Peneliti juga menggunakan langkah-langkah memperoleh data sesuai dengan yang dituliskan oleh Endaswara 2011: 105, yaitu: 1 melalui pembacaan
heuristik, artinya hati-hati, tajam terpercaya, menafsirkan sesuai konteks sosial, 2 melalui pembacaan hermeneutik, artinya peneliti mencoba menafsirkan terus-
menerus, sesuai bahasa simbol sosial, dikaitkan dengan konteks serta pengaruh historis. Kemudian peneliti akan melanjutkan pada langkah selanjutnya yaitu
melakukan pencatatan pada kartu-kartu kecil sesuai dengan data yang ditemukan di dalam novel Sepatu Dahlan.
Setelah menuliskan data pada kartu kecil peneliti kemudian mengklasifikasikan data berdasarkan pada batasan masalah yang sudah dibuat
sebelumnya, data mana yang masuk pada pesan moral kejujuran, ketaatan dalam beribadah, ketaatan pada orang tua, loyalitas dalam berteman, dan data mana yang
masuk pada kelompok pepatah yang memotivasi, motivasi dari teman dan motivasi dari keluarga. Setelah semuanya dicatat dan dikelompokkan maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang ditemukan dengan tijauan sosiologi sastra.
3.2 Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah : Judul
: Sepatu Dahlan Pengarang
: Khrisna Pabichara Penerbit
: Noura Books PT Mizan Publika
Universitas Sumatera Utara
Tebal Buku : 392
Ukuran : 14 x 21 cm
Cetakan : kedelapan
Tahun : 2012
Warna sampul : biru langit, putih, kuning telur, hijau lumut, dan hitam
Gambar sampul : seorang anak yang menatap matahari terbenam, tepat di
belakangnya ada sepeda yang di stangnya menggantung sepasang sepatu.
Desain sampul : Tyo RAI Studio
3.3 Teknik Analisis Data
Data yang telah diklasifikasikan sebelumnya kemudian dilanjutkan dengan menganalisis secara mendalam. Analisis pada dasarnya adalah proses pemaknaan
Endaswara 2011: 111. Adapun langkah-langkah analisis yang dikutip dari buku Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra adalah:
1 analisis diawali dari asumsi bahwa penelitian selalu bermula dari pertanyaan berkaitan dengan gejala yang muncul sebagai akibat hubungan
antara karya sastra dan lingkungan sosialnya, 2 peneliti memanfaatkan konsep pemahaman verstehen terhadap karya sastra secara mendalam
dengan mengungkapkan dan menguraikan gejala sosial, 3 data yang dianalisis bisa berasal dari berbagai hal yang menyangkut hubungan-hubungan
antara karya sastra dan sistem sosial, 4 nilai-nilai dan norma tingkah laku, riwayat hidup pengarang, proses penerbitan, pembaca sasaran, dan berbagai
isu sosial lain bisa saja dianalisis lebih mendalam Endaswara 2011: 113.
Universitas Sumatera Utara
Bila analisis data berpusar pada teks sastra, tentu analisis lebih ke arah tafsiran. Gagasan Swingewood dalam Endaswara 2011: 115 esensi analisis data
sosiologis harus dilakukan ilmiah sehingga mampu mengungkapkan: 1 kehidupan manusia di masyarakat secara objektif, 2 memaknai lembaga-
lembaga sosial, 3 memahami proses sosial, dengan menelusuri bagaimana masyarakat itu “mungkin” berkembang, mundur. Dalam hal ini langkah-langkah
yang diikuti dalam penelitian tersebut hanya pada point tertentu yang memang dibutuhkan oleh peneliti.
Peneliti menyederhanakan uraian panjang di atas mengenai analisis data dengan mempergunakan teknik simak dan catat data yang terdapat pada novel
Sepatu Dahlan, yaitu membaca dan menyimak objek kajian terlebih dahulu lalu kemudian mencatat hal-hal yang terkait dengan rumusan masalah yang telah
ditentukan sebelumnya, pencatatan ini dilakukan di kartu data. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif sering diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan “perhitungan” atau dengan angka-angka Moleong, 1982: 2.
