Proyeksi Ekonomi Global Tahun 2016

2.1 Proyeksi Ekonomi Global Tahun 2016

Berdasarkan proyeksi World Economic Outlook (WEO), yang dirilis oleh IMF pada bulan Juli 2015, pertumbuhan ekonomi global tahun 2016 diperkirakan sebesar 3,8 persen, lebih tinggi dari proyeksi pencapaian tahun 2015 sebesar 3,3 persen. Secara umum, angka proyeksi yang lebih baik ini menunjukkan adanya potensi perbaikan perekonomian global di tahun 2016. Pertumbuhan di negara maju diproyeksikan menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian global. Perbaikan pertumbuhan di negara maju diperkirakan akan terus berlanjut didorong oleh perbaikan kondisi perekonomian Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Sementara itu, pertumbuhan negara-negara berkembang diperkirakan masih di bawah tingkat yang diharapkan, meskipun relatif lebih baik dibandingkan dengan tahun 2015. Dalam tahun 2016 laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang diperkirakan mencapai 4,7 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015

G RAFIK II.2.1

yang diperkirakan mencapai 4,2

PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL

6 2013-2016

persen. Sejumlah risiko seperti

tren perlambatan perekonomian 4,7

y Tiongkok, masih rendahnya 4

harga komoditas global, serta

2 kondisi pasar keuangan global 1,8 1,4 yang semakin ketat menjadi 1 beberapa penyebab belum

optimalnya pertumbuhan Dunia

Negara Maju

AS

negara-negara berkembang. 2016f

Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2015

2.1.1 Perekonomian Negara Maju

Kinerja perekonomian negara-negara maju diprediksi akan kembali menguat dan membantu menopang pertumbuhan ekonomi global. Hal ini juga erat kaitannya dengan proyeksi pencapaian pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Walaupun terdapat beberapa risiko dan pelemahan pertumbuhan pada beberapa indikator Amerika Serikat, momentum positif pergerakan perekonomian Amerika Serikat diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2016. Berdasarkan WEO IMF bulan Juli 2015, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tahun 2016 diperkirakan sebesar 3,0 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun 2015 sebesar 2,5 persen. Adanya indikasi peningkatan kinerja sektor manufaktur Amerika Serikat menjadi faktor penting prospek pertumbuhan perekonomian Amerika Serikat dimasa depan. Namun demikian, risiko terjadinya apresiasi berlebih pada mata uang dolar Amerika Serikat juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

Sama halnya dengan perekonomian Amerika Serikat, proses pemulihan perekonomian Eropa juga diperkirakan akan berlanjut di tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 1,7 persen, lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan di tahun

Nota Keuangan dan RAPBN 2016 II.2-1

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

2015 sebesar 1,5 persen. Kondisi pemulihan ekonomi Eropa ini, antara lain didukung oleh kebijakan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang melaksanakan kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing). Kebijakan tersebut direncanakan berjalan sampai akhir September 2016, dan dapat diperpanjang hingga perekonomian Eropa mendekati target inlasi sekitar 1,5 persen.

Selanjutnya, perekonomian Jepang di tahun 2016 diperkirakan tumbuh sebesar 1,2 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 0,8 persen. Upaya Bank Sentral Jepang (BOJ) mengeluarkan kebijakan pelonggaran moneter di tahun 2015 untuk mendukung pertumbuhan dan menciptakan inlasi diperkirakan akan membantu mendorong positifnya pertumbuhan ekonomi Jepang. Namun perekonomian Jepang masih dihadapkan pada berbagai risiko seperti pertumbuhan produksi industri dan pertumbuhan penjualan retail yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Terlepas dari berbagai potensi pertumbuhan di 2016, perekonomian negara-negara maju tetap akan menghadapi berbagai tantangan. Turunnya jumlah angkatan kerja yang disebabkan oleh

perkembangan kondisi demografi

GRAFIK II.2.2

PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA MAJU

menjadi salah satu risiko pertumbuhan

2013-2016

ekonomi di masa depan. Kanada,

Jerman, dan Jepang adalah negara

yang diperkirakan paling merasakan

perubahan angkatan kerja ini. Selain

itu, kawasan Eropa juga masih

dihadapkan pada beberapa risiko

seperti deflasi, peningkatan defisit

fiskal, dan rasio utang yang relatif

tinggi. Masih belum meratanya kondisi

0,0 Eropa

ekonomi di negara anggota Eurozone

menjadi tantangan tambahan,

Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2015 Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2015 Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2015

terutama kaitannya dengan nilai mata uang dan pasar keuangan.

2.1.2 Perekonomian Negara Berkembang

Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang pada tahun 2016 diperkirakan akan kembali mengalami penguatan, dimana diperkirakan tumbuh sekitar 4,7 persen, naik dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,2 persen. Prospek kinerja pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang akan bergantung pada kinerja beberapa negara emerging utama seperti BRICS (Brazil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan) dan negara-negara berkembang di kawasan Asia, khususnya ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura). Meskipun lebih baik dibandingkan dengan perkiraan kinerja tahun sebelumnya, prospek kinerja pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di tahun 2016 akan dihadapkan pada tantangan yang cukup berat khususnya terkait tren perlambatan ekonomi di Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Moderasi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2016 seiring dengan proses re-balancing struktur ekonomi Tiongkok. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan kembali mengalami perlambatan di tahun 2016 ke level 6,3 persen. Dengan semakin tingginya keterkaitan hubungan

II.2-2 Nota Keuangan dan RAPBN 2016

Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019 Bagian II

ekonomi antarnegara serta semakin besarnya skala ekonomi Tiongkok, proyeksi perlambatan Tiongkok tentunya dapat memberikan pengaruh negatif pada negara-negara berkembang di kawasan.

