector slipping. Ketika sebuah bad sector terdeteksi, sistem akan mengopi semua isi sektor ke sektor selanjutnya secara bertahap satu-satu sampai ditemukan sektor kosong. Misal bad sector di sektor 7, maka isinya akan dipindahkan ke sektor 8, isi sektor 8 dipindahakan ke 9 dan seterusnya.

7.5.2. Managemen Ruang Swap

Managemen ruang swap adalah salah satu low level task dari OS. Memori virtual menggunakan ruang disk sebagai perluasan dari memori utama. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan output yang baik. Namun di lain pihak, penggunaan disk akan memperlambat akses karena akses dari memori jauh lebih cepat.

1. Penggunaan Ruang Swap Ruang swap digunakan dalam beberapa cara tergantung penerapan algoritma. Sebagai contoh, sistem yang

menggunakan swapping dapat menggunakan ruang swap untuk memegang seluruh proses pemetaan termasuk data dan segmen. Jumlah dari ruang swap yang dibutuhkan tergantung dari jumlah memori fisik, jumlah dari memori virtual yang dijalankan, cara penggunaan memori virtual tersebut. Beberapa OS seperti UNIX menggunakan banyak ruang swap, yang biasa diletakan di disk terpisah.

Ketika kita akan menentukan besarnya ruang swap, sebaiknya kita tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Jika sistem dijalankan dan ruang swap terlalu sedikit, maka proses akan dihentikan dan mungkin akan merusak sistem. Sebaliknya jika terlalu banyak juga akan mengakibatkan lambatnya akses dan pemborosan ruang disk.

2. Lokasi Ruang Swap Ruang swap dapat diletakan di dua tempat yaitu: ruang swap dapat berada di sistem berkas normal atau

dapat juga berada di partisi yang terpisah. Jika ruang swap berukuran besar dan diletakan di sistem berkas normal, routine-nya dapat menciptakan, menamainya dan menentukan besar space. Walaupun lebih mudah dijalankan, cara ini cenderung tidak efisien. Pengaksesannya akan sangat memakan waktu dan akan meningkatkan fragmentasi karena pencarian data yang berulang terus selama proses baca atau tulis.

Ruang swap yang diletakan di partisi disk terpisah, menggunakan manajer ruang swap terpisah untuk melakukan pengalokasian space. Manajer ruang swap tersebut menggunakan algoritma yang mengutamakan peningkatan kecepatan dari pada efisiensi. Walaupun fragmentasi masih juga terjadi, tapi masih dalam batas-batas toleransi mengingat ruang swap sangat sering diakses. Dengan partisi terpisah, alokasi ruang swap harus sudah pasti. Proses penambahan besar ruang swap dapat dilakukan hanya dengan partisi ulang atau penambahan dengan lokasi yang terpisah.

Gambar 7-13. Contoh Managemen ruang swap: pemetaan swap segmen teks 4.3 BSD

Gambar ini diadaptasi dari [Silberschatz2002, halaman 504].

Gambar 7-14. Contoh Managemen ruang swap: pemetaan swap segmen data 4.3 BSD

Gambar ini diadaptasi dari [Silberschatz2002, halaman 504].

7.5.3. Struktur RAID

Disk memiliki resiko untuk mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat berakibat turunnya kinerja atau pun hilangnya data. Meski pun terdapat backup data, tetap saja ada kemungkinan data yang hilang karena adanya perubahan setelah terakhir kali data di-backup. Karenanya reliabilitas dari suatu disk harus dapat terus ditingkatkan.

Berbagai macam cara dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan juga reliabilitas dari disk. Biasanya untuk meningkatkan kinerja, dilibatkan banyak disk sebagai satu unit penyimpanan. Tiap-tiap blok data dipecah ke dalam beberapa subblok, dan dibagi-bagi ke dalam disk-disk tersebut. Ketika mengirim data disk-disk tersebut bekerja secara paralel, sehingga dapat meningkatkan kecepatan transfer dalam membaca atau menulis data. Ditambah dengan sinkronisasi pada rotasi masing- masing disk, maka kinerja dari disk dapat ditingkatkan. Cara ini dikenal sebagai RAID -- Redundant Array of Independent (atau Inexpensive) Disks. Selain masalah kinerja RAID juga dapat meningkatkan realibilitas dari disk dengan jalan melakukan redundansi data.

