Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian Identifikasi umbi-umbian dilaksanakan di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan mengambil 3 tiga kecamatan sebagai sampel, dan tiap kecamatan dipilih 3 desa. Lokasi sampel tertera pada tabel berikut : Tabel 2. Lokasi Penelitian Identifikasi Umbi-umbian Kabupaten Kecamatan Desa Tapanuli Selatan 1. Angkola Sangkunur 1. Batu Godang 2. Bandar Tarutung 3. Tangsi Baru 2. Marancar 1. Marancar Godang 2. Tangsi Dua 3. Pasar Marancar 3. Batang Angkola 1. Tahalak 2. Sigalangan 3. Pintu Padang Penentuan kecamatan dan desa yang menjadi sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menghubungi dinas penyuluhan dan ketahanan pangan kabupaten Tapanuli Selatan untuk mendapatkan daftar lokasi yang berpotensi ditemukannya umbi-umbian yang diteliti serta lokasi tersebut dapat mewakili lokasi kabupaten dengan berdasarkan ketinggian tempat yaitu dataran tinggi kecamatan Marancar, sedang kecamatan Batang angkola dan rendah kecamatan Angkola sangkunur.

B. Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian

Beberapa dari tanaman umbi-umbian di lokasi penelitian rata-rata sudah sulit ditemukan sehingga target menemukan 3 tiga petani setiap desa tidak dapat dilakukan untuk setiap jenis umbi-umbian yang diteliti. Untuk menemukan tanaman umbi-umbian dilakukan melalui kunjungan langsung ke lokasi sampel Universitas Sumatera Utara yang telah didapat dan juga dibantu oleh penyuluh untuk memperoleh informasi, dilanjutkan dengan kunjungan ke desa dan mencari informan atau key person yang mengetahui dan mengenal jenis umbi-umbian yang akan diteliti. Informan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah petugas Penyuluh Pertanian, dan petani yang dijumpai di lahan tempat mereka bekerja. Dari pengamatan secara langsung yang di lakukan di lapangan diperoleh beberapa jenis tanaman umbi-umbian yang potensial sebagai sumber karbohidrat. Jenis-jenis tanaman umbi-umbian tersebut adalah suweg, ubi kelapa, gadung, gembili, ganyong, garut, dan beberapa jenis talas-talasan. Secara taksonomi tanaman umbi-umbian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Ubi Kelapa Dioscorea alata L. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas :Liliopsida Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales Famili : Dioscoreaceae Genus :Dioscorea Spesies : Dioscorea alata L. Nama lainnya adalah uwi payau, uwi batang bersayap, atau uwi ubi. Berasal dari Asia Tenggara, tetapi sekarang merupakan spesies yang paling tersebar luas. Batangnya membelit ke kanan. Daunnya ovate bundar telur dan tersusun saling berhadapan. Umbinya tunggal atau jamak, bermacam macam ukuran, bentuk dan warnanya, dan memiliki masa dormansi yang panjang Rubatzky dan Yamaguci,1998. Universitas Sumatera Utara Untuk memperoleh panen yang maksimum, curah hujan yang baik adalah kisaran 100-1500 mm dan ini harus terbagi rata dalam 7-8 bulan. Curah hujan dibawah 1000 mm biasanya menghambat pertumbuhan normal Tindal, 1983. Tanah subur yang gembur, dalam, dan berdrainase baik diperlukan agar hasil umbi tinggi, sistem perakaran uwi bersifat khas, dangkal dan menyebar dan pada tanah gersang, produktivitasnya terbatas, Uwi biasanya merupakan tanaman pertama yang ditanam dalam sistem pertanian ‘tebas dan bakar’ atau untuk memanfaatkan sistem nitrogen, tanaman ini ditanam setelah tanaman kacang- kacangan. Gambar 1. Umbi Kelapa Dioscorea Alata L. yang ditemukan di kecamatan Angkola Sangkunur, Marancar, Batang Angkola Keterangan : 1 dan 2 Ubi kelapa yang ditemukan dari desa Bandar Tarutung. 