masih banyak tumbuh liar dan dibiarkan begitu saja karena beberapa alasan. Seperti suweg, di desa Bandar Tarutug menurut informasi yang disampaikan
bapak Ir. Sarmak Harahap selaku penyuluh yang bertugas didesa tersebut, suweg masih banyak tumbuh dan sering dijumpai secara tidak sengaja di lahan-lahan
perkebunan kelapa sawit, karet dan bahkan perkebunan masyarakat yang dibiarkan begitu saja karena tidak semua masyarakat tahu akan kegunaan suweg
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, sehingga tanaman ini kadang masih di anggap tanaman yang tidak penting. Begitu juga tanaman
ganyong, kemungkinan masih ada tumbuh liar, tetapi ditempat-tempat yang jelas karena tidak dibudidayakan lagi. Hal ini terbukti karena dari beberapa warga yang
dijumpai masih mengenal tanaman ganyong. Sedangkan pada tanaman talas pada ketinggian 46mdpl Lintang N.01
˚24’46,0” Bujur E.099˚03’57,5” dan keladi pada ketinggian 40mdpl Lintang N.01
˚24’54,2” Bujur E.099˚03’28,7” masyarakat masih membudidayakannya untuk di jadikan panganan sehari-hari.
Dengan berbagai macam olahan pangan seperti dibuat menjadi keripik, dikolak, direbus, bahkan dibuat menjadi sayuran yang lezat seperti yang dilakukan oleh ibu
Misna.
b. Kecamatan Marancar
Tabel 4. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Marancar No Desa
Jenis Umbi-umbian 1 2 3 4 5 6 7
1 Marancar Godang
-
- -
√ √
√ -
2 Tangsi Dua
√ -
√ √
√ √
-
3 Pasar Marancar
-
- - -
√ √
- Ket : 1. Ubi Kelapa, 2 Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut
√ Ada, - Tidak Ada
Dari tabel 4 diperoleh gambaran bahwa tanaman suweg, talas, dan keladi masih dijumpai di seluruh desa yang diamati. Untuk tanaman ubi kelapa hanya
Universitas Sumatera Utara
dijumpai di satu desa saja yaitu di desa Tangsi Dua pada ketinggian 714mdpl Lintang N.01
˚30’31,0” Bujur 099˚10’30,4”, sedangkan tanaman gembili tidak ada ditemukan saat identifikasi, begitu juga tanaman ganyong hanya di temukan
pada satu tempat saja yaitu desa Tangsi Dua pada ketinggian 771mpl Lintang N.01
˚30’16,3” Bujur E.099˚10’30,4”. Berdasarkan keterangan bapak Iran selaku Ketua Kelompok Tani KAPOKTAN desa Tangsi Dua, tanaman gembili dan
garut memang sepertinya sudah sangat sulit dijumpai di daerah ini tidak banyak yang mengenal tanaman ini sehingga tidak ada yang memeliharanya, sedangkan
untuk ganyong masih ada kemungkinan tumbuh beberapa tempat dan dapat dijumpai saat identifikasi. Untuk tanaman talas dan keladi masih banyak
ditemukan tumbuh di kecamatan ini. Berbagai macam olahan tanaman pangan pun di olah oleh masyarakat sekitar untuk dijadikan cemilan atau panganan saja.
