Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

E. Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Analisis peta rantai nilai (value chain map) dilakukan secara diskriptif dengan mengolah data mengenai rantai nilai agroindustri jamu instan kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel informatif. Data didapat melalui wawancara dengan responden. Adapun analisis value chain map meliputi profil pelaku dari setiap rantai yang terlibat dalam agroindustri mulai dari pemasok, pengolah, dan pemasar yang terlibat dalam agroindustri jamu instan. Hasil analisis peta rantai nilai (value chain map) dijelaskan pada tabel 24.

Pemasar Pelaku

Petani

Agroindustri jamu instan

Pedagang Bentuk produk

Tanaman

Biofarmaka (Jahe, Kunir, temulawak dll)

Jamu instan

Jamu instan

Kemudahan menjual produk

Mudah

Mudah

Mudah Daya tawar harga

Harga produk

Rp. 30.000 - Rp. 50.000/Kg atau Rp 1.000 – Rp 1.500/bks

Rp. 35.000 –Rp. 55.000/Kg atau Rp 1.500 – Rp 2.000/bks

Sedang Sistem pembayaran

(tunai, tempo, ijon)

Tunai

Tunai dan Konsinyasi

Tunai Metode

pembayaran(bank, konvensional)

disukai pembeli

Masih

segar,

berisi/ukuran besar, utuh, tidak terkena penyakit, sudah masak

Murni, produksi baru, tahan lama, aroma sedap, berkhasiat

Murni, aroma sedap, berkhasiat

Lembaga pendukung usaha

Klaster

Biofarmaka, Pemerintah, Bank

Klaster Biofarmaka, Bank, Pemerintah

Bank Bentuk

fasilitas lembaga pendukung usaha

Pengadaan benih unggul, Pemasaran, Penyuluhan, Bantuan sarana produksi

Pengadaan

bahan

baku, Pemasaran produk, promosi produk,

bantuan

modal, penyuluhan, bantuan sarana produksi

Bantuan modal

Sumber : Analisis Data Primer, 2011. Rantai nilai (Value Chain) pada agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar berdasarkan Tabel 25 melibatkan beberapa pihak antara lain adalah petani tanaman biofarmaka sebagai pemasok bahan baku, agroindustri jamu instan sebagai produsen dan pedagang jamu instan/warung jamu instan sebagai pemasar. Agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar sebagian besar memperoleh bahan baku dari petani tanaman biofarmaka setempat atau dari lahan mereka sendiri. Pelaku agroindustri jamu instan sebagian besar juga merupakan petani tanaman biofarmaka sehingga mereka menggunakan bahan baku dari lahan mereka sendiri ketika panen dan ketika belum panen mereka membeli dari petani lain. Agroindustri jamu instan memasarkan produknya sendiri langsung ke konsumen dengan mengikuti Karanganyar berdasarkan Tabel 25 melibatkan beberapa pihak antara lain adalah petani tanaman biofarmaka sebagai pemasok bahan baku, agroindustri jamu instan sebagai produsen dan pedagang jamu instan/warung jamu instan sebagai pemasar. Agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar sebagian besar memperoleh bahan baku dari petani tanaman biofarmaka setempat atau dari lahan mereka sendiri. Pelaku agroindustri jamu instan sebagian besar juga merupakan petani tanaman biofarmaka sehingga mereka menggunakan bahan baku dari lahan mereka sendiri ketika panen dan ketika belum panen mereka membeli dari petani lain. Agroindustri jamu instan memasarkan produknya sendiri langsung ke konsumen dengan mengikuti