Tiga karakteristik umum dari RAID ini, yaitu:

1. Menurut Stallings [Stallings2001], RAID adalah sebuah sebuah set dari beberapa physical drive yang dipandang oleh sistem operasi sebagai sebuah logical drive.

2. Data didistribusikan ke dalam array dari beberapa physical drive.

3. Kapasitas disk yang berlebih digunakan untuk menyimpan informasi paritas, yang menjamin data dapat diperbaiki jika terjadi kegagalan pada salah satu disk.

Peningkatan Kehandalan dan Kinerja

Peningkatan Kehandalan dan Kinerja dari disk dapat dicapai melalui dua cara:

1. Redundansi Peningkatan Kehandalan disk dapat dilakukan dengan redundansi, yaitu menyimpan informasi tambahan

yang dapat dipakai untuk membentuk kembali informasi yang hilang jika suatu disk mengalami kegagalan. Salah satu teknik untuk redundansi ini adalah dengan cara mirroring atau shadowing, yaitu dengan membuat duplikasi dari tiap-tiap disk. Jadi, sebuah disk logical terdiri dari 2 disk physical, dan setiap penulisan dilakukan pada kedua disk, sehingga jika salah satu disk gagal, data masih dapat diambil dari disk yang lainnya, kecuali jika disk kedua gagal sebelum kegagalan pada disk pertama diperbaiki. Pada cara ini, berarti yang dapat dipakai untuk membentuk kembali informasi yang hilang jika suatu disk mengalami kegagalan. Salah satu teknik untuk redundansi ini adalah dengan cara mirroring atau shadowing, yaitu dengan membuat duplikasi dari tiap-tiap disk. Jadi, sebuah disk logical terdiri dari 2 disk physical, dan setiap penulisan dilakukan pada kedua disk, sehingga jika salah satu disk gagal, data masih dapat diambil dari disk yang lainnya, kecuali jika disk kedua gagal sebelum kegagalan pada disk pertama diperbaiki. Pada cara ini, berarti

2. Paralelisme Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan mengakses banyak disk secara paralel. Pada disk mirroring, di

mana pengaksesan disk untuk membaca data menjadi dua kali lipat karena permintaan dapat dilakukan pada kedua disk, tetapi kecepatan transfer data pada setiap disk tetap sama. Kita dapat meningkatkan kecepatan transfer ini dengan cara melakukan data striping ke dalam beberapa disk. Data striping, yaitu menggunakan sekelompok disk sebagai satu kesatuan unit penyimpanan, menyimpan bit data dari setiap byte secara terpisah pada beberapa disk (paralel).

Level RAID

RAID terdiri dapat dibagi menjadi enam level yang berbeda:

1. RAID level 0 RAID level 0 menggunakan kumpulan disk dengan striping pada level blok, tanpa redundansi. Jadi hanya

menyimpan melakukan striping blok data ke dalam beberapa disk. Level ini sebenarnya tidak termasuk ke dalam kelompok RAID karena tidak menggunakan redundansi untuk peningkatan kinerjanya.

2. RAID level 1 RAID level 1 ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara ini dapat meningkatkan kinerja

disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat, sehingga biayanya menjadi sangat mahal.

3. RAID level 2 RAID level 2 ini merupakan pengorganisasian dengan error-correcting-code (ECC). Seperti pada memori di

mana pendeteksian terjadinya error menggunakan paritas bit. Setiap byte data mempunyai sebuah paritas bit yang bersesuaian yang merepresentasikan jumlah bit di dalam byte data tersebut di mana paritas bit=0 jika jumlah bit genap atau paritas=1 jika ganjil. Jadi, jika salah satu bit pada data berubah, paritas berubah dan tidak sesuai dengan paritas bit yang tersimpan. Dengan demikian, apabila terjadi kegagalan pada salah satu disk, data dapat dibentuk kembali dengan membaca error-correction bit pada disk lain.

4. RAID level 3 RAID level 3 merupakan pengorganisasian dengan paritas bit interleaved. Pengorganisasian ini hampir

sama dengan RAID level 2, perbedaannya adalah RAID level 3 ini hanya memerlukan sebuah disk redundan, berapapun jumlah kumpulan disk-nya. Jadi tidak menggunakan ECC, melainkan hanya menggunakan sebuah bit paritas untuk sekumpulan bit yang mempunyai posisi yang sama pada setiap disk yang berisi data. Selain itu juga menggunakan data striping dan mengakses disk-disk secara paralel.