3 ubi kelapa yang di temukan dari desa Tangsi Dua. 4 Ubi kelapa yang ditemukan dari desa Batu Godang .5 Ubi kelapa yang di temukan dari desa Tahalak.6 Ubi kelapa yang di temukan dari desa Tangsi Baru. Universitas Sumatera Utara Selain ubi kelapa yang paling dikenal dengan nama uwi, dilapangan ditemukan juga jenis uwi yang mengandung racun tetapi bisa diolah untuk dikonsumsi yaitu Gadung Dioscorea hispida Dennstedt. Jenis ini adalah jenis uwi penyebab mabuk, nama lainnya adalah uwi pati. Berasal dari India dan Asia Tenggara. Batangnya membelit ke kiri, tidak menghasilkan umbi laying. Umbi yang terbentuk dekat tanah sering berbentuk bulat, kadang juga memanjang. Beberapa klon harus dibuang dahulu racunnya sebelum bisa dimakan Rubatzky dan Yamaguchi, 1998. Umbi yang dihasilkan gadung mengandung racun, yang menyebabkan rasa mual atau mabuk bagi pemakannya. Karena itu sebelum dimasak racun tersebut harus dihilangkan dengan cara merendamnya dalam air abu selama semalam, sesudah itu umbi dapat dimasak atau di iris-iris untuk dijadikan keripik gadung. Gadung memang termasuk jenis uwi, hanya saja daunnya bercangap liama sehingga mudah dibedakan dengan uwi kelapa atau gembili. Tempat penyebaran aslinya ialah Asia. Dapat tumbuh dari ketinggian 500 -1000 mdpl Sastrapradja, 2012. Gambar 2. Gadung Dioscorea hispida Dennstedt. yang di temukan di desa Marancar Godang. Keterangan : Batang dan umbi tanaman gadung Universitas Sumatera Utara 2. Ganyong Canna edulis Ker. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Cannaceae Genus : Canna Spesies : Canna edulis Ker. Tanaman Ganyong atau Ganyong Canna edulis Ker. adalah tanaman ubi-ubian yang dapat dimakan dan kebanyakan digunakan sebagai makanan cadangan. Nama lainnya adalah Canna. Queensland arrow root, indian shot Inggris. Ganyong Jawa, Sunda, buah tasbeh Jawa, ubi pikul Sumatera, daun tasbeh, ganyong, pisang sebiak Malaysia. Sampai saat ini, tanaman ganyong belum diusahakan secara serius dan intensif, tetapi memberikan harapan untuk menunjang program diversifikasi pangan dan gizi, memanfaatkan lahan kosong dan meningkatkan ketahanan pangan. Ganyong tumbuh baik pada daerah dengan distribusi curah hujan 1000 mm sampai 1200 mm per tahun. Toleran terhadap kelebihan kadar air tetapi tidak tahan jenuh air dan naungan. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10 o C, tetapi dapat melalui suhu tinggi 30-32 o C. Ganyol tumbuh sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuh subur pada berbagai macam tanah, termasuk tanah marginal bagi kebanyakan tanaman umbi. Tanah yang disukai adalah lempung berpasir dan kaya humus. Tanaman ini toleran terhadap interval pH 4,5-8,0 Sukarsa, 2013. Universitas Sumatera Utara Tepung pati ganyong mudah dicerna dan baik sekali untuk makanan bayi atau orang yang sedang sakit. Di Amerika Selatan, umbi muda tanaman ini dimakan sebagai sayuran dan kadang-kadang digunakan sebagai makanan ringan. Umbi yang sudah tua dapat dimakan dengan cara merebus dan memiliki rasa yang manis dan aroma yang wangi. Pucuk dan tangkai daun dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1980. Gambar 3. Ganyong dari desa Bandar Tarutung Angkola Sangkunur dan dari desa Marancar Godang Marancar. Keterangan: 1 Tanaman ganyong 2 Umbi dan batang ganyong 3 daun dan umbi ganyong. 3. Suweg Amorphophallus campanulatus BI. Kingdom : Plantae Subkingdom :Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas :Arecidae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus :Amorphophallus Spesies : Amorphophallus campanulatus Bl. Universitas Sumatera Utara Sebagian besar spesies Amorphophallus diyakini berasal dari India atau Sri Lanka, atau mungkin dari Asia Tenggara. Tanaman ini adalah tanaman tropika dan subtropika. Dengan siklus vegetatif dan dorman semusim. Suweg menyukai suhu antara 25 o dan 35 o C, kondisi kelembaban yang tinggi dan sangat lengas. Suhu dan kelengasan rendah cenderung merangsang dormansi dini. Pertumbuhan daun-daun baru dimulai setelah dormansi. Struktur daunnya berbeda dengan talas-talas lain dan menyerupai struktur daun tanaman dikotiledone Rubatzky dan Yamaguchi, 1998. Suweg ditanam untuk diambil dan makan umbinya. Umbinya dapat digunakan sebagai makanan sumber karbohidrat untuk pengidap diabetes dan Parutan umbinya yang segar