Metode ini sangat tepat dipergunakan dalam menganalisis data yang ditemukan dalam penelitian ini, hal ini dapat ditegaskan dengan salah satu ciri
penting yang terdapat dalam metode kualitatif, sebagai berikut : memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu
sebagai studi kultural Ratna, 2004: 46.Adapun data awal dalam penelitian ini sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Pesan moral kejujuran dalam Sepatu Dahlan
“Hanya ada satu yang disegani Bapak. Kiai Mursyid... dari sana bermula muslihat yang melintas dalam benakku.” Pabichara, 2012:24
“Dengan suara pelan, aku berkata, aku bermimpi bertemu Kiai Mursjid...” “Belum lagi rampung kalimatku, bapak sudah duduk bersila menekur di
depanku, tenggelam dengan ketakziman yang tak terbayang olehku.” “Apakah kesunyian ini aku nikmati? Tidak, aku merasa sangat bersalah.
Malah mungkin aku telah menjadi anak durhaka, mempermainkan perasaan orang tua sendiri. Air mataku menetes, sungguh. Aku sedang tak
berniat mengambil keuntungan apapun dari kesungguhan Bapak di depan mataku...”Pabichara, 2012:25
Pada penggalan data di atas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa seorang anak semula ingin membohongi orang tuanya pada akhirnya tidak mampu
melakukannya karena dorongan nurani untuk berkata jujur lebih kuat. Sudah seharusnya, sebagai manusia yang dianugerahi akal pikiran oleh yang Maha
Kuasa untuk tidak memupuk sifat dusta dalam diri. Apapun alasannya kebohongan hanya akan membawa kepada hal yang tidak baik.
Penggalan berikutnya yang juga menyiratkan pesan akan berharganya kejujuran terdapat pada kutipan berikut ini:
“Lapar ndak berarti harus maling, Dik. Bukan karena nama baik keluarga, tapi mbak takut itu jadi kebiasaan. Setiap perut kalian lapar, nyuri jadi
pilihan.”
“Ojo wedi mlarat. Yang penting tetap jujur” Pabichara, 2012: 109
Motivasi dalam Sepatu Dahlan
“Pilih ngedi, sugih tanpa iman opo mlarat ananging iman?” Dengan tegas aku menjawab,”Sugih ananging iman, Pak.”
Universitas Sumatera Utara
“Daripada hidup bergelimang harta tapi tidak beriman, memang lebih baik hidup miskin tapi beriman. Namun, kondisi terbaik, tentu saja, adalah kaya
dan tetap beriman. Paling tidak, kalau kaya pasti aku bisa membeli sepatu dan sepeda. Dengan demikian, aku tidak perlu berangkat ke sekolah terlalu
pagi dan kaki lecet-lecet karena terpeleset di batu-batu jalanan yang licin akibat tersapu embun semalaman. Meskipun, lecet-lecet di telapak kaki
belum apa-apa jika dibandingkan dengan perjuangan pemuda dari Yaman yang dikisahkan Bapak tadi.” Pabichara, 20012: 31
Dari sebaris pepatah Jawa, tokoh Dahlan menemukan motivasinya untuk
sampai posisi saat ini sebagai menteri BUMN. Akhirnya Dahlan membuktikan sepatu dan sepeda yang diimpikannya pada saat kecil tidak terulang pada anaknya
di masa ini yang tentu dengan mudah mendapatkan fasilitas tidak seperti Dahlan saat masa kecil. Sebaris motivasi itu yang kemudian ditanamkan erat di
pikirannya agar tetap menjadi orang yang kaya harta dan kaya iman.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PESAN MORAL DAN MOTIVASI DALAM NOVEL