beberapa hal, yaitu: pepatah, keluarga, dan juga teman. Berikut ini ditemukan dan dianalisis motivasi yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan.
4.3.1 Pepatah yang Memotivasi dalam Novel Sepatu Dahlan
Berikut ini adalah kutipan paragraf novel Sepatu Dahlan yang di dalamnya terdapat pepatah yang memotivasi:
“Ojo kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat.” “Jangan berharap jadi orang kaya dan jangan takut melarat. ”
“Pilih ngendi, sugih tanpa iman opo mlarat ananging iman? ” Dengan tegas aku menjawab, “Sugih ananging iman, Pak.”
Daripada hidup bergelimang harta tapi tidak beriman, memang lebih baik hidup miskin tapi beriman, namun kondisi terbaik, tentu saja, adalah kaya dan
tetap beriman. Paling tidak kalau aku kaya, pasti aku bisa beli sepatu dan sepeda. Dengan demikian, tidak perlu berangkat ke sekolah terlalu pagi dan
kaki lecet-lecet karena terpeleset di batu-batu jalanan yang licin akibat tersapu embun semalaman. Meskipun, lecet-lecet di telapak kaki belum apa-apa jika
dibandingkan dengan perjuangan pemuda dari Yaman yang dikisahkan Bapak tadi. Pabichara, 2012: 31
Penggalan paragraf di atas terjadi saat Dahlan sedang mendaftar di pesantren
Takeran. Barisan-barisan pepatah yang tertulis menyerupai kaligrafi di dinding pesantren yang diperbincangkannya dengan ayahnya. Saat itu ayahnya bertanya
pada Dahlan mana yang akan menjadi pilihan Dahlan, menjadi orang kaya tanpa iman ataukah miskin namun beriman. Dengan tegas Dahlan menjawab bahwa ia
lebih memilih miskin harta daripada miskin iman. Tidak berhenti disitu Dahlan juga menambahkan keinginannya dalam hati
untuk menjadi seseorang yang kaya harta dan juga kaya iman. Dahlan berandai- andai jika saja ia adalah orang yang punya cukup uang tentu ia akan dengan
Universitas Sumatera Utara
mudah mendapatkan dua benda yang begitu diimpikannya, yaitu sepatu dan sepeda.
Pepatah Jawa tersebut ternyata mampu memberikan kekuatan lebih dalam diri Dahlan, bahwa ia harus menjadi orang kaya dan juga orang yang beriman, hal ini
kemudian dibuktikan dengan usaha keras Dahlan untuk mendapatkan dua benda yang diinginkannya.
Rajin belajar, bekerja dengan giat dan menabung, itulah usaha Dahlan kecil untuk mendapatkan benda yang diinginkannya. Sampai pada saat ia dewasa
impian Dahlan terwujud, kini ia menjabat sebagai menteri BUMN. Hidup mapan dan beriman, persis seperti apa yang diimpikan Dahlan saat masih kecil. Pepatah
lain yang juga memotivasi dalam novel Sepatu Dahlan adalah berikut ini: Sumber bening orang bakal golek timbo. Artinya, sumur yang bening tak akan
mencari timba. Begitulah semestinya kita berlaku, tidak menyia-nyiakan waktu untuk mencari jabatan. Akan tetapi, kalau kita diserahi tanggung jawab atas
jabatan tertentu, amanat itu harus kita laksanakan. Pabichara, 2012: 166
Kutipan paragraf di atas terjadi saat tokoh Dahlan terpilih menjadi pengurus
Ikatan Santri. Kiai Irsjad yang saat itu berpidato menyampaikan pepatah tersebut sebagai pesan kepada para santri yang terpilih agar mereka mengemban dan
menjalankan sebaik-baiknya tugas yang telah diberikan. 4.3.2 Motivasi dari Teman dalam Novel
Sepatu Dahlan
Adapun kutipan paragraf yang memuat motivasi dari teman dalam novel Sepatu Dahlan adalah berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tibalah masa sekolah yang kutunggu-tunggu.bertemu teman-teman baru selalu jadi pengobar semangat bagiku, seolah melihat pelangi yang berwarna-warni.
Pabichara, 2012: 52
Pada kutipan di atas tokoh Dahlan sangat bersemangat masuk sekolah. Ini dapat dikatakan motivasi karena teman-teman bagi Dahlan dapat dikategorikan
sebagai daya penggerak yang menjadikan Dahlan begitu antusias memasuki sekolah.
Sekolah adalah tempat belajar. Tidak hanya terbatas pada mempelajari ilmu pengetahuan tetapi juga belajar bersosialisasi. Bertemu dengan banyak orang yang
berbeda karakter tentu menjadikan sekolah sebagai “cermin” kecil untuk kehidupan yang lebih luas, artinya kehidupan bermasyarakat.
Faktanya, yang terjadi sekarang ini sering kali sekolah justru menjadi tempat yang tidak nyaman bagi pelajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak
harmonisnya hubungan antar sesama pelajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus bullying yang terjadi antar sesama pelajar disekolah.
Bullying adalah istilah lain untuk kata intimidasi. Saat ini, Indonesia termasuk sebagai salah satu negara dengan kasus bullying tertinggi dalam uniqspot.com
bersama dengan negara lainnya, yaitu: Jepang, Finlandia, Kanada dan Amerika Serikat.
Berbeda halnya dengan situasi yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan, sekolah justru menjadi tempat yang menyenangkan, dan teman-teman adalah
salah satu unsur yang memotivasi terutama tokoh Dahlan sehingga menyukai
sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Motivasi dari teman selanjutnya dalam novel Sepatu Dahlan terdapat pada kutipan di bawah ini:
Sore ini dia ditantang oleh Bejo, pembalap kerbau ternama dari Desa Waduk, tetangga desa kami. Rambutnya seperti landak, kasar dan selalu berdiri. Di
kalangan gembala, seandainya ada kejuaran dunia balap kerbau, banyak yang yakin juara sudah pasti menjadi milik si Bejo. Tapi bukan Nanang namanya
kalau menampik tantangan. Baginya, ajakan balapan itu seperti sebuah pertaruhan kehormatan dan nama baik Kebon Dalem dan jika dia menang
berarti reputasi kami—para gembala dari Kebon Dalem—tetap terjaga.
Kami mengelilingi Nanang, memberinya semangat. “Aku sampe gak iso turu. Pertarungan ini bukan cuma mempertaruhkan nama
baikku atau Bejo, tapi ini pertarungan antara kampung Kebon Dalem dan Manding,” kata Nanang dengan berapi-api dan penuh pengahayatan, hingga
kami merasa dicekam ketegangan, ketakutan, dan kecemasan. Pabichara, 2012: 236-237
Dari kutipan di atas tergambar motivasi yang diberikan Dahlan dan teman-
temannya kepada Nanang. Saat itu, Nanang menerima tantangan balap kerbau dari Bejo—anak kampung sebelah— yang terkenal jago.
Walaupun semangat yang diberikan hanya berupa dukungan moril tetapi hal itu terbukti memberikan dampak positif bagi Nanang. Ia akhirnya bisa
mengimbangi kelihaian Bejo menunggangi kerbau.
4.3.3 Motivasi dari Keluarga dalam Novel Sepatu Dahlan