Ketaatan Pada Orang Tua dalam Novel Sepatu Dahlan

camat, ada mushala. Kalian bisa salat Zuhur Ketaatan yang tergambar dari kutipan-kutipan di atas adalah keseharian para tokoh yang selalu dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas keagamaan. Salat adalah tiang agama, hukumnya wajib untuk dilaksanakan, ibadah ini pulalah yang sering kali ditemukan dalam beberapa paragraf. Kemudian kegiatan ibadah lainnya yaitu mengaji dan bahkan hal sekecil mengucapkan bismillah pun untuk mengawali suatu kegiatan dituliskan dalam novel ini. secara berjamaah di sana.” Pabichara, 2012: 228 Sepatu Dahlan memang bukan novel religi, tetapi hampir keseluruhan ceritanya memiliki unsur ibadah yang memang wajib dijalankan setiap umat Islam tokoh-tokoh yang bermain dalam novel ini diceritakan menganut agama Islam. Taat berarti patuh dan tunduk, maka dapat dilihat bagaimana para tokoh menaati perintah Tuhan dengan menjalankan perintah-Nya.

4.1.3 Ketaatan Pada Orang Tua dalam Novel Sepatu Dahlan

Bersikap patuh dan taat kepada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak. Taat kepada orang tua juga merupakan bagian dari wujud ketaatan terhadap Sang Pencipta atau sama dengan ibadah. Orang tua senantiasa memberikan kasih sayang dan berusaha keras untuk menghidupi anak yang telah dianugerahkan Sang Pencipta kepada mereka dengan penuh cinta kasih, sehingga sudah sepatutnya bagi seorang anak untuk berlaku taat terhadap kedua orang tuanya selama yang diperintahkan oleh orang tua masih pada jalan yang benar. Agama mana pun juga memberikan ajaran yang sama tentang berbakti kepada orang tua. Begitu pula dengan agama Islam, para ulama sepakat bahwa Universitas Sumatera Utara hukum berbuat baik berbakti pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib. Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu bapak” QS. An Nisa’: 36. Dalam ayat ini berbuat baik kepada ibu bapak merupakan perintah, dan perintah di sini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan tidak mempersekutukan Allah. Kewajiban dalam berlaku baik atau taat kepada orang tua bukanlah hal yang bisa dikecilkan begitu saja. Banyak firman Allah dan juga sabda Rasulullah yang menyebutkan di dalamnya agar anak berlaku baik terhadap orang tuanya. Salah satu sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang semakin menguatkan akan pentingnya bakti seorang anak terhadap orang tua dalam blog Abu Hamzah adalah: “Keridhaan Rabb Allah ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb Allah ada pada kemurkaan orang tua” Riwayat Tarmidzi dalam Jami’nya 1346, hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah no.516. Selain dasar yang kuat dari setiap agama taat berbakti pada orang tua pun termasuk pada perilaku terpuji yang sesuai dengan norma yang ada dalam masyakarat. Pernyataan ini dapat dikuatkan dengan banyaknya cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat yang bertemakan tentang ketaatan bakti pada orang tua. Hampir setiap daerah punya versi cerita masing-masing, sebagai contoh: Sampuraga dari daerah Sumatera Utara, Malin Kundang dari Sumatera Universitas Sumatera Utara Barat, Legenda Batu Belah dari Gayo Aceh, dan lain sebagainya yang keseluruhan isinya mengandung amanat agar anak berbakti pada orang tuanya karena jika sampai seorang anak menyakiti hati orang tua mereka maka Sang Pencipta akan gusar dan memberikan hukuman yang setimpal. Sama halnya dengan novel Sepatu Dahlan, dalam novel ini beberapa bagian ceritanya terlihat kuat dalam memberikan kesan akan ketaatan bakti pada orang tua. Adapun perilaku ketaatan pada orang tua yang terlihat dalam novel Sepatu Dahlan sebagai berikut: Maaf, Pak, Dahlan sudah mengecewakan Bapak dengan angka merah. Dahlan sudah berusaha, tapi hasilnya seperti ini, Pak. Pak, Dahlan masih boleh sekolahkan? Pabichara, 2012: 16 Dahlan merasa bahwa ia telah mengecewakan ayahnya dengan hadirnya dua angka merah dalam rapornya. Gejolak hati Dahlan yang kemudian dituliskannya dalam buku harian memperlihatkan ketaatan bakti seorang anak pada orang tuanya. Ketika rasa penyesalan atau rasa bersalah dirasakan oleh seorang anak yang merasa telah berbuat salah pada orang tuanya dapat diartikan sebagai wujud ketaatan pada orang tua. Karena dengan adanya rasa penyesalan berarti si anak masih memikirkan perasaan orang tuanya dan dengan begitu akan timbul keinginan untuk memperbaiki kesalahan agar tidak terulang kembali. Aku sangat menghormati Bapak, mungkin karena takut atau memang suka, terlepas dari sikap taatnya terhadap aturan-aturan yang dibuatnya. Tak ada yang boleh melanggar termasuk ibu dan anak-anak perempuannya. Pabichara, 2012: 17-18 Universitas Sumatera Utara Dari penggalan paragraf di atas