beraneka ragam dari ikatan ke ikatan. Ini disebabkan sebagian oleh perubahan dalam momen dipol µ
≠0 pada saat energi diserap. Ikatan nonpolar seperti C - H atau C-C menyebabkan absorpsi lemah, sedangkan ikatan polar seperti
misalnya O-H, N-H, dan C=O menunjukkan absorpsi yang lebih kuat Supratman, 2010.
Bila suatu senyawa menyerap radiasi pada suatu panjang gelombang tertentu, intensitas radiasi yang diteruskan oleh contoh berkurang. Ini
mengakibatkan suatu penurunan dalam T dan terlihat pada spektrum sebagai suatu sumur dip yang disebut puncak absorpsi atau pita absorpsi. Bagian
spektrum di mana T menunjukkan angka 100 atau hampir 100 disebut garis dasar base line, yang direkam pada spektrum inframerah pada bagian atas
Supratman, 2010.
2.10.2 Spektroskopi inframerah fourier transform
Radiasi inframerah dapat dianalisis dengan spektroskopi FTIR Fourier Transform Infrared yang bagiannya terdiri dari cermin gerak, cermin statik, dan
pembagi berkas radiasi. Radiasi yang berasal dari sumber radiasi inframerah dikolimasikan oleh sebuah cermin cekung ke pembagi berkas radiasi, setengah
berkas dilewatkan cermin statik dan setengah berkas lainnya ke cermin gerak. Pergerakan cermin memodulasi semua panjang gelombang frekuensi dalam
berkas radiasi. Setelah terjadi refleksi pada kedua cermin, kedua berkas tersebut bergabung kembali pada pembagi berkas radiasi Satiadarma, dkk., 2004.
Meskipun cahaya masuk inkoheren, pemecahan menjadi dua berkas dan penggabungannya kembali pada pembagi menjamin bahwa keduanya dapat
bergabung sepertinya koheren. Sebagai hasilnya, kedua berkas panjang
Universitas Sumatera Utara
gelombangnya dapat berinterferensi dengan kadar yang berbeda. Berkas gabungan lewat melalui sel sampel dan sampai ke detektor. Dengan pengkuran
tanpa dispersi panjang gelombang, semua panjang gelombang jatuh secara bersamaan pada detektor yang memberikan keuntungan dibandingkan dengan
metode dispersi Satiadarma, dkk., 2004. Kelebihan-kelebihan dari spektroskopi FT-IR Fourier Transform
Infrared mencakup persyaratan ukuran sampel yang kecil, perkembanagan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki komputer yang
terdedikasi, kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum Stevens, 2001. Spektroskopi FTIR Fourier Transform Infrared pada
prinsipnya sama dengan prinsip dari spektroskopi inframerah, hanya saja spektroskopi FTIR Fourier Transform Infrared ditambahkan suatu alat optik
Fourier Transform untuk menghasilkan spektra yang lebih baik, sehingga spektroskopi FTIR Fourier Transform Infrared dapat menghasilkan data-data
dimana dengan spektroskopi inframerah puncak yang diinginkan tidak muncul Khan, 2002.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan metode eksperimental yang meliputi penyiapan bahan tumbuhan, pemeriksaan karakteristik simplisia, isolasi
karagenan terhadap variasi suhu dan waktu, pemeriksaan karakteristik karagenan meliputi identifikasi kualitatif, penetapan viskositas, susut
pengeringan, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, Spektrofotometri FTIR Fourier Transform Infrared dan analisis data.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Departemen Biologi Universitas Sumatera Utara Medan dan Laboratorium Penelitian
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, cawan porselin, desikator, lemari pengering, hot plate Fissons,
mikroskop Olympus, blender National, termometer, indikator universal, penangas air Yenaco, spatula, labu bersumbat, botol timbang dangkal
bertutup, neraca kasar, neraca listrik Vibra, seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, Spektrofotometri FTIR Shimadzu, kaca objek, kaca
penutup, krus tang, kain blacu, mortir dan stamper dan alumunium foil.
Universitas Sumatera Utara