Pemasok bahan baku agroindustri jamu instan adalah petani tanaman biofarmaka. Bentuk produk pada tingkat pemasok adalah tanaman biofarmaka antara lain adalah jahe, kunir, temu lawak dll. Petani tergolong mudah dalam menjual produknya karena ada lembaga yang membantu dalam hal pemasaran yaitu klaster tanaman biofarmaka. Daya tawar petani terhadap harga dan kualitas terhadap pembeli tergolong lemah sehingga petani menerima begitu saja harga dan kualitas tanaman biofarmaka yang disetor ke agroindustri jamu instan. Harga tanaman biofarmaka di tingkat petani adalah Rp. 20.000,-/ Kg sampai Rp. 30.000,-/ Kg tergantung dari jenis tanaman biofarmaka yang dijual. Agroindustri jamu instan membeli bahan baku dari petani dengan sistem tunai dan menggunakan metode pembanyaran secara konvensional atau membanyar langsung kepada petani. Kriteria bahan baku tanaman biofarmaka yang baik adalah volume tanaman biofarmaka yang besar, masak, tidak berlubang, tidak lecet dan masih segar (tidak busuk). Lembaga yang mendukung petani antara lain adalah klaster tanaman biofarmaka, pemerintah dan perbankan. Bentuk fasilitas lembaga pendukung usaha antara lain adalah pengadaan benih unggul, promosi dan pemasaran, penyuluhan, bantuan sarana produksi dan permodalan.

Agroindustri jamu instan mengolah tanaman biofarmaka menjadi jamu instan yang berbentuk serbuk. Jamu instan yang berbentuk serbuk kemudian dikemas dalam kemasan 1 kg dan dalam kemasan plastic kecil. Jamu instan kemasan 1 kg dijual dengan harga Rp. 30.000 - Rp. 50.000/Kg, sedangkan kemasan plastik kecil dijual dengan harga Rp. 1.000 – Rp 1.500/bks. Agroindustri jamu instan dalam menjual jamu instan tergolong mudah karena tren pada masyarakat yang kembali tertarik pada obat-obatan tradisional. Daya tawar harga dan kualitas terhadap pembeli tergolong relatife kuat karena belum banyak yang memproduksi jamu instan, sehingga agroindustri jamu instan masih bisa menentukan harga dan kualitas sesuai keinginan.

sebesar Rp. 500/bks. Sistem pembayaran yang diterapkan agroindustri jamu instan adalah secara tunai jika menjual ke pedagang atau langsung konsumen dan juga secara konsinyasi jika menitipkan jamu instan ke warung jamu. Metode pembayaran secara konvensional yaitu pembeli membayar langsung kepada penjual. Standard yang disukai pembeli adalah jamu instan yang murni, produksi baru, tahan lama, aroma sedap, dan berkhasiat. Lembaga pendukung agroindustri jamu instan adalah Klaster Biofarmaka, Bank, Pemerintah. Bentuk fasilitas lembaga pendukung usaha adalah pengadaan bahan baku, pemasaran produk, promosi produk, bantuan modal, penyuluhan, bantuan sarana produksi.

Produk jamu instan ini biasanya oleh agroindustri jamu instan di pasarkan langsung kepada konsumen atau dijual lewat pedagang, selain itu jamu instan juga dititipkan di warung jamu setempat. Harga jual pedagang atau warung jamu kepada konsumen untuk kemasan 1 kg dijual dengan harga Rp. 35.000 - Rp. 55.000/Kg, sedangkan kemasan plastik kecil dijual dengan harga Rp. 1.500 – Rp 2.000/bks. Agroindustri jamu instan dalam menjual jamu instan tergolong mudah karena tren pada masyarakat yang kembali tertarik pada obat-obatan tradisional, sehingga minat konsumen relatife tinggi untuk membeli jamu instan, selain itu tren masyarakat tersebut membuat daya tawar harga dan kualitas tergolong relative kuat sehingga pedagang atau warung jamu masih bisa menentukan harga. Keuntungan yang didapat pedagang atau warung jamu tergolong sedang karena daya tawar yang kuat. Sistem pembayaran yang diterapkan pedagang atau warung jamu instan adalah secara tunai dan metode pembayaran secara konvensional yaitu pembeli membayar langsung kepada pedagang atau warung jamu. Standard yang disukai pembeli adalah jamu instan yang murni, produksi baru, tahan lama, aroma sedap, dan berkhasiat. Lembaga pendukung pedagang atau warung jamu instan adalah Bank dan bentuk fasilitas lembaga pendukung usaha adalah bantuan modal.

Karanganyar, lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Rantai nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar

Keterangan :