Polis Asuransi
c. Penandatanganan Polis
Polis bukan merupakan syarat esensial dalam perjanjian asuransi, tetapi hanya berfungsi sebagai alat bukti, selain itu terdapat SPPA sebagai alat bukti permulaan.
Menurut Pasal 258 ayat 1 KUHD bahwa “Untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian asuransi, diperlukan pembuktian dengan tulisan (polis), namun demikian bolehlah lain-lain alat pembuktian dipergunakan juga, manakala sudah ada suatu permulaan pembuktian dengan tulisan.”
Diterbitkannya polis tersebut merupakan sebuah alat pembuktian yang diberikan Penanggung kepada Tertanggung, hal tersebut demi kepentingan
48 Emmy Pangaribuan Simanuntak.1990. Hukum Pertanggungan, Cetakan ke-10, Sesi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. hlm.20
49 Ibid. hlm. 21.
Tertanggung ketika mengajukan klaim asuransi. Maka berdasarkan Pasal 256 ayat
2 KUHD bahwa polis dibuat secara sepihak dan hanya ditandatangani oleh Penanggung. 50 Tetapi tidak menutup kemungkinan apabila polis tersebut
ditandatangani oleh Tertanggung sendiri.
d. Polis Asuransi Jiwa
Polis asuransi jiwa diatur di dalam Pasal 304 KUHD yang menyebutkan beberapa hal yang menjadi isi dari polis yaitu :
1) Hari diadakan asuransi
2) Nama Tertanggung
3) Nama orang yang jiwanya diasuransikan
4) Saat mulai dan berakhirnya evenemen
5) Jumlah asuransi
6) Premi asuransi Mengenai rancangan jumlah dan penentuan syarat-syarat asuransi sama
sekali bergantung pada persetujuan antara kedua belah pihak seperti yang dijelaskan dalam Pasal 305 KUHD.