5. RAID level 4

RAID level 4 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved, yaitu menggunakan striping data pada level blok, menyimpan sebuah paritas blok pada sebuah disk yang terpisah untuk setiap blok data pada disk-disk lain yang bersesuaian. Jika sebuah disk gagal, blok paritas tersebut dapat digunakan untuk membentuk kembali blok-blok data pada disk yang gagal tadi. Kecepatan transfer untuk membaca data tinggi, karena setiap disk-disk data dapat diakses secara paralel. Demikian juga dengan penulisan, karena disk data dan paritas dapat ditulis secara paralel.

6. RAID level 5 RAID level 5 merupakan pengorganisasian dengan paritas blok interleaved tersebar. Data dan paritas

disebar pada semua disk termasuk sebuah disk tambahan. Pada setiap blok, salah satu dari disk menyimpan paritas dan disk yang lainnya menyimpan data. Sebagai contoh, jika terdapat kumpulan dari 5 disk, paritas blok ke n akan disimpan pada disk (n mod 5) + 1; blok ke n dari empat disk yang lain menyimpan data yang sebenarnya dari blok tersebut. Sebuah paritas blok tidak menyimpan paritas untuk blok data pada disk yang sama, karena kegagalan sebuah disk akan menyebabkan data hilang bersama dengan paritasnya dan data tersebut tidak dapat diperbaiki. Penyebaran paritas pada setiap disk ini menghindari penggunaan berlebihan dari sebuah paritas disk seperti pada RAID level 4.

7. RAID level 6 RAID level 6 disebut juga redundansi P+Q, seperti RAID level 5, tetapi menyimpan informasi redundan

tambahan untuk mengantisipasi kegagalan dari beberapa disk sekaligus. RAID level 6 melakukan dua perhitungan paritas yang berbeda, kemudian disimpan di dalam blok-blok yang terpisah pada disk-disk yang berbeda. Jadi, jika disk data yang digunakan sebanyak n buah disk, maka jumlah disk yang dibutuhkan untuk RAID level 6 ini adalah n+2 disk. Keuntungan dari RAID level 6 ini adalah kehandalan data yang sangat tinggi, karena untuk menyebabkan data hilang, kegagalan harus terjadi pada tiga buah disk dalam interval rata-rata untuk perbaikan data Mean Time To Repair (MTTR). Kerugiannya yaitu penalti waktu pada saat penulisan data, karena setiap penulisan yang dilakukan akan mempengaruhi dua buah paritas blok.

8. RAID level 0+1 dan 1+0 RAID level 0+1 dan 1+0 ini merupakan kombinasi dari RAID level 0 dan 1. RAID level 0 memiliki kinerja

yang baik, sedangkan RAID level 1 memiliki kehandalan. Namun, dalam kenyataannya kedua hal ini sama pentingnya. Dalam RAID 0+1, sekumpulan disk di-strip, kemudian strip tersebut di-mirror ke disk-disk yang lain, menghasilkan strip- strip data yang sama. Kombinasi lainnya yaitu RAID 1+0, di mana disk-disk di-mirror secara berpasangan, dan kemudian hasil pasangan mirrornya di-strip. RAID 1+0 ini mempunyai keuntungan lebih dibandingkan dengan RAID 0+1. Sebagai contoh, jika sebuah disk gagal pada RAID 0+1, seluruh strip-nya tidak dapat diakses, hanya sebagian strip saja yang dapat diakses, sedangkan pada RAID 1+0, disk yang gagal tersebut tidak dapat diakses, tetapi pasangan mirror-nya masih dapat diakses, yaitu disk-disk selain dari disk yang gagal.

Gambar 7-15. Level RAID

Gambar ini diadaptasi dari [Silberschatz2002, halaman 507].

Gambar 7-16. RAID 0 + 1 dan 1 + 0

Gambar ini diadaptasi dari [Silberschatz2002, halaman 511].

7.5.4. Kaitan Disk

Host-Attached Storage

Host-Attached Storage merupakan sistem penyimpanan yang terhubung secara langsung dengan komputer tersebut. Host-Attached Storage terhubung secara langsung dengan komputer menggunakan interface bus dan IDE.

