Risiko Utang Pemerintah

2.1.3 Risiko Utang Pemerintah

Risiko utang Pemerintah diungkapkan untuk memberikan informasi atas berbagai variabel yang memengaruhi besaran utang seperti pembayaran bunga utang, cicilan pokok, dan surat utang jatuh tempo. Pengelolaan risiko utang Pemerintah yang baik akan memberi persepsi positif kepada pasar atas instrumen utang yang diterbitkan oleh Pemerintah. Di samping itu, kesadaran akan risiko utang Pemerintah akan mempengaruhi strategi pengelolaan utang jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam risiko utang Pemerintah akan dibahas mengenai risiko tingkat bunga, nilai tukar rupiah dan pembiayaan kembali, serta potensi shortage (kekurangan) pembiayaan melalui utang.

2.1.3.1 Risiko Tingkat Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Pembiayaan Kembali

Secara umum, risiko utang Pemerintah dibagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu risiko tingkat bunga ( interest rate risk), risiko pembiayaan kembali (reinancing risk), dan risiko nilai tukar ( exchange rate risk). Ketiga jenis risiko tersebut digunakan sebagai indikator dalam pengelolaan portofolio utang Pemerintah, khususnya dari sisi keuangan.

Risiko Tingkat Bunga

Risiko tingkat bunga ( interest rate risk) adalah potensi tambahan beban pembayaran bunga utang akibat peningkatan suku bunga. Indikator risiko tingkat bunga terdiri dari rasio variable rate (VR), yaitu rasio utang dengan tingkat bunga mengambang terhadap total utang dan reixing rate yaitu proporsi utang yang akan jatuh tempo dan/atau mengalami penyesuaian tingkat bunga dalam kurun waktu satu tahun terhadap total utang. Perkembangan risiko tingkat

Bagian III Bab 2 Sumber Risiko Fiskal

bunga dalam kurun waktu 2011 sampai dengan Mei 2015 menunjukan kecenderungan yang menurun sebagaimana terlihat pada rasio utang dengan tingkat bunga mengambang ( variable rate) dan reixing rate yang mengalami penurunan kecuali pada tahun 2013. Hal ini antara lain disebabkan oleh kebijakan pengelolaan utang yang menerapkan strategi penerbitan/ pengadaan utang baru dengan tingkat bunga tetap dan tenor yang panjang, khususnya melalui penerbitan SBN domestik.

Risiko Nilai Tukar

Risiko nilai tukar (exchange rate risk) adalah potensi tambahan beban pembayaran kewajiban utang valas (bunga dan pokok utang) akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Indikator risiko nilai tukar terdiri dari rasio utang valas terhadap total utang dan rasio utang valas terhadap PDB. Perkembangan risiko nilai tukar dalam kurun waktu 2011 sampai dengan Mei 2015 menunjukan indikasi yang semakin membaik seiring dengan semakin berkurangnya porsi utang dalam valuta asing terhadap total utang dan terhadap PDB. Pada tahun 2013, indikator risiko nilai tukar sempat mengalami peningkatan dibandingkan tahun- tahun sebelumnya sebagai dampak dari kenaikan outstanding utang valas akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang valas terutama dolar AS.

Untuk mengendalikan peningkatan risiko nilai tukar ini, Pemerintah menerapkan kebijakan pengadaan utang yang mengutamakan utang baru dalam mata uang rupiah dan melakukan re-proiling utang valas melalui program liability management. Sementara itu, pengadaan utang dalam mata uang valas sebagai pelengkap dengan mengutamakan mata uang valas dengan volatilitas rendah.

Risiko Pembiayaan Kembali

Risiko pembiayaan kembali ( reinancing risk) adalah potensi ketidakmampuan Pemerintah membiayai utang jatuh tempo melalui penerbitan/pengadaan utang baru dengan biaya dan risiko yang wajar. Dalam kondisi tingkat risiko reinancing yang ekstrem, Pemerintah berpotensi tidak dapat melakukan reinancing sama sekali sehingga mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan pembiayaan pemerintah. Indikator risiko reinancing meliputi porsi utang yang jatuh tempo dalam 1, 3, dan 5 tahun. Perkembangan indikator risiko utang selama kurun 2011 sampai dengan Mei 2015 ditunjukkan pada Tabel III.2.4.