c. Kecamatan Batang Angkola
Tabel 5. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Batang Angkola No Desa
Jenis Umbi-umbian 1 2 3 4 5 6 7
1 Tahalak - - -
- √
√ -
2 Sigalangan
√
-
- -
√ √
-
3 Pintu Padang
- - -
- √
√ -
Ket : 1. Ubi Kelapa, 2 Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut √ Ada, - Tidak Ada
Dari tabel 5 diperoleh gambaran bahwa tanaman keladi dan talas masih dijumpai di seluruh desa yang diamati. untuk tanaman ubi kelapa hanya
ditemukan didesa Tahalak pada ketinggian 241mdpl Lintang N.01 ˚15’55,8”
Bujur E.099 ˚20’10.4”, sedangkan tanaman gembili, ganyong dan garut tidak
dijumpai sama sekali. Berdasarkan keterangan Mhd. H. Kisam warga yang dijumpai dilapangan, tanaman seperti ubi kelapa, gembili, ganyong, suweg,dan
Universitas Sumatera Utara
garut memang sangat sulit dijumpai di daerah tersebut. Ini bisa diakibatkan dari kultur atau budaya yang lebih dominan di daerah tersebut. Bisa juga diakibatkan
penyebutan nama daerah yang berbeda pada tanaman umbi yang dimaksud sehingga menyulitkan untuk ditemukannya tanaman tersebut saat identifikasi.
Beberapa warga hanya mengenal ganyong sebagai tanaman hias dn beberapa warga yang lain bahkan tidak mengenal tanaman tersebut. Sedangkan pada
tanaman talas dan keladi, masyarakat masih sangat mengenal bahkan ada yang menanamnya di pekarangan rumah untuk dijadikan sebagai tanaman hias. Dan
tidak sedikit juga yang tumbuh liar seperti di desa Sigalangan pada ketinggian 242mdpl Lintang N.01
˚15’35,2” Bujur E.099˚20’17,9” dan desa Pintu Padang pada ketinggian 374mdpl Lintang N.01
˚14’44,0” Bujur E.099˚20’38,1”
D.Tingkat pemeliharaan, budidaya dan penggunaan hasil dari tanaman.
Tanaman umbi-umbian yang dijumpai di lokasi penelitian umumnya tidak dibudidayakan secara khusus oleh petani sehingga tidak dilakukan pemeliharaan
yang intensif untuk mencapai hasil tanaman yang maksimal . 1.
Ubi Kelapa Dioscorea alata L.
Dari 9 desa yang disurvey, tanaman ubi kelapa ditemukan di 5 desa yaitu di semua desa sampel Kecamatan Angkola Sangkunur meliputi desa Batu Godang,
Bandar Tarutung, Tangsi Baru. Di kecamatan Marancar yaitu desa Tangsi Dua dan di kecamatan batang Angkola ditemukan di desa Tahalak. Hampir semua
tanaman di seluruh lokasi penelitian ditemukan dalam jumlah sedikit yang dibudidayakan tanpa perawatan khusus oleh pemiliknya .
Tingkat budidaya masih sangat sederhana bahkan tanpa ada perlakuan pemupukan khusus, perlakuan jarak tanam dan pemeliharaan yang intensif.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman yang tumbuh di areal pertanaman petani dibiarkan merambat ke tanaman yang ada disekitarnya. Sesekali pemilik melakukan penimbunan untuk
menutupi umbi yang keluar kepermukaan tanah agar umbi tetap berkembang, selain itu jika umbi dibiarkan lama timbul kepermukaan akan mengalami
perubahan warna dan rasa sehingga tidak enak lagi untuk dikonsumsi. Hasil dari tanaman ini hanya untuk konsumsi rumah tangga, sebagai
makanan tambahan atau selingan. Umbi dapat dipanen saat tanaman berusia kurang lebih 1 tahun. Kadang dipanen lebih lama lagi untuk hasil umbi yang lebih
besar. Pengolahan untuk konsumsi biasa dilakukan hanya dengan mengukus atau merebus umbi dan mebuatnya menjadi keripik.
Di desa Tangsi Baru, pemilik tanaman menanamnya di dekat kandang ternak itik miliknya dengan membuat rambatan yang seadanya dari batang bambu.
Sebagian pemilik tanaman menanamnya hanya dalam karung goni atau pot yang di isi tanah bercampur kompos atau pupuk kandang dan membiarkannya
merambat ke pagar pekarangannya seperti yang ditemukan di desa Bandar Tarutung.