Dalam implementasinya dalam jaringan, Host-Attached Storage dapat juga disebut dengan Server-Attached Storage karena sistem penyimpanannya terdapat didalam server itu.

Storage-Area Network dan Network-Attached Storage

1. Network-Attached Storage device Network-attached storage (NAS) adalah suatu konsep penyimpanan bersama pada suatu jaringan. NAS

berkomunikasi menggunakan Network File Sistem (NFS) untuk UNIX, Common Internet File System (CIFS) untuk Microsoft Windows, FTP, http, dan protokol networking lainnya. NAS membawa kebebasan platform dan meningkatkan kinerja bagi suatu jaringan, seolah-olah adalah suatu dipasang peralatan. NAS device biasanya merupakan dedicated single-purpose machine. NAS dimaksudkan untuk berdiri sendiri dan melayani kebutuhan penyimpanan yang spesifik dengan sistem operasi mereka dan perangkat keras/perangkat lunak yang terkait. NAS mirip dengan alat plug-and-play, akan tetapi manfaatnya adalah untuk melayani kebutuhan penyimpanan. NAS cocok digunakan untuk melayani network yang memiliki banyak client, server, dan operasi yang mungkin menangani task seperti web cache dan proxy, firewall, audio-video streeming , tape backup, dan penyimpanan data dengan file serving.

2. Network-Attached Storage Versus Storage Area Networks NAS dan Storage-Area Network (SAN) memiliki sejumlah atribut umum. Kedua-Duanya menyediakan

konsolidasi optimal, penyimpanan data yang dipusatkan, dan akses berkas yang efisien. Kedua-Duanya mengijinkan untuk berbagi storage antar host, mendukung berbagai sistem operasi yang berbeda pada waktu yang sama, dan memisahkan storage dari server aplikasi. Sebagai tambahan, kedua- duanya dapat menyediakan ketersediaan data yang tinggi dan dapat memastikan integritas dengan banyak komponen dan Redundant Arrays of Independent Disk (RAID). Banyak yang berpendapat bahwa NAS adalah saingan dari SAN, akan tetapi keduanya dalam kenyataannya dapat bekerja dengan cukup baik ketika digunakan bersama.

NAS dan SAN menghadirkan dua teknologi penyimpanan yang berbeda dan menghubungkan jaringan pada tempat yang sangat berbeda. NAS berada diantar server aplikasi dan sistem berkas. SAN berada diantar sistem berkas dan mendasari physical storage. SAN merupaka jaringan itu sendiri, menghubungkan semua storage dan semua server. Karena pertimbangan ini, masing-masing mendukung kebutuhan penyimpanan dari area bisnis yang berbeda.

3. NAS: Memikirkan Pengguna Jaringan NAS adalah network-centric. Biasanya digunakan Untuk konsolidasi penyimpanan client pada suatu LAN,

NAS lebih disukai dalam solusi kapasitas penyimpanan untuk memungkinkan client untuk mengakses berkas dengan cepat dan secara langsung. Hal ini menghapuskan bottleneck user ketika mengakses berkas dari suatu general-purpose server.

NAS menyediakan keamanan dan melaksanakan semua berkas dan storage service melalui protokol standard network, menggunakan TCP/IP untuk transfer data, Ethernet Dan Gigabit Ethernet untuk media akses, dan CIFS, http, dan NFS untuk remote file service. Sebagai tambahan, NAS dapat melayani UNIX dan Microsoft Windows user untuk berbagi data yang sama antar arsitektur yang berbeda. Untuk user client, NAS adalah teknologi pilihan untuk menyediakan penyimpanan dengan akses unen-cumbered ke berkas.

Walaupun NAS menukar kinerja untuk manajebilitas dan kesederhanaan, bukan merupakan lazy technology. Gigabit Ethernet mengijinkan NAS untuk memilih kinerja yang tinggi dan latensi yang rendah, sehingga mungkin untuk mendukung banyak sekali client melalui suatu antarmuka tunggal. Banyak NAS devices yang mendukung berbagai antarmuka dan dapat mendukung berbagai jaringan pada waktu yang sama.

