Interpretasi dan Pengujian Hipotesis

5.3. Interpretasi dan Pengujian Hipotesis

5.3.1. Interpretasi Variabel Prediktor Terpilih dan Koefisiennya Variabel rasio keuangan tersebut sebagai prediktor yang terpilih

berdasarkan prosedur stepwise, baik model diskriminan maupun model logit, beserta koefisien masing-masing disajikan dalam Tabel V.11.

Tabel V.11 Rasio-rasio keuangan terpilih dan koefisiennya

Model Variabel Rasio keuangan

Diskriminan Logit (Constant)

0.53 -1.86

X 4 = Aktiva Cepat Cair/Kewajiban Lancar

X 5 = Modal Kerja/Total Aktiva -1.36 -

X 6 = Laba ditahan/Total Aktiva

X 7 = Laba sebelum bunga dan Pajak/Total Aktiva

X 8 = Penjualan Bersih/Total Aktiva -

X 9 = Laba Bersih/Total Aktiva

X 10 = Laba Bersih/Total Ekuitas - -1.23

X 11 = Total Ekuitas/Total Kewajiban -0.19

X 13 = Kewajiban Jangka Panjang/Total Ekuitas - -0.59

X 15 = Total Kewajiban/Total Aktiva -1.50 - Sumber : Lampiran 10 dan 11 Print-out SPSS

Dari tabel tersebut di atas, tampak bahwa jumlah variabel rasio keuangan yang terpilih sebagai prediktor dalam model diskriminan adalah sebanyak 7 rasio keuangan yaitu variabel X 4 ,X 5 ,X 6 ,X 7 ,X 9 ,X 11 , dan X 15 . Sedangkan dalam model logit, yang terpilih sebanyak 6 rasio keuangan yaitu X 4 ,X 6 ,X 8 ,X 9 ,X 10 , dan X 13 . Karena ada 3 rasio keuangan yang sama pada kedua model, maka secara keseluruhan hanya ada 10 variabel rasio keuangan yang terpilih. Apabila dibandingkan dengan model Altman, ternyata seluruh variabel

rasio keuangan yang digunakan oleh Altman 72 terpilih sebagai variabel prediktor yaitu rasio Modal Kerja/Total Aktiva (X 5 ), Laba Ditahan/Total Aktiva (X 6 ), Laba

sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva (X 7 ), Penjualan Bersih/Total Aktiva (X 8 ), dan rasio Total Ekuitas/Total Kewajiban (X 11 ). Akan tetapi untuk model diskriminan yang diperoleh oleh penelitian ini hanya 4 rasio keuangan yang sama

yaitu X 5 ,X 6 ,X 7 , dan X 11 .

Perbedaan model diskriminan hasil penelitian ini dengan model Altman, selain jumlah variabel rasio keuangan, adalah pada variabel rasio keuangan yang memiliki kekuatan pembeda (discriminating power) atau koefisien yang terbesar. Dalam Model Altman, rasio keuangan yang mempunyai kekuatan pembeda atau

koefisien terbesar adalah rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva (X 7 ) atau Return On Investment (ROI) dengan koefisien sebesar 3.107, sedangkan model diskriminan hasil penelitian ini adalah rasio Laba ditahan/Total Aktiva

(X 6 ) dengan koefisien sebesar 3.38 dan rasio Laba Bersih/Total Aktiva (X 9 ) atau Return On Assets dengan koefisien sebesar 3.21.

72 Altman, loc.cit

Dari beberapa rasio keuangan dalam tabel V.11., ada 3 rasio keuangan yaitu X 4 ,X 6 , dan X 9 yang terpilih secara bersama-sama oleh kedua model analisis. Hal ini menunjukkan, bahwa 3 rasio keuangan tersebut sangat berperan sebagai prediktor distress keuangan. Di samping itu pula, besarnya koefisien

variabel rasio keuangan, khususnya X 9 dan X 6 , adalah yang terbesar dibandingkan dengan koefisien variabel rasio keuangan lainnya yang mencerminkan kekuatan pembeda terbesar (discriminating power).

Besarnya koefisien variabel rasio keuangan X 9 yaitu Laba Bersih/Total Aktiva atau Return On Assets (ROA) dan X 6 yaitu Laba Ditahan/Total Aktiva sebagai prediktor dengan kekuatan pembeda terbesar adalah sejalan dengan tolok ukur konvensional yang utama (main conventional measurement) dalam pengukuran kinerja keuangan dan kinerja operasional sebuah perusahaan. Return on Assets atau Imbal Hasil Aktiva mencerminkan tingkat imbal hasil (return) yang akan menentukan kontinuitas suatu perusahaan. Makin besar ROA, makin besar kekuatan perusahaan untuk tetap melanjutkan usahanya (going concern). Sedangkan rasio Laba Ditahan/Total Aktiva menunjukkan porsi pengembalian (payback) investasi kumulatif. Makin besar angka rasio ini, berarti makin besar kemampuan perusahaan mengakumulasi laba bersihnya yang berarti pula makin besar kemampuannya dalam memberikan sumbangan kenaikan nilai perusahaan (value of the firm).

Sesuai karakteristik 2 rasio keuangan tersebut di atas dan besarnya koefisien dalam fungsi diskriminan dan logit, maka makin besar rasio keuangan Laba Bersih/Total Aktiva atau ROA (X 9 ) dan rasio keuangan Laba Ditahan/

Total Aktiva (X 6 ), makin kecil peluang perusahaan mengalami distress keuangan. Demikian pula sebaliknya, makin kecil 2 rasio keuangan tersebut, maka semakin besar peluang perusahaan mengalami distress keuangan.