Selain faktor moderasi ekonomi Tiongkok, prospek ekonomi di negara-negara berkembang juga dihadapkan pada tantangan terkait perkembangan harga komoditas global. Kecenderungan penurunan harga komoditas global dalam beberapa tahun terakhir telah berdampak negatif pada beberapa negara berkembang, khususnya yang banyak mengandalkan ekspor komoditas primer. Selanjutnya, fenomena Super Dollar yakni kecenderungan menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat terhadap mata uang regional juga menjadi tantangan tersendiri bagi prospek ekonomi di negara-negara berkembang.

Satu kondisi yang dapat memberikan

GRAFIK II.2.3 PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

potensi pada pertumbuhan perekonomian 2013-2016

wilayah Asia, khususnya negara-negara di 2016f

Asia Tenggara adalah mulai diterapkannya 6,9

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 7,3

akhir tahun 2015. Adanya MEA diharapkan 4,7

akan membantu kawasan Asia Tenggara dalam Yo % 3,5 mendorong pertumbuhan ekonomi sebagai 2,5

dampak dari membesarnya skala ekonomi 1,5 (economic of scale). IMF memperkirakan 0,5

pertumbuhan kawasan ASEAN-5 di tahun 2016 India akan tumbuh sebesar 5,1 persen, lebih tinggi Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2015

dari tahun 2015 sebesar 4,7 persen.

2.1.3 Volume Perdagangan Dunia

Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun 2014, memasuki tahun 2015 volume perdagangan dunia diproyeksikan akan mengalami peningkatan. Volume perdagangan dunia diperkirakan tumbuh sebesar 4,1 persen pada tahun 2015, setelah pada tahun sebelumnya tumbuh sebesar 3,2 persen. Peningkatan pertumbuhan volume perdagangan dunia diperkirakan berlanjut di tahun 2016 menjadi 4,4 persen, seiring dengan perbaikan pertumbuhan perekonomian negara maju dan kemungkinan kenaikan harga komoditas internasional. Walaupun proyeksi pertumbuhan volume perdagangan diperkirakan mengalami kenaikan, namun perbaikan aktivitas perdagangan tersebut masih dihadapkan pada risiko dari dampak penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terutama terkait instabilitas perekonomian di negara berkembang.

GRAFIK II.2.4 GRAFIK II.2.5 PERTUMBUHAN VOLUME PERDAGANGAN DUNIA

PERTUMBUHAN EKSPOR-IMPOR DUNIA 2013 - 2016

2015f 2016f

Impor Neg. Maju 2013

0 Ekspor Neg. Maju

Impor Neg. Berkembang Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2015

Ekspor Neg. Berkembang

Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2015

Nota Keuangan dan RAPBN 2016 II.2-3

Bagian II dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2017-2019

2.1.4 Harga Komoditas Dunia

Perbaikan ekonomi dan permintaan global secara umum diharapkan akan kembali meningkatkan tingkat konsumsi dan aktivitas produksi yang pada akhirnya mendorong kebutuhan sumber energi untuk kegiatan produksi. Hal ini diperkirakan turut mendorong permintaan komoditas yang selanjutnya akan memengaruhi harga komoditas dunia. Menurut proyeksi dari World Bank, harga komoditas dunia untuk pertanian, energi, dan logam diperkirakan akan tetap menurun di tahun 2015 ini dikarenakan banyaknya pasokan dan berkurangnya permintaan industri, namun diperkirakan membaik di sepanjang tahun 2016 dan selanjutnya.

IMF memperkirakan laju inlasi global di tahun 2016 mencapai 3,3 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 3,2 persen. Kondisi ini didorong oleh kenaikan laju inlasi di negara maju dari 0 persen di tahun 2015 menjadi 1,2 persen di tahun 2016. Tingkat

pertumbuhan ekonomi dan inlasi yang rendah dalam beberapa periode terakhir telah menjadi salah satu isu penting di negara-negara maju seperti Jepang dan Kawasan Eropa.

Menyikapi hal ini otoritas moneter di negara-negara tersebut kemudian menyiapkan berbagai kebijakan stimulus untuk mendorong perekonomian. Hal ini akan berimbas dengan naiknya tekanan inlasi global pada tahun 2016. Di sisi lain, inlasi di negara berkembang diperkirakan mengalami perlambatan di tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya dari 5,5 persen di tahun 2015 menjadi 4,8 persen di tahun 2016. Semakin baiknya struktur perekonomian dan efektifnya kebijakan-kebijakan moneter di negara-negara berkembang menjadi salah satu faktor pendukung moderasi perkembangan inlasi di negara berkembang.

TABEL II.2.1 PERKEMBANGAN INFLASI DUNIA (Persen, YoY)

2016f Dunia

Negara Maju

1,2 Negara Berkembang

Su m ber : IMF, W or ld Ec on om ic Ou t look , Ju li 2 0 1 5 f = a n g k a pr oy ek si