4. SAN: Memikirkan Back-End/Kebutuhan Ruang Penyimpanan Komputer SAN adalah data-centric, jaringan khusus penyimpanan data. Tidak sama dengan NAS, SAN terpisah dari

traditional LAN atau messaging network. Oleh karena itu, SAN dapat menghindari lalu lintar jaringan standar, yang sering menghambat kinerja. SAN dengan fibre channel lebih meningkatkan kinerja dan pengurangan latency dengan menggabungkan keuntungan I/O channel dengan suatu jaringan dedicated yang berbeda.

SAN menggunakan gateway, switch, dan router untuk memudahkan pergerakan data antar sarana penyimpanan dan server yang heterogen. Ini mengijinkan untuk menghubungkan kedua jaringan dan potensi untuk semi-remote storage (memungkinkan hingga jarak 10km) ke storage management effort. Arsitektur SAN optimal untuk memindahkan storage block. Di dalam ruang komputer, SAN adalah pilihan yang lebih disukai untuk menujukan isu bandwidth dan data aksesibilitas seperti halnya untuk menangani konsolidasi.

Dalam kaitan dengan teknologi dan tujuan mereka yang berbeda,salah satu maupun kedua-duanya dapat digunakan untuk kebutuhan penyimpanan. Dalam kenyataannya, batas antara keduanya samar sedikit menurut Kelompok Penilai, Analis Inc.. Sebagai contoh, dalam aplikasinya anda boleh memilih untuk mem-backup NAS device anda dengan SAN, atau menyertakan NAS device secara langsung ke SAN untuk mengijinkan non-bottlenecked access segera ke storage. (Sumber: An Overview of Network-Attached Storage, ยจ 2000, Evaluator Group, Inc.)

Implementasi Penyimpanan Stabil

Pada bagian sebelumnya, kita sudah membicarakan mengenai write-ahead log, yang membutuhkan ketersediaan sebuah storage yang stabil. Berdasarkan definisi, informasi yang berada di dalam stable storage tidak akan pernah hilang. Untuk mengimplementasikan storage seperti itu, kita perlu mereplikasi informasi yang dibutuhkan ke banyak peralatan storage (biasanya disk-disk) dengan failure modes yang independen. Kita perlu mengkoordinasikan penulisan update-update dalam sebuah cara yang menjamin bila terjadi kegagalan selagi meng-update tidak akan membuat semua kopi yang ada menjadi rusak, dan bila sedang recover dari sebuah kegagalan, kita dapat memaksa semua kopi yang ada ke dalam keadaan yang bernilai benar dan konsisten, bahkan bila ada kegagalan lain yang terjadi ketika sedang recovery. Untuk selanjutnya, kita akan membahas bagaimana kita dapat mencapai kebutuhan kita.

Sebuah disk write menyebabkan satu dari tiga kemungkinan:

1. successful completion

2. partial failure

3. total failure Kita memerlukan, kapan pun sebuah kegagalan terjadi ketika sedang menulis ke sebuah blok, sistem akan

mendeteksinya dan memanggil sebuah prosedur recovery untuk me-restore blok tersebut ke sebuah keadaan yang konsisten. Untuk melakukan itu, sistem harus menangani dua blok physical untuk setiap blok logical. Sebuah operasi output dieksekusi seperti berikut:

1. Tulis informasinya ke blok physical yang pertama.

2. Ketika penulisan pertama berhasil, tulis informasi yang sama ke blok physical yang kedua.

3. Operasi dikatakan berhasil hanya jika penulisan kedua berhasil. Pada saat perbaikan dari sebuah kegagalan, setiap pasang blok physical diperiksa. Jika keduanya sama dan tidak

terdeteksi adanya kesalahan, tetapi berbeda dalam isi, maka kita mengganti isi dari blok yang pertama dengan isi terdeteksi adanya kesalahan, tetapi berbeda dalam isi, maka kita mengganti isi dari blok yang pertama dengan isi

Kita dapat menambah fungsi prosedur ini dengan mudah untuk memboleh kan penggunaan dari kopi yang banyak dari setiap blok pada stable storage. Meski pun sejumlah besar kopi semakin mengurangi kemungkin an untuk terjadinya sebuah kegagalan, maka biasanya wajar untuk men simulasi stable storage hanya dengan dua kopi. Data di dalam stable storage dijamin aman kecuali sebuah kegagalan menghancurkan semua kopi yang ada.

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72