dapat dipakai untuk obat luka. Seperti halnya talas, umbi suweg mengandung kristal Kalsium Oksalat yang membuat rasa gatal, namun dapat hilang melalui perebusan. Gambar 4. Suweg dari kecamatan Marancar, desa Marancar Godang. Keterangan: Tanaman Suweg yang sudah besar Universitas Sumatera Utara 4. Keladi Colocasia esculenta L. Schott Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Arecidae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus : Colocasia Spesies : Colocasia esculenta L. Schott Tanaman keladi banyak tersebar di Indonesia, dapat dibudidayakan dengan baik karena umbinya banyak mengandung zat tepung sebagai pembuat berbagai jenis makanan maka akan sangat menunjang dalam mencukupi kebutuhan pangan. Tanaman ini bagi pertumbuhannya hanya memerlukan daerah dengan rata-rata curah hujan setahunnya sekitar 1.200 mm, daerah dengan ketinggian tempat antara 900 m sampai 1800 mdpl. Jenis colocasia dapat bertahan pada lahan yang tergenang air. Jenis colocasia sering kita dapati tumbuh ditepi sungai, ditanah yang banyak tergenang air atau rawa-rawa, di pinggir kolam, tetapi di tanah perkampungan pun dapat tumbuh dengan baik asal pengairan terjamin Kartasapoetra, 1988. Di beberapa daerah Indonesia dimana padi tidak dapat tumbuh, antara lain di Kepulauan Mentawai dan Papua, keladi dimakan sebagai makanan pokok, dengan cara dipanggang, dikukus atau dimasak dalam tabung bambu. Saat ini keladi merupakan makanan pokok di banyak pulau di Pasifik termasuk Papua Nugini, yang berpengaruh secara ekonomi pada permainan tradisional dan upacara-upacara. Umbi keladi, dan helaian daun dan tangkai daun bila dimasak Universitas Sumatera Utara lebih dulu dapat dimakan. Bubur keladi dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi untuk makanan bayi dengan tingkat alergi yang rendah. Gambar 3. Keladi dari desa Bandar Tarutung Angkola Sangkunur dan dari desa Marancar Godang Marancar. Keterangan: 1, 2, dan 3 Umbi keladi, 4 dan 5 Tanaman keladi 5. Talas Xanthosoma sagittifolium L. H.W. Schott Endl. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Arecidae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus :Xanthosoma Spesies : Xanthosoma sagittifolium L. H.W.SchottEndl. Talas adalah jenis asli Indonesia. Entah kapan mulai ditanam dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tidak diketahui secara pasti. Menurut para pakar, talas mulai dibudidayakan di papua yang kemudian menyebar ke seluruh pasifik, termasuk kawasan barat Indonesia Sastrapradja, 2012. Universitas Sumatera Utara Talas adalah tanaman herba monokotil tahunan, kecuali spesies Amorphophallus, daun yang muncul dari apikal kormus berupa gulungan dengan tangkai daun panjang dan tegak yang menopang lembar daun dan besar, berbentuk peltate tameng atau sagittate kepala anak panah, tangkai daunnya lembut panjang padat berisi, tetpai memiliki banyak rongga. Sifat umum talasan adalah terdapatnya banyak getah menggigit yang ditemukan diseluruh bagian jaringan. Talas umumnya memiliki tinggi antara 1 hingga sekitar 2 m, dan lembar daun berbentuk tameng dengan panjang 20-50 cm. Tangkai daun menempel pada sekitar bagian tengah agak ke atas pada permukaan bawah lembar daun Rubatzky dan Yamaguci,1998. Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup strategis tidak hanya sebagai sumber bahan pangan, dan bahan baku industri tetapi juga untuk pakan ternak. Oleh karena itu tanaman talas menjadi sangat penting artinya didalam kaitannya terhadap upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras, diversifikasi penganekaragaman komsumsi pangan lokalbudaya lokal Ermayuli, 2011. Gambar 3. Talas dari desa Bandar Tarutung Angkola Sangkunur Keterangan: 1 dan 3 Umbi talas 2 Tanaman talas Universitas Sumatera Utara 6. GarutIrut Maranta arundinacea L. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophya Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Marantaceae Genus : Maranta Spesies : Maranta arundinacea L. Tanaman garut atau irut bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Garut berasal dari daerah Amerika tropik yang kemudian menyebar ke daerah tropik termasuk Indonesia. Daerah penyebarannya merata, meliputi India, Indonesia, Sri Lanka, Hawai, Filipina, Australia, dan St. Vincent. Di Indonesia,tanaman garut dapat dijumpai di berbagai daerah seperti Jawa, Sulawesi, dan Maluku. Garut dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda, misalnya sagu Banban Batak Karo, sagu rare Minangkabau, sagu andrawa Nias, sagu Palembang, larutpata sagu Sunda, arutjelarutirutlarutgarut Jawa Timur, labia walanta Gorontalo, dan huda sula Ternate Djaafar,T.F, et al., 2008. Umbi tanaman garut dapat diolah menjadi pati Dengan bentuk serat yang pendek lebih mudah dicerna dan cocok sebagai bahan baku makanan bayi, penyandang autis, dan down syndrom. Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Garut hanya ditemuka kecamatan Angkola Sangkunur. Keterangan : 1 Tanaman garut 2 Umbi dan akar tanaman garut 3 Umbi tanaman garut. Tanaman ini hanya ditemukan di desa Bandar tarutung. 7. Gembili Dioscorea esculenta L. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas :Liliidae Ordo : Liliales Famili : Dioscoreaceae Genus : Dioscorea Spesies : Dioscorea esculenta L. Nama lainnya adalah uwi kentang, uwi asia, uwi cina. Berasal dari indocina, tetapi ditemukan diseluruh wilayah asia.Dalam bahasa Latin, tanaman gembili ini memiliki beberapa sinonim antara lain; Oncus esculentus Lour. Dioscorea fasciculata Roxb. Dioscorea sativa Auct. Sedangkan di berbagai daerah namanya juga berbeda-beda, antara lain Lesser yam, Chinese yam, Asiatic yam Inggris, ubi aung Jawa Barat, ubi gembili Jawa Tengah, kombili Ambon. Batangnya membelit ke kiri, ramping, berbentuk silinder, berbulu halus, dan berduri. Daunnya sedikit, tunggal, cordate, dan berselang seling. Tidak Universitas Sumatera Utara menghasikan umbi layang. Tanaman ini memiliki umbi banyak, berukuran kecil, ramping, berkulit, sebagian besar berbentuk silinder, dan dihasilkan didekat permukaan tanah sehingga mudah dipanen, beberapa forma menghasilkan umbi tunggal besar. Masa dormansi umbi pendek. Tanaman ini tergolong terna memanjat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m, seringkali berduri. Setiap 1 tanaman terdapat 4-20 umbi; umbi tua berbentuk silinder, kadangkala berlobi, kulit lapisan luar coklat atau abu-abu-coklat, tipis, seringkali kasar; daging putih. Batang tegak, memanjat melingkar ke kiri, berduri di bagian dasar dan di bagian atas tidak berduri. Daun tunggal, berseling, menjantung, seringkali terdapat 2 duri di pangkal. Perbungaan jantan di ketiak, perbungaan betina melengkung ke bawah, bulir menyerupai tandan, soliter. Buah sangat jarang ditemukan kapsul, pipih. Biji bersayap membundar. Susunan senyawa umbi gembili bervariasi menurut spesies dan varietas menyatakan bahwa komponen terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat 27-33 Rubatzky dan Yamaguci, 1998. Tanaman ini biasanya diusahakan pada dataran rendah, akan tetapi masih dapat tumbuh pada ketinggian 900 mdpl. Pembentukan umbi ditunjang oleh kondisi hari yang pendek, yaitu hari pada saat matahari bersinar kurang dari 12 jam. Kondisi tanah yang diinginkan adalah tanah yang gembur dengan tekstur ringan berpasir, berdrainase baik banyak mengandung bahan organik, dan memiliki pH 5.5 – 6.5 eBookPangan, 2009. Tanaman gembili tersebut susah ditemukan di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Disamping habitatnya yang kurang di pahami dan dikenal oleh masyarakat umumnya, tanaman tersebut juga kurang mendapat peratian dari masyarakat yang mengetahuinya untuk membudidayakan baik dalam jumlah Universitas Sumatera Utara massal membudidayakan secara khusus ataupun hanya sekedar menanam dipekarangan rumah sebagai tanaman panganan untuk konsumsi rumahan.

C. Penyebaran jenis umbi-umbian di lokasi penelitian