Khusus variabel rasio keuangan X 4 yaitu Aktiva Cepat Cair/Kewajiban Lancar (Quick Ratio), meskipun terpilih oleh kedua model analisis yang karena memberikan sumbangan peran dalam memprediksi distress keuangan, tetapi perannya relatif kecil. Hal ini dapat terjadi karena kondisi rata-rata seluruh perusahaan publik dalam keadaaan kesulitan likuiditas

Dalam model diskriminan yang dihasilkan oleh penelitian ini, ada 3 rasio keuangan yang koefisiennya negatif yaitu Modal Kerja/Total Aktiva (X 5 ), Total Ekuitas/Total Kewajiban (X 11 ), dan Total Kewajiban/Total Aktiva (X 15 ). Koefisien negatif menandakan bahwa peranan sebagai variabel pembeda bersifat negatif pula yang berarti makin besar rasio keuangan, makin besar kekuatannya menjadikan perusahaan masuk dalam kategori distress keuangan.

Koefisien negatif pada variabel X 15 yaitu Total Kewajiban/Total Aktiva (Total Debt to Total Assets Ratio = D/A Ratio) adalah sejalan dengan sifat rasio keuangan ini yaitu makin besar rasio X 15 , makin besar pula perannya dalam memasukkan perusahaan kepada kategori distress keuangan. Sedangkan koefisien negatif pada variabel rasio Modal Kerja/Total Aktiva (X 5 ) dan rasio Total Ekuitas/Total Kewajiban (X 11 ), meskipun angkanya realtif kecil, bertentangan dengan sifat dan karakteristiknya. Secara teoritis, rasio ini mencerminkan kekuatan likuiditas perusahaan (X 5 ) dan kekuatan solvabilitas/soliditas perusahaan (X 11 ) yang bila makin besar rasio keuangan X 5 dan X 11 , makin besar Koefisien negatif pada variabel X 15 yaitu Total Kewajiban/Total Aktiva (Total Debt to Total Assets Ratio = D/A Ratio) adalah sejalan dengan sifat rasio keuangan ini yaitu makin besar rasio X 15 , makin besar pula perannya dalam memasukkan perusahaan kepada kategori distress keuangan. Sedangkan koefisien negatif pada variabel rasio Modal Kerja/Total Aktiva (X 5 ) dan rasio Total Ekuitas/Total Kewajiban (X 11 ), meskipun angkanya realtif kecil, bertentangan dengan sifat dan karakteristiknya. Secara teoritis, rasio ini mencerminkan kekuatan likuiditas perusahaan (X 5 ) dan kekuatan solvabilitas/soliditas perusahaan (X 11 ) yang bila makin besar rasio keuangan X 5 dan X 11 , makin besar

Variabel rasio keuangan yang koefisiennya negatif juga terdapat model analisis logit yaitu rasio Laba Bersih/Total Ekuitas (X 10 ) atau Return on Equity(ROE) dan rasio Kewajiban Jangka Panjang/Total Ekuitas (X 13 ) atau Long Term Debt to Total Equity Ratio (LTD/E Ratio). Tanda negatif pada variabel X 13 adalah sejalan dan sesuai dengan sifat dan karakteristik rasio bersangkutan di mana makin besar X 13 , makin besar pula kekuatannya dalam memasukkan perusahaan ke dalam kategori distress keuangan dan sebaliknya. Koefisien negatif pada variabel X 10 bertentangan dengan sifat dan karakteristiknya. Secara teoritis, semakin besar X 10 semakin besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang berarti semakin memperkuat posisi keuangan perusahaan.

5.3.2. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah dugaan bahwa variabel- variabel rasio keuangan dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi distress keuangan perusahaan perusahaan publik sektor non keuangan di Indonesia berdasarkan model analisis diskriminan dan analisis logit. Hipotesis ini dapat diterima bila rasio-rasio keuangan yang dimasukkan ke dalam model analisis dapat menghasilkan bentuk fungsi persamaan sesuai model yang dapat digunakan untuk memprediksi dengan tingkat akurasi yang tinggi dan memiliki Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah dugaan bahwa variabel- variabel rasio keuangan dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi distress keuangan perusahaan perusahaan publik sektor non keuangan di Indonesia berdasarkan model analisis diskriminan dan analisis logit. Hipotesis ini dapat diterima bila rasio-rasio keuangan yang dimasukkan ke dalam model analisis dapat menghasilkan bentuk fungsi persamaan sesuai model yang dapat digunakan untuk memprediksi dengan tingkat akurasi yang tinggi dan memiliki

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian validitas model, hipotesis pertama dapat diterima, karena ternyata variabel-variabel rasio keuangan dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksi distress keuangan perusahaan perusahaan publik sektor non keuangan di Indonesia berdasarkan model analisis diskriminan dan analisis logit.

Hipotesis kedua yaitu dugaan bahwa sekurang-kurangnya satu variabel rasio keuangan berpengaruh secara signifikan dalam prediksi distress keuangan perusahaan-perusahaan publik sektor non keuangan di Indonesia berdasarkan model analisis diskriminan dan analisis logit. Hipotesis kedua dapat diterima, jika terdapat paling sedikit 1 rasio keuangan yang berpengaruh secara signifikan dalam prediksi distress keuangan perusahaan publik sektor non keuangan di Indonesia berdasarkan model analisis diskriminan dan analisis logit.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian validitas model analisis, hipotesis kedua dapat diterima, karena ternyata pada kedua model analisis yang telah terbentuk dan diuji validitasnya, terdapat beberapa variabel rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi distress keuangan perusahaan publik sektor non keuangan di Indonesia yaitu 7 variabel rasio keuangan pada model analisis diskriminan dan 6 variabel rasio keuangan pada model analisis logit.