Khusus di desa Bandar tarutung, berdasarkan identifikasi dan informasi yang diperoleh dari ibu Saliah selaku masyarakat yang membudidayakan ubi
kelapa dan ganyong di desa Bandar Tarutung bahwa tanaman ubi kelapa masih cukup banyak ditemukan. Bahkan beliau memiliki menganjurkan masyarakat
sekitar rumahnya untuk menganjurkan setiap rumah memiliki setidaknya 1 tanaman ini. Beberapa tanaman sengaja ditanaman untuk tujuan hasil panen di
hari-hari besar. Hal ini dibenarkan oleh ibu Khoiriah selaku penyuluh di Badan Pelaksanaan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan BP2KP. Di desa ini tanaman
Universitas Sumatera Utara
ubi kelapa umumnya ditanaman di bawah tanaman karet,cokelat dan juga pohon disekitar lokasi pertanaman petani. Tingkat budidaya masih sangat sederhana
tanpa ada pemupukan dan perawatan khusus secara intensif. Hanya dibiarkan merambat kemudian akan dipanen apabila dibutuhkan. Masyarakat juga mengolah
umbi tanaman ini hanya dalam jumlah yang sedikit. Hanya dijadikan sebagai panganan kecil cemilan seperti diolah menjadi keripik,direbus dan di jadikan
kolak. 2.
Ganyong Canna edulis Ker.
Di lokasi penelitian, tanaman ini hanya ditemukan di dua desa saja yaitu di desa Bandar Tarutung, Tangsi Baru, dan Marancar Godang. Tanaman ada yang
tumbuh secara liar dan sebagian ditanam menumpuk disekitar lahan pertanaman petani di desa Bandar Tarutung dan di pinggir jalan sebagai tanaman hias di
Desa Tangsi Baru, belum ada petani yang membudidayakan tanaman ini secara komersil. Hanya untuk sebagai makanan tambahan dan konsumsi keluarga.
Budidaya tanaman ganyong yang ada di dua desa di atas masih secara tradisional tanpa menggunakan jarak tanam yang jelas, pemupukan dan
pemberantasan hama penyakit tanaman. Tanaman umumnya dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri tanpa perawatan khusus hingga tiba saat pemanenan.
Beberapa tanaman diberi jarak tanam hanya karena fungsinya sebagai tanaman hias bukan untuk tujuan hasil panen umbi.
Pengolahan hasil umbi ganyong juga masih sederhana, biasanya petani hanya cukup dengan merebusnya saja. Berdasarkan keterangan yang diperoleh
dari pak Suroto, penyuluh di desa Pergulaan tempat yang masih ditemukannya keberadaan ganyong dan juga dari beberapa petani yang dijumpai dilapangan
Universitas Sumatera Utara
bahwa tanaman ini dapat diambil patinya dan dipernah dijual untuk diolah menjadi bahan pembuatan makanan seperti kue. Tanaman sudah bisa dipanen
mulai berumur 4 sampai 8 bulan. 3.
Suweg Amorphophallus campanulatus BI.
Di lokasi penelitian tanaman suweg masih dijumpai hampir di seluruh desa yang menjadi sampel identifikasi. Tanaman ini sudah dibudidayakan oleh
beberapa petani. Penanaman dilakukan tanpa perlakuan jarak tanam yang jelas dan tanpa pemupukan yang intensif. Dengan memindahkan anakan-anakan dari
tanaman indukannya dan menanamnya di lokasi sekitar areal pertanamannya dan kemudian dibiarkan tumbuh begitu saja hingga tiba saat untuk dipanen membantu
penyebaran tanaman tersebut. Para petani menanam tanaman suweg ini hanya untuk kebutuhan komsumsi sendiri, belum ada budidaya untuk tujuan komersil.
