digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Kritik Sumber
Yaitu suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar memperoleh kejelasan mengenai keabsahan data,
Dalam hal ini ada dua kritik yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Mengenai kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
sejarawan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup kredibel atau tidak, sedangkan kritik ekstern adalah kegiatan sejarawan untuk
melihat apakah sumber yang didapatkan autentik atau tidak.
23
Dalam penulisan mengenai peranan KH. Abdul Mujib Abbas dalam mengembangkan Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran
Sidoarjo 1964-2010 penulis menganalisa secara mendalam terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh baik primer ataupun sekunder
melalui kritik intern dan ekstern untuk mendapatkan keaslian dari sumber-sumber yang telah diperoleh.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah seringkali disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini data yang
terkumpul dibandingkan kemudian disimpulkan agar bisa dibuat penafsiran terhadap data tersebut sehingga dapat diketahui dengan
kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang diteliti.
24
Dalam penulisan mengenai peranan KH Abdul Mujib Abbas dalam mengembangkan pondok pesantren Al Khoziny Buduran
23
Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005, 16.
24
Abdurrahman, Metode Penulisan Sejarah, 64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sidoarjo penulis menganalisa secara mendalam terhadap sumber- sumber yang telah diperoleh baik primer ataupun sekunder kemudian
penulis menyimpulkan sumber-sumber tersebut sebagaimana dalam kajian yang diteliti.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah, yakni usaha untuk merekonstruksi kejadian masa lampau dengan cara
menuliskan dan memaparkan secara sisitematis, terperinci, utuh dan komunikatif agar dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca.
Berdasarkan penulisan sejarah ini pula akan dapat dinilai apakah penelitian yang berjudul Peranan KH Abdul Mujib Abbas dalam
Mengembangkan pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo 1964-2010 ini sesuai dengan prosedur yang dipergunakannya tepat
atau tidak, dari sini juga akan dapat diketahui sesuai tidaknya sumber atau data yang digunakan dalam penelitian ini.
25
H. Sistematika Bahasan
Sistematika penulisan dalam penelitan ini disusun untuk mempermudah pemahaman sehingga dapat menghasilkan pembahasan
yang sistematis. Penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut:
Pada bab satu dimulai dengan pendahuluan yang menggambarkan secara global dari keseluruhan isi skripsi ini yang terdiri dari latar
25
Ibid., 67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian
dan sistematika bahasan. Pada bab dua penulis menjelaskan tentang riwayat hidup KH.
Abdul Mujib Abbas yang meliputi genealogi kelahiran, masa pendidikan, pernikahan, karya serta akhir hayatnya.
Pada bab tiga penulis menjelaskan tentang profil pondok pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo yang meliputi letak geografis, sejarah
berdirinya, visi misi, perkembangan serta aktifitas yang ada di Pondok Pesantren Al Khoziny.
Pada bab empat penulis menjelaskan tentang upaya-upaya yang dilakukan serta hambatan yang dilalui KH. Abdul Mujib Abbas dalam
mengembangkan pondok pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo. Pada bab lima terdiri dari penulisan laporan yang berisi kesimpulan
dan saran-saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II BIOGRAFI KH ABDUL MUJIB ABBAS
A. Genealogi
Nama lengkap KH. Abdul Mujib adalah Abdul Mujib bin Moh Abbas bin Moh Khozin. KH. Abdul Mujib Abbas lahir pada hari Jumat
tanggal 1 Syawal 1352 H. Bertepatan dengan 10 Oktober 1932 M di Buduran Sidoarjo. Ayahnya bernama Moh Abbas bin Moh Khozin bin
Khoiruddin bin Ghozali bin R. Musthofa Mbah Jarot. Sedangkan ibunya bernama Khodijah putri dari KH. Mas Ali bin
KH. Wahab Tawangsari Sepanjang Sidoarjo. Jika dilihat lebih lanjut Nyai Khodijah adalah saudara sepupu dari KH. Wahab Hasbullah salah satu
pendiri NU, sebab ibunya yang bernama Nyai Lathifah adalah adik dari KH. Mas Ali.
1
KH. Abdul Mujib Abbas merupakan anak keenam dari delapan bersaudara, yakni Nyai Aisyah, Nyai Nuroniyyah, Nyai Fatimah, KH.