dapat dilihat bagaiamana penghargaan seorang anak terhadap orang tuanya. Kekaguman Dahlan pada Bapaknya membuatnya menaruh hormat terhadap ayahnya. Kekaguman yang kemudian beralih pada rasa hormat merupakan rangkaian sebuah proses ketaatan bakti kepada orang tua. Dengan adanya rasa hormat akan menjadi “benteng” yang menghalangi seorang anak bersikap tidak pantas pada orang tuanya. Hilangnya rasa hormat anak pada orang tua akan berakhir pada ketidakpatuhan yang mengakibatkan si anak dengan mudahnya melanggar perintah atau bahkan durhaka pada orang tuanya. Selain kutipan di atas contoh lain yang juga merupakan bentuk ketaatan terhadap orang tua yang terdapat dalam novel Sepatu Dahlan ini tergambar dalam kutipan paragraf berikut ini: Selama ini aku dan Zain dilarang keras belajar bersepeda oleh Bapak, dan aku belum berniat mencoba melanggar larangan itu. Seperti aturan-aturan lain di rumahku, larangan itu pun tak boleh dilanggar. Kedisiplinan Bapak itu telah mengkristal di hatiku. Larangan bukan lagi sesuatu yang bisa membangkitkan rasa penasaran, melainkan nilai yang sudah mendarah daging. Pabichara, 2012: 114-115 Ketaatan tokoh Dahlan tergambar lewat kutipan di atas, ketika Maryati menawarkan sepedanya untuk dinaiki. Dahlan menolak, ia teringat akan larangan bapaknya untuk tidak memakai barang yang bukan milik sendiri. Begitu kuat nasehat bapak tertanam dalam pikirannya. Walaupun pada saat itu Bapak tidak sedang bersama Dahlan tetapi ia masih mengingat aturan yang diperintahkan. Ketaatan tidak hanya berupa kepatuhan seorang anak terhadap aturan yang dibuat oleh orang tuanya. Selain itu, ketaatan kepada orang tua juga dapat Universitas Sumatera Utara diwujudkan melalui kesediaan seorang untuk membantu orang tuanya, bahkan tanpa perlu diminta sekalipun. Seperti contoh berikut ini: “Nanti sore kamu ke mana, Lan? ” “Biasa, Bu, ngangon domba.” “Tolong antarkan kain mori ke rumah ibu-ibu, ya?” “Mending antar sekarang, Bu, sambil jalan.” “Ndak capek?” Aku menggeleng sambil beranjak ke kamar Ibu mengambil kain-kain mori yang harus kuantar ke rumah para pembatik. Pabichara, 2012: 46 Malam sudah tiba. Ibu sudah siap-siap menceburkan diri dalam kebisuaan. Selembar kain mori, yang baru diterimanya tadi pagi, sudah ditaruh di atas tikar pandan. Lampu teplok sudah dipindahkan ke cantolan paku di tiang tengah rumah. Tanpa disuruh, aku angkat gawangan—penyangga kain mori setinggi lima puluh senti—dan meletakkannya tepat di bawah lampu teplok. Sementara Zain mengangkat dingklik, tempat duduk ibu selama mbatik. Pabichara, 2012: 47-48 Kutipan di atas memperlihatkan bahwa tokoh Dahlan termasuk pada anak yang berbakti pada orang tua. Penggalan dialog yang terdapat pada halaman 46 memperlihatkan bagaimana Dahlan langsung mengiyakan permintaan ibunya untuk mengantarkan kain mori ke rumah para pembatik. Padahal saat itu Dahlan baru saja berjalan sejauh beberapa kilometer sepulang sekolah. Namun, karena itu adalah permintaan ibu, Dahlan tidak ingin mengecewakan ibunya dengan menolak permintaan tersebut. Meski lelah tanpa berat hati Dahlan tetap menjalankan permintaan ibunya. Pada halaman selanjutnya 47 dan 48, bakti Dahlan dan adiknya Zain kembali terlihat. Tanpa diminta Dahlan dan Zain membantu pekerjaan ibu saat membatik. Anak yang berbakti adalah anak yang mau turut membantu orang tuanya, Universitas Sumatera Utara mematuhi permintaan dan perintah orang tua selama itu masih dijalan yang benar sesuai dengan firman Allah SWT yang tertulis dalam Al-qur’an.

4.1.4 Loyalitas Berteman dalam Novel Sepatu Dahlan

Dokumen yang terkait

Gambaran Kemiskinan Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabhicara Pendekatan Sosiosastra

6 113 91

ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA

1 8 1

Pencitraan Dalam Novel Sepatu Dahlan (Studi Analisis Wacana Kritis Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara)

1 24 119

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 3 12

PENDAHULUAN Aspek Sosial Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 35

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

3 7 24

PESAN MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN Pesan Moral Dalam Novel Menebus Impian Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 13

PESAN MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Pesan Moral Dalam Novel Menebus Impian Karya Abidah El Khalieqy: Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 14 21

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN SARAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 8 13

NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA: SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA - UNWIDHA Repository

0 1 23