Kebanyakan tanaman tumbuh secara liar di bawah pohon-pohonan seperti pisang, rambutan, kelapa sawit, dan lain-lain. Hal ini seseuai dengan sifat dari
tanaman suweg yang membutuhkan naungan. Umumnya yang mengenali tanaman ini adalah generasi lanjut usia, yang memperoleh pengetahuan dari leluhur
mereka. Para generasi muda sangat jarang mengenal tanaman ini, apalagi mengkonsumsi.
Pengolahan untuk konsumsi juga masih sangat sederhana. Biasanya konsumsi dilakukan hanya dengan merebus umbi yang sebelumnya direndam
terlebih dahulu untuk menghilangkan getah yang dapat menimbulkan rasa gatal saat dikonsumsi apabila tidak dibersihkan dengan baik.
4.
Keladi Colocasia esculenta L. Schott.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman keladi ditemukan di semua desa yang menjadi lokasi penelitian. Para petani yang dijumpai hampir semua mengenal tanaman ini dengan nama
suhat, bukan keladi. Hal ini dipengaruhi kultur petani yang kebanyakan adalah batak mandailing. Tanaman ini ditanam di lahan pekarangan dan dibelakang-
belakang rumah khususnya di tempat yang tanahnya basah seperti disekitar parit. Di kecamatan Angkola Sangkunur tanaman ini masih cukup banyak tumbuh dan
ditanam dengan sengaja tetapi dalam jumlah yang tidak banyak. Seperti yang dijumpai di desa Bandar Tarutung, petani sengaja menanam di parit didepan
rumahnya tetapi hanya beberapa rumpun. Tingkat budidayanya masih tidak jelas dan masih sederhana. Meskipun
dilakukan perawatan seperti mengatur pengairan lokasi penanaman dan membersihkan dari tanaman pengganggu tetapi umumnya masyarakat menanam
menggunakan jarak tanam yang beragam dan tidak jelas yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia, tanpa pemupukan dan perawatan khusus yang
intensif. Kebanyakan tanaman yang dijumpai dilokasi adalah tanaman yang sengaja
ditanam oleh para pemilik, hanya saja tujuannya bukan usaha komersil. Kebanyakan hasil dari tanaman ini dikonsumsi sendiri sebagai makanan selingan
atau tambahan. Ada juga beberapa petani yang menjual hasil panen dari tanaman keladi ini tetapi dalam jumlah yang sedikit dan tidak termasuk kedalam usaha
pokok dari pertaniannya. Budidaya tingkat komersil yang serius belum dilakukan walaupun dipasar prospek dari tanaman ini tidaklah buruk karena keladi cukup
dikenal dikalangan masyarakat sebagai umbi yang enak rasanya. Produksi yang rendah dan masih kurangnya pengetahuan petani akan tenik budidaya keladi yang
Universitas Sumatera Utara
tepat yang dilakukan dilakukan dalam skala besar dan juga waktu panen yang lama menjadi alasan utama petani enggan untuk melakukan budidaya skala besar.
5.
Talas Xanthosoma sagittifolium L. H.W. Schott Endl.
Sama seperti keladi, tanaman talas juga masih dijumpai di semua lokasi penelitian. Masyarakat juga mengenal tanaman talas ini dengan nama entik. Di
kecamatan Bandar Tarutung dan Marancar talas masih cukup banyak tumbuh dan sengaja ditanam tetapi tidak dalam skala besar. Beberapa tanaman yang dijumpai
juga masih ada yang dibiarkan tumbuh liar begitu saja. Tanaman talas rata-rata ditemukan sebagai tanaman pinggir, ditanam
dikebun-kebun kecil dibelakang rumah, di ladang, pembatas lahan dan dibiarkan berkembang tanpa perawatan khusus. Beberapa petani melakukan perawatan
seperti pengendalian gulma, pembumbunan dan tetapi belum ada pemupukan yang jelas dan ditanam tanpa jarak tanam tertentu. Tujuan penanaman juga
kebanyakan untuk konsumsi sendiri walaupun ada beberapa petani yang menjual hasil panennya ke pasar, karena dipasar peminat tanaman talas ini tidak banyak
seperti umbi keladi yang cukup diminati masyarakat. Selain talas putih yang umum dijumpai, dilokasi penelitian ditemukan juga talas yang memiliki batang
berwarna hitam yang juga dapat dikonsumsi sering dikenal dengan nama talas ketan.