Abdul Wahid, Nyai Hanifah, KH. Abdul Mujib, Nyai Nur Maslahah meninggal umur 16 tahun dan Nyai Nur Azizah meninggal umur 4
tahun. Di masa kecil KH. Abdul Mujib hidup seperti halnya anak-anak
seusianya, yang memiliki waktu untuk bermain dan bersenda gurau. Ketulusan sang ayah, KH. Moh Abbas dalam mendidik, membimbing
sekaligus doa yang dipanjatkan pada waktu malam hari secara istiqomah
1
Abdul Salam, Wawancara, Sidoarjo, 11 Mei 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
turut membentuk kepribadian KH. Abdul Mujib hingga dapat melanjutkan tradisi kepemimpinan di Pondok Pesantren Al Khoziny.
KH. Moh Abbas dikenal sebagai sosok pendidik yang demokratis, tidak mengembangkan pola-pola otoriter terhadap para anaknya.
Pendidikan yang diterapkan kepada anaknya lebih berorientasi pada sesuatu yang sangat mendasar terkait dengan prinsip-prinsip ajaran agama
Islam. Oleh karenanya kesan bebas itu cukup dirasakan, meskipun putra- putrinya juga dituntut harus taat pada prinsip-prinsip agama, misalnya
dalam hal kewajiban sholat. KH. Abdul Mujib dibimbing secara intensif oleh kedua orang
tuanya KH. Moh Abbas dan Nyai Khodijah, baik pengajaran Al quran dan pembelajaran kitab kuning seperti Sullam at Taufiq, Safinatun Najah dan
beberapa kitab salaf lainnya.
2
Usaha yang dilakukan oleh KH. Moh Abbas dalam membimbing serta mendidik putranya terkait dengan pendidikan dasar dilakukan secara
intensif dan istiqomah. Dari sini terlihat bahwa KH. Moh Abbas cukup respek terhadap pendidikan dan bimbingan kepada anak-anaknya terlebih
lagi dalam pendidikan yang berkaitan dengan penguatan karakter. Persoalan dasar-dasar ajaran Islam merupakan pokok dalam sebuah
kehidupan. Dasar-dasar ajaran Islam diibaratkan sebagai pondasi sebuah bangunan. Jika pondasi dasar itu kuat diyakini bangunan itupun akan
kokoh walau dihantam badai.
2
Syueb Nur Aly, Biografi Kiai Abdul Mujib Abbas: Pecinta Ilmu yang Konsisten Surabaya: Pustaka Idea, 2013, 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Itulah yang dilakukan oleh KH. Moh Abbas dalam membangun pondasi karakter terhadap putranya melalui dasar-dasar ajaran Islam yang
nantinya diharapkan KH. Abdul Mujib dapat menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi tantangan perubahan zaman yang lebih berat,
terkait dengan perilaku manusia. Dengan adanya pembekalan dasar-dasar agama sejak dini
sekaligus keteladanan perilaku dan kesalehan yang dicontohkan oleh KH. Moh Abbas tersebut, maka mampu menghantarkan pembentukan karakter
pada diri putra-putrinya khususnya pada diri KH. Abdul Mujib. Selain dalam hal pendidikan karakter dan membekali dengan
pengetahuan keagamaan, KH. Moh Abbas juga mendidik anak-anaknya untuk cinta terhadap negara. Hal tersebut terlihat ketika KH. Abdul Mujib
masih berusia 13 tahun ikut bersama kakaknya KH. Abdul Wahid berperang melawan penjajah dengan bergabung barisan Hizbullah.
Pada usia tersebut, KH. Abdul Mujib belum ikut mengangkat senjata, akan tetapi beliau hanya menjadi pelayan para tentara Hizbullah,
di mana ketika para tentara Hizbullah usai perang KH. Abdul Mujib membantu membersihkan peralatan senjata dan kendaraan perang.
3
Hingga umur 17 tahun KH. Abdul Mujib digembleng sendiri oleh ayahnya. Sebuah kerja serius yang dilakukan KH. Abbas dalam mendidik,
mengawasi dan membimbing putranya tersebut sejak kecil hingga remaja diyakini turut mempengaruhi dalam proses pendidikan selanjutnya.
3
Abdul Salam, Wawancara, Sidoarjo, 11 Mei 2016.