Perkembangan risiko pembiayaan kembali ( reinancing risk) selama kurun 2011 sampai dengan Mei 2015 relatif stabil. Hal ini terutama disebabkan oleh kebijakan pengelolaan utang yang bertujuan untuk meminimalkan biaya utang dalam tingkat risiko yang terkendali. Besaran penerbitan/pengadaan utang baru dan tenor pendek (1, 3, dan 5 tahun) yang antara lain dilakukan melalui penerbitan SPN cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kebijakan ini untuk memenuhi target penerbitan SBN yang semakin besar dan mengakomodasi demand investor yang cukup besar pada instrumen SBN dengan tenor pendek, khususnya pada saat kondisi pasar keuangan masih volatile. Namun demikian, dampak peningkatan penerbitan SPN terhadap indikator reinancing risk secara keseluruhan relatif rendah karena pada saat yang sama penerbitan SBN seri benchmark yang memiliki tenor menengah-panjang diupayakan tetap dominan. Selain itu, upaya untuk mengurangi SBN dengan tenor pendek tetap dilakukan melalui program buyback dan debt switch.

Selain risiko-risiko keuangan sebagaimana diuraikan di atas, terdapat pula risiko yang ditimbulkan oleh lingkungan internal organisasi, yaitu risiko operasional yang terjadi dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaan utang.

Bab 2 Sumber Risiko Fiskal Bagian III

Tabel III.2.4 PERKEMBANGAN RISIKO UTANG PEMERINTAH 2010-2015

2014 2015 Outstanding (triliun rupiah)

- Surat Berharga Negara

1 .1 87 ,7 1 .361 ,1 1 .661 ,1 1 .931 ,2 2096,5 - Pinjaman

2.604,9 2.7 85,8 Interest Rate Risk

T otal

- Rasio Variable Rate (%)

1 0,2 1 3,9 - Refixing Rate (%)

Exchange Rate Risk

- Rasio utang FX - PDB (%) *)

1 1 ,8 1 0,2 - Rasio utang FX - Total Utang (%)

Kom posisi Currency Utang (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 99,9

100,0 - IDR

56,7 57 ,0 - USD

29,1 29,6 - JPY

8,8 8,5 - EURO

2,9 3,0 2,4 2,1 - Lainny a

Refinancing Risk (porsi dalam %)

21 ,8 8,4 - Porsi Utang Jatuh Tempo < 3 tahun

- Porsi Utang Jatuh Tempo < 1 tahun

20,2 20,5 - Porsi Utang Jatuh Tempo < 5 tahun

Average Tim e to Maturity /AT M (tahun)

- Surat Berharga Negara

1 0,3 1 0,6 - Pinjaman

T otal

Catatan: *) Realisasi 2015 menggunakan data realisasi PDB kuartal I 2015 Sumber: Kementerian Keuangan.

2.1.3.2 Potensi Kekurangan (Shortage ) Pembiayaan Melalui Utang

Pembiayaan melalui utang berperan penting untuk menutup deisit anggaran, membiayai kewajiban utang yang jatuh tempo ( reinancing) serta kebutuhan investasi Pemerintah,

misalnya untuk PMN. Mengingat peran penting pembiayaan utang, terdapat risiko dimana Pemerintah dalam kondisi tertentu tidak dapat mengadakan/menerbitkan utang baru untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan. Risiko shortage utang dan penerbitan utang baru ini berkaitan erat dengan kondisi perekonomian dan pasar keuangan.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, penambahan utang didominasi oleh instrumen SBN. Penerbitan SBN dipengaruhi oleh faktor sentimen pasar baik domestik maupun global, yang secara langsung memengaruhi jumlah permintaan ( bid) serta tingkat biaya yang diminta ( yield). Sementara itu, pengadaan instrumen pinjaman terutama pinjaman komersial juga dipengaruhi oleh risiko sentimen pasar, walaupun sebagian risikonya telah diserap oleh lembaga keuangan sebagai intermediary dalam bentuk interest rate yang lebih tinggi dibandingkan SBN. Pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi untuk mengatasi hal tersebut. Langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah antara lain Asset Liability Management (ALM), bond stabilization framework dan Crisis Management Protocol.

Bagian III Bab 2 Sumber Risiko Fiskal