Pengolahan umbi untuk konsumsi biasanya cukup dengan merebus saja kemudian dimakan dengan campuran gula yang dicairkan atau kelapa parut yang
Universitas Sumatera Utara
diberi gula. Ada juga yang mengolahnya menjadi keripik seperti yang dilakukan istri dari pak Salimun, salah satu warga yang masih memiliki beberapa koleksi
umbi disekitar rumahnya seperti ganyong dan keladi di Kampung Koje, Desa Batu godang Kecamatan Angkola Sangkunur. Pengolahan dilakukan dengan cara
sederhana yaitu membersihkan getah dari umbi terlebih dahulu dengan merendamnya selama 1 malam kemudian diiris lalu dijemur sampai kering.
6.
GarutIrut Maranta arundinacea L.
Tanaman garut sudah jarang bahkan susah dijumpai diseluruh lokasi penelitian. Di ketiga desa penelitian di kecamatan Angkola sangkunur, tanaman
ini hanya dijumpai tumbuh liar tanpa perawatan dengan jumlah populasi yang sedikit di desa Bandar Tarutung. Begitulah di Desa Bandar Tarutung dibelakang
rumah seorang petani, Semula tanaman ini sengaja ditanam dan dibudidayakan, namum karena hasilnya tidak dapat dipasarkan akhirnya dibiarkan tumbuh dan
berkembang secara liar, bahkan dianggap menjadi tanaman penganggu karena sudah tumbuh sangat banyak dan sulit untuk dibersihkan.
Pengolahan tanaman ini cukup dengan direbus saja atau dibakar lalu dimakan langsung dengan mengupas bagian luar umbinya. Mak Jumat 75 tahun
juga pernah mengolah umbi garut ini menjadi tepung lalu digunakan untuk bahan pembuat kue karena pati dari garut ini cukup baik. Pengolahan untuk menbuat
tepungnya juga sangat sederhana. Cukup dengan mengupas lalu kemudian ditumbuk halus atau diparut. Pengolahan ini belum ada tujuan tingkat komersil
hanya untuk kebutuhan keluarga karena pasarnya tidak jelas. Namun mak Jumat lebih sering mengkonsumsi garut ini hanya dengan dimakan langsung.
7.
Gembili Dioscorea esculenta L.
Universitas Sumatera Utara
Diseluruh lokasi penelitian tanaman gembili tidak ditemukan sama sekali ditanam atau dibuddidayakan oleh petani. Namun dari penjelasan dari ibu Misna
80 tahun, pemeliharaan yang dilakukan hanya berupa pemasangan ajir yang terbuat dari bambu untuk tempat merambatnya tanaman dan dibiarkan tumbuh
begitu saja. Sesekali sekitar tanaman dibersihkan dari gulma tanpa ada pemupukan yang rutin. Hasil yang diperoleh tidak pernah dipasarkan, hanya
dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Mengolahnya dengan cara yang sederhana yaitu hanya dengan merebusnya.
Berdasarkan hasil yang didapat dilapangan saat identifikasi, tidak banyak yang mengenal tanaman ini bahkan sangat sedikit. Penanaman gembili ini juga
terkait dengan warisan dari leluhur mereka dari Jawa. Kisaran usia yang masih mengenal tanaman ini adalah generasi lanjut usia yang mengenal tanaman ini
waktu dulu masih dari orang tua mereka.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ditemukan berbagai jenis tanaman umbi-umbian yang berpotensi
sebagai sumber karbohidrat di lokasi penelitian, antara lain adalah
Ubi Kelapa Dioscorea alata L., Gembili Dioscorea esculenta L., Ganyong Canna edulis Ker., Garut Maranta arundinacea L.,
Talas Xantosoma sagittifolium L. H.W. Schott Endl
.
Keladi Colocasia esculenta L. Schott
dan juga
Suweg Amorphophallus campanulatus BI..
2. Tanaman gembili sudah sulit ditemukan dilokasi penelitian karena sudah
tidak banyak yang mengenal tanaman ini. 3.
Jenis tanaman umbi yang paling banyak ditemukan dilokasi penelitian adalah tanaman keladi, talas, garut serta suweg.
4. Jenis umbi-umbian garut, ganyong dan talas yang temukan di daerah sampel
masih belum dibudidayakan dengan teknis yang jelas bahkan sebagian besar tumbuh secara liar.
5. Sebagian besar tanaman umbi-umbian hanya dimanfaatkan sebagai makanan
selingan, bukan untuk tujuan komersial.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lokasi dan interval ketinggian tempat yang berbeda untuk memperoleh data penyebaran umbi-umbian dalam
skala yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Alfons, J.B. 2012. Inovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan
Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Maluku. Litbang.
deptan.go.id Diakses 13 Juli 2012.
Dewan Ketahanan Pangan, 2005. Peta Kerawanan Pangan Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1980. Pengumpulan Data Sumber
Karbohidrat ubi-ubian lainnya. Direktorat Bina Produksi. Dian, 2011. Pemanfaatan Umbi Uwi Dioscorea alata L Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Bioetanol Dengan Fermentasi Oleh Sacharomyces cereviceae , http:eprints.undip.ac.id, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ermayuli, 2011. Analisis Teknis dan Finansial Agroindustri Skala Kecil pada Berbagai Proses Pembuatan Keripik Talas di kabupaten Lampung Barat,
Universitas Lampung. Lampung. Flach, M. And F. Rumawas. 1996. Plant Resources of South East Asia No. 9 Plant
Yielding non Seed Carbohydrates. Backhuys Publisher. Lieden Gardjito, M., Djuwardi, A., Harmayani, E., 2013. Pangan Nusantara karakteristik
dan prospek untuk percepatan diversifikasi pangan. Kencana Prenada Media. Jakarta.
Http:www.bps.go.id Hanum, C. 2009. Ekologi Tanaman. USU Press. Medan.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan
Jakarta. Kartasapoetra, V. A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah
Tropik. Bina Aksara, Jakarta. Kasno, A., Trustinah, M. Anwari, dan B. Swasono, 2009. Prospek Suweg
Sebagai Bahan Pangan Saat Paceklik, Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian, Malang.
LBN. 1977. Ubi-Ubian. Proyek Sumberdaya Ekonomi. LBN-LIPI. Bogor. Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 68 tahun 2002, Tentang Ketahanan Pangan. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Richana, N., 2012. Araceae dan Dioscorea: Manfaat Umbi-Umbian Indonesia. Nuansa, Bandung.
Richana, N., dan T. C. Sunarti, 2004, Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi kelapa Dan
Gembili, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, J.Pascapanen 112004: 29-37.
Rubatzky V.E., dan Yamaguchi,M. 1998, Sayuran Dunia 1. Prinsip, Produksi, dan Gizi, ITB, Bandung.
Saleh,N., St. A. Rahayuningsih dan M.M. Adie, 2001. Peningkatan Produksi Dan Kualitas Umbi-Umbian, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian Balitkabi, P.O. Box 66. Sastrapradja, S.D., 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Simanjuntak, D. 2006. Pemanfaatan Komoditas non Beras dalam Diversifikasi
Pangan Sumber Kalori. Jurnal penelitian bidang ilmu pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Steenis,V. C. G. G. J., 2003. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta. Suhardjo, Laura, J. H., Deaton, J. B., Driskel, A. J., 1986. Pangan, Gizi dan
Pertanian. Penerbit UI-Press. Jakarta. Sukarsa, E., Widyaiswara., 2010. Tanaman Ganyong. BBPP Lembang.
Syukur, M. Sujiprihati, S dan Yunianti, R. Teknik Pemuliaan Tanaman. Anggota
IKAPI wisma hijau. Jakarta. 2012. Tindal, H. D., 1983. Vegetables In The Tropics. Mac Millan Press. London.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian No Kegiatan
Minggu Ke- 1 2 3 4 5
1 Survey Lokasi
2 Indentivikasi dan Inventarisasi
3 Jenis Tanaman Umbi-umbian
4 Penyebaran Tanaman
Umbian 5
Tingkat Pemeliharaan dan Budidaya 6 Gambar
Umbian 7
Peta Lokasi Penyebaran Umbi
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Peta Sebaran di Kecamatan Angkola Sangkunur
Sumber : Googlemap.com 2014 Keterangan:
---- : Batas daerah kecamatan Angkola Sangkunur
A : Ibu kota kecamatan Angkola Sangkunur
B :
Ditemukan tanaman
Talas di
Desa Batu
Godang pada
Lintang 01 ˚24’46.0” Bujur 099˚03’57,5” pada ketinggian 46 mdpl
C : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa Bandar Tarutung pada
Lintang 01 ˚24’57,4” Bujur 099˚02’48,4” pada ketinggian 37 mdpl
D : Ditemukan tanaman Ganyong di Desa Bandar Tarutung pada
Lintang 01 ˚24’57,0” Bujur 099˚02’47,9” pada ketinggian 39 mdpl
E : Ditemukan tanaman Talas di desa Tangsi Baru pada Lintang
01 ˚25’57,4” Bujur 099˚00’11,6” pada ketinggian 37 mdpl
F : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa Bandar Tarutung pada Lintang
01 ˚25’37,7” Bujur 099˚00’19,9” pada ketinggian 34 mdpl
Lampiran 3. Peta Sebaran di Kecamatan Marancar
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Googlemap.com 2014 Keterangan:
---- : Batas daerah Kecamatan Marancar
A : Ibu kota kecamatan Marancar
A : Ditemukan tanaman Suweg di desa Marancar Godang pada
Lintang 01 ˚30’53,6” Bujur 099˚10’04,6” pada ketinggian 489 mdpl
B : Ditemukan tanaman Ubi uwi di desa Marancar Godang pada
Lintang 01 ˚30’31,0” Bujur 099˚10’13,4” pada ketinggian 714 mdpl
C : Ditemukan tanaman Talas di desa Pasar Marancar pada
Lintang 01 ˚30’32,2” Bujur 099˚09’48,4” pada ketinggian 639 mdpl
D : Ditemukan tanaman Ganyong di Desa Tangsi Dua pada
Lintang 01 ˚30’16,3” Bujur 099˚10’30,4” pada ketinggian 771 mdpl
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Peta Sebaran di Kecamatan Batang Angkola
Sumber : Googlemap.com 2014 Keterangan:
---- : Batas daerah Kecamatan Batang Angkola
A : Ibu kota kecamatan Batang angkola
B : Ditemukan tanaman Ubi kelapa di Desa
Tahalak pada
Lintang 01 ˚16’11.8” Bujur 099˚20’07,6” pada ketinggian 242 mdpl
C : Ditemukan tanaman Talas di Desa Tahalak pada Lintang 01
˚15’55,8” Bujur 099
˚20’10,4” pada ketinggian 241 mdpl D
: Ditemukan tanaman Talas di Desa Sigalangan pada Lintang 01 ˚15’35,2”
Bujur 099 ˚20’17,9” pada ketinggian 242 mdpl
E : Ditemukan tanaman Talas di Desa Pintu
Padang pada
Lintang 01 ˚14’44,0” Bujur 099˚20’38,1” pada ketinggian 374 mdpl
Universitas Sumatera Utara